• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu: Irham Nugroho, M. Pd. I.

Cholissatul Fatonah (14.0401.0014) Suyanti (14.0401.0050)

Miftakhul Huda (14.0401.00)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2016

(2)

A. PENDAHULUAN

Dilahirkan dalam keadaan normal adalah suatu anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada kita. Tak seorang pun menginginkan lahir di dunia ini dalam keadaan yang kurang apalagi cacat. Pastinya manusia menginginkan dirinya dilahirkan dalam keadaan sempurna.

Meskipun kita meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini sudah menjadi takdir Allah SWT., akan tetapi mempelajari tentang makhluk ciptaan-Nya sangatlah diperlukan dan banyak manfaatnya bagi kita, apa lagi kita adalah manusia yang berkecimpung di dalam dunia keilmuan dimana segala sesuatu harus bisa dipertanggungjawabkan dengan memberikan bukti pengkajian terhadap sesuatu tersebut.

Pembahasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah menarik, terutama pembahasan terhadap anak berkebutuhan khusus. Dimana jumlah anak berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tentunya desebabkan oleh beberapa faktor. Disamping itu pembahasan terhadap hak-hak anak berkebutuhan khusus juga sangat penting mengingat banyaknya masyarakat, bahkan orang tua dari anak berkebutuhan khusus yang memandang sebelah mata.

Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang anak berkebutuhan khusus, dimana pembahasannya dibatasi pada pengertian anak berkebutuhan khusus, faktor penyebab anak berkebutuhan khusus, dan hak-hak anak berkebutuhan khusus.

(3)

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Di dalam psikologi perkembangan, Desmita menyebutkan bahwa masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni usia kira-kira 2 tahun sampai saat anak-anak matang secara seksual, yaitu kira-kira 13 tahun bagi wanita dan 14 tahun bagi pria (Desmita, 2005:127).

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus, sebagaimana yang disebutkan oleh Bandi Delphie (2006: 1). Untuk merumuskan secara definitif siapa yang dimaksud dengan anak berkelainan memang sesuatu hal yang sulit, karena disamping keanekaragaman jenis, perbedaan individual secara khas, kelainan itu sendiri bersifat normatif dan gradual.

Menurut Sapariadi dkk., yang dimaksud dengan anak berkelainan yaitu anak-anak yang mengalami kelainan fungsi dari organ-organ tubuhnya, baik yang bersifat jasmaniyah maupun rokhaniyah (Sapariadi dkk, 1982: 12). Kelainan berarti pula penyimpangan yang mengarah ke atas (super normal) atau ke bawah (sub normal). Penyimpangan ke atas merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan penyimpangan ke bawah merupakan suatu gangguan, hambatan dan sebagainya, sehingga mengalami kekurangan bahkan kadang-kadang karena hambatan yang begitu besar, sehingga mengakibatkan ketidakberfungsinya salah satu organ tubuh.

(4)

Menurut Kirk dkk., penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memilki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya (Mohammad Efendi, 2008: 2).

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa kelaianan itu bersifat normatif dan gradual. Tetapi yang perlu diingat bahwa kelainan bukanlah abnormalitas, akan tetapi kelainan itu merupakan exceptional. Sedangkan menurut E. Kosasih, yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded), baik itu gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus (E. Kosasih, 2012: 1).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas No. 70/2009 Pasal 3 ayat 1), anak berkebutuhan khusus dibahasakan sebagai peserta didik yang memiliki kelainan. Dan pada pasal 3 ayat 2 diberikan daftar anak yang termasuk berkebutuhan khusus (ABK) sebagai berikut: tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda. (http://BB%201-Konsep%20Dasar%20Peserta%20Didik

%20Berkebutuhan)

Banyak istilah yang dapat dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment,

(5)

dan handicap. Menurut World Health Organization (WHO) definisi dari masing-masing istilah itu adalah sebagai berikut:

a. Disability, keterbatasan kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.

b. Impairment, kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.

c. Handicap, ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

Jadi sederhananya bahwa anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memilki karakteristik khusus, dimana mereka membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus untuk merealisasikan potensi keseluruhan mereka.

2. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus selain sudah menjadi takdir juga karena adanya faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor penyebab itu menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga peristiwa yaitu: a. Kejadian sebelum lahir (Prenatal)

Faktor penyebab kelainan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Ketunaan yang terjadi pada ABK yang terjadi sebelum masa kelahiran dapat disebabkan antara lain oleh hal- hal sebagai berikut:

(6)

1. Gangguan genetika, yakni kelainan kromosom dan tranformasi kromosom yang tidak normal.

2. virus Liptospirosis (air kencing tikus), yang menyerang ibu yang sedang hamil. Jika virus ini merembet pada janin yang sedang dikandungnya melalui placenta maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan. 3. Virus maternal rubella (campak jerman), retrolanta

fibroplasia (RLF) yang menyerang pada ibu hamil dan jamin janin yang dikandungnya terdapat kemunngkinan akan timbul kecacatan pada bayi yang lahir.

4. Keracunan darah (toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil sehingga janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga saraf-saraf di otak mengalami gangguan.

5. Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di kandungan yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada placenta.

6. Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaiannya sehingga jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara langsung dapat berimbas pada bayi dalam perut.

7. Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya tidak dapat berkembang secara wajar. 8. Infeksi kehamilan yang dapat mengakibatkan cacat

pada janin. 9. Lahir prematur

b. Kejadian pada saat kelahiran (Natal)

Ketunaan yang terjadi pada saat kelahiran dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Proses kelahiran yang menggunakan vacum dan tang verlossing (dengan bantuan tang). Cara ini dapat

(7)

menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga pertumbuhan otak kurang dapat berkembang secara optimal.

2. Proses kelahiran bayi yang terlalu lama (anoxsia) sehingga mengakibatkan bayi kekurangan zat asam/oksigen. Hal ini dapat menggangu pertumbuhan sel-sel di otak. Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari-ari ibunya sehingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernafas yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada otak.

3. Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen cukup yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.

4. Kehamilan yang terlalu lama.

c. Kejadian setelah kelahiran (Postnatal)

Ketunaan pada ABK dapat diperoleh setelah kelahiran pula karena faktor- faktor penyebab seperti berikut ini:

1. penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak (enchepalitis) sehingga menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel otak menjadi terganggu.

2. Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak bagian dalam.

3. Stress berat dan gangguan kejiwaaan lainnya.

4. Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga (otitis media), malaria tropicana yang dapat berpengaruh terhadap kondisi badan.

5. Kekurangan zat makanan (nutrisi dan gizi)

(8)

Sebagaimana anak pada umunya, anak berkebutuhan khusus juga memilki hak yang sama sebagaimana hak anak normal. Diantara hak-hak anak berkebutuhan khusus berdasarkan landasan yuridis formal berdasarkan buku Panduan penanganan Anak Berkebutuhan Khusus bagi Pendamping (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2013: 2), yaitu:

a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

c. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

e. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

f. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

g. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

h. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-hak penyandang Disabilitas (convention On The Rights Of Persons With Disabilities)

i. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan

j. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah nasional Tahun 2010-2014

k. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak-hak Anak (convention On The Rights Of The Child)

(9)

l. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memilki Kelainan dan Memilki potensi Kecerdasaan dan atau Bakat Istimewa

m. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Dari landasan yuridis diatas, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak pada umumnya, diantaranya; hak mendapatkan kesejahteraan, hak mendapatkan pendidikan, hak perlindungan HAM, hak mendapatkan pelayanan kesehatan dan hak mendapatkan pelayanan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sehingga perlu kita pahami beberapa hal berikut ini;

a. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu orang tua, keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan anak tersebut dengan ikhlas.

b. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia.

c. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai minat dan potensi yang dimiliki. d. Anak berkebutuhan khusus bukan penyakit dan tidak

menular.

e. Orang tua, keluarga, dan masyarakat wajib memberikan pendampingan di bidang agama masing-masing, pendidikan, kesehatan, dan kehidupan sosial.

(10)

f. Diperlukannya ketrampilan yang harus dimilki oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam merawat dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus.

g. Orang tua dan keluarga perlu konsisten dan bersifat terbuka terhadap lingkungan sekitar dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

h. Orang tua dan keluarga harus mempunyai kemampuan teknis dan menstimulasi sedini mungkin perkembangan anak berkebutuhan khusus di rumah dan lingkungannya.

4. Dampak-Dampak Anak Berkebutuhan Khusus

Kondisi kelainan yang disandang seseorang memberikan dampak yang kurang menguntungkan pada kondisi psikologi maupun psikososialnya hingga dapat menjadi hambatan yang berarti bagi penderita kelainan dalam meniti tugas perkembangannya.

Menurut Mohammad Efendi, dampak kelainan dibagi kedalam tiga tahapan (Mohammad Efendi, 2008: 14), yaitu:

a. Tahap I, pada tahap ini anak berkebutuhan khusus akan berkurang kemampuannya untuk memfungsikan secara maksimum organ atau instrumen anggota tubuh yang mengalami kelainan, misalnya hilangnya fungsi pendengaran, penglihatan, atau berkurangnya fungsi organ tubuh.

b. Tahap II, pada tahap ini penderita akan terhambat dalam melakukan eksplorasi sehingga ia akan mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas yang mendayagunakan alat sensoris atau motorisnya.

c. Tahap III, pada tahap ini penderita kelainan akan mengalami gangguan emosi akibat ketidakberdayaannya.

(11)

d. Tahap IV, pada tahap ini penderita kelainan akan bersifat destruktif akibat reaksi-reaksi emosional yang ditimbulkan akibat hambatan terus menumpuk dan intensitasnya semakin meningkat.

C. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki karakteristik khusus pada hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2. Terdapat tiga faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yaitu faktor prenatal, natal, dan postnatal.

3. Hak-hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus sama dengan hak anak pada umumnya, yakni hak mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan, perlindungan HAM dan mendapatkan pelayanan khusus.

4. Dampak dari anak berkebutuhan khusus dibagi dalam empat tahap, dimana dari masing-masing tahap saling berkelanjutan dan bertingkat (gradual).

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tuna GrahitaI. Bandung: Refika Aditama

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Efendi, Mohammad. 2008. Psikopaedagogok Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. 2013. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat). Jakarta

Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya

Sapariadi, dkk. 1982. Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka

http://BB%201-Konsep%20Dasar%20Peserta%20Didik

%20Berkebutuhan, diakses pada tanggal 9 September 2016 pukul 09.20 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil Uji Statistic Independent Sample t-Test menunjukkan rasio CAR, ROA, NIM, BOPO, dan FDR Bank Rakyat Indonesia Syariah dengan Bank Negara Indonesia

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok AFS (381,495) c Bagiabagian efektif dari perubahan nilai wajar - d... Fasilitas pinjaman yang

daerah daerah yang sangat jauh letaknya dari awal agama islam diajarkan, sedangkan dari sisi keburukannya adalah, dalam penaklukan yang dilakukan dinasti umayah,

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Rehabilitasi Sedang/Berat Bangunan Sekolah Pengadaan Jasa Konsultan Perencanaan Wilayah I Rehabilitasi Sedang/Berat Bangunan Sekolah (SD/SMP)

 pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan dapat memoderasi hubungan DAK pada belanja modal dengan intensitas dan arah yang berlawanan 5 Sri Cahyaning, Puspita Sari

Sebagai pranata keagamaan, wakaf punya potensi dan manfaat ekonomi karenanya pelu dikelola secara baik untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.. Untuk

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP