• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Qurban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Qurban"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Qurban

Definisi dan Hukum Berqurban

Qurban adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan jalan menyembelih ternak, membagikan daging terutama kepada fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariat, sejak selesai shalat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyriq) sebagai bentuk rasa syukur serta mensyi`arkan agama Islam (Muhammad, 2002). Hukum ibadah ini bersifat sangat dianjurkan (sunnah muakkad) dan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011).

Dasar Hukum Berqurban

Dasar hukum berqurban terdapat dalam Al-Quran dan Hadist. Pada Al-Quran terdapat dalam QS. Al Kautsar ayat 2 dan QS. Al Hajj ayat 34. Artinya yaitu maka shalatlah karena Rabbmu dan sembelihlah qurban (QS. Al Kautsar ayat 2), dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak, maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang satu, maka hanya kepada-Nyalah kalian berserah diri (QS. Al Hajj ayat 34). Salah satu dasar hukum berqurban dalam Hadist atau sunnah Rasulullah SAW yaitu bahwa setiap tahun Nabi Muhammad SAW selalu menyembelih hewan qurban (Muhammad, 2002).

Syarat Hewan Qurban

Syarat hewan qurban menurut tuntunan Rasulullah SAW adalah: 1) berupa ternak unta, sapi, kambing atau domba (kibasy); 2) umur memenuhi syariat, yakni genap berusia setengah tahun (jadz’ah) untuk domba dan genap berusia setahun untuk kambing (tsaniyah) dan 3) tidak cacat. Cacat yang dimaksud adalah: (a) buta, (b) sakit yang menyebabkan lemah dan tidak bisa berjalan; penyakit kudis yang parah; luka yang dalam; gangguan pencernaan sehingga fecesnya encer dan lain-lain. Ternak tersebut boleh digunakan untuk berqurban jika telah sembuh, (c) pincang (d) kurus (e) tertimpa sesuatu yang dapat menyebabkan kematian. Ternak tersebut dapat digunakan sebagai qurban setelah selamat dari bahaya kematian yang mengancamnya, (f) lumpuh dan (g) kaki terputus (Muhammad, 2002).

(2)

4 Ternak yang makruh dijadikan hewan qurban adalah: (1) telinga robek; (2) separuh tanduk terpotong atau tidak bertanduk; (3) kemampuan melihat hilang meski kondisi mata dalam keadaan utuh; (4) lemah sehingga tidak bisa berjalan; (5) ternak kastrasi; (6) sebagian gigi rontok, adapun jika sejak lahir tidak memiliki gigi maka tidak dimakruhkan dan (7) puting susu dipotong (Muhammad, 2002).

Asal dan Klasifikasi Domba

Domba termasuk ternak yang pertama di domestikasi di wilayah Irak (Fertile Cresent) kira-kira 8000-9000 tahun yang lalu. Hasil penelitian genetik terhadap tiga spesies domba liar yaitu Urial (Ovis vignel), Argali (Ovis ammon) dan Eroasia Mouflon (Ovis mosinon atau orientalis) yang diusulkan sebagai tetua domba domestikasi menunjukkan tidak ada kontribusi dari spesies Urial dan Argali. Hal ini mendukung pendapat bahwa Mouflon Asia (Ovis Orientalis) adalah satu-satunya keturunan dari domba domestikasi (Chessa et al., 2009). Domba diklasifikasikan ke dalam kerajaan (kingdom) hewan, filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (hewan menyusui), ordo Artiodactyla (berkuku genap), sub ordo Ruminate (Ruminansia), famili Bovidae (hewan memamah biak), genus Ovis dan spesies Ovis Aries (Damron, 2006).

Domba Ekor Gemuk

Domba Ekor Gemuk (DEG) yang ada di Indonesia berasal dari Afrika yang dibawa oleh pedagang Arab dan Spanyol pada abad ke 17 maupun oleh pemerintah Hindia Belanda pada abad ke 18 (Dinas Peternakan Jawa Timur, 1991). Dominasi populasi DEG terbesar adalah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Domba Ekor Gemuk di Jawa Timur dominan di Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Situbondo, Probolinggo dan Pasuruan. Wilayah penyebaran merupakan daerah pantai dengan curah hujan yang relatif kurang. Status sumber daya genetik DEG tidak memiliki resiko, namun perlu dipertahankan kemurnian dan diperluas ragam genetiknya. Keunggulan genetik DEG adalah bertahan dalam kondisi lingkungan kering dan mempunyai tingkat reproduksi bagus. Ciri-ciri spesifik DEG adalah berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan domba lokal; pola warna tubuh putih; wool kasar tetapi rapi; tipe telinga kecil dengan arah menyamping dan mendatar; jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil sedangkan betina

(3)

5 tidak bertanduk; ekor tebal, lebar, panjang normal 15 sampai 18 vertebra, bentuk S atau sigmoid, ujung menggantung bebas (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006).

Wijonarko (2007) menyatakan bahwa Domba Ekor Gemuk dikategorikan sebagai domba tipe pedaging. Menurut Destanto (2011) Domba Ekor Gemuk umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 18,74±6,05 dan 17,94±5,71 kg; lingkar

dada 58,17±4,86 dan 60,33±5,83 cm; panjang badan 48,85±4,68 dan 48,9±4,77 cm. Kartika (2008) menyatakan Domba Ekor Gemuk sudah seragam dalam hal warna bulu, kemungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni, sedangkan Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dapat dinyatakan belum murni karena masih beragam dalam hal warna bulu. Warna bulu yang spesifik hanya ditemukan pada jenis Domba Ekor Gemuk dengan fenotipik seragam yaitu tubuh putih polos kepala putih (100%). Domba Ekor Tipis

Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia. Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah gersang (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006). Domba Ekor Tipis memiliki tubuh kecil sehingga disebut domba Kacang, domba Kampung atau domba Jawa (Mulliadi, 1996). Domba ini mempunyai ciri ekor pendek dan kecil; warna rambut pada umumnya putih, kasar dan tersebar tidak teratur pada bagian tubuhnya; jantan mempunyai tanduk sedangkan betina tidak (Arifin et al., 2007). Menurut Destanto (2011), Domba Ekor Tipis umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot

badan 15,32±5,44 dan 23,91±6,56 kg; lingkar dada 56,15±6,89 dan 65,62±6,69 cm; panjang badan 46,65±4,92 dan 51,71±4,75 cm.

Domba Garut

Domba Garut atau Domba Priangan berasal dari persilangan Domba Merino dari Australia, Domba Kaapstad dari Afrika Selatan yang disilangkan dengan Domba Ekor Tipis atau Domba Lokal (Food and Agriculture Organization, 2011). Domba Garut merupakan domba lokal Indonesia yang banyak tersebar di Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut (Sumantri et al., 2007). Ciri-ciri Domba Garut adalah warna tubuh dan kepala dominan kombinasi hitam-putih; tanduk domba jantan besar dan panjang dengan variasi bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan dan ke luar; domba betina bertanduk kecil atau tidak bertanduk; bentuk telinga kecil

(4)

6 (rumpung) dengan panjang <4 cm sampai sedang (ngadaun hiris) dengan panjang antara 4-8 cm; bentuk ekor segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong). Bobot badan, panjang badan dan lingkar dada jantan adalah 57,74±11,9; 63,41±5,7 dan 88,73±7,6 cm (Departemen Pertanian, 2011). Riwantoro (2005) mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging.

Asal dan Klasifikasi Kambing

Kambing telah didomestikasi 10000 tahun yang lalu di Pegunungan Zagros, Irak Utara. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan Makhor goat atau Kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian

besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar (Zeder dan Hesse, 2000).

Kambing diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, Subfamilia Caprinae, genus Capra (Damron, 2006). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2009), populasi kambing di Indonesia dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Tahun 2005 populasinya 13.409.277 ekor dan tahun 2009 sebanyak 15.655.740 ekor. Populasi kambing terbanyak terdapat di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat) sedangkan populasi terkecil terdapat di propinsi DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

Menurut Setiadi et al. (2002) rumpun kambing yang dominan di Indonesia yakni Kambing Kacang dan Kambing Etawah. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dari India dengan Kambing Kacang dari Indonesia. Peranakan yang penampilannya mirip Kambing Kacang disebut Bligon atau Jawarandu yang merupakan tipe pedaging. Ciri khas Kambing PE antara lain telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat; ujung tanduk agak melengkung; tubuh tinggi dan pipih. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan coklat) dan belang (belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam) (Pamungkas et al., 2009).

(5)

7 Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini memiliki ciri bulu pendek. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan cokelat) dan campuran dari ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina mempunyai tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Kambing Kacang memiliki leher pendek, punggung melengkung sedikit lebih tinggi dari pada bahunya serta telinga pendek dan tegak. Bobot kambing jantan dewasa kurang lebih 25 kg, panjang badan 55 cm dan tinggi pundak 55,7 cm (Pamungkas et al., 2009).

Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan Kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dengan Kambing Kacang betina, dimana sifat fisik Kambing Kacang lebih dominan. Hasil dari persilangan ini diharapkan seekor kambing dengan penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari kambing PE. Bobot badan jantan mencapai 25-60 kg. Bobot badan saat estrus pertama (umur 6-7 bulan) adalah 32,17 kg. Kambing ini memiliki telinga lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta tidak melipat; profil muka agak cembung; moncong lancip; sosok tubuh terlihat tebal dan bulu tubuh kasar. Warna tubuh dominan putih, coklat muda, dan coklat (Lestari, 2009).

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif

Sifat kualitatif meliputi sifat luar ternak, dapat diketahui tanpa harus mengukur dan biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen, sedangkan sifat kuantitatif harus dideteksi dengan pengukuran dan melibatkan cara perhitungan tertentu. Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen. Contoh dari sifat kualitatif adalah warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk, sedangkan sifat kuantitatif seperti bobot badan, panjang badan dan lingkar dada (Salamena, 2006; Noor, 2008).

Warna bulu dapat digunakan sebagai penciri bangsa domba dan sebagai merek dagang (trade mark) suatu perusahaan breeder tertentu. Inounu et al. (2009) mendapatkan 65,7% domba berpenampakan umum warna putih yang ditentukan oleh lokus Agouti yang meliputi lima kelompok fenotip yaitu white atau tan, wild, badgerface, light badgerface, black dan tan. Gen tipe wild (A+) menyebabkan

(6)

8 tampaknya garis warna hitam pada bagian atas punggung, kepala, bahu dan leher. Gen badgerface hampir sama dengan tipe wild tetapi area hitam lebih melebar. Penampakan warna bulu yang dipengaruhi oleh gen badgerface banyak ditemukan pada Domba Garut dari pada domba persilangan.

Kehadiran gen AWt akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna, sehingga gen AWt memberikan ekspresi dominan penuh pada semua gen pengatur warna (Lisa, 2011). Kartika (2008) menemukan keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Tipis lebih tinggi dari Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik.

Berdasarkan Hadist, karakteristik ternak yang akan dijadikan qurban antara lain yaitu: bertanduk, performa baik dan sempurna, gemuk, berwarna putih yang tercampur hitam (amlah) di bagian mulut, kedua mata dan kaki. Maksud gemuk adalah yang memiliki banyak daging dan lemak. Hewan pejantan lebih utama daripada betina (Muhammad, 2010).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Perkembangan adalah perubahan struktur tubuh, perubahan kemampuan dan komposisi. Periode pertumbuhan dan perkembangan dibedakan menjadi periode sebelum lahir (prenatal) dan periode setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pertumbuhan post natal dibagi menjadi pertumbuhan prasapih dan pascasapih (Soeparno, 2005).

Pertumbuhan prasapih pada domba dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, bulan atau musim lahir, umur induk, jenis kelamin anak dan umur penyapihan (Subandriyo et al., 2000). Pertumbuhan lepas sapih (pasca sapih) ditentukan oleh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan bobot sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, kondisi kandang, pengendalian parasit dan penyakit lainnya (Salim et al., 2003; Kuswandi dan Thalib 2005). Pada masa pasca sapih dapat dikatakan ternak sudah bebas dari pengaruh induk. Ternak dari satu bangsa

(7)

9 tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya (Handiwirawan et al., 2011). Soeparno (2005) menambahkan bahwa pertumbuhan ternak diatur oleh hormon baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan untuk menjaga keseimbangan biologis. Setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh (Doho,1994). Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa dapat diprediksi melalui lingkar dada dan tinggi pundak. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama.

Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun.

Perilaku Konsumen Hewan Qurban

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar yang melakukan aspek pertukaran

(8)

10 dalam hidup. Definisi tersebut mengandung makna: (1) perilaku konsumen adalah dinamis, selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu; (2) perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan pikiran (kognisi), perilaku dan kejadian di sekitar dan (3) perilaku konsumen melibatkan pertukaran, sehingga membutuhkan

peran pemasaran melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999).

Pilihan konsumen terhadap jenis domba biasanya tergantung pada wilayah atau daerah tempat tinggal. Masyarakat di Jawa Barat lebih memilih domba daripada kambing untuk berbagai keperluan, seperti qurban. Konsumen pun memiliki kriteria domba tersendiri yang disukai untuk berbagai keperluan. Umumnya, konsumen menyukai jenis domba bertanduk untuk keperluan khusus seperti qurban. Asumsinya, tampilan domba terlihat lebih gagah, sementara itu masyarakat di Jakarta lebih memilih kambing daripada domba untuk keperluan qurban (Lubis et al., 2010).

Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak

Punahnya keragaman plasma nutfah ternak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan bioteknologi, paling tidak sampai saat ini. Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan perubahan temperatur yang ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi tersebut akan terbentuk rumpun ternak yang beradaptasi. Walaupun produktivitasnya rendah, apabila dibandingkan dengan rumpun yang terdapat di daerah temperate, rumpun ternak ini memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, tahan terhadap fluktuasi ketersediaan pakan dan air, tahan terhadap perubahan temperatur, kelembaban dan pengaruh iklim ekstrim lainnya serta mampu beradaptasi terhadap pemeliharaan yang kurang baik (Food and Agriculture Organization, 2007).

Pelestarian terhadap sumberdaya genetik ternak lokal sebagai bagian dari komponen keanekaragaman hayati penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian dan perkembangan sosial masyarakat di masa yang akan datang. Beberapa alasannya antara lain: (1) lebih dari 60% dari rumpun ternak di dunia berada di negara-negara sedang berkembang, (2) konservasi rumpun ternak lokal tidak menarik bagi petani, (3) secara umum tidak ada program monitoring yang sistematis dan tidak tersedianya informasi deskriptif dasar sebagian besar sumberdaya genetik ternak dan

(9)

11 (4) sedikit sekali rumpun-rumpun hewan ternak asli yang telah digunakan dan dikembangkan secara aktif (Food and Agriculture Organization, 2007).

Pelestarian sumberdaya genetik ternak dapat dilakukan salah satu atau gabungan dari: (1) mempertahankan populasi ternak hidup baik dalam bentuk in-situ maupun ex-situ pada satu tempat tertentu, (2) penyimpanan beku (cryogenic) dan (3) penyimpanan dalam bentuk DNA. Dalam beberapa hal, mempertahankan populasi merupakan metode yang lebih praktis dan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: rumpun-rumpun ternak yang dilestarikan secara bertahap dapat merespon terhadap perubahan pengaruh eksternal dan memungkinkan dilakukan evaluasi performanya (Food and Agriculture Organization, 2007). Pengelolaan sumber daya genetik yang efektif memerlukan kapasitas sumber daya optimal, termasuk diantaranya adalah sumber daya manusia yang terlatih dan fasilitas teknis yang mencukupi, struktur organisasi yang tepat (misal untuk pencatatan ternak dan evaluasi genetik) maupun keterlibatan stakeholder yang cukup beragam (khususnya pemulia dan pemelihara ternak) dalam perencanaan dan penentuan keputusan (Food and Agriculture Orgnization, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

ing Road Selatan yang dihasilkan lebih tinggi, bukan berarti model dikatakan terbaik mengingat data yang dimiliki Ring Road Selatan lebih sedikit. Jumlah data yang dimiliki

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan penerapan strategi pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa dalam

Lokasi yang terkena dampak pembebasan lahan adalah Kecamatan Gunung Kijang (Desa Malang Rapat) dan Kecamatan Toapaya (Desa Toapaya Utara), sesuai hasil inventarisasi

Kesimpulan yang dapat diambil adalah kinerja ruas jalan dan persimpangan pada Kawasan Barat Semarang menjadi lebih baik apabila diterapkan manajemen lalu lintas satu

Pada reaktor yang mengalami penurunan konsentrasi ammonia dimungkinkan karena laju ekskresi cacing dalam bentuk ammonia lebih sedikit jika dibandingkan dengan laju

Isikan kode sesuai dengan status pekerjaan utama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan seminggu yang lalu, sesuai dengan

TOGAF ADM memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis yang telah dijelaskan pada penelitian dengan judul “Perancangan dan Analisis Enterprise Architecture

Objek dalam penelitian adalah peran seorang guru Al-quran Hadits dalam memotivasi belajar siswa yaitu pemberian angka/nilai, pemberian hadiah, pujian yang baik, pemberian