• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

13

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional

Agresivitas adalah perilaku yang ditujukan/diarahkan dengan cara melukai, menyakiti, menyerang secara fisik maupun verbal, mencelakai, dan merugikan baik secara materi maupun non-materi individu atau objek lain. Tindakan agresif ini meliputi kekerasan yang dilakukan secara fisik, seperti memukul, menampar menendang, perilaku verbal seperti mencaci maki, mengumpat, mengeluarkan kata-kata kasar, dan perasaan sebal, kesal, marah yang tidak terkontrol. Untuk mengukur tingkat agresivitas subjek peneliti mengggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Agression Questionnaire milik Buss & Perry (1992). Kuesioner terdiri dari 4 dimensi yaitu Physical Aggression, Verbal Agression, Anger & Hostility.

3.2 Subjek Penelitian & Teknik Sampling 3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah andikpas yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang. Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang merupakan Lapas Anak dengan jumlah penghuni tertinggi di Indonesia. Sampai dengan periode Maret 2013 (smslap.ditjenpas.go.id), tercatat sejumlah 223 Andikpas menghuni Lembaga Pemasyarakatan ini. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian di Lapas tersebut.

(2)

Peneliti memilih remaja sebagai subjek karena menurut Erikson (dalam Lahey, 2009) masa remaja adalah masa dimana individu mencari jati diri (identity vs confussion identity), yang memungkinkan timbulnya banyak masalah dan dapat menyebabkan potensi agresi itu sendiri muncul. Selain itu, fenomena meningkatnya penghuni lapas anak pria secara signifikan pada beberapa wilayah hukum di Indonesia juga berperan besar dalam penentuan subjek dalam penelitian ini.

Pemilihan jenis kelamin subjek juga berdasarkan pertimbangan dari hasil penelitian sebelumya oleh Haryani (2007) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih agresif daripada remaja perempuan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Scott (dalam Lestari & Mulyati, 2008) yang menungkap kemungkinan remaja pria untuk ditahan karena permasalahan kriminal enam kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan remaja wanita. Dapat disimpulkan, karakteristik subjek yang akan dijadikan sample penelitian adalah sebagai berikut:

1. Remaja usia 14-19 tahun 2. Jenis kelamin laki-laki

3. Tercatat sebagai anak didik Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang

3.2.2 Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik non-random sampling/non-probability sampling yaitu metode yang hanya memberi peluang bagi anggota populasi tertentu sehingga menutup peluang anggota yang lain untuk menjadi sample (Istijanto, 2009). Secara lebih spesifik menggunakan teknik purposive

(3)

sampling, dimana subjek dipilih karena ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2010).

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan mixed methods yaitu perpaduan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam metode kuantitatif ini, diimplementasikan dengan pemberian kuesioner agresi. dan tes kepribadian. Sedangkan metode kualitatif diimplementasikan dengan penggunaan teknik wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengecek kembali (re-check) kesesuaian data dari hasil kuesioner agresi dan wawancara itu sendiri guna mendukung analisa. Setelah itu, peneliti memberikan tes gambar/grafis Psikologi yaitu Draw A Person Test dan Wartegg Test. Tes ini juga akan menjadi pendukung bagi peneliti untuk mendeskripsikan agresivitas dari subjek.

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian

3.4 Alat Ukur Penelitian

3.4.1 Alat Ukur 1. Kuesioner Agresi 1. Kuantitatif 2. Kualitatif Pengumpulan data Pengumpulan Data Hasil Penelitian

(4)

Alat ukur agresi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari Agression Questionnaire. Dimana, alat ukur ini merupakan behavioural self-report yang diperkenalkan pertama kali oleh Buss dan Perry. Alat ukur ini terdiri dari 29 item, yang keseluruhan itemnya mengukur agresi secara universal, bukan hanya spesifik pada satu jenis agresi saja.

Dimensi yang digunakan pada pada alat ukur ini meliputi 4 aspek agresi yaitu Physical Agression (PA) yang terdiri atas 9 item, Verbal Agression (VA) terdiri atas 5 item, Anger (A) terdiri atas 7 item, dan Hostility (H) terdiri atas 8 item. Skala yang digunakan dalam alat ukur ini adalah skala likert dengan range 1-5 (skala interval). Dalam alat ukur ini, skala angka 1-1-5 diganti dengan pilihan respon dari subjek yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, netral, sesuai, dan sangat sesuai. AQ memiliki kofisien internal consistency reliability sebesar 0, 89 dievaluasi pada 1,253 subjek (Buss dan Perry, 1992).

2. The Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire

The Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire mengukur kepribadian secara komperhensif. Tes ini digunakan untuk memprediksi beberapa hal meliputi leadership, creativity, conscientiousness, social skill, empathy, self esteem, power dynamics, dan coping patterns. 16 PF memiliki sturktur yang bersusun, dengan 16 primary traits yang membentuk lima faktor global (Big-Five) pada level umum dari kepribadian. 16 PF terdiri dari 185 item pilihan ganda dan memakan waktu selama kurang lebih 25-30 menit dengan format paper and pencil test.

(5)

Internal consistency reliability dari tes ini memiliki rata-rata 0,75 (berkisar antara 0,66 - 0,86 atas 16 skala) terangkum dalam dua sampel populasi umum, dan sample mahasiswa dengan jumlah total peserta 4.660. Sedangkan test-retest reliability pada interval 2 minggu berkisar antara 0,69 – 0,87 dengan median 80. Untuk interval 2 bulan berkisar antara 0,56 – 0,79 dengan median 69. Tes ini memiliki criterion validity dibuktikan dengan skala dari 16PF yang dapat memprediksi berbagai perilaku sekaligus. Tes ini dianggap lebih kuat daripada alat tes kepribadian popueler lainya dalam hal memprediksi perilaku kehidupan yang nyata (real life behavior) (Hersen, 2004).

3. Wawancara

Gorden (dalam Herdiansyah, 2010) mendefinisikan wawancara adalah percakapan atara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk satu tujuan tertentu. Moleong (dalam Herdiansyah, 2010) mengartikan wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Perakapan tersebut dilakkan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Jenis wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktur. Peneliti menggunakan wawancara jenis ini karena dirasa lebih tepat apabila digunakan dalam penelitian kualitatif dan pertukaran informasi antara peniliti dan subjek dapat lebih maksimal (Herdiansyah, 2010). Berikut beberapa ciri wawancara semi terstruktur :

(6)

b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi

c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban)

d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata.

4. Draw A Person (DAP)

Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Karen Machover pada tahun 1949. Dalam tes DAP subjek diberikan selembar kertas kosong berwarna putih berukuran 8,5 – 11 inch. Kemudian, subjek diberikan instruksi untuk menggambar figur manusia secara utuh pada kertas tersebut. Setelah selesai menggambar, subjek diminta untuk menceritakan gambar tersebut. DAP juga dapat merefleksikan karakteristik kepribadian yang spesifik meliputi self-concept seseorang dan menggambarkan proyeksi ketidaksadaran dari konflik (Oster dan Crone, 2004).

5. Wartegg Drawing Completion Test

Wartegg merupakan alat tes proyektif yang dikembangkan oleh Ehrig Wartegg. Pada tes Wartegg, standar kertas berukuran A4. Pada kertas, telah terdapat 8 kotak yang masingg-masing berukuran 4x4 cm dan terbagi menjadi dua baris. Setiap kotak memiliki stimulus berbeda-beda. Contohnya pada kotak nomor satu, terdapat stimulus berupa titik di area tengah kotak. Subjek diinstruksikan untuk melengkapi gambar pada kedelapan kotak. Seperti alat tes proyektif yang lain, tes Wartegg berdasar pada asumsi bahwa content dan aspek kualitatif dari gambar dapat merefleksikan kepribadian individu (Roivainen, 2009). Nilai diagnostik tes Wartegg terletak pada hasil grafik, bukan pada aspek verbal ataupun

(7)

aktivitas lain yang menyertainya. Wartegg juga dapat diberikan secara kelompok maupun individual. Material dan instruksi untuk kedua cara penyajian tersebut adalah sama (Kinget, 2007).

3.4.2 Vaiditas dan Reliabilitas Alat Ukur Agresi

Peneliti melakukan uji validitas melalui SPSS dengan melihat Correlated Item-Total Correlation yaitu mengkorelasikan skor item dengan skor total item. Dalam uji validitas ini peneliti mengeliminasi item-item dengan nilai korelasi dibawah 0,2. Menurut Aiken (2002) item dengan indeks korelasi dibawah 0,2 harus direvisi atau dieliminasi. Dari 29 item awal, berikut 9 item yang memiliki nilai korelasi dibawah 0,2 :

Tabel 3.1 Daftar Item Dieliminasi Nomor Item

(tidak valid)

Dimensi Correlated Item-Total Correlation 1 4 5 6 7 11 14 18 24 Physical Aggression Physical Aggression Physical Aggression Physical Aggression Physical Aggression Verbal Aggression Verbal Agression Anger Hostility 0,004 0,163 0,124 0,026 -0,037 0,045 0,097 0,007 0,209 Sumber : SPSS versi 21

(8)

Groth-Marnat (2009) mendefinisikan reliabilitas sebagai suatu tes merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Peneliti mengukur reliabilitas menggunakan metode alpha cronbach. Metode ini digunakan karena alat ukur terdiri dari item-item yang memiliki skala (1-5 menggunakan skala Likert). Cohen dan Swerdlik (2005) mengungkapkan bahwa dengan teknik ini akan didapatkan konsistensi antar item.

Nilai koefisien reliabilitas dari alat ukur agresi yang merupakan adaptasi dari Aggression Questionnaire milik Bus & Perry (1992) ini adalah sebesar 0,830. Nilai ini berada di atas 0,8 yang merupakan nilai reliabilitas yang baik menurut Kaplan & Saccuzzo (2012). Nilai tersebut memperlihatkan bahwa alat ukur ini konsisten dalam mengukur agresi.

Tabel 3.2 Daftar Item Valid

Dimensi Nomor Item Valid

Physical Aggression Verbal Agression Anger Hostility 2, 3, 8, 9 10, 12, 13 15, 16, 17, 19, 20, 21 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29 Sumber : SPSS versi 21

Setelah mendapatkan 20 item valid dan mengeliminasi 9 item yang memiliki validasi rendah, nilai koefisien reliabilitas naik menjadi 0,830 dari semula sebesar 0,785. Nilai koefisien korelasi yang tinggi dari keduapuluh item tersebut mejadikan alat ukur ini memiliki nilai internal consistency yang tinggi pula.

(9)

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Prosedur Metode Kuantitatif

3.5.1.1 Persiapan Penelitian

Pada awalnya peneliti melakukan persiapan dengan mengumpulkan fenomena yang sesuai dengan variabel penelitian. Setelah menemukan satu fenomena yang tepat, kemudian peneliti berusaha mencari berbagai sumber literatur guna memperkaya dan memperkuat landasan teoritis dalam penelitian ini.

Setelah mengumpulkan berbagai teori, peneliti mulai mencari alat ukur yang tepat bagi penelitian ini. Kemudian, melalui berbagai pertimbangan peneliti menggunakan alat ukur yang sudah tersedia dan terstandarisasi sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti melakukan adaptasi alat ukur, yaitu menerjemahkan alat ukur berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia melalui proses expert judgement dan back translation. Peneliti juga mempersiapkan alat tes kepribadian untuk mendukung analisa.

Peneliti segera menentukan metode penelitian yang akan digunakan setelah menyelesaikan proses adaptasi alat ukur. Setelah itu, peneliti melakukan uji keterbacaan (face validity) untuk mengetahui evaluasi dari subjek terhadap alat tes yang telah diadaptasi.

(10)

3.5.1.2 Uji keterbacaan

Kamis, 4 April 2013 peneliti melakukan uji keterbacaan atau face validity kepada 5 orang . Beberapa evaluasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :

• Ada beberapa kata yang tidak dimengerti, sehingga membingungkan ketika dibaca.

• Beberapa subjek meminta contoh perilaku untuk mempermudah memahami kalimat dalam alat ukur.

Setelah mengadakan uji keterbacaan dan mendapat evaluasi dari kelima orang tersebut, peneliti memutuskan untuk menyertakan contoh pada setiap pernyataan dalam alat ukur, kemudian melakukan uji coba atau try out.

3.5.1.3 Uji Coba

Sabtu, 1 Juni 2013 peneliti mengadakan uji coba terhadap 50 orang subjek. 24 orang merupakan Andikpas lama dan 26 lainnya merupakan Andikpas baru. Terbatasnya jumlah subjek dan waktu yang tersedia menjadikan penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Disamping itu, penggunaan uji coba terpakai ini dimungkinkan karena alat ukur yang dipakai merupakan alat ukur yang sudah diuji reliabilitasnya dan validitas berkali-kali di berbagai setting penelitian. Uji coba ini digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Dari 50 lembar kuesioner yang dibagikian, keseluruhanya dapat diolah. Pada saat pengisian

(11)

kuesioner, peneliti memandu satu per-satu pernyataan dengan cara membacakan dan memberikan contoh perilaku guna menghindari ketidakpahaman subjek terhadap butir-butir item.

3.5.1.4 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti mengambil data untuk psychological profiling terhadap 67 orang subjek dengan memberikan tes kecerdasan dan tes kepribadian melalui 2 tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada Kamis 16 Mei 2013 dilakukan terhadap 24 subjek yang merupakanan tahanan lama, dan tahap kedua Sabtu 8 Juni 2013 terhadap 43 subjek yang merupakan tahanan baru.

Pada tanggal 8 Juni pula, peneliti memberikan kuesioner agresi yang telah direvisi menjadi 20 butir item. Kuesioner diberikan kepada 17 subjek yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang. Ke-17 subjek merupakan sisa Andikpas baru dari total 26 yang telah diambil. Kuesioner berbentuk hardcopy diberikan didalam ruang kelas yang dihadiri oleh ke-17 subjek. Kuesioner diisi secara bersama-sama dan dibacakan oleh peneliti sebagai administrator (beserta dengan contoh perilaku). Pengisian kuesioner dimulai pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.27 WIB.

3.5.2 Prosedur Metode Kualitatif

3.5.2.1 Penyusunan Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun berdasarkan butir-butir item dari alat ukur dan landasan teori penelitian ini. Aspek yang harus diperhatikan ketika menyusun pertanyaan adalah pemilihan kata, kemudian sifat pertanyaan

(12)

yang netral namun tetap tertuju pada topik yang ingin digali mengingat wawancara ini bersifat semi terstruktur. Bahasa yang digunakan dalam wawancara juga merupakan bahasa sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan ini di suguhkan untuk mengecek kembali apakah jawaban subjek sesuai dengan respon yang diberikan ketika mengisi kuesioner, sekaligus mencoba menggali lebih dalam mengapa subjek tersebut merasakan/melakukan suatu perbuatan atau hal tertentu. Pedoman tersebut dibuat sesuai dengan susunan alat ukur agresi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan urutan dimensinya yaitu physical agression, verbal agggression, anger dan hostility. Berikut contoh pertanyaan pada pedoman wawancara: “Apa yang akan anda lakukan apabila ada seseorang memukul anda?”. Selanjutnya pertanyaan wawancara lainya tersususun sesuai dengan yang direncanakan oleh peneliti.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diberikan oleh peneliti sesuai urutan. Namun, tergantung dari situasi dan karakteristik dari subjek. Peneliti membuat pedoman tersebut hanya sebagai panduan dan tidak harus ditanyakan secara berurutan. Peneliti berusaha fleksibel dan menggunakan bahasa sehari-hari untuk membuat suasana menjadi senyaman mungkin dengan harapan bahwa subjek dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan apa yang ada didalam dirinya.

3.5.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti kemudian mengambil 10 dari 67 subjek yang diberi kuesioner untuk pengambilan data kualitatif, yaitu dengan wawancara dan pemberian tes gambar. Pengambilan 10 subjek didasarkan pada perolehan skor tertinggi

(13)

yang dihasilkan kuesioner agresi. Pada tanggal 13 & 20 Juni 2013, peneliti melakukan wawancara dan pemberian tes gambar terhadap 10 subjek tersebut. Pengambilan data pada 5 subjek pertama dilaksanaakan pada tanggal 13 Juni 2013 dan 5 subjek tersisa dilakukan pada tanggal 20 Juni 2013. Berikut perincian waktu wawancara dengan subjek :

Tabel 3.3 Durasi Wawancara

13 Juni 2013 20 Juni 2013

Subjek Durasi Subjek Durasi

1 12:12 6 08:53

2 09:38 7 12:56

3 08:14 8 08:33

4 08:40 9 07:25

5 09:04 10 08:32

Sumber : Data Olahan Peneliti

Setelah menyelesaikan wawancara, subjek diberikan tes gambar yang terdiri dari 2 jenis yaitu tes Wartegg, dan Draw A Person.

3.5.3 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21. SPSS digunakan untuk mendeskripsikan data kuantitatif. Data ini akan menghasilkan skor agresi yang menjadi dasar bagi peneliti untuk pemilihan subjek. Sedangkan untuk metode kualitatif, peneliti melakukan teknik deskriptif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang

(14)

telah terkumpul (Sugiyono, 2012). Secara lebih rinci, berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengolah data kualitatif :

• Mengumpulkan data.

• Memindahkan rekaman hasil wawancara kedalam bentuk tertulis (Verbatim)

• Melakukan reduksi data kedalam pola-pola tertentu, diikuti dengan kategorisasi tema. Proses ini mencakup coding yaitu memberikan kode berdasarkan kategori atau tema.

• Analisis data gabungan (tes kepribadian, wawancara, dan interpretasi gambar).

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN

Transportasi memiliki posisi yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, dan tercemin pada

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

Secara lebih spesifik, penelitian ini akan menunjukkan wilayah-wilayah yang telah menjadi basis usahaternak ayam ras petelur di Tasikmalaya, dan wilayah-wilayah yang

Kegiatan Pembelajaran siswa MI Miftahul Huda Wonorejo Gandusari dan MI Hidayatul Mubtadiin Sukorame Gandusari Trenggalek, di dalam dan luar kelas4. Observasi dan

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

f) Guru menjelaskan kepada siswa mengenai peta pikiran dan memberikan contoh, sehingga siswa dapat membuat peta pikiran dengan kreasinya sendiri pada waktu yang telah

Pewangi Laundry Rejang Lebong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI TARGET MARKET PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan