6
2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan & Kebudayaan, 2012). Prestasi Belajar merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Triati, 2009).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar 2.2.1 Faktor Internal
2.2.1.1 Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat maka dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar (Hamdu & Agustina, 2011).
2.2.1.2. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Intelegensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis) yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar (Hamdu & Agustina, 2011).
2.2.1.3 Minat dan motivasi
Minat dan bakat merupakan aspek kewajiban. Minat dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dalam diri. Sedangkan motivasi adalah daya
penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar (Oktaviana, 2012). 2.2.1.4 Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat untuk memberikan kesempatan pada mata, otak serta organ tubuh lainnya memperoleh tenaga kembali (Handayani & Hariwibowo, 2011).
2.2.2 Faktor eksternal
2.2.2.1 Keluarga
Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar (Herman, 2001)
2.2.2.2 Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak (Setyaningsih, 2003).
2.2.2.3 Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama
anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Dan sebaliknya jika tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak berpendidikan dan tidak bermoral baik maka mengurangi semangat belajar anak (ludin, 1997).
2.2.2.4 Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila keadaan bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar (Ndrawati, 2004).
2.3 Teknik penentuan nilai dan prestasi belajar
Penilaian Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik) melalui tes tulis, tes lisan, penugasan. Penilaian pengetahuan terdiri atas Nilai Proses Nilai Harian (NH), Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS), dan Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).
2.2.3 Nilai Harian diperoleh dari hasil tes tulis, tes Lisan, dan penugasan yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD). 2.2.4 Penghitungan nilai pengetahuan diperoleh dari rerata NH, UTS, dan UAS. 2.2.5 Penilaian Laporan Hasil Belajar (LHB) untuk pengetahuan menggunakan
penilaian kuantitatif dengan skala 1 – 4 (kelipatan 0,33) dengan 2 (dua) desimal dan diberi predikat sebagai berikut:
Tabel 2. 4 Skala Interval Ketuntasan Nilai Belajar Interval Predikat 91 – 100 Sangat Baik 75 – 90 Baik 60 – 74 Cukup < 60 Kurang
2.4 Penghitungan Nilai Pengetahuan adalah dengan cara:
2.4.1 NH, UTS, dan UAS menggunakan skala nilai 0 sd 100
2.4.2 Nilai rapor merupakan hasil konversi dari rerata NH, UTS, dan UAS, (Kurikulum SMK Kesehatan Gana Husada, 2014)
2.5 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derifat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian dari molekul hemoglobin. Ada dua pasang polipeptida di dalam setiap molekul hemoglobin (Ganong &William, 2005).
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan PH normal melalui serangkaian dapat intraselular. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Handayani & Haribowo, 2008).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengidenfikasi anemia (Handayani & Haribowo, 2008).
2.6 Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari batas normal, yang berbeda dari setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala yaitu lemah, lesu, letih dan mudah ngantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, dan kadang-kadang pusing (Handayani & Haribowo, 2008).
Tabel 2.6 Nilai Ambang batas penentuan status anemia menurut WHO tahun 2007
Kadar Hemoglobin adalah salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran dan tes darah yang paling sering dilakukan (Isbister, James, & Harmening, 2006). Kadar Hemoglobin adalah Ukuran Pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah.jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Briawan, 2013).
2.6.1 Penyebab Anemia
2.6.1.1 Rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi pangan sumber zat besi. Zat gizi lain yang menyebabkan terjadinya anemia adalah kekurangan vitamin A, C, B12, Asam Folat dan Riboflavin.
2.6.1.2 Penyerapan zat besi yang rendah, disebabkan oleh komponen penghambat di dalam makanan seperti asam fitat. Makan yang mengandung asam fitat misalnya jagung.
Kelompok Batas Normal Hemoglobin
Bayi / Balita 11 gram %
Usia Sekolah 12 gram %
Ibu Hamil 11 gram %
Pria Dewasa 13 gram %
2.6.1.3 Malaria, terutama pada anak-anak dan wanita hamil.
2.6.1.4 Parasit seperti cacing (hookworm) dan lainnya (akistotomiasis)
2.6.1.5 Infeksi yang diakibatkan oleh penyakit kronis maupun sistemik misalnya HIV/ AIDS.
2.6.1.6 Gangguan genetik, seperti hemoglobinopati dan sickle cell trait.
Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain: Cyanmethemoglobin, Sahli, dan Talquist.
2.6.2 Cara Fotoelektrik : Cyanmethemoglobin
Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada acara ini mengubah hemoglobin. Oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfahemoglobintidak berubah maka itu tidak diukur (Gandasoebrata, 2005).
2.6.3 Cara Sahli
Pada acara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu (Gandasoebrata, 2005).
2.6.4 Cara Talquist
Pada cara ini sangat mudah dilakukan tetapi hasilnya tidak optimal. Dimana caranya dengan mengambil darah dari ujung jari, lalu teteskan pada kertas talquist dan cocokan dan baca pada standar yang ada (Gandasoebrata, 2005).
2.7 Status gizi
Status Gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan olehkeseimbangan anatar kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimi dan riwayat diet (Supariasa, 2007).
2.8 Penilaian Status Gizi
2.8.1 Antropometri
Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).
2.8.1.1 Indeks BB/U
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak, tulang dan otot, diantara beberapa macam indeks antropometri, indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitive status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah (Supariasa, 2007).
Pengukuran berat badan menurut umur secara teratur dan sering dapat dipergunakan sebagai indikator kurang gizi. Hasil pengukuran ini dapat menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau gangguan yang mengakibatkan laju pertumbuhan terhambat. BB/U (berat badan menurut umur) berdasarkan Z-Score adalah sebagai berikut , 1) Gizi Buruk : <-3 SD, 2) Gizi Kurang : -3SD sampai <-2 SD, 3) Gizi Baik : -2 SD sampai 2 SD, 4) Gizi Lebih : > 2 SD (WHO Reference, 2005).
Tinggi badan kurang peka dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan berat badan. Oleh karena itu tinggi badan menurut umur yang rendah biasanya akibat dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pastimemberikan petunjuk bahwa konsumsi zat gizi pada waktu yang tidak cukup (Supariasa, 2007).
TB/U lebih menggambarkan status gizi massa lalu. Keadaan tinggi berat badan anak pada usia sekolah (7 tahun) menggambarkan status gizi pada balita. Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi massa lampau juga lebih erat kaitannya dengan massalah sosial ekonomi , oleh karena itu indeks TB/U selain digunakan sebagai indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. TB/U berdasarkan Z-score adalah adalah 1) Sangat Pendek : <-3 SD, 2) Pendek : -3SD sampai <-2 SD, 3) Normal : -2 SD sampai 2 SD, 4) Tinggi : >2 SD (WHO Reference, 2005).
2.8.1.3 Indeks BB/TB
Ukuran antropometri yang terbaik adalah pengukuran dengan menggunakan pengukuran BB/TB karena dapat menggambarkan status gizi yang lebih sensitive dan spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB disebut indikator status gizi yang independen terhadap umur. Rumus pengukuran antropometri dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
IMT = BB (kg) (TB)² (m) Keterangan :
BB = Berat Badan dalam kg TB = Tinggi Badan dalam meter
Tabel 2.7 : Kategori IMT Umur 16 – 18 tahun berdasarkan IMT Menurut Umur (IMT/U) dalam Katagori Perempuan (WHO 2007)
Indeks Massa Tubuh dimana menggunakan BB/TB atau pun BB/PB merupakan pengukuran status gizi yang lebih sensitive dan spesifik. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dimana dalam keadaan normal akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks indikator TB/BB sangat baik untuk menanyakan status gizi (Retno Styaningsih, 2003).
2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi : 2.9.1 Pola Makan
Pola makan adalah kebiasaan memilih atau mengkonsumsi bahan makanan dengan sekelompok individu. Pola makan dapat menggambarkan kualitas makan seseorang. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu caraseseorang atau kelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan social (Triyani, 2005).
2.9.2 Penyakit Infeksi
Kategori Umur IMT
Kurus 15 Tahun ≤ 15,9 Normal 15 Tahun 16,0 – 28,1 Gemuk 15 Tahun ≥28,2 Kurus 16 Tahun ≤ 16,2 Normal 16 Tahun 16,3 – 28,8 Gemuk 16 Tahun ≥28,9 Kurus 17 Tahun ≤16,4 Normal 17 Tahun 16,5 – 29,2 Gemuk 17 Tahun ≥ 29,3 Kurus 18 Tahun ≤ 16,4 Normal 18 Tahun 16,5 – 29,4 Gemuk 18 Tahun ≥ 29,5
Penyakit infeksi juga akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi juga dapat menurunkan nafsu makan misalnya penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) ( Triyani, 2005).
2.9.3 Hygiene Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya dalam penyedian air bersih tidak tersedia dan keadaan limbah yang kotor maka dengan mudah penyakit menyerang pada seseorang (Triyani, 2005).
2.9.4 Pelayanan Kesehatan yang Kurang Memadai
Dimana pelayanan kesehatan yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya status gizi kurang pada seseorang. Karena tidak ada pemantauan secara dini tentang keadaan status gizi seseorang (Triyani, 2005).
2.10 Teori Lawrence Green
Kerangka konsep dikembangkan atau diacukan ke pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan keputusan sebelumnya. Berdasarkan kerangka konsep menurut teori Lawrence Green dimana faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong terhadap terjadinya perilaku dan konsep perilaku, dimana setiap konsep masing-masing memiliki variabel – variabel sebagai indikasi pengukur masing –masing konsep tersebut. Faktor predisposisi adalah variabel yang menjadi variabel utama yang dijadikan penelitian, faktor pendukung adalah variabel yang dijadikan sarana dalam melancarkan penelitian, faktor penguat
adalah variabel yang digunakan sebagai penyempurna dan penguat dari penelitan ini (Notoatmodjo, 2012).
Faktor Predisposisi misalnya status anemia dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U), faktor pendukung (enabling factors) misalnya ketersedian fasilitas sarana dan prasarana kesehatan seperti : laboratorium, ketersedian kantin yang menjual makanan yang bergizi, faktor penguat (reinforcing factors) misalnya sikap dan perilaku petugas kesehatan dan para guru pengajar.
Peran petugas kesehatan, menurut UU Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dimana tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengbdikan diri dalam kesehatan, memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan. Tenaga kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakan berupa kesehatan. Peran tenaga kesehatan yaitu memberikan informasi tentang bahaya anemia, dampak penyebab anemia, memberikan konseling dan memberikan informasi yang jelas pada remaja siswi.
Peran Guru disekolah, menurut UU no 14 tahun 2005 guru seorang pendidik yang profisional dengan tugas utama mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam bidang tertentu. Tugas dan peranan guru adalah dapat menentukan gerak maju kehidupan bangsa.