• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan selalu terjadi, baik dengan sendirinya ataupun karena adanya intervensi yang merujuk kepada arah perubahan yang diinginkan. Pada umumnya terjadinya perubahan tersebut karena dilakukannya intervensi. Dalam pembangunan suatu masyarakat bangsa dengan merujuk kepada keinginan-keinginan yang disepakati masyarakat, bangsa tersebut, dilakukan intervensi ke berbagai bidang dengan tujuan agar perubahan yang sesuai dengan keinginan yang disepakati terwujud (Sasmojo, 2004 dalam Priyono, 2007).

Dalam perkembangannya, Indonesia memberlakukan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dampak dari diberlakukannya undang-undang tersebut adalah terjadinya pemekaran daerah. Pemekaran daerah secara intensif berkembang di Indonesia sebagai salah satu jalan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Kabupaten Bireuen yang lahir pada 12 Oktober tahun 1999 melalui Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 merupakan pemekaran

(2)

Kabupaten Aceh Utara. Sebagai daerah otonom, Bireuen memiliki ibukota yaitu Kota Bireuen yang juga dikenal dengan sebutan Kota Juang maupun kota singgah. Disebut Kota Juang, karena dulunya Bireuen pernah dijadikan basis pertahanan pemerintah Hindia Belanda yang kemudian diperjuangkan kemerdekaannya oleh rakyat. Sedangkan sebutan kota singgah karena letak kota yang sangat strategis dimana berada di titik persimpangan arus pergerakan manusia dan barang dari arah Timur (Medan, Langsa, Lhokseumawe), maupun arah barat (Gayo dan Takengon), dan menjadi kota persinggahan sebelum menuju Banda Aceh.

Dengan peningkatan status kota ini, Kota Bireuen semakin menjadi daya tarik bagi masyarakat maupun investor untuk mengembangkan kegiatan sosial dan ekonominya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan kota ini akan semakin pesat dan membutuhkan perhatian yang serius dalam penataan kotanya.

Berdasarkan RUTR Kawasan Perkotaan Bireuen tahun 2006-2016, perluasan kota Bireuen saat ini meliputi luas 134,62 Km2 dan 136 desa/gampong yang meliputi wilayah administrasi sebagian desa-desa di Kecamatan Jeumpa, Kecamatan Kota Juang, Kecamatan Kuala, Kecamatan Juli dan Kecamatan Peusangan. Dari seluruh luas lahan di kota Bireuen, sebagian besar masih diprioritaskan untuk pertanian dikarenakan lapangan usaha pertanian menjadi mata pencaharian utama penduduk Bireuen. Dari seluruh penduduk, sebagian besar bekerja di sektor agraris. Sisanya tersebar di berbagai lapangan usaha seperti jasa, perdagangan, industri.

Lima kecamatan dalam wilayah Kota Bireuen tersebut memiliki sistem ekonomi yang saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain. Yang paling erat.

(3)

hubungannya adalah antara pusat Kota Bireuen (yang sebagian besar terletak di kecamatan Kota Juang) dengan Kota Matangglumpangdua (terletak di Kecamatan Peusangan) karena berada di koridor jalan Banda Aceh-Medan yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara.

Pesatnya perkembangan kedua kota tersebut mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Salah satu fenomena dalam pemanfaatan lahan adalah adanya alih fungsi (konversi) lahan. Fenomena ini muncul seiring bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap lahan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor non-pertanian akibat pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan. Dalam dua tahun terakhir seluas 500 hektar lebih lahan persawahan rakyat Kabupaten Bireuen di lintasan jalan negara Banda Aceh-Medan berubah fungsi terkena imbas perluasan kota menjadi areal lahan pembangunan pertokoan, perkantoran dan bidang usaha lain. Perubahan fungsi lahan persawahan rakyat yang paling menonjol terjadi di Kecamatan Peusangan. Perubahan fungsi areal lahan persawahan di kecamatan tersebut berlangsung sangat cepat. Diperkirakan dalam lima tahun mendatang kota Bireuen dan Kota Matang Glumpang Dua, Kecamatan Peusangan akan terpadu menjadi kota yang paling maju di Kabupaten Bireuen.

Kecamatan Peusangan merupakan sentra produksi padi bagi Kabupaten Bireuen bahkan Provinsi Aceh. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat konversi lahan akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut. Jika fenomena perubahan penggunaan lahan pertanian ke non-pertanian terus terjadi secara tak terkendali, maka hal ini akan menjadi ancaman tidak hanya

(4)

bagi petani dan lingkungan di kawasan perkotaan Bireuen saja, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional.

Hal ini sesuai dengan ungkapkan Bintarto (1980) bahwa “masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan, masalah sampah, masalah bidang lalu lintas, masalah kekurangan gedung sekolah, masalah terdesaknya daerah persawahan diperbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan”. Berdasarkan fenomena diatas maka diperlukan kajian sejauh mana keterkaitan antara perluasan kota terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian yang dihadapi dalam menyelesaikan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian di Kecamatan Peusangan?

2. Apakah pola konversi lahan sejalan dengan perluasan kota?

3. Apa pengaruh konversi lahan pertanian terhadap perkembangan ekonomi kota di Kecamatan Peusangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain:

(5)

1. Untuk mengidentifikasi penyebab utama terjadinya konversi lahan pertanian di Kecamatan Peusangan.

2. Untuk menganalisis kesesuaian antara konversi lahan dengan perluasan kota.

3. Untuk menganalisis pengaruh konversi lahan pertanian terhadap perkembangan ekonomi kota di Kecamatan Peusangan.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan kepada pemerintah tentang konversi lahan pertanian di Kecamatan Peusangan sehingga perlu dipertimbangkan permasalahan ketahanan pangan ke depan.

2. Sebagai bahan dasar bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang tepat dalam penataan kota dengan tetap memperhatikan kawasan budi daya pertanian.

3. Sebagai informasi bagi sivitas akademika untuk digunakan pada penelitian lebih lanjut.

1.4 Ruang lingkup Penelitian

Pemilihan Kabupaten Bireuen dikarenakan karena Bireuen adalah kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Aceh Utara dan dari kurun waktu semenjak pemekaran banyak terjadi pergeseran tata guna lahan sebagai akibat kebutuhan lahan untuk perkembangan kota.

(6)

Adapun yang menjadi ruang lingkup wilayah penelitian adalah kecamatan Peusangan yang merupakan salah satu kecamatan yang terkena dampak perluasan kota Bireuen dimana dalam RDTR Kota Bireuen, kecamatan ini diarahkan sebagai kawasan sentra pertanian. Untuk memudahkan penelitian diambil 5 (lima) desa yang mengalami konversi lahan yang cukup signifikan, terdiri dari Matang Sagoe, Keude Matangglumpangdua, Pante Gajah, Meunasah Timu, dan Meunasah Dayah.

Ruang lingkup kegiatan dalam penelitian ini dibatasi pada aspek keruangan yaitu penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang dimaksud yaitu penggunaan lahan pertanian. Perubahan fungsi lahan ini berkaitan dengan perluasan kota yang terjadi di wilayah penelitian di Kecamatan Peusangan.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat penjelasan tentang latar belakang penelitian, masalah yang dikaji/rumusan persoalan, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan manfaat penelitian, lingkup permasalahan, cara pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, serta sistematika pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibagi ke dalam sub bab yang menjadi dasar teori dalam konversi lahan pertanian baik yang bersumber dari akademisi, pakar serta berdasarkan regulasi/aturan yang berkaitan dengan materi pembahasan tentang konversi lahan.

(7)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini menjelaskan tentang pendekatan metode penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian, menyangkut data-data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan dan pengolahan data, serta teknik analisa yang digunkan untuk menjawab hasil penelitian.

BAB IV: GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini memberikan tinjauan tentang gambaran umum Perkotaan Bireuen, Kebijakan dalam penataan ruang, populasi penduduk, aktivitas penduduk, penggunaan lahan, dan rencana tata ruang Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, serta tinjauan khusus wilayah penelitian.

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan kajian konversi lahan pertanian yang terjadi di tingkat wilayah di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Dalam mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya konversi lahan di Kecamatan Peusangan digunakan metode analisis regresi linear dengan memasukkan variabel independent dan dependen. Selanjutnya mengetahui pengaruh konversi lahan tersebut terhadap perkembangan sosial ekonomi kota dalam konteks ini yaitu perluasan kota.

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan, keterbatasan studi dan rekomendasi serta saran untuk penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Gaya kepemimpinan disini merupakan suatu kegiatan dimana seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada orang lain untuk bekerja sama secara sukarela tentang tugas-tugas

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Masyarakat Nelayan Pnadega di Kecamatan Kedung

• Wilayah Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat merupakan wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, karena terletak dekat dengan sumber

Untuk meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk atau jasa.Upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan

a) Pegawai Toko Oki Bike akan siap membantu menjawab pertanyaan dari pelanggan dan memberikan informasi tentang sepeda mana yang dibutuhkan pelanggan.. b) Produk

LPPM sebagai bagian dari sebuah Perguruan Tinggi senantiasa dituntut untuk dapat menciptakan pengetahuan dan inovasi baru dalam pengetahuan melalui penelitian

Dengan demikian, rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah bahasa Betawi yang berkembang di era modern saat ini masih dapat berdiri sendiri sebagai bahasa Betawi atau

Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat. Konselor