• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA TEGANGAN DUA DIMENSI PADA BALOK TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA DAN METODE HEFT 240

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA TEGANGAN DUA DIMENSI PADA BALOK TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA DAN METODE HEFT 240"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISA TEGANGAN DUA DIMENSI PADA BALOK TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA DAN METODE HEFT 240

Ovit Samuel Purba1

dan Johannes Tarigan2 1

Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Jl Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan

Email : ovit.samuel@yahoo.co.id

2

Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan No. 1 Medan

Email : johannes.tarigan@usu.ac.id dan johnstar@indosat.net.id

ABSTRAK

Menurut ACI Committe 318, balok tinggi didefinisikan sebagai komponen struktur dengan beban bekerja pada salah satu sisinya dan perletakan pada sisi lainnya sehingga strut tekan dapat terbentuk diantara beban dan perletakan.Salah satu metode lain yang bisa dipakai untuk mencari tegangan pada balok tinggi dapat menggunakan metode elemen hingga. Untuk melakukan analisis ini dipergunakan elemen segitiga(constant strain triangle ). Penulis memakai program Microsoft Excel dalam menyelesaikan perhitungan yang nantinya nilai tegangan yang didapat akan dibandingkan dengan menggunakan metode Heft 240. Hasil analisis dengan metode elemen hingga bahwa balok tinggi dengan balok biasa mempunyai karakteristik tengangan yang sangat berbeda, karena pada balok biasa tidak diperhitungkan tegangan normal ( tegangan vertikal ). Akibatnya melalui pengaruh tegangan normal menghasilkan distribusi tegangan lentur menjadi tidak linier.

Kata kunci :balok tinggi, , metode elemen hingga, elemen segitiga, metode Heft 240,

Microsoft Excel , strut.

ABSTRACK

According to ACI Committee 318 , high beam is defined as the structural component of work load on one side and the placement on the other side so that the strut can be formed between loads and placement . The other methods that can be used to find the stress on the high beams, we can use finite element method . To perform this analysis used triangular elements (

constant strain triangle ). The authors use the Microsoft Excel program that will complete the

calculation of the stress value obtained will be compared by using Heft 240 . Results of the analysis with finite element method that the high beams with regular beam has the stress characteristics that very different , because the beam is not taken into account ordinary normal stress ( vertical stress ) . As a result, through the influence of the normal stress produces bending stress distribution becomes non-linear.

Keywords: high beam, the finite element method, triangular elements, Heft 240 methods, Microsoft Excel, strut.

(2)

2

1. PENDAHULUAN

Perbedaan Antara balok tinggi dengan balok biasa secara umum berdasarkan asumsi dalam mendesain, yaitu sebagai berikut :

- Perilaku dua dimensi, karena pada dimensi balok tinggi bertindak sebagai perilaku dua dimensi ( two dimensional action ) lebih dari pada berprilaku satu dimensi ( one

dimensional action ).

- Potongan bidang tidak mewakili bidang, asumsi dari potongan bidang mewakili bidang tidak dapat digunakan pada desain balok tinggi. Distribusi regangannya tidak lagi linier.

- Deformasi geser tidak dapat diabaikan sama seperti balok biasa. Distribusi

tegangannya tidak lagi linier bahkan pada kondisi elastis. Pada batas kerja ultimit, bentuk dari tegangan tekan beton tidak lagi berbentuk parabola.

Balok tinggi memegang peranan yang sangat bermakna dalam desain besar dan sama halnya pada struktur yang kecil. Kadang untuk tujuan arsitektural, bangunan didesain tanpa kolom pada bentang yang panjang. Seperti pada beberapa kondisi, jika balok biasa digunakan, dapat menyebabkan kegagalan seperti kegagalan lentur ( flexural failure ).

Untuk mencegah masalah dalam knstruksi dari beberapa koridor bentang yang sangat panjang atau bangunan bentang panjang yang lain, konsep balok tinggi sangat efektif dan tahan lama.

(a) (b)

Gambar 1. (a) gambar sederhana balok tinggi (b) Struktur balok tinggi pada bangunan

Menurut Daryl L. Logan (2007), tegangan bidang didefensisikan sebagai keadaan yang mana tegangan normal dan tegangan geser yang mengarah tegak lurus terhadap bidang diasumsikan sama dengan nol.

(a) (b)

Gambar 2 tegangan bidang pada (a) pelat dengan lubang (b) pelat dengan irisan (Daryl L. Logan :

(3)

3 Menurut Thimosenko dan Goodier (1972), kondisi tegangan pada batang yang

dianalisis yang mengalami tarik, tekan, atau torsi serta di balok adalah contoh-contoh keadaan tengangan yang disebut tegangan bidang.Teori elastisitas dapat menjadi dasar konsep memahami masalah tegangan bidang. Seperti pada suatu pelat tipis dibebani gaya dalam arah sejajar dengan bidang pelat, dimana tegangan dan deformasi yang terjadi pada pelat tersebut merupakan tegangan bidang.

2. METODE ANALISA

Elemen segitiga dapat diilustrasikan dalam pelat seperti pada gambar dibawah ini :

(a) (b)

Gambar 3.(a) Pelat yang mengalami tegangan 3.1 (b) Diskretisasi pelat menggunakan elemen

segitiga (Daryl L. Logan : 2007)

Untuk menganalisa pelat yang diilustrasikan dalam gambar diatas, dimisalkan elemen dasar segitiga dengan setiap titik dinamakan titik i,jdanm. dengan menggunakan elemen segitika, setiap batas-batas dalam bidang dengan bentuk tidak teratur dapat diperkirakan dengan teliti, dan persamaan yang berkaitan dengan elemen segitiga lebih mudah jika dibandingkan dengan metode lain.

Gambar 4.elemen dasar segitiga yang memperlihatkan derajat kebebasan Masing – masing titik pada elemen mempunyai 2 derajat kebebasan (two degree of

freedom ) . maka untuk elemen segitiga total derajat kebebasannya menjadi 6 ( u1, v1, u2, v2, u3, v3 ). Serta gaya- gaya yang sesuai adalah ( Fx2, Fy1, Fx2, Fy2, Fx3, Fy3 )

(4)

4 Berdasarkan JR William Weaver dan Paul R Johnston. (1993), Matriks Kekakuan elemen segitiga (Constant Strain Triangle) dapat dinyatakan sebagai :

[ ] [ ] [ ][ ] Dimana :

[k] = matriks kekakuan struktur, t = tebal elemen,

= luasan elemen, [B] = matriks gabungan, [D] = matriks elastisitas.

Dalam tulisan ini yang akan dihitung adalah tegangan bidang dan asusmsi yang digunakan adalah :

Hubungan antara tegangan dan regangan adalah :

[ ]

[ ]

Dimana : E = merupakan modulus elastisitas bahan

v = angka poisson.

G = modulus geser

Matriks elastisitas [D] didapat dari kondisi tegangan dan regangan dua dimensi, didapat matriks : { } [ ]{ } [ ] [ ]

Matriks gabungan [B] didapat dari hubungan antara regangan/ perpindahan dan tegangan / regangan. Regangan yang berhubungan dengan perpindahan dengan elemen dua dimensi dinyatakan dalam matriks dibawah ini :

(5)

5 { } [ ] { } Atau : { } [ ] { } Dimana : [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Kemudian matriks diatas disederhanakan menjadi : { } [ ]{ }

[ ] [ ]

Sehingga hubungan dari matriks kekakuan elemen segitiga dapat dijabarkan menjadi : [ ] [ ] [ ][ ] [ ] [ ] [ ] ( ) [ ]

Dimana: [k] = sebuah fungsi variasi dari koordinat titik x dan y, dan dapat disimbolkan dengan dan .

E = merupakan modulus elastisitas bahan .

v = angka poisson.

Setelah kita mendapatkan matriks kekakuan [k], maka nilai kekakuan setiap elemen dapat digabungkan kedalam matriks kekakuan global.

{ } [ ]{ } Dimana: { } = matriks gaya

{ } = matriks perpindahan

Dengan didapatkannya nilai perpidahan, maka kita bisa mencari nilai tegangan, melalui persamaan matriks :

(6)

6 Secara umum, penjabaran persamaan diatas menjadi

{ } [ ] ( ) [ ] { } Tabel-tabel yang akan dipergunakan dalam metode Heft 240 adalah sebagai berikut :

`

Tabel1.ringkasan nama dan sistem perletakan berserta gambarnya(M. Rὄsler, 2002)

Tabel 2. Hasil kekuatan tarik pada suatu balok tinggi dengan dua tumpuan (M. Rὄsler, 2002)

Dari tabel yang ditentukan kita akan mencari nilai tegangan sebagi perbandingan dengan hasil anaslisa yang didapatkan dari metode elemen hingga. Dengan mendefenisikan lebar penyangga dan lebar balok tinggi itu sendiri, serta gaya yang bekerja. Kemudian kita mendapatkan nilai ZF/P dan Z’s/P berdasarkan perbandigan antara tinggi dengan lebar balok ( d/L ) dan lebar penyangga dengan lebar balok (c/L ).

(7)

7

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Model balok tinggi yang akan dianalisa :

3 0 0 0 m m 3000 mm 500 mm 400 kN 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 5 0 0 m m 5 0 0 m m 5 0 0 m m 5 0 0 m m 5 0 0 m m 5 0 0 m m 500 mm 400 kN

Gambar 5. model balok tinggi (Purba S. Ovit. 2014)

Adapun data-data yang diperlukan adalah .model struktur bangunan adalah balok tinggi ( h=

L )dengan panjang 3 meter, lebar 3 meter dan tebal 0,5 meter.Beban yang bekerja adalah

beban vertikal statis ekivalen sebesar 400 kN yang bekerja pada balok dengan perletakan sederhana ( sendi-rol).Menganalisa tengangan yang terjadi akibat beban terpusat.Mutu beton (R'c) = k350. Modulus Elastisitas beton (E) =47000√((350x0,083)= 25332,0844 N/mm2

= 25332084.4 kN/m2. Poisson's ratio (v) = 0.3. Analisa struktur yang dilakukan adalah dengan

finite element method untuk dua dimensi.Sebagai perbandingan dari nilai tegangan yang

(8)

8 3000 mm 500 mm 400 kN 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 6 12 13 14 400 kN 15 16 17 18 19 21 22 23 24 25 20 26 27 28 29 30 31 32 33 35 36 37 38 39 34 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Gambar 6.Diskretisasi dan penomoran balok tinggi(Purba S. Ovit. 2014)

Gambar 7.Penomoran bidang segitiga (Purba S. Ovit. 2014) 1 2 3 4 2 2 2 2 5 6 7 8 9 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 1 1 1 1 1 1 1 2

(9)

9 Grafik1. Tegangan σxpada potongan potongan melintang (A,B,C,D,E,F) (Purba S. Ovit.

2014)

Grafik2. Tegangan σy pada potongan potongan melintang (A,B,C,D,E,F) (Purba S. Ovit. 2014)

Grafik3. Tegangan τxypada potongan potongan melintang (A,B,C,D,E,F) (Purba S. Ovit. 2014)

(10)

10 6.84 -0.81 44.41 135.25 310.14 616.69 0 50 100 150 200 250 300 -200 0 200 400 600 800 ti n gg i l e n ga n (cm ) tegangan ( kN/m^2)

Grafik 4. Tegangan τxy pada potongan potongan memanjang (1,2,3) (Purba S. Ovit. 2014) Nilai ZF dan Z’P dari metode Heft 240 dibandingkan dengan nilai tegangan maksimum yang terjadi pada tengah bentang,

30 00 m m 3000 mm 500 mm 400 kN 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 500 mm 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 50 0 m m 400 kN Y a = 24 5 cm Y b = 55 c m

(11)

11 σx pada tinggi lengan 245 cm>>

σx pada tinggi lengan 55 cm >>

Untuk mengecek hasil dari tegangan-tegangan di tengah bentang secara analitis untuk tegangan-tegangan utama dapat dicari dengan rumus :

√( )

√( )

Hasil yang didapat dari metode elemen hingga untuk tegangan pada tengah bentang pada tiap ketinggian yang dibagi kedalam 6 titik adalah :

1 5 3 4 5 6 33,33 cm 83,33 cm 133,33 cm 183,33 cm 233,33 cm 283,33 cm σx (kN/m2 ) -6.83829 0.812137 -44.4139 -135.252 -310.143 -616.691 σy(kN/m2 ) -0.12465 7.948175 18.00243 8.9144 2.319364 467.5768 τxy(kN/m2 ) 0.944891 4.620761 -14.6203 -22.3957 -72.5755 222.6926 Tabel 3.Tegangan yang terjadi pada 6 titik

Perhitungan secara analitis :

√( ) √( ) √( ) Untuk seterusnya perhitungan dimasukkan kedalam tabel :

1 2 3 4 5 6 33,33 cm 83,33 cm 133,33 cm 183,33 cm 533,33 cm 583,33 cm σ2 (kN/m2 ) 0.005797 10.21815 21.25734 12.31334 18.35364 511.5326 σ1(kN/m2 ) -6.96874 -1.45784 -47.6688 -138.651 -326.177 -660.647 Tabel 4. tegangan yang didapat dengan rumus tegangan utama

(12)

12 Perbandingan metode perhitungan :

Elemen segitiga Metode heft 540 Secara analitis σx(kN/m2

) -310,143 - -326.177

Tabel 5.Perbandingan tegangan dalam tiga metode

Grafik 5.Lendutan yang terjadi pada atas ( 1—1 ), tengah (2 –2 ), dan bawah (3 – 3 ) (Purba S. Ovit. 2014)

Secara eksak, perhitungan lendutan dengan menggunakan momen sebagai muatan : Berdasarkan Chu-Kia Wang (1992), perhitungan lendutan dengan menggunakan momem sebagai muatan adalah sebagai berikut:

P = 4 0 0 k N P = 4 0 0 k N 100 cm 100 cm m 0 c 10 A B C D

(13)

13 MA = P x 100 cm = 400 kN x 100 cm = 4 x 107 Ncm

MC = P x 100 cm = 400 kN x 100 cm = 4 x 107 Ncm

Lendutan yang terjadi pada bidang dibawah gaya P akibat gaya ( adalah :

Lendutan yang terjadi pada bidang dibawah gaya P akibat gaya ( adalah :

Sehingga besar lendutannya adalah :

Jadi besarnya lendutan adalah :

Kontrol nilai lendutan yang terjadi : Secara eksak (cm ) Elemen segitiga

(cm )

selisih Keterangan

- 0,004973 26 % Titik tinjau = 57

- 0,004905 25 % Titik tinjau = 41

(14)

14 Grafik 6.Perbandingan nilai secara eksak dengan metode elemen hingga (Purba S. Ovit.

2014)

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut yakni : Didapat suatu perbandingan perhitungan secara manual dan dengan menggunakan program

Microsoft Excel . Besarnya tegangan yang didapat dengan pembagian sebanyak 75 elemen

segitiga dan 49 tiik global. Nilai perbandingan yang didapat dari hitungan metode Heft 240 sebesar - 287,409 kN/m2 dan elemen segitiga sebesar -310,143 kN/m2 . Pendekatan bidang tegangan segi empat pada metode Heft 240 dapat relevan dengan nilai tegangan yang dicari dengan metode elemen hingga, dan dapat dipergunakan untuk menentukan jumlah tulangan yang diperlukan pada balok tinggi. Hasil analisis dengan metode elemen hingga seperti terlihat pada gambar terlihat bahwa balok tinggi dengan balok biasa mempunyai karakteristik tengangan yang sangat berbeda, karena pada balok biasa tidak diperhitungkan tegangan normal ( tegangan vertikal ). Akibatnya melalui pengaruh tegangan normal menghasilkan distribusi tegangan lentur menjadi tidak linier dan juga diagram tegangan geser tidak membentuk parabola. Pada balok biasa tegangan pada arah – y tidak ada sementara pada balok tinggi terdapat tegangangan akibat adanya tegangan normal. Kontrol nilai lendutan yang terjadi secara eksak dengan metode elemen hingga menghasilkan selisih nilai sebesar 26 % untuk titik tinjau 57 dan 25 % untuk titik tinjau 41. Ini membuktikan bahwa hasil

perhitungan Antara dua metode ini masih relevan.Penggunaan balok tinggi ini dapat

diaplikasikan bada struktur bangunan tinggi maupun kecil, sebagai transfer girder yang dapat menyalurkan beban secara merata dari struktur atas ke kolom lantai dasar sehingga didapat variasi strukur yang juga dapat disesuaikan dari segi arsiterkurnya.

Dari perhitungan dan pembahasan ada beberapa saran yang dianggap perlu sebagai berikut :Pembebanan yang ditinjau pada analisis ini adalah dua gaya terpusat sebesar 400 kN, sementara refrensi uang ada menggunakan beban terbagi rata, jadi perlu dianalisis lagi untuk pengaruhnya pada setiap variasi pembebanan. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk mengerjakan metode elemen hingga, dan untuk selanjutnya disarankan dapat dimasukkan kedalam sebuah program.

0 -0.003933 -0.003933 0 0 -0.004973 -0.004902 0 -0.006 -0.005 -0.004 -0.003 -0.002 -0.001 0 0 50 100 150 200 250 300 350 le n d u tan ( cm ) panjang bentang (cm )

(15)

15 DAFTAR PUSTAKA

ACI Commitee 318, 1992. Building Code Requirements for reinforced Concrete, Farmington Hills: American Concrete Institute

Haryanto Budiman 1998. Jurnal : Analisis Balok Tinggi Dengan Metode Elemen Hingga. Jurnal Teknik Sipil FT. UNTAR / No. 5 Tahun ke IV – Juli / 5000

Logan L. Daryl 2007.A Firsr Course in the Finite Element Method.Platteville : Thompson. Rὄsler M. 2002. Wandartige Träger . Beuth Hochschule für Technik , Berlin

Purba S. Ovit. 2014. Analisa Tegangan Dua Dimensi Pada Balok Tinggi Dengan

Menggunakan Metode Elemen Hingga Dan Metode Heft 240.

Thimoshenko S.P. dan Goodier J.N. 1934.Theory of Elasticity, Third Edition.New York: McGraw – Hill Book Company.

Wang Chu-Kia dan Charles G. Salmon. 1984. Introductory Structural Analysis. Prentice-Hall.

Weaver, JR William dan Paul R Johnston. 1993. Finite Elements for Structural Analysis

(Elemen Hingga untuk Analisis Struktur) .Terjemahan oleh Markus Rubijanto

Gambar

Gambar 2  tegangan bidang pada (a) pelat dengan lubang (b) pelat dengan irisan  (Daryl L
Tabel 2. Hasil kekuatan tarik pada suatu balok tinggi dengan dua tumpuan (M. Rὄsler, 2002)  Dari tabel yang ditentukan kita akan mencari nilai tegangan sebagi perbandingan  dengan hasil anaslisa yang didapatkan dari metode elemen hingga
Gambar 5. model balok tinggi (Purba S. Ovit. 2014)
Gambar 6.Diskretisasi dan penomoran balok tinggi (Purba S. Ovit. 2014)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemetaan struktur geologi di lapangan dari hasil pengamatan di singkapan- singkapan terpilih memperlihatkan bahwa tidak dijumpai adanya indikasi sesar. Kelurusan-kelurusan

Kecenderungan wanita kawin untuk bekerja di atas jam kerja normal (lebih dari 40 jam dalam seminggu) lebih tinggi pada wanita yang berusia lebih muda, memiliki tingkat pendidikan

Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja, perawat akan menghubungai dokter konsulen dan bila kondisi pasien

 Tabel FMEA merupakan metode pengendalian resiko K3 pada sistem boiler dengan cara mengetahui mode kegagalan yang dapat terjadi dan pengaruhnya sehingga dapat

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur, sebaran, dan tata ruang jenis-jenis anggrek epifit yang ada di hutan pantai Cagar Alam Sempu, Malang, Jawa Timur.. Letak plot

Jenis tanaman yang tergolong dalam Kelas Magnoliopsida lebih banyak ditemukan dibandingkan jenis tanaman pekarangan dari kelas lainnya, baik pada tipe Pekarangan

Maka dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa profesionalisme, berpikir konseptual, dan perencanaan karir secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan