• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nurzen dan Riharjo (2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nurzen dan Riharjo (2016)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nurzen dan Riharjo (2016) dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Penelitian ini bertujuan untuk munguji apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal pada pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 hingga 2014. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Linier Berganda. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menujukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal dan Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.

Aryani (2017) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Pertumbuhan

(2)

11

Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signiflkan terhadap Belanja Modal secara Simultan. Sedangkan secara parsial Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) bepengaruh negatif dan tidak signiflkan terhadap Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan tidak signiflkan terhadap Belanja Modaldan Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signiflkan terhadap Belanja Modal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ayem dan Pratama (2018) dengan judul penelitian Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi khusus dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal Kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta Periode (2011-2016). Dalam penelitian hasil pengujian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap belanja modal sedangkan tiga variable lainnya yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal. Implikasi dari penelitian ini bagi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memberikan informasi, masukan dan solusi yang dibutuhkan guna meningkatkan Belanja Modal setiap tahun di masing-masing kabupaten dan kota. Selain itu juga dapat menjadi sebagai bahan perimbangan untuk mengambil sebuah keputusan yang ingin dilakukan dengan memperhitungkan faktor-faktor dan kriteria yang menentukan mutu dalam meningkatkan dan menstabilkan Belanja Modal.

Selanjutnya penelitian oleh Syukri dan Hinaya (2019) membahas tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi khusus terhadap Belanja Modal Kabupaten & Kota Provinsi

(3)

12

Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied research) dengan data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengujian hipotesis secara simultan pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh secara bersama sama terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan, pengujian model secara parsial, hanya variabel PAD yang berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.

Penelitian oleh Waskito et al., (2019) ini meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten & Kota di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Berdasarkan penelitian pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh selama tahun 2015-2017, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap belanja modal dan variabel Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap belanja modal.

(4)

13

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan

Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan (kontrak) di antara dua pihak, yaitu prinsipal dan agen, dimana prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan atas nama principal (Jensen & Meckling, 1976). Menurut Mathius (2016: 5) agency theory yang membuat teori keagenan sebagai suatu versi dari game theory yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang Iain disebut principal. Principal mendelegasikan penanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal itu dapat juga dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melakukan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Kaitan teori keagenan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam penyaluran dana perimbangan dan juga hubungan antara masyarakat yang diproksikan oleh pemerintah pusat (prinsipal) dengan pemerintah daerah (agen). Pemerintah pusat melakukan pelimpahkan wewenang kepada pemerintah daerah dalam mengatur secara mandiri segala aktivitas pemerintahan di daerahnya. Oleh karena itu sebagai konsekuensi dari pelimpahan wewenang tersebut, pemerintah pusat menurunkan dana perimbangan yang tujuannya adalah membantu pemerintah daerah baik dalam mendanai kebutuhan pemerintahan sehari-hari maupun memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat.

(5)

14

Selain itu, teori keagenan tersirat dalam hubungan pemerintah daerah dengan masyarakat. Masyarakat sebagai prinsipal telah memberikan sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak, retribusi dan sebagainya untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah selaku agen dalam hal ini, sudah seharusnya memberikan timbal balik kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan publik yang memada yang didanai oleh pendapatan daerah itu sendiri (Aryani, 2017).

2. Belanja Modal

a. Pengertian Belanja Modal

Belanja Modal adalah belanja yang dipergunakan pemerintah daerah yang manfaatnya bisa lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan juga akan menambah belanja yang sifatnya rutin. Belanja Modal diklasifikasikan menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah belanja publik yang manfaatnya bisa dinikmati langsung oleh masyarakat, kelompok kedua adalah belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya tidak dapat dinikmati langsung oleh masyarakat (Sularso, 2011).

Belanja Modal menurut Halim (2008: 101) merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengertian tersebut sesuai dengan pengertian Belanja Modal menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya

(6)

15

melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Sementara menurut Mardiasmo (2004: 187), Belanja Modal adalah kelompok belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi (menambah aset).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran yang merupakan komponen dari belanja langsung oleh pemerintah yang sifatnya menambah inventaris atau aset tetap yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan (satu periode akuntansi) dan digunakan untuk kepentingan umum. Belanja Modal tidak hanya pengeluaran anggaran untuk pembelian aset atau inventaris, tetapi juga pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya menambah dan mempertahankan masa manfaaat aset, serta menambah kapasitas dan kualitas aset (Mubasiroh, 2018). Pemerintah Daerah dituntut untuk mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya untuk belanja daerah yang bersifat produktif seperti belanja modal. Hal tersebut direalisasikan oleh pemerintah pusat dengan memberikan batas minimal untuk belanja modal sebesar 30% dari total belanja daerah yang dialokasikan pada APBD tiap daerah setiap tahunnya. Hal tersebut tertuang dalam Perpres No.2 tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana target

(7)

16

presentase belanja modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 30% dari total belanja.

Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Belanja Modal dapat diklasifikasikan dalam lima kategori utama:

1) Belanja Modal Tanah

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin 3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 5) Belanja Modal Fisik Lainnya

b. Peranan Belanja Modal

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Belanja Modal merupakan bagian dari kelompok belanja daerah yang memiliki pengertian berupa pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Belanja Modal dialokasikan dengan harapan agar terdapat multiplier effect (efek jangka panjang) baik secara makro dan mikro bagi perekonomian Indonesia, khususnya bagi daerah.

(8)

17

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belanja Modal

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 bahwa Belanja Modal merupakan komponen belanja langsung yang juga merupakan bagian dari belanja daerah dan didanai oleh pendapatan daerah, maka besar kecilnya alokasi untuk Belanja Modal dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah mempunyai sumber-sumber pendapatan daerah berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), di samping itu pemerintah pusat juga akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH). Pendapatan Asli Daerah akan berpengaruh terhadap Belanja Modal. Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah biasanya akan diikuti dengan meningkatnya Belanja Modal, kemudian menyesuaikan dengan kondisi pada saat tahun anggaran. Begitu pula dengan Dana Perimbangan dari pemerintah pusat berupa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan keteradilan yang selaras dengan utusan pemerintah (UU Nomor 32 Tahun 2004). Dengan adanya Dana Perimbangan dari pemerintah pusat tersebut diharapkan pemerintah daerah dapat meningkarkan persentase Belanja Modal daerahnya (Mubasiroh, 2018).

(9)

18

3. Pertumbuhan Ekonomi

Boediono (1985) mengatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Satu-satunya ukuran yang paling penting dalam konsep ekonomi adalah produk domestik bruto (PDB) yang mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu negara atau nasional. PDRB untuk mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu daerah atau lokal. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menggunakan PDRB sebagai alat ukur untuk menilai pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari angka Produk Domestik Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (Badan Pusat Statistik, 2016).

(10)

19

Dalam pemerintah daerah, pembangunan sarana dan prasarana berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi (Darwanto, 2007). Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan dan perbaikan infrastruktur untuk pelayanan kepada publik dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

4. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dijelaskan Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas desentralisasi.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segaa bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (PP RI No.58 Tahun 2005).

(11)

20

b. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 disebutkan bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut:

1) Pajak Daerah

Berdasar Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah , pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Aturan pelaksanaan pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2) Retribusi Daerah

Di samping pajak daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar peranannya dalam menyumbang Pendapatan Asli Daerah adalah retribusi daerah. Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan

(12)

21

retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh PEMDA untuk kepentingan pribadi maupun badan.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (Halim 2008: 98). Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggungjawabkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan secara mandiri oleh daerah.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pengertian penerimaan lain-lain Daerah kabupaten dan kota adalah penerimaan yang diperoleh daerah Kabupaten dan kota diluar pajak, retribusi, bagian laba BUMD. Beberapa contoh penerimaan yang termasuk kategori penerimaan lain-lain misalnya penerimaan dan hasil penjualan aset milik pemerintah daerah dan jasa giro rekening pemerintah daerah kabupaten dan kota.

5. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada

(13)

22

daerah. Dalam Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 “Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.

Dari dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum adalah dana transfer dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dialokasikan ke setiap daerah dengan tujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dan belanja daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang ditujukkan untuk memeratakan kemampuan keuangan daerah secara horizontal. Dana Alokasi Umum (DAU) diberikan berdasarkan kebutuhan daerah yang menjadi target pemberian. Kebutuhan daerah diukuir melalui luas wilayah, jumlah penduduk, keadaan geografis dan tingkat pendapatan masyarakat. Kebijakan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) diberikan dengan menggunakan proporsi terbaik, dimana daerah miskin akan menerima Dana Alokasi Umum (DAU) lebih besar daripada daerah yang kaya. Semakin kaya suatu daerah maka Dana Alokasi Umum (DAU) yang dialokasikan semakin kecil.

(14)

23

Dengan kata lain, tujuan penting alokasi DAU adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar Pemda di Indonesia. UU No. 25 tahun 1999 pasal 7 menggariskan bahwa pemerintah pusat berkewajiban menyalurkan paling sedikit 25% (26% pada UU No.33 tahun 2004) dari penerimaan dalam negerinya dalam bentuk DAU.

6. Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun 2004, wilayah yang menerima DAK harus menyediakan dana penyesuaian paling tidak 10% dari DAK yang ditransfer ke wilayah, dan dana penyesuaian ini harus dianggarkan dalam anggaran daerah (APBD).

Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

(15)

24

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal

Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita. Secara tradisional Pertumbuhan Ekonomi ditunjukan untuk peningkatan yang berkelanjutan Produk Domestik Regional Daerah/PDRB. PDRB yaitu semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti bagi Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah. Dengan adanya pengaruh yang signifikan antara desentralisasi fiskal dengan Pertumbuhan Ekonomi maka pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi Pertumbuhan Ekonomi hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan public.

Kaitan teori keagenan dimana masyarakat sebagai principal atau sebagai pihak yang memberikan berupa penerimaan daerah seperti yang dijelaskan di atas dan pemerintah daerah selaku agen dalam hal ini, seharusnya memberikan timbal balik kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan publik yang baik dan memadai yang didanai oleh pendapatan daerah itu sendiri dalam bentuk Belanja Modal. Semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi, maka Belanja modal akan semakin tinggi (meningkat). Semakin rendah Pertumbuhan Ekonomi, maka Belanja Modal juga semakin rendah.

Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk.

(16)

25

Bertambahnya insfrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu Pertumbuhan Ekonomi daerah. Biasanya bila Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah baik, maka pemerintah daerah setempat akan terus meningkatkan alokasi Belanja Modalnya dari tahun ke tahun guna melengkapi dan memperbaiki sarana dan prasarana, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan situasi pada tahun anggaran (Purwanto, 2013).

Hal diatas didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayasari dkk. (2014), Nurdiwaty dkk. (2017), dan Ayem & Pratama (2018) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal. Semakin meningkat pertumbuhan ekonomi, maka belanja modal akan semakin meningkat begitu pula jika semakin rendah pertumbuhan ekonomi maka belanja modal semakin rendah. Maka diperoleh rumusan hipotesis sebagai berikut:

H1: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi (UU Pasal 3 No.33 Tahun 2004). Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah.

(17)

26

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penghasilan asli dari daerah yang harus selalu ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan kegiatan pembangunan pemeritah daerah sehingga dapat tercipta kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas masyarakat dan akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada daerah tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan PAD diharapkan akan mampu memberi efek yang signifikan terhadap Belanja Modal oleh pemerintah.

Kaitan teori keagenan dimana masyarakat sebagai principal atau sebagai pihak yang memberikan sumber daya beserta PAD dalam bentuk pajak, retribusi dan sebagainya supaya dapat meningkatkan PAD. Dan pemerintah daerah selaku agen dalam hal ini, seharusnya memberikan timbal balik kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan publik yang baik dan memadai yang didanai oleh pendapatan daerah itu sendiri dalam bentuk Belanja Modal. Semakin tinggi Pendapatan Asli Daera, maka Belanja modal akan semakin tinggi (meningkat). Semakin rendah Pendapatan Asli Daerah, maka Belanja Modal juga semakin rendah.

Mundiroh (2019) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan belanja modal. Hal ini sesuai dengan PP No 58 tahun 2005 yang menyatakan bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

(18)

27

pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Setiap penyusunan APBD, alokasi belanja modal harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan Pendapatan Asli Daerah yang diterima. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwanto (2013), Karyadi (2017), Mubasiroh (2018), dan Syukri dan Hinaya (2019) bahwa Pendapatan Asli Daerah mempengaruhi pengalokasian Belanja Modal, Semakin besar Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan maka sebuah daerah akan semakin mengoptimalkan sumber-suber dana di daerahnya masing-masing. Menurut landasan teori diatas, hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:

H2: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

3. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Dana Alokasi Umum yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan pemerintah daerah dapat menggunakan dana ini untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Dana Alokasi Umum juga merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk Belanja Modal guna pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka pemberian pelayanan publik yang baik. Dana Alokasi Umum merupakan sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam

(19)

28

memenuhi belanjanya dan sekaligus dapat menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah.

Kaitan teori keagenan disini dilihat dari pemerintah pusat sebagai principal atau pihak yang memberikan dana perimbangan berupa DAU dan wewenang kepada pemerintah daerah sebagai agen. Pemerintah pusat memberikan DAU yang tujuannya adalah membantu pemerintah daerah baik dalam mendanai dalam bentuk Belanja Modal untuk kebutuhan pemerintahan sehari-hari maupun memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Semakin tinggi Dana Alokasi Umum, maka Belanja modal akan semakin tinggi (meningkat). Semakin rendah Dana Alokasi Umum, maka Belanja Modal juga semakin rendah. Semakin banyak Dana Alokasi Umum yang diterima berarti daerah tersebut masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanjanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2015), hasil peneltian tersebut menunjukan adanya pengaruh positif signifikan Dana Alokasi Umum terhadap alokasi belanja modal. Hal ini disebabkan karena dengan adanya transfer Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat maka pemerintah daerah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk membiayai Belanja Modal. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Mayasari dkk. (2014) dan Waskito dkk. (2019) yang memperoleh hasil bahwa Dana Alokasi Unum berpengaruh signifikan terhadap variabel belanja modal. Dari pemaparan di atas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H3: Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

(20)

29

4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal

DAK merupakan sumber pendapatan yang dialokasikan dari APBN kepada daerah untuk membiayai kebutuhan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah. Dana Alokasi Khusus merupakan dana perimbangan yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas pembangunan nasional. Tujuannya untuk mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah (Ardhani, 2011).

Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus diarahkan kepada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan publik dengan umur ekonomis panjang. Selain itu Dana Alokasi Khusus merupakan salah satu sumber pendanaan untuk belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian dana transfer dari pemerintah pusat (DAK) dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui belanja modal.

Kaitan keagenan disini dilihat dari pemerintah pusat sebagai principal atau pihak yang memberikan dana perimbangan berupa DAK dan wewenang kepada pemerintah daerah sebagai agen. Pemerintah pusat memberikan DAK yang tujuannya adalah membantu pemerintah daerah baik dalam mendanai dalam bentuk Belanja Modal untuk kebutuhan pemerintahan sehari-hari maupun memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Semakin tinggi Dana Alokasi Khusus, maka Belanja modal akan semakin tinggi (meningkat). Semakin rendah Dana Alokasi Khusus, maka Belanja Modal juga semakin rendah.

(21)

30

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karyadi (2017) menunjukan adanya hubungan antara Dana Alokasi dan Belanja Modal. Penelitian serupa dilakukan oleh Sandi, dkk (2019) yang menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh positif signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal. Pemerintah daerah akan menetapkan belanja modal yang besar jika nilai dana alokasi khusus besar, sebaliknya jika dana alokasi khusus kecil maka belanja modal yang ditetapkan pemerintah semakin kecil. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Waskito dkk. (2019) juga memperoleh hasil bahwa Dana Alokasi Khsus berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Berdasarkan landasan teori tersebut maka menghasilkan hipotesis sebagai berikut: H4: Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

D. Kerangka Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Pertumbuhan Ekonomi (X1)

Pendapatan Asli Daerah (X2)

Dana Alokasi Umum (X3)

Belanja Modal (Y)

Gambar

Gambar 3.1  Kerangka Pemikiran Pertumbuhan Ekonomi (X1)

Referensi

Dokumen terkait

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Dengan di tandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Gambaran

Pada hubungan kemitraan usaha pada peternak ayam pedaging (broiler) dalam hubungan hukum antara inti dan plasma di Kabupaten Kudus, bagi pihak inti tidak terdapat

Kepala Desa Teluk Endin Fahrudin pun mengucapkan banyak terimakasih kepada UJP Banten 2 Labuan yang telah membantu dalam perbaikan perahu nelayan pasca banjir ini, semoga

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang berdasar

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini