• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI

SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

(The Effect of Feed Supplement on Peak Milk Yield on Dairy Cows

in First Lactation)

SUHARYoNo l , LAiLATuL FARIDA 2,ASIHKuRNIAwATI', dan ADIART0 3

I PATIR, BA TAN Jakarta

2Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta JFakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT

The experiment was conducted to study the effect of urea molasses multinutrient block (UMMB) dan multinutrient feed supplement (SPM) on the peak milk yield of dairy cattle in early lactation . Eighteen early first lactation dairy cattle Friesian Holstein (FH) were used in this experiment and were divided into three groups of treatment : K1, K2, and K3 . KI as control, animals were fed on traditional feed, K2 was K1 plus

350 g UMMB and K3 was KI plus 350 g SPM . Average daily milk production, cumulative milk production of 12 weeks, milk production (4% FCM) and peak production were recorded as parameters . The result show that all parameters significantly (P>0 .05) affected by UMMB and SPM supplementation . Average daily milk production (liter/day) of K3 was the highest (14 .06) followed by K2 (13 .67) and K1 (10.98). Cumulative milk of 12 weeks production (liter) was 922 .35, 1147 .5 and 1181 .32 for KI, K2 and K3, respectively. Peak production (liter) was 12.47, 15 .33 and 15 .76 for KI, K2 and K3, respectively . This result suggested that UMMB and SPM supplementation incresed the productivity of dairy cattle on early first lactation . Effect of SPM was higher than that of UMMB .

Keywords : Feed supplement, UMMB, SPM, milk production, dairy cattle, first lactation

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen pakan urea molases multinutrien blok (UMMB) dan suplemen pakan multinutrien (SPM) terhadap pencapaian puncak produksi susu sapi perah pada laktasi pertama . Delapan belas ekor sapi perah Friesian Holstein (FH) awal laktasi pertama digunakan dalam penelitian ini . Sapi dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan pakan K1, K2, dan K3 . Kl sebagai kontrol, sapi diberi pakan sesuai kebiasaan petemak, K2 adalah KI ditambah 350g UMMB dan K3 adalah K1 ditambah 350g SPM . Parameter yang diamati meliputi produksi susu, produksi kumulatif, produksi susu 4% FCM, dan puncak produksi susu harian . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen pakan secara nyata (P>0,05) berpengaruh terhadap semua parameter yang diamati . Rerata produksi susu harian tertinggi terlihat pada K3 . Rerata produksi susu (1/hari) K2 13,67 dan K3 14,06 dibanding K1 hanya 10,98 . Produksi susu kumulatif (1) KI 922,35, K2 1147,5 dan K3 1181,32 . Produksi susu 4% FCM (kgthari) K1 9,91, K2 12,97, dan K3 sebesar 13,20, dan puncak produksi susu harian (liter) K1 12,47, K2 15,33 dan K3 15,76 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan suplemen dapat meningkatkan produktivitas sapi perah laktasi pertama . Pengaruh SPM relatif lebih baik dibanding UMMB . Kats kunci : Suplemen pakan, UMMB, SPM, produksi susu, sapi perah, laktasi pertama

PENDAHULUAN

Periode awal laktasi merupakan masa yang paling menentukan terhadap tingkat produksi dan reproduksi sapi perah . Produksi

susu

naik dengan cepat sampai mencapai puncak produksi sesuai dengan potensi genetiknya dan berangsur angsur turun setelah mencapai

puncak produksi . Sapi perah yang berproduksi tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai puncak produksi dibanding sapi dengan produksi rendah (BATH et al.,

1985) . Waktu untuk mencapai puncak produksi juga dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi sapi sebelum melahirkan dan konsumsi pakan serta pemeliharaan (ANGGORODI, 1980) . Pada

(2)

awal laktasi umumnya ternak mengalami keseimbangan energi negatif (negative energy balance) karena tingginya kebutuhan nutrisi untuk memproduksi susu yang semakin tinggi yang mana konsumsi dari pakannya tidak terpenuhi (BATH et al., 1985) . Kebutuhan nutrisi awal laktasi meningkat 300 sampai 750% dari kondisi kering pada sapi perah yang berproduksi 35 sampai 50 kg/hari (CLARK dan

DAVIS, 1980).

Pakan suplemen merupakan pakan tambahan yang ditujukan untuk menambah nutrien pakan pada ransum ternak, dimana nutrien yang ditambahkan dapat ikut tercerna atau membantu pencernaan. Salah satu alternatif untuk meningkatkan konsumsi energi pada ternak dengan ransum tinggi serat kasar adalah dengan menambah pakan suplemen yang memiliki kandungan karbohidrat yang mudah dicerna (DIxoN, 1985) . Energi merupakan faktor utama yang membatasi produksi susu . Konsumsi energi dapat ditingkatkan dengan suplementasi energi pada ransum. Kekurangan energi pada sapi perah laktasi akan berakibat pada penurunan produksi susu dan kehilangan bobot badan .

Suplementasi pakan dapat meningkatkan sintesis produksi susu karena prekursor untuk pembentukan susu tersedia (RuwANDARI, 2003), melalui peningkatan sintesa protein mikroba rumen, peningkatan daya cema, dan peningkatan konsumsi pakan .

Urea molases multinutrien blok (UMMB) dan suplemen pakan multinutrien (SPM) merupakan teknologi hasil kegiatan penelitian pada perbaikan kualitas nutrisi ternak yang dilakukan di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN (PATIR-BATAN) . Dampak peman-faatan pakan suplemen tersebut mampu meningkatkan produktivitas ternak ruminansia balk sapi potong maupun sapi perah antara lain : memperbaiki kuantitas maupun kualitas susu, meningkatkan pertambahan bobot badan harian pada sapi potong, meningkatkan kemampuan reproduksi ternak, meningkatkan pendapatan peternak, dan menciptakan lapangan kerja (SuHARYONO et al., 2006).

Suplementasi SPM pada sapi perah yang baru melahirkan 2 bulan temyata produksi dan kualitas susunya mampu meningkat. Pengujian SPM pada sapi perah di Bogor mampu meningkatkan produksi susu sebesar 1,9 liter/ hari dibandingkan kontrol sedangkan

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

pengujian yang dilakukan di Bandung mampu meningkatkan produksi susu sebesar 1,5-2 liter/hari (SUHARYONO et al., 2006) . Rerata perubahan produksi susu 4% FCM meningkat sebesar 4,16 kg/hari pada sapi dengan penambahan SPM sedangkan kontrol tanpa SPM sebaliknya mengalami penurunan sebesar 0,02 kg/hari . Kenaikan kadar lemak mencapai 1,3% (SuHARYoNo et al., 2006). Lebih lanjut disebutkan bahwa pemakaian SPM juga meningkatkan feed efficiency ratio dibanding pemberian pakan konvensional yang biasa

dilakukan oleh peternak .

Pemberian UMMB pada sapi perah di Malang mampu meningkatkan produksi susu dari 13,6 liter perhari menjadi 16,14 liter/hari . Serta meningktakan produksi susu 4% FCM dari 12 .74 kg/hari menjadi 15,16 kg/hari (KURNIAWATI dan SUHARYONO, 2006) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplemen pakan UMMB dan SPM terhadap pencapaian puncak produksi sapi perah pada awal laktasi pertama .

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di kelompok petani peternak sapi perah Sedyo Makaryo, Boyong, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta . Delapan belas ekor sapi perah Friesian Holstein (FH) yang baru pertama kali beranak, digunakan dalam penelitian ini dan dibagi dalam tiga kelompok perlakuan pakan . Kelompok pertama (K1) diberi pakan konvensional seperti biasa yang diberikan oleh peternak terdiri dari hijauan dan konsentrat . Kelompok kedua (K2) diberi pakan seperti Kl dan ditambah 350 g UMMB dan kelompok ketiga (K3) diberi pakan seperti K1 ditambah 350g SPM . Pengelompokan dilakukan secara acak berdasarkan body condition score (BCS).

Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu adaptasi selama dua minggu sebelum beranak dan koleksi data selama 12 minggu periode awal laktasi .

Parameter yang diamati meliputi rerata produksi susu harian (liter/hari), produksi susu 4% FCM, produksi susu kumulatif selama 12 minggu (liter), dan puncak produksi susu harian (liter) .

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi rancangan acak lengkap pola

(3)

searah dan dilanjutkan dengan uji Duncan's new multiple range test (DMRT) .

HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang ditampilkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian suplemen pakan UMMB dan SPM secara nyata mampu meningkatkan rerata produksi susu harian pada sapi perah awal laktasi pertama . Rerata produksi susu harian tertinggi dicapai pada

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Tabel 1 . Rerata produksi susu harian, rerata produksi susu 4% FCM, produksi susu kumulatif, produksi susu pada puncak produksi dan laju penurunan produksi setelah puncak laktasi pada sapi perah yang mendapat tambahan suplemen pakan UMMB dan SPM

Tabel 2. Rerata konsumsi protein dan total digestible nutrien pada sapi perah

kelompok 3 dengan pemberian suplemen pakan SPM .

Peningkatan rerata produksi susu harian dibandingkan kontrol pada ternak dengan pemberian SPM sebesar 3,11 liter/hari, sedangkan sapi dengan pemberian UMMB peningkatan produksinya sebesar 2,72 liter/hari. Peningkatan produksi ini karena adanya peningkatan konsumsi protein dan energi yang disajikan pada Tabel 2 .

Keterangan : "Angkayaflgdikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan basil yang berbeda nyata (P< 0,05 ; 4% FCM :(0,4 x produksi susu) + (15 x produksi lemak)

Keterangan :''6: Nilai angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada bans yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0 .01)

Konsumsi protein dan energi menunjukkan hasil yang signifikan (P< 0,01) sebagai akibat penambahan suplemen pakan UMMB dan SPM. Konsumsi protein tertinggi dicapai pada perlakuan 3 (K3) sebesar 2,04 kg/hari, diikuti perlakuan 2 (K2) sebesar 1,82 kg/hari dan terendah pada kelompok kontrol sebesar 1,66 kg/hari . Konsumsi energi diekpresikan sebagai konsumsi TDN pada perlakuan K3 tertinggi dibanding 2 perlakuan yang lain yaitu sebesar 9,10 kg/hari diikuti K2 sebesar 8,61 kg/hari dan KI sebesar 7,53kg/hari . Protein dan energi merupakan faktor pembatas produksi susu

(BATH et a!., 1985) . Pemberian suplemen pakan UMMB dan SPM mampu meningkatkan

ketersediaan nutrien yang dibutuhkan oleh ternak terutama protein dan energi .

Rerata produksi 4% FCM kelompok K2 dan K3 berbeda secara nyata (P< 0,05) dibanding kontrol. Rerata produksi 4% FCM tertinggi pada K3 sebesar 13,20 kg/hari disusul K2 sebesar 12,97 kg/hari dan terendah K I sebesar 9,91 kg/hari. Empat persen FCM dimaksudkan untuk mengoreksi produksi susu berdasarkan energi tetap, yang didasarkan pada asumsi bahwa energi NE L sebesar 0,749 Mcal/kg susu dengan kadar lemak sebesar 4%.

Puncak produksi kelompok perlakuan I sebesar 12,47 liter dicapai pada kari ke-28, puncak produksi K2 sebesar 15,33 liter dicapai pada hari ke 42 dan puncak produksi K3

Keterangan Perlakuan pakan (kg/hari)

KI K2 K3

Konsumsi protein 1 .66' 1 .82'b 2.04'

Konsumsi energi 7 .65' 8 .60a ' 8.73b

Parameter Perlakuan

Kl K2 K3

Rerata produksi susu (liter/hari) 10 .95' 13,67 b 14,06 b Rerata produksi susu 4% FCM (kg/hari) 9,91' 12,97 b 13,20 b Produksi susu kumulatif (liter/12 minggu) 922,35' 1147,50b 1181,32b Puncak produksi harian (liter) 12,47' 15,33 6 15,76 b Penunman produksi susu setelah puncak produksi (%/minggu) 5,80 3,81 3,50

(4)

sebesar 15,76 liter dicapai pada hari ke 56 (Tabel 1). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu dan pencapaian puncak produksi susu sapi perah adalah konsumsi pakan, kondisi ternak sebelum melahirkan dan genetik

(ANGGOr,ODI, 1980) . Kecukupan kebutuhan nutrisi tentulah akan sangat berpengaruh dalam optimalisasi ekpresi potensi genetik ternak, khususnya ternak dengan potensi tinggi . Puncak produksi susu harian sapi yang diberi pakan suplemen pada penelitian ini secara nyata (P< 0,05) lebih tinggi dibanding kontrol, sedangkan pemberian suplemen pakan UMMB dan SPM memberikan efek yang tidak berbeda nyata. Pencapaian puncak produksi ternak pada kelompok K3 (hari ke 56) paling lama dibanding kedua kelompok perlakuan lain . Kemudian diikuti oleh kelompok K2 (hari ke 42) dan kelompok K1 (hari ke 28) . Hal ini didukung oleh peneliti lain yang melaporkan bahwa sapi yang berproduksi tinggi pada umumnya puncak produksi susunya dicapai lebih lama jika dibanding dengan sapi yang produksinya rendah (BATH et al, 1985) .

Umumnya puncak produksi dicapai pada minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-8 . Setelah mencapai puncak produksi selama masa laktasi, maka produksi susu harian akan mengalami penurunan rata-rata 2,5% per minggu (SIREGAR, 1992) sedangkan menurut

CHURCH (1988) tingkat penurunan produksi susu pada sebagian besar sapi perah sekitar 5-7% perminggu . Penurunan produksi susu pada K 1 yaitu sebesar 5,80%, K2 sebesar 3,81 % dan K3 sebesar 3,5% . Pemberian pakan suplemen ternyata mampu meningkatkan keseimbangan nutrisi pakan antara kebutuhan dengan ketersediaan, sehingga mampu memperkecil tingkat penurunan produksi susu selama masa laktasi .

Peningkatan produksi susu harian tentulah akan berpengaruh terhadap produksi susu kumulatif selama masa laktasi . Pada penelitian ini data produksi susu kumulatif diambil selama 12 minggu periode perlakuan pakan . Kumulatif produksi susu selama 12 minggu seperti halnya rerata produksi susu harian secara nyata (P< 0,05) dipengaruhi oleh penambahan suplemen pakan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara pemberian UMMB dan SPM . Kumulatif produksi tertinggi pada sapi kelompok sapi perah dengan penambahan suplemen pakan SPM

Semiloka Nasional Prospek Industri Sap Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

disusul kelompok sapi perah dengan penambahan UMMB dan terendah pada kelompok sapi kontrol (label 1) . Kumulatif produksi susu selama masa laktasi ditentukan oleh puncak produksi dan persistensi produksi . Persistensi produksi adalah kemampuan ternak dalam menjaga tingginya produksi susu selama laktasi (CLARK dan DAVIS, 1980). Setiap peningkatan 1 kg produksi susu pada saat puncak produksi akan memberikan tambahan 200 kg total produksi susu dalam masa laktasi

(CHURCH, 1988) . Penambahan suplemen pakan mampu meningkatkan pencapaian puncak produksi dan persistensi ternak dalam menjaga tingginya produksi susu selama laktasi, hal ini terlihat dari tingginya puncak produksi dan rendahnya tingkat penurunan produksi susu seperti dikemukakan di atas . Perbedaan kumulatif produksi susu selama pengamatan antara K3 dengan K1 sebesar 258,97 liter antara K2 dengan K 1 sebesar 225,15 liter. Selisih angka tentulah akan memberikan tambahan pendapatan bagi peternak yang lebih besar dibanding tambahan pengeluaran biaya suplemen pakan sehingga akan memberikan keuntungan bagi peternak .

KESIMPULAN

Penambahan suplemen pakan baik UMMB maupun SPM mampu memberikan efek yang nyata dalam memperbaiki produksi dan produktivitas ternak sapi perah awal laktasi pertama . Suplemen pakan UMMB mampu meningkatkan produksi susu harian sebesar 2,72 liter/hari, produksi susu 4% FCM sebesar 3,06 kg/hari, produksi susu kumulatif sebesar 225,15 liter selama 12 minggu dan pencapaian puncak produksi 15,33 liter . Suplemen .pakan SPM mampu meningkatkan produksi susu harian sebesar 3,11 liter/hari, produksi susu 4% FCM sebesar 3,29 kg/hari, produksi susu kumulatif sebesar 258, 97 liter selama 12 minggu dan pencapaian puncak produksi 15,76 liter

DAFTAR PUSTAKA

ANGGORODI,R. 1980 . Ilmu makanan ternak umum .

Cet. ke-2. PT Gramedia. Jakarta.

BATH,D .L .F.N.DICKINSON, H.A. TUCKERand R.D .

(5)

practices, problems, profits . 3'd ed. LEA and FEBIGER, Philadelphia.

CLARCK, J.H . and C .L. DAVIS. 1980 . Some aspects of feeding high producing dairy cows. J. Dairy Sci. 73 : 1039-1050

CHURCH, D .C. 1988 . The ruminant animal digestive physiology and nutrition a reston book . Prentice Hall . Engle wood Cliffs . New Jersey . DIxoN, R.M. 1985 . Increasing digestible energy

intake of ruminant high fibrous diets using concentrate supplement. In Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agricultural Resodues. University of Melbourne, Parkville Victoria, Australia.

KURNIAWATI, A. dan SUHARYONO . 2006. Pengaruh Medicated block terhadap perbaikan kondisi tubuh dan produksi susu pada sapi . Prosiding Lokakarya Sapi Perah di Balitnak, Ciawi Bogor.

Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

NRC. 2001 . Nutrition requirements of dairy cattle . 7 th revised ed . National Academic Press, Washington DC .

RuwANDARI, A. 2003 . Produksi susu sapi perah Friesian Holstein dengan ransum disuplementasi energi dan undegraded protein. Skripsi . Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta .

SIREGAR, S. 1992 . Sapi perah : Jenis, teknik pemeliharaan dan analisa usaha. Cet. Ke-2 . Panebar Swadaya. Jakarta.

SUHARYONO, A KuRNIAWATI dan WAHIDIN T.S. 2006 . Perbaikan produksi dan kualitas susu sapi perah dengan pemberian suplemen pakan multinutrien. Lokakarya Sapi Perah di Balitnak, Ciawi Bogor, 23 Nopember 2006 .

Gambar

Tabel 1 . Rerata produksi susu harian, rerata produksi susu 4% FCM, produksi susu kumulatif, produksi susu pada puncak produksi dan laju penurunan produksi setelah puncak laktasi pada sapi perah yang mendapat tambahan suplemen pakan UMMB dan SPM

Referensi

Dokumen terkait

Super Ball sama seperti Soccer Hot News yang berisi tentang berita khusus dunia sepak bola, tetapi perbedaannya adalah Super Ball lebih fokus pada informasi

Jadi, level organisasi menunjukkan bahwa berita tentang kabut asap yang dikritik dalam Pojok Atan Sengat karena tujuan dari dibentuknya pojok tersebut adalah

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) …(1) Setelah proses kalsinasi, batu kapur didinginkan dalam furnance sampai suhu menunjukkan suhu ruang karena penurunan panas yang

Dengan hormat, disampaikan kepada saudara agar dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dan Klarifikasi Harga Penawaran untuk paket pekerjaan tersebur diatas dengan membawa

Ternyata kehidupan keluarga remaja tersebut juga mempengaruhi orangtua dalam memberikan pengasuhan kepada anak/remaja yaitu dalam terjadinya sikap otoriter

kalangan, mulai dari anak – anak, remaja dan dewasa dengan konsep pesta ulang. tahun yang

Mengenai hal tersebut tentunya akan memunculkan berbagai persoalan dan permasalahan yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam berkaitan dalam proses

Capaian SS3 : “Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan ” didukung oleh beberapa