• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN LABORATORIUM DANA LOKAL ITS 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN LABORATORIUM DANA LOKAL ITS 2020"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROPOSAL

PENELITIAN LABORATORIUM

DANA LOKAL ITS 2020

ANALISA SEBARAN POTENSI TINGKAT BAHAYA GEMPA BUMI DI

KAWASAN PESISIR

(STUDI KASUS : KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN)

Tim Peneliti :

Ketua : Dr-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc (T. Geomatika/FTSLK) Anggota : Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT (T. Geomatika/FTSLK)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

2 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ... 1 DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR TABEL ... 3 DAFTAR GAMBAR ... 4 DAFTAR LAMPIRAN ... 5 BAB I RINGKASAN ... 6 BAB II PENDAHULUAN ... 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 9

BAB IV METODE PENELITIAN ... 21

BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN... 25

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ... 28

BAB VII LAMPIRAN ... 31

Lampiran Biodata Tim Peneliti ... 31

(3)

3

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Intensitas Gempa Bumi ... 12 Tabel 3.2 Scoring Parameter Tingkat Bahaya Gempa Bumi (Direktorat Jenderal

(4)

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Geologi Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011) ... 16 Gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011) ... 16 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang ... 21 Gambar 4.2 Diagram Alir Perhitungan PGA dan Intensitas Gempa Bumi ... 23

(5)

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Biodata Tim Peneliti ... 31 LAMPIRAN SURAT KESEDIAAN ANGGOTA PENELITIAN... 33

(6)

6

BAB I RINGKASAN

Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan, yaitu Lempeng Benua Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara, Lempeng Samudra Indo-Australia yang bergerak relatif ke arah utara, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke relatif arah barat (Hall, 2000). Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang berdekatan dengan zona subduksi megathrust. Selain itu, gempa bumi di wilayah Kabupaten Pandeglang juga dapat terjadi akibat letusan gunung api di Selat Sunda yaitu Gunung Krakatau yang memiliki potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami (Wahyudin, 2011). Untuk itu, perlu adanya penelitian mengenai identifikasi tingkat bahaya gempa bumi. Kabupaten Pandeglang sebagai langkah awal dalam mitigasi bencana. Proses ini menggunakan data gempa bumi multi-event yaitu periode tahun 2010 - 2018. Metode yang digunakan adalah perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) dan intensitas gempa bumi yang setelah itu dilakukan scoring dan analisis spasial beserta parameter tingkat bahaya gempa bumi lainnya.

Kata kunci : Gempa Bumi, PGA, Kawasan Pesisir

(7)

7

BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan, yaitu Lempeng Benua Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara, Lempeng Samudra Indo-Australia yang bergerak relatif ke arah utara, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke relatif arah barat (Hall, 2000).

Pertemuan Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia menghasilkan zona subduksi di sepanjang barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga bagian selatan Nusa Tenggara yang disebut megathrust. Akibatnya, pada jalur tersebut akan sering teijadi gempa tektonik akibat pergerakan lempeng yang menunjam tersebut (Hamzah dkk, 2000). Melalui informasi yang diperoleh dari data geofisika, geodesi, dan kegempaan, zona subduksi (penunjaman/sesar/patahan) dapat disebut sebagai zona sumber gempa atau algerismic source zone yang memiliki potensi menimbulkan gempa di waktu mendatang (Tim Pusat Studi Gempa Nasional, 2017).

Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang berdekatan dengan zona subduksi megathrust. Selain itu, gempa bumi di wilayah Kabupaten Pandeglang juga dapat terjadi akibat letusan gunung api di Selat Sunda yaitu Gunung Krakatau yang memiliki potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami (Wahyudin, 2011).

Untuk itu, perlu adanya penelitian mengenai identifikasi tingkat bahaya gempa bumi di Kabupaten Pandeglang sebagai langkah awal dalam mitigasi bencana. Proses ini menggunakan data gempa bumi multi-event yaitu periode tahun 2010 - 2018. Metode yang digunakan adalah perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) dan intensitas gempa bumi yang setelah itu dilakukan scoring dan analisis spasial beserta parameter tingkat bahaya gempa bumi lainnya.

1.2. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana analisis hasil dari PGA (Peak Ground Acceleration) dan intensitas gempa bumi Kabupaten Pandeglang?

b. Bagaimana hasil dari identifikasi tingkat bahaya gempa bumi Kabupaten Pandeglang berdasarkan parameter yang telah ditentukan?

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wilayah yang dijadikan studi kasus adalah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. b. Perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) menggunakan persamaan empiris

Youngs, dkk (1997) dan intensitas gempa bumi menggunakan persamaan empiris Wald, dkk (1999).

(8)

8

c. Parameter tingkat bahaya gempa bumi antara lain adalah sifat fisik dan keteknikan batuan, kemiringan lereng, kegempaan (intensitas, PGA, dan magnitudo), dan jarak dengan zona sesar. Parameter tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007.

d. Pengolahan data spasial dan atribut menggunakan Sistem Informasi Geografis. e. Data - data yang digunakan adalah:

f. Data Gempa Bumi Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 - 2018 g. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang

h. Peta Geologi Kabupaten Pandeglang i. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang j. Peta Kelerengan Kabupaten Pandeglang

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis hasil dari perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) dan intensitas gempa bumi Kabupaten Pandeglang.

b. Mengidentifikasi tingkat bahaya gempa bumi Kabupaten Pandeglang berdasarkan parameter yang telah ditentukan

1.4. Relevansi

Relevansi kegiatan penelitian ini dengan pengembangan jurusan adalah :

a. Sebagai salah satu hasil mikro yang dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut dalam penelitian lain ataupun skripsi mahasiswa tentang aplikasi ilmu SIG di kawasan lautan b. Meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa T.Geomatika dalam pengaplikasian keilmuan untuk pemecahan permasalahan yang terjadi di sekitar kawasan pesisir dan laut. Selain itu juga sebagai kontribusi ilmu geomatika untuk pemerintah daerah maupun masyarakat yaitu dalam upaya mitigasi bencana di kawasan pesisir serta pengelolaan wilayah pesisir dan laut.

c. Salah satu topik dalam road map laboratorium geomarin yaitu pengembangan dalam ilmu mitigasi bencana di kawasan pesisir dan laut.

1.5. Target Luaran

Target luaran yang diharapkan dapat dicapai dalam kegiatan ini adalah publikasi paper pada jurnal internasional terindeks Scopus atau Thompson Reuters

(9)

9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Teori Penunjang 3.1.1. Gempa Bumi

Gempa bumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau berguncangnya bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakan lempeng- lempeng tektonik. Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan lempeng tektonik disebut gempa bumi tektonik. Sedangkan gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi disebut sebagai gempa bumi vulkanik. Pergerakan tiba-tiba dari lapisan batuan di dalam bumi menghasilkan energi yang dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi atau gelombang seismik. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya dapat merusak segala sesuatu di permukaan bumi seperti bangunan dan infrastruktur lainnya sehingga dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Berbeda dengan letusan gunung api dan bencana alam lain yang didahului dengan tanda-tanda atau gejala-gejala yang muncul sebelum kejadian, gempa bumi selalu datang secara mendadak dan mengejutkan sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa karena sama sekali tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat mempersiapkan diri (Sunarjo dkk, 2012).

3.1.2. Parameter Gempa Bumi

Saat terjadi gempa bumi, pertanyaan yang sering dilontarkan masyarakat adalah tentang kapan terjadinya, dimana sumber gempa, seberapa besar kekuatan, dan kapan gempa bumi tersebut bisa berakhir sehingga para korban bisa merasa aman dari risiko gempa bumi susulan berikutnya. Parameter gempa bumi yang sering dianalisis adalah waktu asal gempa, koordinat episenter, kedalaman sumber gempa, magnitudo, serta percepatan getaran tanah maksimum dan intensitas gempa. Berikut ini merupakan parameter gempa bumi menurut Sunarjo, dkk (2012):

a. Waktu Asal

Waktu asal gempa bumi atau origin time adalah waktu suatu gempa bumi yang terjadi di sumbemya pada kedalaman tertentu di lapisan bumi. Pada waktu tersebut akumulasi tegangan (stress) terlepas dalam bentuk penjalaran gelombang gempabumi. Waktu asal dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik dalam satuan UTC (Universal Time Coordinated).

b. Arah dan Kedalaman

Arah gempa bumi menunjukkan arah lokasi datangnya gempa bumi terjadi sesuai arah mata angin. Sedangkan kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari permukaan bumi yang dinyatakan dalam satuan km.

(10)

10

Sumber gempa bumi atau episenter adalah titik di permukaan bumi yang merupakan refleksi tegak lurus dari hiposenter atau fokus gempa bumi. Lokasi episenter dibuat dalam sistem koordinat kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur.

d. Magnitudo

Kekuatan gempa bumi atau magnitudo adalah ukuran kekuatan gempa bumi yang menggambarkan besarnya energi yang terlepas pada saat gempa bumi terjadi dan hasil pengamatan seismograf. Richter memperkenalkan konsep magnitudo (kekuatan gempa bumi di sumbernya) secara umum dengan satuan Skala Richter.

Persamaan untuk menentukan magnitudo yang sering dipakai adalah: M = log | + f (A,h) + Cs + C (2.1)

dengan M adalah magnitudo, a adalah amplitudo gerakan tanah (mikron), T adalah periode, A adalah jarak episenter, h adalah kedalaman gempa, Cs adalah koreksi stasiun oleh struktur lokal, dan C adalah koreksi regional.

3.1.3. Peak Ground Acceleration (PGA)

Percepatan getaran tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) adalah nilai terbesar percepatan tanah pada suatu tempat yang diakibatkan oleh getaran gempa bumi dalam periode waktu tertentu. Tingkat kepadatan tanah sangat menentukan besarnya kecilnya nilai PGA di daerah tersebut. Semakin padat tanah maka nilai PGA di daerah tersebut semakin kecil. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa bangunan yang dibangun di atas struktur tanah yang padat pada saat gempa bumi yang terjadi pada tahun 2000 (7,3 SR) mengalami kerusakan lebih ringan daripada bangunan yang dibangun di atas struktur tanah yang kurang padat (Lubis dan Hadi, 2005). Di dalam menentukan nilai percepatan tanah maksimum, sejumlah metode empiris telah banyak digunakan di dalam penelitian percepatan getaran tanah maksimum. Beberapa metode pada umumnya memerlukan input data berupa magnitudo, kedalaman, dan jarak episenter gempa bumi (Rini, 2015). Persamaan ini dibuat dengan menggunakan data gempa bumi yang dikategorikan sebagai gempa bumi intraslab dan gempa bumi interface di zona subduksi dengan ketentuan gempa bumi memilki Magnitudo Momen (Mw) lebih besar sama dengan 5,0 (Tim Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Berikut ini merupakan bentuk persamaan Youngs, dkk (1997) untuk batuan dan tanah: a) Untuk batuan:

ln(y) = 0,2418+1,414M+C ln(R+1,7818e0,554M) dengan :

y = nilai peak ground acceleration (g)

C = -2,552 (untuk batuan) dan -2,329 (untuk tanah) e = 2,718281828 R = jarak hiposenter (km)

(11)

11

ZT = tipe sumber (0 untuk gempa bumi interface, 1 untuk gempa bumi intraslab) Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung jarak hiposenter (R): X = (Xa - Xb) 111,322 km (2.9)

Y = (Ya - Yb) 111,322 km (2.10) r = VX2 + Y2 (2.11)

R = Vr2 + h2 (2.12) dengan:

Xa = garis bujur episenter Xb = garis bujur titik grid Ya = garis lintang episenter Yb = garis lintang titik grid r = jarak episenter ke titik grid R = jarak hiposenter (km)

Penentuan persamaan percepatan getaran tanah sebagian besar diturunkan di luar Indonesia karena belum adanya persamaan khusus percepatan getaran tanah di Indonesia. Oleh karena itu, studi tentang tingkat risiko gempa bumi di suatu wilayah di Indonesia, masih banyak menggunakan persamaan yang diperoleh di wilayah lain di luar Indonesia dengan asumsi adanya kesamaan kondisi geologi dan tektonik dengan wilayah di Indonesia (Rini, 2015). Selain itu, pemilihan persamaan percepatan getaran tanah didasarkan pada perbandingan hasil pengolahan data menggunakan persamaan percepatan getaran tanah yang ada dengan data rekaman getaran tanah/akselerograf yang terdapat di Indonesia. Ahazarda (2013) melakukan perbandingan tersebut terhadap 11 persamaan percepatan getaran tanah untuk sumber gempa subduksi dengan data rekaman akselerograf wilayah Jawa dan Sumatra. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk sumber gempa subduksi, persamaan Youngs, dkk (1997), Atkinson-Boore (2003), dan Zhao, dkk (2006) cocok dengan data akselerograf di wilayah Jawa dan Sumatra.

3.1.4 Intensitas Gempa Bumi

Tingkat kerusakan akibat gempa bumi dinyatakan dalam intensitas. Intensitas gempa bumi adalah derajat kerusakan akibat gempa bumi pada suatu daerah dan dilihat dari efek akibat getaran gempa. Intensitas tinggi biasanya terjadi pada daerah yang dekat sumber gempa dibandingkan tempat yang jauh dari sumber gempa (Edwiza, 2008). Terdapat hubungan secara empiris dari nilai percepatan getaran tanah maksimum dengan skala intensitas dalam MMI yang dirumuskan dengan (Wald dkk, 1999): I = 3,66 log PGA - 1,66 (2.13)

(12)

12

dengan I adalah intensitas gempa menurut skala MMI dan PGA (Peak Ground Acceleration) merupakan percepatan getaran tanah maksimum. Percepatan getaran tanah maksimum merupakan dampak gelombang gempa di lokasi pengukuran, sehingga bisa menjadi ukuran intensitas gempa yang dialami (Edwiza dan Novita, 2008). Berikut ini merupakan klasifikasi skala intensitas gempa bumi oleh BMKG (2019):

Tabel 3.1 Skala Intensitas Gempa Bumi

Skala

SIG BMKG

Warna Deskripsi

Sederhana

Deskrispsi Rinci Skala

MMI PGA (gai) 1 Putih TIDAK DIRASAKAN (Not Felt)

Tidak dirasakan atau dirasakan hanya oleh beberapa orang tetapi terekam oleh alat.

Ml <2.9

II Hijau DIRASAKAN

(Felt) Dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.

lll-V 2.9-88

III Kuning

KERUSAKAN RING AN (Slight

Damage)

Bagian non struktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, atap bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan.

VI 89-167

IV Jingga KERUSAKAN SEDANG (Moderate Damage)

Banyak Retakan terjadi pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah. Sebagian plester dinding lepas. Hampir sebagian besar

atap bergeser ke bawah atau jatuh. Struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang.

VII-VIII 168-564 V Merah KERUSAKAN BERAT (Heavy Damage)

Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat Rel ker eta api melengkung.

IX-XII > 564

3.1.5. Penentuan Tingkat Bahaya Gempa Bumi

Berikut ini merupakan parameter tingkat bahaya gempa bumi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007:

a. Sifat Fisik Batuan

Merupakan pencerminan dari kondisi kekuatan batuan dalam menerima beban dan tekanan. Semakin kuat suatu batuan di dalam menerima beban dan tekanan, maka akan semakin stabil terhadap kemungkinan longsor, terutama pada saat terjadi gempa bumi. Selain itu aspek sifat fisik batuan dilihat juga dari sisi kekerasan maupun material pembentuknya.

b. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dapat memberikan gambaran tingkat stabilitas terhadap kemungkinan teijadinya longsoran atau runtuhan tanah dan batuan, terutama pada saat terjadi gempa bumi. Semakin terjal lereng maka potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan batuan akan semakin besar.

c. Kegempaan

Faktor Kegempaan merupakan informasi yang menunjukkan tingkat intensitas gempa bumi, peak ground acceleration, dan magnitudo.

(13)

13

d. Struktur Geologi (Jarak dengan Zona Sesar)

Struktur geologi merupakan pencerminan seberapa besar suatu wilayah mengalami “deraan” tektonik. Semakin rumit struktur geologi yang berkembang di suatu wilayah, maka menunjukkan bahwa wilayah tersebut cenderung sebagai wilayah yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi jika terjadi gempa bumi. Beberapa struktur geologi yang dikenal berupa kekar, lipatan dan patahan/sesar. Pada dasarnya patahan akan terbentuk dalam suatu zona, jadi bukan sebagai satu tarikan garis saja. Untuk kajian tingkat bahaya gempa bumi ini, maka digunakan jarak terhadap zona sesar. Semakin jauh suatu wilayah dari zona sesar maka wilayah tersebut memiliki tingkat bahaya yang rendah apabila terjadi gempa bumi.

Berikut ini merupakan scoring parameter tingkat bahaya gempa bumi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007:

Tabel 3.2 Scoring Parameter Tingkat Bahaya Gempa Bumi (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2007)

No. Variabel Indikator Nilai Bobot Skor

Batuan Beku, Metamorf, Breksi Volkanik,

Aglomerat, Breksi Sedimen, Konglomerat 1 3

1

Geologi (Sifat Fisik dan Keteknikan

Batuan)

Batu Pasir, Tufa Kasar, Batu Lanau, Arkose,

Greywacke, Batu Gamping 2

3

6

Pasir, Lanau, Batu Lumpur, Alluvial, Napal,

Tufa Halus, Serpih 3 9

Lempung, Lumpur, Lempung Organik,

Gambut 4 12

2 Kemiringan Lereng

Datar - Landai (0 - 7 %) 1

3

3

Miring - Agak Curam (7 - 30 %) 2 6

Curam - Sangat Curam (30 - 140%) 3 9

Terjal (> 140%) 4 12 3 Kegempaan Intensitas (MMI) PGA (gal) Magnitudo (Mw) 5 I - V < 50 < 5 1 5 VI - VII 50 - 150 5,0 - 6,0 2 10 VIII 151 - 300 6,0 - 6,5 3 15 IX - XII > 300 > 6,5 4 20 4 Struktur Geologi (Jarak dengan Zona

Sesar)

Jauh dari Zona Sesar 1

4

4 Dekat dengan Zona Sesar (100 - 1000 m dari

Zona Sesar) 2 8

(14)

14

Menurut Sitohang (2016), metode scoring digunakan untuk merepresentasikan tingkat kedekatan, keterkaitan, atau beratnya dampak tertentu pada suatu fenomena secara spasial. Setiap parameter masukan akan diberikan skor dan kemudian akan dijumlahkan untuk memperoleh tingkat keterkaitan. Hasil akhir dari metode scoring adalah mengklasifikasikan tingkat keterkaitan parameter keluaran. Klasifikasi didasarkan pada nilai total skor dari setiap parameter masukan. Rentang klasifikasi parameter keluaran ditentukan berdasarkan rentang nilai terendah hingga tertinggi dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan.

Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2007), identifikasi penentuan tingkat bahaya gempa bumi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Kategori Tingkat Bahaya Rendah = skor 15 - 30 b. Kategori Tingkat Bahaya Sedang = skor 31 - 45 c. Kategori Tingkat Bahaya Tinggi = skor 46 - 60 3.1.6 Kondisi Topografi Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang memiliki variasi ketinggian antara 0¬1.778 m di atas permukaan laut. Sebagian besar topografi daerah Kabupaten Pandeglang adalah dataran rendah yang berada di daerah tengah dan selatan yang memiliki luas 85,07% dari luas keseluruhan Kabupaten Pandeglang. Kedua daerah ini ditandai dengan karakteristik utamanya adalah ketinggian gunung- gunungnya yang relatif rendah, seperti Gunung Payung (480 mdpl), Gunung Honje (620 mdpl) dan Gunung Tilu (562 mdpl). Daerah utara memiliki luas 14,93 % dari luas Kabupaten Pandeglang yang merupakan dataran tinggi, yang ditandai dengan karekteristik utamanya adalah ketinggian gunung yang relatif tinggi, seperti Gunung Karang (1.778 mdpl), Gunung Pulosari (1.346 mdpl) dan Gunung Aseupan (1.174 mdpl).

3.1.7 Kondisi Geologi Kabupaten Pandeglang

Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk ke dalam Zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan. Menurut data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang (2016), beberapa jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Pandeglang antara lain adalah:

a. Alluvium, terdapat di daerah gunung dan pinggiran pantai

b. Bahan erupsi gunung berapi, terdapat di daerah bagian utara tepatnya di daerah Kecamatan Labuan, Jiput, Mandalawangi, Cimanuk, Menes, Banjar, Pandeglang dan Cadasari

c. Diocena, terdapat di daerah bagian barat, tepatnya di Kecamatan Cimanggu dan Cigeulis

d. Piocena Sedimen, di bagian Selatan di daerah Kecamatan Bojong, Munjul, Cikeusik, Cigeulis, Cibaliung dan Cimanggu

(15)

15

e. Miocene Limestone, disekitar Kecamatan Cimanggu bagian utara f. Mineral Deposit, yang terbagi atas beberapa mineral, yaitu : - Belerang dan sumber air panas di Kecamatan Banjar dan Kaduhejo

- Kapur/karang darat dan laut di Kecamatan Labuan, Cigeulis, Cimanggu, Cibaliung, Cikeusik dan Cadasari

Serat batu (gift) terdapat di Kecamatan Cigeulis. Adapun jenis tanah yang ada di Kabupaten Pandeglang

dapat dikelompokan dalam beberapa jenis dengan tingkat kesuburan dari rendah sampai dengan sedang, diantaranya adalah:

a. Alluvial, terdapat di Kecamatan Panimbang, Sumur, Cikeusik, Pagelaran, Picung, Labuan dan Munjul

b. Grumosol, yang tersebar di Kecamatan Sumur dan Cimanggu

c. Regosol, terdapat di Kecamatan Sumur, Labuan, Pagelaran, Cikeusik dan Cimanggu

d. Latosol, terdapat di sekitar Gunung Karang, Kecamatan Pandeglang, Saketi, Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Bojong, Menes, Jiput, Labuan dan Sumur e. Podsolik, terdapat di Kecamatan Labuan, Menes, Saketi, Bojong, Munjul, Cikeusik, Cibaliung, Cimanggu, Cigeulis, Sumur, Panimbang dan Angsana.

(16)

16

Gambar 3.1 Peta Geologi Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011)

Gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011)

3.1.8. Kondisi Seismisitas Kabupaten Pandeglang

Seismisitas merupakan parameter fisis yang menggambarkan jumlah total kejadian gempa bumi yang berlangsung dalam periode tertentu (Hilmi dkk, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi, dkk (2019) yang menganalisis seismisitas pada daerah selatan Jawa Barat dan Banten, wilayah Kabupaten Pandeglang memiliki nilai tertinggi pada parameter seismoteknik yaitu a-value (keaktifan seismik) dan b-value (kerapuhan batuan).

3.1.9. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, menganalisa, dan menampilkan informasi dengan referensi geografis (Budianto, 2010). Menurut Hanafi (2011), definisi Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem untuk mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan analisis data spasial (keruangan) serta data non-spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan aspek

keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan. Berikut ini merupakan beberapa keuntungan penggunaan SIG (Hanafi, 2011):

a. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan, menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan

(17)

17

perbaikan data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan.

b. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya. c. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi menjadi beberapa layer data spasial, dengan layer permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali.

3.1.10. Komponen Utama Sistem Informasi Geografis

Berikut ini merupakan komponen Sistem Informasi Geografis (Harmon dan Anderson, 2003):

a. Sumber Daya Manusia

Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.

b. Software

Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem informasi geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis, sistem manajemen basis data, tools yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools geografi.

c. Hardware

Sistem Informasi Geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya karena data-data yang digunakan dalam SIG membutuhkan ruang yang besar untuk penyimpanan dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam Sistem Informasi Geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.

d. Aplikasi

Sistem Informasi Geografis sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan manajemen sumber daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya. keunggulan sistem informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang tersebut adalah karena kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.\

(18)

18

e. Data

Hal yang merupakan komponen penting dalam Sistem Informasi Geografis adalah data. Secara fundamental Sistem Informasi Geografis bekeija dengan dua tipe data yaitu data vektor dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota, dan sebagainya. Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau

kenampakan objek di permukaan bumi, sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut (Pahlevi, 2010).

3.1.11 Sub-Sistem SIG

Suatu sistem informasi geografis menyediakan empat perangkat kemampuan untuk menangani data tereferensi secara geografis:

a. Data Input

Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan attribut dari berbagai sumber. Bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan formatformat data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG dalam format digital. Data tersebut mungkin dapat direkam (capture) baik dalam bentuk vektor maupun raster. Cara ini dapat dilakukan melalui pendigitalan manual, scanning, atau dari data digital yang ada.

b. Data Output

Sub-sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy (on-screen or electronic file) atau hardcopy (paper or film). Dalam mempertimbangkan suatu SIG perlu untuk mengkaji kualitas, akurasi, dan mudah dalam penggunaannya dalam menghasilkan output yang diinginkan. Umumnya sistem berbasiskan vektor dapat menghasilkan peta yang berkualitas lebih tinggi dari pada sistem berbasiskan raster.

c. Data Management

Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate dan diedit. Ada fungsi-fungsi yang dibentuk oleh SIG untuk menyimpan dan menerima data dari basis data, kemampuan ini sama seperti halnya dengan kemampuan yang disediakan oleh perangkat lunak manajemen basis data. Data dimasukan ke dalam struktur data yang sudah didefinisikan yang mungkin saling berhubungan atau mungkin juga tidak saling berhubungan.

d. Data Manipulasi dan Analisis

Sub-sistem ini menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. SIG melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Fungsi analisis SIG secara umum dibagi kedalam dua bagian yaitu analisis spasial dan

(19)

19

analisis non spasial. Analisis spasial memerlukan pengetahuan hubungan geografi antara data- data (points, lines, and polygons) yang terdapat dalam SIG. sedangkan analisis non-spasial menggambarkan suatu query dari database, sejenis fungsi dalam database management software.

3.1.12. Analisis Spasial

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografis adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisis statistik dan overlay yang disebut sebagai analisis spasial. Tidak seperti sistem informasi yang lain, Sistem Informasi Geografis menambahkan dimensi ‘ruang (space) atau geografis. Kombinasi ini menggambarkan atribut-atribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Ningsih dkk, 2005).

Kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan. Berikut ini merupakan jenis-jenis analisis spasial (Aronoff, 1989):

a. Pengukuran, Query Spasial dan Fungsi Klasifikasi

Fungsi ini merupakan fungsi yang meng-eksplore data tanpa membuat perubahan yang mendasar, dan biasanya dilakukan sebelum analisis data. Fungsi pengukuran mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area baik itu 2 dimensi atau 3 dimensi. Query spasial dalam mengidentifikasikan obyek secara selektif, definisi pengguna, maupun melalui kondisi logika. Contoh query spasial adalah misalnya kita mencari suatu area yang kurang dari 400000 m2 pada area peruntukan lahan (Gambar 2.5). Fungsi klasifikasi adalah

mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya, klasifikasi pendapatan per tahun dari rumah tangga suatu daerah, dari klasifikasi sebelumnya dibagi menjadi 7 kelas menjadi 5 kelas klasifikasi

3.2 Penelitian Terdahulu

Setyawan dan Khakim (2012) melakukan penelitian mengenai risiko gempa bumi berdasarkan kerusakan bangunan yang berjudul “Penyusunan Peta Risiko Bencana Gempa bumi Skala Mikro Berdasarkan Kerusakan Bangunan” dengan tujuan untuk: (1) mengetahui pola kerusakan bangunan akibat gempa bumi daerah penelitian, (2) mengetahui tingkat hubungan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan bangunan akibat gempa bumi dengan analisis spatial association, (3) mengetahui tingkat ancaman gempabumi berdasarkan nilai hubungan faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan bangunan, (4) pemetaan risiko bencana gempa bumi skala mikro daerah penelitian. Parameter yang digunakan kerusakan bangunan, struktur bangunan, amplifikasi tanah, bahan induk tanah dan jarak terhadap patahan. Dari hasil pemetaan risiko bencana gempa bumi skala mikro sebagian Daerah Bantul timur yang terdiri

(20)

20

dari 5 kelas: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi, diperoleh hanya tingkat sangat rendah sampai sedang. Tingkat risiko sedang di sepanjang Sungai Opak, risiko rendah pada bagian barat Sungai Opak dan sangat rendah pada bagian timur Sungai Opak.

Desmonda dan Pamungkas (2014) melakukan penelitian mengenai masalah kerentanan gempa bumi yang berjudul “Penentuan Zona Kerentanan Gempa Bumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan”. Penentuan zona kerentanan bencana gempa bumi tektonik di wilayah penelitian (Kabupaten Malang, khususnya Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading) dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana gempa bumi. Dalam menentukan zona risiko bencana gempa bumi di wilayah penelitian, dilakukan dua tahapan, yaitu menentukan bobot prioritas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kerentanannya menggunakan alat analisa deskriptif dan analisa AHP. Selanjutnya, menentukan zona kerentanannya menggunakan analisa overlay, menggunakan metode Overlay Weighted Sum pada aplikasi GIS. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa wilayah seluas 1236,8 Ha (1,3%) diklasifikasikan sebagai zona Sangat Berrisiko, meliputi Desa/Kelurahan Argotirto, Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringisari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermanjing, Tambaksari, Sumbersuko, dan Srimulyo

(21)

21

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Wilayah studi

Lokasi yang dijadikan studi kasus pada penelitian ini berada di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Menurut data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang (2016), secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak pada 6°21' - 7°10' LS dan 104°48' - 106°11' BT dengan luas wilayah 2.747 km2 (29,98% dari luas Provinsi Banten).

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011)

4.1 Data dan Peralatan 4.2.1 Data

Data yang dibutuhkan adalah :

a. Data Gempa Bumi Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 - 2018 b. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang

c. Peta Geologi Kabupaten Pandeglang d. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang e. Peta Kelerengan Kabupaten Pandeglang

(22)

22

4.2.2 Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : a. Perangkat lunak pengolah data SIG

b. Perangkat lunak pengolah angka

4.3. Metodologi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang dapat dijadikan suatu penelitian, penetapan batasan- batasan masalah, beserta studi literatur yang berfungsi sebagai referensi dalam melakukan penelitian. Literatur dapat berupa buku maupun jurnal penelitian dengan sumber yang dapat dipertanggungj awabkan.

b. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini diperlukan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Data-data yang digunakan antara lain:

1) Data Gempa Bumi Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 - 2018 2) Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang

3) Peta Geologi Kabupaten Pandeglang 4) Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang 5) Peta Kelerengan Kabupaten Pandeglang c. Tahap Pengolahan Data

Tahap ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah tahap perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) dan intensitas gempa bumi. Dan bagian kedua adalah tahap identifikasi tingkat bahaya gempa bumi.

(23)

23

Perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) dan Intensitas Gempa Bumi

Gambar 4.2 Diagram Alir Perhitungan PGA dan Intensitas Gempa Bumi

Data-data yang digunakan adalah Data Gempa Bumi Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 - 2018, Peta Administrasi, Peta Geologi, dan Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang. Berikut ini merupakan Data Gempa Bumi Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 - 2018 yang di dalamnya terdapat 1024 event gempa.

Perhitungan PGA (Peak Ground Acceleration) menggunakan persamaan Youngs, dkk (1997) dengan bentuk persamaan yang tertulis pada Persamaan 2.7 (untuk batuan) dan Persamaan 2.8 (untuk tanah). Perhitungan dilakukan pada 1024 event gempa bumi di tiap titik perhitungan. Setelah itu menentukan nilai PGA terbesar di tiap titik perhitungan untuk digunakan pada proses interpolasi dan perhitungan intensitas gempa bumi. Karena

(24)

24

keseluruhan wilayah Kabupaten Pandeglang terdapat batuan dan tanah, maka hasil dari perhitungan PGA menggunakan PGA rata-rata batuan dan tanah.

Perhitungan Intensitas Gempa Bumi menggunakan persamaan Wald, dkk (1999) dengan bentuk persamaan yang tertulis. Interpolasi perhitungan Intensitas Gempa Bumi menggunakan perangkat lunak pengolah data dengan metode IDW.

(25)

25

BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

5.1 Organisasi Tim Peneliti

No Nama Jabatan

1 Dr-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc Dosen Ketua 2 Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT Dosen Anggota tim

5.2 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Jadwal Kegiatan April 2020 Mei 2020 Juni 2020 Juli 2020 Agustus 2020 September 2020 Nopember 2020 Desember 2020 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap Persiapan Identifikasi Masalah Studi Literatur dan Persiapan Survey Pengambilan dan Pengumpulan Data 2.

Tahap Pengolahan Data

Pengolahan Data

3.

Tahap Analisa Data

Analisa

4.

Tahap Akhir

Penyusunan Laporan Akhir

(26)

26

5.3 Biaya Penelitian

1. Honor

Honor Honor/jam waktu

jam/minggu minggu Honor

Petugas lapangan dan Pengolah data 17000 12 20 4080000 Petugas Lapangan 1 15000 10 20 3000000 Petugas Lapangan 2 15000 10 20 3000000 Petugas Lapangan 3 15000 10 20 3000000 SUBTOTAL 13080000 2. Material Pendukung

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas

Harga satuan (Rp)

harga peralatan penunjang

Citra Satelit Data Utama 4 450000 1800000

Sewa Komputer Proses Data Citra 4 1000000 4000000

Sewa GPS navigasi Pengamatan dan

Observasi Lapangan

15 300,000

4500000

Sewa Kamera Dokumentasi Survey

Lapangan

15 400,000

6000000

SUBTOTAL 16300000

3. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas

Harga satuan (Rp) Harga Total Tinta Printer A3 Pembuatan Laporan, Survey Lapangan 5 350000 1750000 Kertas A4 Pembuatan Laporan, Survey Lapangan 5 50000 250000 Kertas A3 Pembuatan Laporan, Survey Lapangan 3 100000 300000 ATK Pembuatan Laporan,

Survey Lapangan 1 paket 320000 320000

Penjilidan Laporan

Laporan Kemajuan dan

Laporan Akhir 5 100000 600000

Map

Untuk Menyimpan semua dokumen terkait

penelitian 10 50000 500000

(27)

27

Perjalanan

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas

(Hari) Harga satuan (Rp) Harga Total Transportasi

Sewa Mobil untuk mengantarkan Tim +

peralatan GPS Geodetic 20 600000 12000000

SUBTOTAL 12000000

4. Lain Lain

Kegiatan Justifikasi Kuantitas

Harga satuan (Rp) Harga Total Seminar / Publikasi Internasional publikasi hasil penelitian di jurnal internasional 1 5000000 5000000 SUBTOTAL 5000000

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)

1 Honorarium 13080000

2 Peralatan penunjang 16300000

3 Bahan Habis pakai 3620000

4 Perjalanan 12000000

5 Lain lain (Publikasi Jurnal Internasional) 5000000

(28)

28

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Ahazarda, R. 2013. Development of Strong-motion Database for The Sumatra-Java Region. Canberra: The Australian National University.

Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. Ottawa: WDL Publications.

Atkinson, G. M dan Boore, D. M. 2003. Empirical Ground-motion Relations for Subduction Zone Earthquakes and Their Application to Cascadia and Other Regions. Bulletin of the Seismological Society of America. 93 (4): 1703-1729.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2019. Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG. Tersedia pada https://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-intensitas- gempabumi.bmkg. (diakses pada 10 Agustus 2019).

Budianto, E. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View GIS. Yogyakarta: Andi Offset.

Desmonda, N. I. dan Pamungkas, A. 2014. Penentuan Zona Kerentanan Bencana Gempa Bumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan. Jurnal Teknik POMITS. 3 (2): 107-112.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007. Pedoman Penataan Ruang: Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2007. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Donovan, N. C. 1973. A Statistical Evaluation of Strong Motion Data Including the February 9, 1971 San Fernando Earthquake. In Proceedings of Fifth World Conference on Earthquake Engineering, vol. 1, hal. 1252-1261.

Douglas, J. 2018. Ground Motion Prediction Equations 1964¬2018. United Kingdom: University of Strathclyde.

Edwiza, D. 2008. Analisis terhadap Intensitas dan Percepatan Tanah Maksimum Gempa Sumbar. Jurnal TeknikA. 1 (29): 73-79.

Edwiza, D. dan Novita, S. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan Intensitas Seismik Kota Padang Panjang Menggunakan Metode Kanai. Jumal TeknikA. 2 (29): 111¬118.

Esteva, L. 1970. Seismic Hazard and Seismic Design Decisions. R.J. Hansen, editor, Seismic Design for Nuclear Power Plants, hal. 142-182. Cambridge: MIT Press.

Fukushima, Y. dan Tanaka, T. 1990. A New Attenuation Relation for Peak Horizontal Acceleration of Strong Earthquake Ground Motion in Japan. Bulletin of the Seismological Society of America. 80 (4): 757-783.

Hall, R. dan Wilson. 2000. Neogene Sutures in Eastern Indonesia. Journal of Asian Earth Sciences. 18 (2000): 781-808.

Hamzah, dkk. 2000. Tsunami Catalog and Zones in Indonesia. Journal of Natural Disaster Science. 22 (1): 25-43.

(29)

29

Hadi, B. S. 2013. Metode Interpolasi Spasial dalam Studi Geografi (Ulasan Singkat dan Contoh Aplikasinya). Geomedia. 11 (2): 235 - 244.

Hanafi, M. 2011. SIG dan AHP untuk Sistem Pendukung Keputusan Perecanaan Wilayah Industri dan Pemukiman Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Harmon, E. J. dan Anderson, S. J. 2003. Design and Implementation of Geographic Information System. New Jersey: John Wiley and Sons.

Hilmi, dkk. 2019. Analisis Seismisitas berdasarkan Data Gempa Bumi Peri ode 1958 - 2018 menggunakan b-value pada Daerah Selatan Jawa Barat dan Banten. Al-Fiziya. 2 (1): 10-16.

Irsyam, dkk. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 (Edisi 2). Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum.

Kanai, K. 1966. Improved Empirical Formula for Characteristics of Stray [sic] Earthquake Motions. In Proceedings of the Japanese Earthquake Symposium, hal. 1-4.

Lubis, A. M. dan Hadi, A. I. 2005. Analisis Kecepatan Gelombang Seismik Bawah Permukaan di Daerah yang Terkena Dampak Gempa Bumi 4 Juni 2000 (Studi Kasus: Kampus Universitas Bengkulu). J. Gradien. 1 (2): 69-73.

McGuire, R. K. 1977. Seismic Design Spectra and Mapping Procedures using Hazard Analysis based Directly on Oscillator Response. Earthquake Engineering and Structural Dynamics, vol. 5, hal. 211-234.

Ningsih, dkk. 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. 10 (2): 108-116.

Pahlevi, A. 2010. Membuat Aplikasi Rental Movie dengan Visual Basic 6.0. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 2011. Album Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 - 2031. Tersedia pada

http://bappeda.pandeglangkab.go.id/publikasi-data/. (diakses pada 30 Agustus 2019).

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016 - 2021. Tersedia pada

http://bappeda.pandeglangkab.go.id/dokumen-perencaan/. (diakses pada 30 Agustus 2019). Prahasta, E. 2001. Konsep - Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : CV.

Informatika.

Prahasta, E. 2005. Konsep - Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : CV. Informatika.

Rini, V. S. 2015. Kajian Awal Persamaan Prediksi Percepatan Tanah di Zona Subduksi Wilayah Bali dan Sekitarnya. Tangerang Selatan: Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Setiyono, U dkk. 2019. Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak Tahun 1821 - 2018. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

(30)

30

Setyawan, N. dan Khakim, N. 2012. Penyusunan Peta Risiko Bencana Gempabumi Skala Mikro Berdasarkan Kerusakan Bangunan. Jumal Bumi Indonesia. 1 (2): 254 - 264. Sitohang, D. M. 2016. Metode Scoring dan Metode Fuzzy dalam Penentuan Zona Resiko

Malaria di Pulau Flores.

Sommerville, I. 2004. Software Engineering, 7th Edition. London: Pearson Education.

Sunarjo, dkk. 2012. Gempabumi Edisi Populer. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Terakusuma, A. 2017. Evaluasi Tingkat Erosi pada Kawasan Budidaya Pertanian Pangan di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. Bandung: Universitas Pasundan.

Tim Pusat Studi Gempa Nasional. 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Wahyudin, Y. 2011. Karakteristik Sumber Daya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bonorowo Wetlands. 1(1): 19-32.

Wald, dkk. 1999. Relationship Between Peak Ground Acceleration, Peak Ground Velocity, and Modified Mercalli Intensity in California. Earthquake Spectra. 15 (3): 557-564. Youngs, dkk. 1997. Strong Ground Motion Attenuation Relationships for Subduction Zone

Earthquakes. Seismological Research Letters. 68 (1): 58-73.

Zhao, dkk. 2006. An Empirical Site-classification Method for Strong-motion Stations in Japan using H/V Response Spectral Ratio. Bulletin of the Seismological Society of America. 96 (3): 914-925.

(31)

31

BAB VII LAMPIRAN

Lampiran Biodata Tim Peneliti

1. Ketua

a. Nama Lengkap : Dr-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 195908191985021001

d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor Kepala / Penata Tk.1 / III-d e. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Geomarin f. Bidang Keahlian : Geomarine

g. Fakultas/Jurusan : FTSLK / Teknik Geomatika

i. Alamat Rumah dan No. Telp. : Jl. Teknik Sipil Blok M-4, Surabaya 60111. Telp. (031) 592 3162. HP.081 230 74247

i. Riwayat penelitian / pengabdian (2) yang paling relevan dengan penelitian yang diusulkan / dilaporkan (sebutkan sebagai Ketua atau Anggota) :

- Pemantauan Perairan Selat Madura Dengan Pengembangan Algoritma Total Suspended Sediment (TSS) Dan Perubahan Garis Pantai Dari Citra Satellit Multitemporal (Sebagai Ketua)

- Aplikasi Penggunaan Citra Satelit Resolusi Tinggi untuk Pemetaan Wilayah Pesisir dan Laut (Sebagai Ketua)

j. Publikasi (2) yang paling relevan, (dalam bentuk makalah atau buku) :

- Analysis Of Concsentration Of Total Suspended Solid (Tss) In Porong Sidoarjo River Waters, The 4th International Conference on Science and Technology (ICST) 2018

- Changes of Coastlines Caused by Abration Using Multitemporal Satellite Images (Case Study: Coastal Of Gianyar District, Bali), The 6th International Seminar on Ocean and

Coastal Engineering, Environmental and Natural Disaster Management 2018 k. Paten (2) terakhir : -

l. Tugas Akhir (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah selesai dibimbing :

- Pemetaan Kondisi Perairan Menggunakan Algoritma Total Suspended Solid (TSS) Dari Citra Landsat 8 Dan Data Insitu (Studi Kasus : Pantai Timur Surabaya)

- Evaluasi Perubahan Garis Pantai menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus : Pesisir Kabupaten Gianyar, Bali)

(32)

32 2. Anggota

a. Nama Lengkap : Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 199101112015042001

d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Asisten Ahli / Penata Muda Tk. I / III-b e. Jabatan Struktural : -

f. Bidang Keahlian : Geomarine

g. Departemen/Fakultas : Teknik Geomatika / FTSLK

h. Alamat Rumah dan No. Telp. : Pucangan III/82 Surabaya 60282, 081216601907

i. Riwayat penelitian / pengabdian (2) yang paling relevan dengan penelitian yang diusulkan / dilaporkan (sebutkan sebagai Ketua atau Anggota) :

- Evaluasi Tutupan Lahan Pada Kawasan Pesisir Dan Laut di Perairan Teluk Lamong Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo (sebagai Ketua)

- Aplikasi Fotogrametri Bawah Air untuk Pemetaan dan Monitoring Kerusakan Terumbu Karang (sebagai Anggota)

j. Publikasi (2) yang paling relevan, (dalam bentuk makalah atau buku) :

- Monitoring of Changes of Coastal Conditions As A Result of Increased Industrial Activities (Case Study: Lamong Bay), The 6th International Seminar on Ocean and

Coastal Engineering, Environmental and Natural Disaster Management 2018

- Analysis Of Concsentration Of Total Suspended Solid (Tss) In Porong Sidoarjo River Waters, The 4th International Conference on Science and Technology (ICST) 2018

k. Paten (2) terakhir : -

l. Tugas Akhir (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah selesai dibimbing :

- Evaluasi Perubahan Garis Pantai menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus : Pesisir Kabupaten Gianyar, Bali)

- Analisis Pola Sebaran Sedimen Terhadap Pendangkalan Dermaga menggunakan Pemodelan Hidrodinamika Tiga Dimensi

(33)

33

LAMPIRAN SURAT KESEDIAAN ANGGOTA PENELITIAN SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

ANGGOTA TIM PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini kami:

Nama : Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT

NIP : 199101112015042001

Jurusan / Fakultas : Teknik Geomatika / FTSLK

menyatakan bersedia untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota tim penelitian:

Judul Penelitian : Analisa Sebaran Potensi Tingkat Bahaya Gempa Bumi di Kawasan Pesisir (Studi Kasus : Kabupaten Pandeglang, Banten)

Ketua Tim Peneliti : Teguh Hariyanto

dengan tugas : Koordinator Pengolahan Data SIG

Surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan seperlunya.

Surabaya, Maret 2020 Yang membuat pernyataan

Gambar

Tabel 3.1 Skala Intensitas Gempa Bumi
Tabel 3.2 Scoring Parameter Tingkat Bahaya Gempa Bumi (Direktorat Jenderal Penataan  Ruang, 2007)
Gambar 3.1 Peta Geologi Kabupaten Pandeglang (Pemerintah Daerah Kabupaten  Pandeglang, 2011)
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang  (Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, 2011)  4.1 Data dan Peralatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

memilih tema di antara tema fikih seperti thaharah, kemudian mengum- pulkan setiap ayat Alquran yang terkait dengan tema tersebut, dan menjelaskan setiap ayat sesuai

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya perbaikan oleh pihak Bali Tangi Spa terhadap atribut-atribut kualitas produk yang berada pada kuadran A diagram kartesius

Melihat ada keuntungan penggunaan Power Take-Off pad a kapal ferry (kapal dengan motor utama lebih dari satu) dan transmisi hidrolik memungkinkan untuk diterapkan

Sesuai dengan uji coba pengubahan biodata dosen di atas diperoleh data dosen dalam sebuah relasi yang secara logika bisa dibagi menjadi daftar baris terhapus, daftar

Setelah melakukan analisis dan perancangan sistem yang telah dibahas, maka untuk tahap selanjutnya yaitu Implementasi Sistem. Implementasi Sistem adalah proses realisasi dari

Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh dan menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida. Proses

Pada penelitian selanjutnya dapat diteliti konsep kematian dan kedukaan pada remaja dengan pengalaman kematian yang berbeda (seperti, pengalaman kematian orangtua akibat

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi perkembangan pemerolehan unsur-unsur fonologi (vokal dan konsonan) pada anak usia dua tahun