• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA BAGIHASIL TERHADAP BELANJA MODALPADA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA BAGIHASIL TERHADAP BELANJA MODALPADA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh

ISMA AYU REFRIANA

NIM 105711117616

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ALOKASI UMUM, DAN DANA BAGIHASIL

TERHADAP BELANJA MODALPADA

PEMERINTAH PROVINSI

SULAWESI SELATAN

Oleh

ISMA AYU REFRIANA

NIM 105711116716

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi

pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

iii

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Alamat : Jln. Sultan Alauddin No.259 Fax (0411) 860 132 Makassar 90221

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : P e ng a ru h P en d ap a tan As li D a e rah , D a na A lo k as i U mu m , D an Da n a B ag i H a s il T e rh ad ap B e la n ja M o da l Pa d a P em e rin ta h P ro v ins i S u la we s i S e la ta n

Nama Mahasiswa : Isma Ayu Refriana

No. Stambuk : 105711117616

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diuji dan disetujui untuk dapat diseminarkan pada seminar hasil

Makassar, Januari 2021 Menyetujui,

PembimbingI PembimbingII

Dr. Akhamd, SE.M.Si A. Nur fitrianti, SE., M.Si

NIDN:0031126521 NIDN:0903058703

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan

Ismail Rasulong, S.E.,MM Hj. Naidah, SE, M. Si

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Alamat : Jln. Sultan Alauddin No.259 Fax (0411) 860 132 Makassar 90221

LEMBAR PENGESA HAN

Skripsi atas nama Isma Ayu Refriana, NIM 105711117616, diterima dan disahkan oleh panitia Ujian Skripsi berdasarkan surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor :03/05/A-4-II/III/40/2021, Tanggal 18 Rajab 1442 H / 02 Maret 2021 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 21 Rajab 1442 H 05 Maret 2021 M 1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (...)

(Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (...) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR,SE., MM (...) (Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) 4. Penguji : 1. Prof. Dr. Akhamd, SE., MM (...)

2. Hj. Naidah SE., M.Si (...) 3. Dr. Hj. Arniati, SE., M.Pd (...) 4. A. Nur Fitrianti, SE., M.Si (...)

Disahkan Oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Ismail Rasulong, SE., MM NBM : 903078

(5)

v

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Alamat : Jln. Sultan Alauddin No.259 Fax (0411) 860 132 Makassar 90221

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Isma Ayu Refriana

NIM : 105711117616

Program Studi : Ek onomi Pembangunan

Dengan Judul : “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah DiProvinsi Sulawesi Selatan” Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasilkarya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2021 Yang membuat Pernyataan,

Isma Ayu Refrina

Diketahui oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan

Ismail Rasulong, S.E.,MM Hj. Naidah, SE, M. Si

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakal penulisan skrpdi yang berjudul “ Pengaruh pendapatan asli daerah,dana alokasi umum dan dana bagi hasil terhdap belanja modal pada pemerintah di provinsi sulawesi selatan”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak wardiman dan ibu nurtian yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih saying dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dari doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah merekaa berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggii-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(7)

vii

1. Bapak Prof, Dr, H. Ambo Asse, M, Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Hj. Naidah, SE,.M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Prof.Dr.Akhmad, SE,.M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu A.Nur fitrianti,SE.,M.Si., selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepda penulis selam mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih kepada orang tua saya yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga penulisan ini bisa selesai

10. Terima kasih kepada teman-teman EP 16 E yang telah memberikan saya motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

(8)

viii

11. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat,kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skrpisi yang sederhana ini dapat bermanfaaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabili Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, Januari 2021

(9)

ix

ABSTRAK

Isma Ayu Refriana, 2021, “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,dana alokasi umum dan dana bagi hasil terhadap belanja modal pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan”. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing prof.Dr.akhmad, dan Pembimbing II A.Nurfitrianti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah,dana alokasi umum dan dana bagi hasil terhadap belanja modal pada pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang diolah adalah data sekunder, meliputi pendapatan asli daerah,dana alokasi umum dan dana bagi hasil Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal di Provinsi Sulawesi Selatan hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari probabilitas (0.016< 0.05). Secara parsial dana alokasi umum tidak berpengaruh terhadap belanja modal di provinsi Sulawesi Selatan, dibuktikan oleh nilai signifikasi lebih besar dari probabilitas signifikasi (0.398> 0,05) dan secara parsial dana bagi hasil tidakberpengaruh signifikan terhadap belanja modal di provinsi Sulawesi Selatan, dibuktikan oleh nilai signifikasi lebih besar dari probabilitas signifikasi (0.549 >0,05).

(10)

x

ABSTRAC

Isma Ayu Refriana, 2021, "The Effect of Local Own Revenue, general

allocation funds and profit sharing funds on capital expenditures for the government South Sulawesi Province".Thesis of Development Economics

Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor prof.Dr.akhmadand Supervisor II A. Nurfitrianti

This study aims to see the effect of local revenue, general allocation and revenue sharing on government capital expenditures in South Sulawesi province. This type of research used in this research is quantitative research. The data processed is secondary data from local revenue, general allocation and revenue sharing in South Sulawesi Province in 2010-2019. The results showed that simultaneously local revenue has a significant effect on capital expenditure in South Sulawesi Province. This is evidenced by the significance value which is smaller than the probability (0.016 <0.05). Partially the general allocation funds have no effect on capital expenditure in South Sulawesi province, as evidenced by the significance value greater than the significance probability (0.398> 0.05) and partially the profit sharing funds have no significant effect on capital expenditure in South Sulawesi province, as evidenced by the significance value is greater than the probability of significance (0.549> 0.05).

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv SURAT PERNYATAAN ... v KATA PENGANTAR ... vi ABSTRAK ... ix ABSTRACT ... x DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teori ... 9

1. Belanja Modal ... 9

2. Pendapatan Asli Daerah ... 13

3. Dana Alokasi Umum ... 14

4. Dana Bagi Hasil ... 16

B. Tinjauan Empiris ... 17

C. Kerangka Konsep ... 19

D. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 21

(12)

xii

D. Teknik Pengumpulan Data... 22

E. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ... 29

B. Penyajian Deskripsi data ... 30

1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan... 31

2. Perkembangan Dana Alokasi Umum di Provinsi Sulawesi Selatan... 32

3. Perkembangan Dana Bagi Hasil Di Provinsi Sulawesi Selatan ... 33

4. Perkembangan Belanja Modal di Provinsi Sulawesi Selatan ... 34

C. Hasil Analisis Data ... 35

1. Uji Asumsi Klasik ... 36

2. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 40

3. Hasil Uji Hipotesis ... 42

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 data belanja modal provinsi sulawesi selatan tahun 2010-2019 ...6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...18

Tabel 4.1 luas daerah menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019 ...30

Tabel 4.2 realisasi pendapatan asli daerah(PAD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019 ...32

Tabel 4.3 dana alokasi umum di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010- 2019 ...33

Tabel 4.4 dana bagi hasil di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 ...34

Tabel 4.5 Belanja Modal di Provinsi Sulawesi Selatan 2010-2019...35

Tabel 4.6 hasil Uji Normalitas ...36

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ...38

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ...39

Tabel 4.9 Hasil Uji regresi Berganda ...41

Tabel 4.10 Uji koefisien Determinasi ...42

Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan (Uji F) ...43

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 20 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 37 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 40

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Peneliti Terdahulu ... Lampiran 2 Data Variabel ... Lampiran 3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... Lampiran 4 Hasil Uji Regresi Berganda ... Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis ... Lampiran 6 Biografi Penulis ...

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kebijakan otonomi daerah dicanangkan oleh pemerintah lewat UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.Undang-undang tersebut menetapkan bahwa otonomi daerah diberikan untuk pembangunan di setiap bidang, dan diharapkan daerah bisa terlaksana secara mandiri dalam hal perencanaan, pembangunan, dan pembiayaan.Tujuan pemberian otorisasi ini untuk mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan masyarakat bisa memantau pemakaian dana yang didapat dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur bahwa setiap daerah berhak menentukan besaran alokasi sumber daya untuk belanja modal dengan mengikuti prinsip kesesuaian, kebutuhan, dan kapasitas daerah.Pemerintah daerah bekerja sama dengan DPRD sebagai badan legislatif untuk terlebih dahulu menetapkan prioritas dan pagu kebijakan umum (KUA) dan anggaran sementara (PPAS) APBD sebagai pedoman pengalokasian sumber daya dalam APBD.

Belanja modal yakni bagian dari belanja langsung dalam anggaran pemerintah yang menghasilkan output berupa aktiva tetap (Syukriy Abdullah). Belanja modal relevan dengan rencana keuangan jangka panjang, khususnya pemeliharaan aset tetap perihal belanja modal tersebut.

(17)

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal mengacu pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana demi kelancaran tugas pemerintahan dan fasilitas umum.Olehnya itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah perlu mengubah komposisi pengeluarannya. Selama ini belanja daerah dipakai untuk belanja rutin dengan efisiensi produksi yang relatif rendah. Juli Panglima Sarangih (2003) mengemukakan bahwa pengeluaran perlu dialokasikan untuk barang-barang produktif, seperti kegiatan pembangunan.

Berkat dukungan faktor sumber daya, pemerintah daerah dapat terorganisir dengan baik, dan faktor-faktor tersebut dapat mendorong organisasi pemerintah mencapai tujuannya. Faktor keuangan menjadi faktor utama yang menjadi sumber dana operasional pemerintah daerah. Pembiayaan daerah yakni keseluruhan struktur anggaran, perangkat, kelembagaan, dan kebijakan yang mencakup pendapatan dan belanja daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur bahwa sumber dana meliputi pendapatan asli daerah dan sisa dana yang diperoleh dari pemerintah pusat di masing-masing daerah.Pendapatan asli daerah adalah pendapatan asli daerah departemen perpajakan, pajak daerah, pendapatan badan usaha milik daerah, pendapatan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dll. (Mardiasmo; 2002).

Menurut Mardiasmo (2002), pemerintah daerah masih menghadapi banyak kendala perihal upaya peningkatan pendapatan daerah. Keterbatasan sarana dan prasarana tidak mendukung investasi. Hal ini menimbulkan masalah yang sebenarnya PAD bagaimana kaitannya dengan belanja

(18)

modal,apakah karena PAD rendah atau alokasi yang tidak tepat. Data PAD dan Belanja Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015-2019 menunjukkan bahwa peningkatan PAD tidak selalu meningkatkan Belanja Modal 24 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penerimaan daerah diharapkan terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan belanja daerah baik belanja rutin maupun belanja pembangunan. Peningkatan penerimaan daerah khususnya dari pos PAD merupakan suatu hal yang harus terus diupayakan menuju terwujudnya otonomisasi daerah yang lebih nyata.

Secara umum, pemerintah daerah masih mengandalkan pemerintah pusat untuk belanja dan pembiayaan daerah. Hal ini terlihat dari sumber penerimaan yang dimiliki oleh daerah yang penerimaannya didominasi oleh bantuan dari pemerintah pusat.Setelah otonomi daerah, pemerintah daerah masih relatif bergantung pada pemerintah pusat, yaitu tergantung pada pemerintah pusat.

Sebagaimana dikemukakan Tambunan dalam Dasril Munir (2004), peran/kontribusi pendapatan dari pemerintah pusat adalah untuk transfer, donasi dan bantuan, pajak dan non-bentuk bagi hasil pajak mendominasi struktur APBD. Anggaran sektor publik pemerintah daerah dalam APBD sebenarnya adalah hasil pengalokasian sumber daya.

Pemerintah daerah perlu berhati-hati dalam mengalokasikan sumber daya sendiri, sumber daya tersebut harus berasal dari sumber pendapatan daerahnya sendiri maupun dari sumber pendapatan eksternal dari Dana Perimbangan Pusat.Dana perimbangan ialah sumber pendapatan daerah yang bersumber dari APBN untuk mendukung instansi pemerintah daerah dalam

(19)

memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraannya.

Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana bagi hasil ialah salah satu komponen dana perimbangan, yakni dana yang dialokasikan dari pendapatan APBN.Pendapatan tersebut dialokasikan ke daerah dalam persentase tertentu untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan. Implementasi terdesentralisasi (Ahmad, 2002).

Ada 2 jenis dana bagi hasil dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yakni dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam).Daerah yang punya kekayaan alam dan penerimaan perpajakan akan mendapat penerimaan daerah dari pengelolaan sumber tersebut untuk membiayai belanja daerahnya (Nazarullah).

Hasil pengelolaan sumber daya tersebut disalurkan ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil (DBH) dengan menggunakan asas keaslian (origin) dan sesuai dengan pelaksanaan dalam APBN. Wahyuni dan Pryo, (2009) menyebutkan bahwa “Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah selain yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana bagi hasil (DBH)”. Armayani Halim (2004) mengemukakan bahwa peran pemerintah dalam pembangunan merupakan katalisator dan fasilitator, sebab pemerintah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

(20)

dan kegiatan ekonomi dapat dicapai dengan menerbitkan belanja daerah. Diantara belanja tersebut, pendapatan belanja belanja dapat diperoleh dari dana bagi hasil dan dialokasikan serta proporsional yang tepat.

Menurut Carol (2005), dana perimbangan bertujuan untuk mengatasi ketimpangan vertikal (bagi hasil dan distribusi dana secara umum) antara semua tingkat pemerintahan, untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan pemerintah daerah, dan untuk mendorong pembangunan daerah dalam kegiatan prioritas pembangunan nasional, realisasi layanan dan standar minimum, dan mendorong mobilisasi pendapatan.

Belanja daerah dipakai untuk menyediakan dana bagi penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, termasuk urusan wajib, pilihan, dan yang bisa dilaksanakan secara bersama-sama di bagian atau wilayah tertentu yang dilakukan berbersama-sama antara pemerintah dan pemerintah daerah yang ditetapkan oleh perundang-undangan.Prioritas harus diberikan kepada pengeluaran usaha untuk melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan bekerja keras untuk memenuhi kewajiban daerah, yang menerapkan sistem keamanan dalam bentuk perbaikan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, dan pengembangan layanan sosial.

Tabel1.1

(21)

Tahun belanja modal (Rupiah) 2010 369.248.752.922 2011 493.472.626.515 2012 392.582.389.935 2013 724.697.779.987 2014 955.096.953.945 2015 992.849.020.795 2016 930.203.240.524 2017 1.177.859.908.378 2018 1.140.259.610.214 2019 1.086.981.325.968

Sumber: BKAD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

Dari Tabel 1.1 bahwa Belanja Modal Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan selama periode 2010-2019 dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, alokasi dana secara umum yakni 369.248.752.922.200 rupiah. pada tahun 2011, angkanya mulai meningkat menjadi 493.472.626.515 triliun rupiah, dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya, hingga akhir tahun 2019 belanja modal meningkat sebesar 1.088.981.325.968 triliun rupiah.

Besarnya penerimaan dari pendapatan asli daerah (PAD) sangat bergantung pada kemampuan pemerintah daerah menggali potensi yang dimilikinya. Jumlah dan peningkatan penerimaan dari PAD tersebut akan memberikan gambaran mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola pembiayaan pembangunan secara lebih mandiri.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja modal pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010- 2019? 2. Bagaimana pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja modal

(22)

pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatantahun 2010-2019?

3. Bagaimana pengaruh dana bagi hasil (DBH) terhadap belanja modal pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010-2019?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yakni:

1. Mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja modal pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010- 2019. 2. Mengetahui pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja modall

pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010-2019.

3. Mengetahui pengaruh dana bagi hasil (DBH) terhadap belanja modal pada pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010-2019.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Sebagai referensi untuk meneliti topik yang relevan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

b. Diharapkan memberi kontribusi bagi perkembangan teori-teori khususnya teori-teori yang relevan dengan akuntansi sektor publik. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah, diharapkan memberi informasi tentang pentingnya optimalisasi potensi daerah yang dimiliki daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mendorong kemajuan daerah. b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan memberikan referensi perihal dampak perpajakan daerah (PAD), alokasi umum dana (DAU) dan bagi hasil (DBH) terhadap belanja modal.

(23)
(24)

9

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

A. KajianTeori 1. Belanja Modal

a. Pengertian Belanja Modal

Belanja modal yakni pengeluaran anggaran untuk pembelian aset tetap dan aset lain yang memberikan pendapatan dalam lebih dari satu periode akuntansi (Halim: 2007). Menurut PP No. 71 Tahun 2010, belanja modal mengacu pada belanja pemerintah daerah yang pendapatannya melebihi satu tahun anggaran, yang akan ditambahkan ke satu atau lebih aset daerah, lalu belanja rutin (seperti biaya pemeliharaan) akan ditambahkan ke kelompok belanja administrasi reguler.Belanja modal dipakai untuk memperoleh aset tetap milik pemerintah daerah, seperti peralatan, infrastruktur, dan aset tetap lainnya. Bagaimana mendapatkan belanja modal lewat proses lelang atau penawaran.

Permendagri No.59 (2007) pasal 53 ayat 2 mengatur bahwa nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal yakni harga pembelian/pembangunan aset ditambah seluruh pengeluaran terkait pengadaan/pengembangan aset sampai aset tersebut siap.Lalu diatur dalam Pasal 53 ayat 4 bahwa selain mencapai batas minimum, kepala daerah juga perlu menetapkan batas kapitalisasi minimum sebagai dasar pemungutan belanja modal, dan anggaran belanja untuk belanja komoditas perlu memberikan masa pendapatan bagi beberapa akuntansi non-konvensional.

(25)

Dari pembagian pandangan tersebut, bahwa belanja modal yakni belanja yang bersumber dari anggaran pemerintah, dipakai untuk mendapatkan aset tetap atau aset lain yang bisa memberikan pendapatan untuk beberapa periode akuntansi, dan dipakai pemerintah untuk melakukan tugasnya.

1) Peran Belanja Modal

Menurut PP No. 24 Tahun 2005, Belanja Modal adalah belanja anggaran yang dipakai untuk membeli atau menambah aset tetap dan aset lain yang memberikan pendapatan selama periode akuntansi. Belanja modal mencakup belanja modal pembelian tanah dan gedung, perlengkapan dan aset tidak berwujud.Untuk mendapat aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal sesuai kebutuhan sarana dan prasarana daerah, sehingga pelaksanaan tugas pemerintahan dan fasilitas umum bisa berjalan dengan lancar.

Secara teoritis, ada 3 cara untuk memperoleh aset tetap, yakni membangun sendiri, menukar dengan aset tetap lainnya, dan membeli lewat proses lelang atau penawaran yang agak rumit.

b. Jenis-Jenis Belanja Modal

Menurut syaiful (2006), belanja modal ada 5 jenis,yakni: 1) Belanja modal tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya untuk pembelian/pembelian/pelepasan penyelesaian, pengalihan nama dan sewa tanah, evakuasi, pengurungan, peralatan, penyiapan lahan, sertifikat produksi, dan pengeluaran lain yang terkait dengan

(26)

perolehan hak atas tanah sampai dengan penyiapan lahan yang bersangkutan.

2) Belanja modal peralatan dan mesin

Pengeluaran modal untuk peralatan dan mesin mengacu pada pengeluaran/pengeluaran yang dipakaiuntuk membeli, menambah, mengganti dan meningkatkan kapasitas peralatan dan mesin, serta menyediakan persediaan kantor lebih dari 12 bulan hingga peralatan dan mesin dalam keadaan siap pakai.

3) Belanja modal gedung danbangunan

Merupakan pengeluaran/biaya untuk pembelian/penambahan dan pengelolaan gedung dan bangunan dalam keadaan siap.

4) Belanja modal jalan,irigasi,danjaringan a) Belanja modal jalan ,irigasi, dan jaringan

Pengeluaran, biaya, pembelian, penambahan, penggantian, penguatan konstruksi, pembuatan dan pemeliharaan, termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pemantauan dan pengelolaan peningkatan jalan, irigasi, dan kapasitas jaringan jalan irigasi jaringan dalam Status Tersedia.

b) Belanja modal fisik lainnya

Belanja modal fisik lainnya yakni pengeluaran/biaya yang dipakai untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan, pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya.

(27)

Belanja modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pendapatan daerah, Pendapatan fiskal asli umumnya lebih tinggi, diikuti oleh peningkatan belanja modal, namun tergantung pada situasi daerah pada tahun anggaran yang bersangkutan. Berdasarkan studi yang dilakukan Darmawanto dan Yulia Yustikasari (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi belanja modal yakni pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PDA) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

Transfer dana oleh pemerintah daerah merupakan penyaluran dana secara umum dan pembagian bagi hasil. Dana penyaluran umum adalah dana yang ditransfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengurangi defisit fiskal.Menurut PP No. 55 Tahun 2005, penyaluran dana secara umum disalurkan setiap bulan, dan penyalurannya 1/12 dari penyaluran dana penyaluran keuntungan. Pendapatan tersebut yaknidana yang didapat dari pendapatan APBN yang disalurkan ke daerah tertentu kepada membantu mendanai kawasan Seksual, acara khusus yang sejalan dengan prioritas nasional. Besarnya dana bagi hasil ditentukan dalam APBN.

DAU dan dana bagi hasil ialah sumber belanja modal untuk sarana dan prasarana demi memberikan pelayanan publik yang baik dari pemerintah daerah kepada masyarakat.

(28)

a. Pengertian pendapatan asli daerah

Menurut Mardiasmo (2002: 132), perpajakan daerah mengacu pada pendapatan daerah dari otoritas perpajakan daerah, remunerasi daerah, kinerja badan usaha milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah tersendiri, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

Pendapatan asli daerah bersumber dari PAD itu sendiri, dan dana yang didapat dikelola pemerintah daerah dan pegawai, serta diatur oleh peraturan perundang-undangan.

b. Sumber pendapatan asli daerah Pendapatan asli daerah: 1) Pajak daerah

Pajak daerah mengacu pada pendapatan daerah yang diperoleh dari perpajakan, yang dikenakan pajak di setiap provinsi dan daerah/kota berbeda-beda, hal ini dirumuskan sesuai Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (tentang Pajak dan Retribusi Daerah).

2) Retribusi daerah

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah. Pajak daerah ialah pendapatan daerah yang bersumber dari retribusi, Pendapatan daerah provinsi terkait dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 berbeda dengan pendapatan daerah/kota.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan daerah yang bersumber daripengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan sesuai objek pendapatan, yakni:

a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

(29)

b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara/BUMN

c) Bagian laba atas penyetaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usahamasyarakat.

d) Sebagian laba perusahaan daerah sebagai sumber PAD, terdiri dari perusahaan bergerak dibidang jasa keuangan dan perbankan dan bidang lain.

4) Penerimaan Lain-Lain

Penerimaan lain daerah/perkotaan ialah penghasilan yang didapat pemerintah daerah dan kota selain pajak, perpajakan, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah tersendiri.

3. Dana Alokasi Umum

a. Pengertian Dana Alokasi Umum

Dana alokasi ialah dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dari pemerintah pusat ke penerimaan APBN. Tujuan pengalokasian dana untuk mengalokasikan kemampuan keuangan antar berbagai daerah dalam latar belakang pelaksanaan desentralisasi untuk menyediakan dana bagi kebutuhan daerah.

Dana alokasi umum ialah dana transfer yang dialokasikan oleh pemerintah pusat dari APBN dan dialokasikan ke masing-masing daerah.Tujuannya untuk secara merata melaksanakan pembiayaan antar daerah dan menyediakan dana untuk belanja dan kebutuhan belanja daerah.DAU yakni transfer alokasi blok, artinya penggunanya akan dialihkan ke daerah masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan otonomi

(30)

daerah.Menetapkan besaran DAU paling sedikit 26% dari pendapatan bersih dalam negeri (PDN) yang ditetapkan dalam APBN. Provinsi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota ditentukan berdasarkan perimbangan kekuatan antara provinsi dan kabupaten/kota.

b. Tahapan-Tahapan Menghitung Dana Alokasi Umum: 1) Tahapanak ademis

Perumusan dan pelaksanaan kebijakan formula DAU dikemukakan oleh tim independen dari masing-masing perguruan tinggi, dimaksudkan untuk merumuskan kebijakan penghitungan alokasi umum dana sesuai dengan ketentuan undang-undang dan karakteristik otonomi daerah di Indonesia.

2) Tahapan administratif

Bagian keuangan dan Administrasi Umum Perimbangan Keuangan, berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menyiapkan data penghitungan DAU, termasuk kegiatan konsolidasi dan verifikasi data, untuk mendapatkan keabsahan dan data terkini.

3) Tahapan teknis

Tahapan simulasi alokasi dana total, pemerintah akan mengacu pada data, berkonsultasi dengan DPR RI, dan menggunakan data yang tersedia sesuai rumus jumlah alokasi dana yang ditentukan undang-undang, serta mempertimbangkan hasil rekomendasi pihak akademis. 4) Tahapan politis

Tahapan politik ialah tahapan terakhir, membahas perihal penghitungan penyaluran umum dana antara pemerintah dan panitia anggaran DPP pajak belanja daerah, dalam rangka negosiasi dan

(31)

mendapatkan persetujuan penghitungan penyaluran umum dana.

c. Ketentuan Perhitungan Dana Alokasi Umum:

1) Dana Alokasi Umum (DAU) telah ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 26% dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.

2) Dana alokasi umum (DAU) untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten dan kota ditetapkan masng-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum sebagaimana diterapkan diatas.

3) Dana alokasi umum suatu daerah kabupaten atau kota tertentu ditetapkan berdasar perkalian jumlah dana alokasi umum untuk kabupaten dan kota yangbersangkutan.

4) Daerah dan kota yang disebutkan, sebagai proporsi dari bobot daerah dan kota di wilayah Indonesia (Bambang Kesit Prakosa, 2004).

4. Dana bagi hasil

Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, dana bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh), sedangkan dana yang bersumber dari sumber daya alam meliputi kehutanan, mineral dan batu bara, minyak bumi dan gas bumi, pengusahaan panas bumi dan perikanan. Tujuan Dana BagiHasiladalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Dana Bagi Hasil merupakan sumber pendapatan daerah yang potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuih belanja

(32)

daerah yang bukan berasal dari Pendapatan Asli Daerah selain Dana Alokasi Umum dan Dana bagi hasil. Pendapatan daerah yang berupa Dana Bagi Hasil tentu harus digunakan oleh pemerintah daerah untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat melalui pengelolaan kekayaan daerah yang proposional dan profesional serta membangun infrastruktur yang berkelanjutan, salah satunya digunakan untuk belanja modal. Maka semakin besar Dana Bagi Hasil yang didapat suatu daerah maka daerah tersebut cenderung memiliki belanja modal yang besar pula dikarenakan pemerintah daerah mendapatkan tambahan pendapatan yang didapat dari dana perimbangan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaedy (2015), Susanti dan Fahlevi (2016), Susanti (2016) menunjukkan bahwa dana bagi hasil berpengaruh terhadap belanjamodal.

B. Tinjauan Empiris

Beberapa penelitian terdahulu dijadikan pedoman atau landasan dalam penelitian ini. pemilihan penelitian terdahulu didasari dengan kesamaan variable terikat (dependen) danvariabel bebas (independen). Hal yang menjadi acuan penelitian terdahulu ialah, tujuan penelitian,analisis data dan hasil penelitian.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(33)

1 Arbie gugus wandira(20 1 3) Pengaruh Pendapatan asli daerah,dana alokasi umum,dana alokasi khusus dan dana bagi hasil

Analisis Regresi Linear Berganda dari hasil pengujian PAD,DAU.DA K dan DBH untuk melihat pengaruhnya terhadap belanja modal baik secara simultan maupun secara parsial.

1. PAD dan DAK berpengaruh terhadapbelanja modal.

2. dana bagi hasil berpengaruh terhadapbelanja modal. 2. Furqani dan titimmah(20 1 5) Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada pemkab sumenep Analisis Regresi Linear Berganda dari hasil pengujian ini untuk mendeteksi 2 variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. 1. analisa secara persial pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadapbelanja modal. 2. pandapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadapbelanja modal 3. Sari dan supadmi(20 1 6) Pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap pemerintah provinsi di Indonesia Analisis Regresi Linear Berganda dari hasil pengujian ini untuk mendeteksi variabel bebas dan variabel 1. pendapatan asli daerah berpengaruh positif. 2. belanja modall berpengaruh positif

(34)

terikat. 4. Sarkoro dan zulfikar(201 6 ) Pengaruh belanja daerah,DAU,DAK,d an PAD terhadap pemerintah provinsi di Indonesia Analisis Regresi Linear Berganda dari hasil pengujian ini dengan menggunakan model matematis. 1secara simultan .belanja daerah dan PAD sangat berpengaruh. 2.secara simultan DAU dan DAK tidak dapat berpengaruh. 5. pradana(2 0 17) pengaruh DAU,DAK terhadap indeks kabupaten/kota di sumatera Indonesia Analisis Regresi Linear Berganda dari hasil pengujian ini untuk mengetahui pengaruh DAU,DAK secara simultan. 1.pengujian secara simultan menunjukan bahwa DAU,DAK berpengaruh positif. 2.secara persial DAU,DAK berpengaruh negatif. C. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan penelitian empiris yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah,dana alokasi umum dan dana bagi hasil terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi sulawesi selatan, dapat ditemukan pada kerangka pikir yang dirumuskan seperti dalam gambar 1.1 berikut ini:

(35)

Gambar 1 .1 KerangkaPikir

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini, yakni:

1. Pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja moda lpada pemerintah di provinsi Sulawesi selatan tahun 2010-2019. 2. Dana alokasi umum berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

belanja modal pada pemerintah di provinsi Sulawesi selatan tahun 2010-2019.

3. Dana bagi hasil berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah di provinsi Sulawesi selatan tahun 2010-2019.

Dana bagi hasil (X3)

Belanja Modal (Y) Dana Alokasi Umum

(X2)

Pendapata Asli Daerah (X1)

(36)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif dalam format kuantitatif. Penelitian deskriptif menurut Fatin (2017) adalah penelitian yangberusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Di sini peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.Jadi, penelitian deskriptif secara kuantiatif ini bertujuan untuk menjelaskan dan memvalidasi suatu fenomena dengan menggunakan angka yang menggambarkan karakteristik subyek. Proses pengumpulan datanya memungkinkan peniliti untuk menghasilkan deskripsi tentang fenomena sosial-ekonomi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi dikantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November-Desember Tahun 2020. Alasan pemilihan lokasi karena akses data dikantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan yang cukup lengkap dengan mengambil data laporan realisasi APBD periode 2010-2019.

(37)

C. Definisi Operasional Variable dan Pengukuran

Variabel yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini adalah terdiri dari variable bebas (dengan symbol statistic yang digunakan adalah X) yang terdiri pendapatan asli daerah (X1), dana alokasi umum (X2), dan dana bagi hasil (X3). Sedang variabel terikat adalah belanja modal yang disimbolkan sebagai Y.

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel independen yakni variabel yang mempengaruhi, menyebabkan munculnya atau perubahan variabel dependen. Variabel bebas yang dugunakan dalam penelitian ini yakni data panel yaitu gabungan timeseries dan crosssection.Data timeseries tahun 2015-2019. Sedangkan data crosssection adalah provinsi Sulawesi selatan dengan model regresi commoneffect merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel,dengan menggabungkan data crosssection dan timeseries.

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat yang dipakai dalam penelitian ini yakni belanja modal.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk kebutuhan penelitian ini adalah diperoleh dari data sekunder, yaitu berdasarkan variabel yang digunakan berupa data pendapatan asli daerah(PAD),dana alokasi umum(DAU),dana bagi hasil(DBH) terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan dengan periode pengamatan tahun 2010-2019 (time series data dengan skala pengukuran nominal) dan juga data lainnya diperoleh dalam bentuk arsip, dokumen jurnal, hasil penelitian lain, dan sebagainya yang

(38)

terpublikasi secara elektronik maupun non-elektronik.Instrumen pengumpulan data yang digunakan selain observasi (pengamatan berulang) adalah melakukan pengukuran langsung/mengkalkulasi terutama terhadap data kuantitatif variabel. Datayang terkumpul selanjutnya dipilah, direduksi sesuai kebutuhan, ditabulasi, serta diolah untuk kepentingananalisis.

E. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui asosiasi variabel bebas terhadap variabel terikat di sini adalah analisis Regresi Berganda dengan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solustion) Versi 22. Untuk itu, terlebih dahulu data yang akan digunakan perlu diuji Validitas dan Reliabilitas-nya. Jika sudah sesuai, maka dapat berlanjut ke pengolahan data. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Melalui penggunaan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid danreliable. Jadi instrument yang valid dan reliable menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable. Untuk uji validitas, digunakan nilai koefisien korelasi (r). Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.

Uji reliabilitas ditunjukkan dengan koefesien reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika koefesiennya semakin mendekati 1 maka semakin reliabel dan sebaliknya. Pada umumnya para ahli memberikan standar minimal koefesien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0,6. Lalu, Penggunaan alat

(39)

analisis regresi, perlu memenuhi asumsi dengan melakukan pengujian, yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik

Setelah diperoleh model regresi, hasil yang diperoleh tidak dapat langsung dijelaskan. Hal ini karena model regresi harus terlebih dahulu diuji apakah memenuhi asumsi klasik. Uji hipotesis klasik meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah regresi variabel dependen dan variabel independen atau keduanya memiliki distribusi normal.Model regresi yang baik adalah sebaran data yang normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui adanya normalitas adalah dengan melihat sebaran data pada sumbu diagonal dari grafik probabilitas normal. b. Uji Autokolerasi

Pengujian ini dirancang untuk menguji apakah model regresi menemukan korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak melihat koreksi diri dari nilai Durbin Watson yang besar dalam statistik uji.Jika statistik Durbin Watson lebih besar dari 1.55, berarti tidak ada agregasi otomatis, sebaliknya jika statistik Durbin Watson kurang dari 1.55, berarti ada penggabungan otomatis.

c. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dirancang untuk menguji apakah model regresi menemukan adanya korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Model yang baik mestinya tidak memiliki korelasi yang tinggi antara variabel independen.Torelance mengukur variabilitas variabel yang dipilih, dan variabel independen lainnya tidak dapat menjelaskan

(40)

variabilitas tersebut. Nilai VIF (Variation Information Factor) digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, jika nilai VIF mendekati 1 dan angka toleransinya mendekati 1 berarti data tidak memiliki multikolinieritas. Jika nilai VIF tidak lebih besar dari 5, hal ini menunjukkan bahwa model tidak memiliki multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dalam regresi memiliki pengaruh sempurna atau mendekati sempurna pada variabel terkait.Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Model regresi yang baik tidak memiliki heterogenitas.

Uji heteroskedastisitas dengan melihat plot antara variabel dependen (ZPRED) dan nilai prediksi iris SRESID.Jika hasil regresi grafik plot membentuk pola teratur tertentu (misalnya gelombang yang melebar terlebih dahulu lalu menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas; sebaliknya bila hasil regresi grafik plot tidak membentuk pola yang jelas atau tersebar, tidak ada heteroskedastisitas yang akan terjadi Varians. 2. Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah dilakukan pengujian hipotesis klasik, data dianalisis memakai metode regresi linier berganda, dan analisis regresi linier berganda dipakai untuk mengindentifikasi pengaruh variabel independen bagi variabel dependen.Analisis ini dipakai untuk menguji dampak pajak daerah, DAU dan dana bagi hasil bagi belanja modal. Relasi antar variabel tersebut dijelaskan dari persamaan:

(41)

Keterangan:

Y = belanja modal (BM) α =konstanta

ß = slope atau koefisienregresi X1 = pendapatan asli daerah(PAD) X2 = Dana alokasiumum(DAU) X3 = Dana bagi hasil(DBH) e = error (Sumber: Bhuono Agung, 2005:43) 3. Uji Hipotesis

a. Analisis Uji F (Simultan)

Uji F dipakai untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen persamaan regresi memakai hipotesis statistik. Rumus nilai f yang dihitung:

F= R2/K (1−R2)/(n−k−n1) Keterangan:

R = Korelasi

𝑘 = Variable independent 𝑛 = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan mengacu pada nilai probabilitashasil uji berikut:

1) Jika probabilitas < 0,05 maka Hoditolak

2) Jika probabilitas > 0,05 maka Hoditerima. Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis:

1) Jika Fhitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima(signifikan).

(42)

b. Analisis Uji t (uji parsial)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas pendapatan asli daerah(PAD),dana alokasi umum(DAU),dana bagi hasil (DBH) dan belanja modal yang merupakan variabel dependennya. Persamaan rumus uji t: 𝑟 𝑛−2 thit = √ √1−𝑟2 Keterangan: t= t hitung

tabel r= koefisien korelasi

Seperti halnya pengujian hipotesis sinkron, bagian pengambilan keputusan pengujian hipotesis sesuai nilai probabilitas yang didapat dari hasil pengolahan data lewat program SPSS:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

2) Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

Bisa juga kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesisyang diajukan: 1) Jika t hit > t tabel, maka Ho ditolak. Berarti signifikasi atau variabel

independen yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependent dengan alpa =0.05.

2) Jika t hit < t tabel, maka Ho diterima. Berarti signifikasi atau variabel independent yang diuji secara nyata tidak berpengaruh terhadap variabel dependent dengan alpa =0,05.

(43)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian

1.Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan

Secara geografis, Sulawesi Selatan berada di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya ialah Makassar. Dengan batas utara yakni Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat, Teluk Bone dan Sulawesi di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan.

Provinsi Sulawesi Selatan terletak di antara 0 ° 12´ Lintang Selatan dan 8 ° Lintang Selatan, antara 116 ° 48´-122 ° 36´ Bujur Timur, dan dilintasi oleh garis ekuator atau ekuator pada garis lintang 00. Provinsi Sulawesi Selatan meliputi 24 daerah/kota, terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota.

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah 46.717,48 kilometer persegi yang meliputi 21 wilayah dan 3 kota. Untuk informasi lebih rinci, wilayah kabupaten/perkotaan Sulawesi Selatan bisa dilihat pada Tabel 4.1:

(44)

Tabel 4.1

Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

No. Kabupaten/Kota Luas (km²)

Persentase Terhadap Luas Provinsi Sulawesi Selatan Kota 1 Kota Makassar 199,26 0,43

2 Kota Pare- Pare 99,33 0,21

3 Kota Palopo 252,99 0,54 Kabupaten 4 Kepulauan Selayar 1357,03 2,90 5 Bulukumba 1284,63 2,75 6 Bantaeng 395,83 0,85 7 Jeneponto 706,52 1,51 8 Takalar 566,61 1,21 9 Gowa 1883,32 4,03 10 Sinjai 798,96 1,71 11 Maros 1619,12 3,33 12 Pangkep 1132,08 2,42 13 Barru 1174,71 2,51 14 Bone 4559,00 9,76 15 Soppeng 1557,00 3,33 16 Wajo 2504,06 5,36 17 Sidrap 1883,23 4,03 18 Pinrang 1961,67 4,20 19 Enrekang 1784,93 3,82 20 Luwu 3343,97 7,16 21 Tana Toraja 1990,22 4,26 22 Luwu Utara 7502,58 16,06 23 Luwu Timur 6944,88 14,87 24 Toraja Utara 1215,55 2,60 Jumlah 46,717,48 100

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2020

B. Penyajian Data

Dari hasil data yang diperoleh, maka dengan ini peneliti dapat menggambarkan variabel-variabel yang masuk dalam penelitian ini dari variabel independen adalah pendapatan asli daerah,dana alokasi umum,dan dana bagi hasil dan Variabel Dependen belanja modal. Data yang digunakan

(45)

dalam penelitian ini menggunakan data Time Series atau data rentang waktu yang dimulai dari dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. Data yang disajikan untuk menggambarkan setiap data variabel yang akan di olah dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer SPSS (Statistical Product Service Solutions) merupakan salah satu program aplikasi yang paling banyak digunakan untuk analisis statistik dalam ilmu sosial dalam membantu menghitung dan menganalisis data. SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset dan penelitian, oleh karena itu peneliti memilih menggunakan SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 22 dalam menguji dan menganalisis data penelitian dengan metode analisis regresi linear berganda. Penyajian data bertujuan untuk mengambarkan Perkembangan pendapatan asli daerah,dana alokasi umum,dan dana bagi hasil terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Provinsi Sulawesi Selatan

Pendapatan asli daerah yakni penerimaan daerah yang berasal dari pajak daerah, pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah tersendiri, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah, dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber dana dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai wujud asas desentralisasi.Keempat bagian ini sangat penting, dan setiap bagian membantu untuk menerima PAD. Besarnya pendapatan daerah menentukan tingkat perkembangan otonomi daerah. Semakin banyak PAD, semakin besar peluang bagi pembangunan daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah secara benar.

(46)

Tabel 4.2

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019

Tahun Pendapatan Asli Daerah

( rupiah ) 2010 1.460.045.910.933 2011 1.971.718.453.964 2012 2.367.750.112.292 2013 2.641.160.646.495 2014 3.126.088.413.872 2015 3.432.698.249.269 2016 3.516.797.239.983 2017 3.743.344.520.531 2018 3.975.726.084.809 2019 4.168.385.357.623

Sumber: BKAD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

Dari Tabel 4.2, pendapatan mentah Provinsi Sulawesi Tengah dan Selatan meningkat signifikan dari tahun 2010 hingga 2019 dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, pendapatan asli daerah itu 1.460.045.910.933 rupiah.Pada tahun 2011 negara mulai mengalami kekacauan, jumlahnya meningkat 1.971.718.453.964 rupiah, dan pada tahun-tahun berikutnya juga meningkat, hingga akhir tahun 2019 pendapatan asli daerah meningkat sebesar 4.168.385.357.623 rupiah. 2. Perkembangan Dana Alokasi Umum di Sulawesi Selatan

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

(47)

Dana Alokasi Umum di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019

Tahun Dana Alokasi Umum

( Rupiah) 2010 706.276.399.000,00 2011 816.757.969.000,00 2012 996.939.584.000,00 2013 1.089.771.438.000,00 2014 1.209.598.741.000,00 2015 1.180.010.167.000,00 2016 1.394.148.361.000,00 2017 2.509.480.255.000,00 2018 2.509.480.225.000,00 2019 2.586.312.342.000,00

Sumber: BKAD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

Dari Tabel 4.3 bahwa alokasi umum Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2010 hingga 2019 mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, alokasi umum dana sebesar Rp706.276.399.000,00 rupiah.Pada tahun 2011 Rupiah mulai tumbuh menjadi 706.276.399.000,00 rupiah, dan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya, hingga akhir tahun-tahun 2019 Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan sebesar 2.586.312.342.000,00 rupiah.

3. Perkembangan Dana Bagi Hasil di Sulawesi Selatan

DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari dua jenis, yaitu DBH pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA). Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Penerimaan DBH pajak bersumber dari: (1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), (2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan (3) Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh WPOPDN) dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21). Sedangkan penerimaan DBH SDA bersumber dari: (1) Kehutanan, (2) Pertambangan Umum, (3) Perikanan,

(48)

(4) Pertambangan Minyak Bumi, (5) Pertambangan Gas Bumi, dan (6) Pertambangan Panas Bumi.

Tabel 4.4

Dana Bagi Hasil di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019

Tahun Dana bagi hasil

( Rupiah) 2010 239.088.443.674 2011 232.475.391.220 2012 287.757.643.027 2013 310.706.342.541 2014 292.999.149.734 2015 281.792.298.000 2016 271.491.373.720 2017 331.954.922.099 2018 310.805.709.400 2019 267.134.698.482

Sumber: BKAD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa dana bagi hasil Provinsi Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi selama periode 2010-2019 dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, dana bagi hasil mencapai 239.088.443.674 rupiah. Pada tahun 2013 jumlahnya mulai meningkat mencapai 310.706.342.541 rupiah.Pada tahun 2014 rupiah kembali turun sebesar 292.999.149.734, demikian pula pada tahun-tahun berikutnya, hingga akhir tahun 2019 rupiah terus berfluktuasi menjadi sebesar Rp 267.134.698.482. 4. Perkembangan Belanja Modal Sulawesi Selatan

Pengeluaran modal mengacu pada pembelian aset tetap (AT) atau aset lain atau untuk memberikan nilai tambah untuk aset tetap (AT) atau aset lainnya, dipakai untuk memberikan pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas kapitalisasi minimum aset tetap (AT) atau aset lain yang ditetapkan oleh pemerintah. Aset tetap (AT) atau aset lain yang dipakai untuk kegiatan usaha unit kerja atau masyarakat atau

(49)

kepentingan umum dicatat sebagai aset kementerian/organisasi terkait dan tidak dimaksudkan untuk dijual/dialihkan kepada masyarakat/pemerintah daerah.

Tabel 4.5

Data Belanja Modal Provinsi Sulawesi Selatan 2010-2019

Tahun belanja modal

( Rupiah) 2010 369.248.752.922 2011 493.472.626.515 2012 392.582.389.935 2013 724.697.779.987 2014 955.096.953.945 2015 992.849.020.795 2016 930.203.240.524 2017 1.177.859.908.378 2018 1.140.259.610.214 2019 1.086.981.325.968

Sumber: BKAD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

Dari Tabel 4.5 bahwa Belanja Modal Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan selama periode 2010-2019 dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, alokasi umum dana adalah 369.248.752.922 rupiah.Pada tahun 2011 angkanya mulai meningkat menjadi 493.472.626.515 rupiah, dan terus bertambah sejak saat itu, hingga akhir tahun 2019 belanja modal meningkat sebesar 1.086.981.325.968 rupiah. c. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik yang dipakai untuk menganalisis data variabel yang mempengaruhi belanja modal Sulawesi yakni teknik analisis regresi linier dengan program SPSS 22. Variabel dependennya yakni Belanja Modal Sulawesi Selatan, sedangkan variabel independennya ialah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Bagi Hasil (DBH). Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, pengujian

(50)

hipotesis klasik adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data yang dimiliki berdistribusi normal, lalu dilakukan uji Kolmogorow-Smiwow.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 10

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 97.21441108 Most Extreme Differences Absolute .191 Positive .163 Negative -.191

Test Statistic .191

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber:data diolah data sekunder,spss 22

Dari Tabel 4.6, uji normalitas memperlihatkan nilai signifikansi 0,200> 0,05, nilai tersebut berdistribusi normal.

Gambar 4.1 Uji normalitas

(51)

Sumber:data diolah data sekunder,spss 22

Dari Gambar 4.1 terlihat model berdistribusi normal, sebab data berdistribusi melingkar secara diagonal dan mengikuti arah diagonal, sehingga data berdistribusi normal.

b. Uji Multikoliaritas

Lakukan uji multikolinieritas, apakah variabel regresi menemukan korelasi variabel bebas. Ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (variance inflation faktor). 1) Bila nilai tolerance > 0,10 dan VIF<10, tidak terjadi multikolenieritas. 2) Bila nilai tolerance < 0,10 dan VIF>10ada masalah pada

multikolinearitas.

Tabel 4.7

(52)

Coefficientsa Model Correlations Partial Part 1 (Constant) PAD .807 .428 DAU .033 .010 DBH .251 .081

Sumber:data diolah data sekunder,spss 22

Dari hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4.7 disimpulkan bahwa nilai toleransi> 0,10 dan VIF <10, sehingga bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokeralasi

Autokorelasi dipakai untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan perancu pada periode t dan kesalahan sebelum periode t pada model regresi linier. Jika ada korelasi disebut masalah autokorelasi.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi yakni dengan memakai running test. Dasar pengambilan keputusan dalam menjalankan tes, yakni:

1) Bila nilai Asymp. Sig (2-tailed) < dari 0,05, ada gejala autokorelasi. 2) Bila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > dari 0,05 tidak ada gejala autokorelasi.

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi

(53)

Unstandardized Residual Test Valuea 19.53598

Cases < Test Value 5 Cases >= Test Value 5

Total Cases 10

Number of Runs 6

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 a. Median

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22

Tabel 4.8, nilai Asymp Sig (2 ekor) sebesar 1.000> 0.05, jadi tidak ada gejala autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dirancang untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dan diperiksa dengan memakai uji scatter plot. Sesuai kriteria pengujian yakni bila sebaran titik data tidak dibingkai, titik data tersebar di atas dan di bawah dan titik data tidak terkumpul maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.2

(54)

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22

Gambar 4.2, hasil uji heterogenitas memperlihatkan titik-titik tersebar secara acak pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar di atas atau di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga bisa dibuat gambar a Kesimpulan: model regresi terjadi heteroskedastisitas, sehingga cocok untuk penelitian.

2. Hasil Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini ada 2 variabel independen yakni pajak daerah dan DAU serta variabel dependen belanja modal di Sulawesi Selatan. Untuk melihat apakah setiap variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, bisa menguji model regresi berganda dengan SPSS 22.

Tabel 4.9

(55)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -374.449 382.313 -.979 .365 PAD .300 .090 .871 3.343 .016 DAU .009 .106 .021 .082 .938 DBH .977 1.540 .100 .635 .549

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22

Dari tabel 4.10 Hasil uji regresi linear berganda didapatkan persamaan regresi, yakni:

Y =α + b1X1 + b2X2 +b2X2+e

Y= -374.449 + 0,300 X1+ 0,009X2 + 0,977X3+ e

Koefisien pada persamaan regresi linear berganda, yakni:

a. Bila konstanta -374.449 dengan syarat X1, X2dan X3 = 0, maka Y=

374.449

b. Bila X10,300 dengan syarat X2,X3dan Konstanta = 0, maka Y= -0,300.

Artinya setiap kenaikan 1% Pendapatan Asli Daerah akan menambah nilai Belanja Modal yakni 0,300.

c. BilaX2 0,009 dengan syarat X1, X3dan Konstanta = 0, maka Y= 0,009.

Artinya kenaikan 1% DAU (X2) akan menambah nilai Belanja Modal (Y)

yakni 0,087.

d. BilaX3 0,977 dengan syarat X1, X2dan Konstanta = 0, maka Y= 0,977.

Artinya kenaikan 1% DBH (X3) akan menambah nilai Belanja Modal (Y)

yakni 0,977. 3. Hasil Uji Hipotesis

(56)

Untuk mengetahui uji koesifien dipakai untuk mengetahui besarnya dampak variabel independen bagi variabel dependen. Nilai R ^ 2 yakni antara 0 dan 1. Semakin besar nilai R ^ 2 (mendekati 1), semakin baik hasil dari model regresi.

Tabel 4.10

Uji koefisien Determinasi

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22

Tabel 4.10, sesuai keluaran SPSS, nilai adjusted R Square (koefisien determinasi) yakni 0,901 artinya dampak variabel independen (X) bagi variabel dependen (Y) yakni 90,1%. Sisanya 9,9% dipengaruhi oleh variabel selain persamaan regresi ini atau variabel yang belum diteliti.

b. Uji Simultan (Uji F)

Tabel 4.10, menurut keluaran SPSS nilai Adjusted R Square (koefisien determinasi) 0,901 artinya dampak variabel bebas (X) bagi variabel terikat (Y) yakni 90,1%. Sisanya 9,9% ditentukan oleh variabell selain persamaan regresi ini atau variabel yang belum diteliti.

Tabel 4.11

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Model Summaryb Mod el R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Chang e df1 df2 Sig. F Change 1 .949a .901 .852 119.063 .901 18.302 3 6 .002

a. Predictors: (Constant), DBH, DAU, PAD b. Dependent Variable: BELANJA MODAL

(57)

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 778338.325 3 259446.108 18.302 .002b

Residual 85055.775 6 14175.963 Total 863394.100 9

a. Dependent Variable: BELANJA MODAL b. Predictors: (Constant), DBH, DAU, PAD

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22

Dari hasil uji regresi pada tabel 4.11 disimpulkan:

1) Menurut Nilai Signifikansi dari Outpot Anova

Dari tabel keluaran SPSS, nilai sig yakni 0,002. Sebab nilai signifikansi sebesar 0,002 <0,05 maka disimpulkan bahwa variabel independen berdampak signifikan bagi belanja modal secara keseluruhan.

2) Menurut Perbandingan Nilai F-Hitung dan F-Tabel

Dari tabel keluaran SPSS, nilai F hitung yakni 18,302. Sebab nilai F-hitung sebesar 18,302> F-tabel 4.07, disimpulkan bahwa hipotesis diterima, atau Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil secara simultan berpengaruh terhadap belanja modal.

c. Uji ParsiaL (Uji T)

Pengujian dilakukan dengan menguji secara parsial (individual) variabel independen untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial

(58)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -374.449 382.313 -.979 .365 PAD .300 .090 .871 3.343 .016 DAU .009 .106 .021 .082 .938 DBH .977 1.540 .100 .635 .549

Sumber: Diolah data sekunder 2020, SPSS.22 Dari hasil regresi pada tabel 4.12 disimpulkan: 1) Uji parsial PAD(Uji t X1)

Lakukan uji parsial PAD untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh PAD (X_1) bagi Belanja Modal (Y).

a) Menurut Nilai Signifikansi (Sig)

Dari tabel keluaran Koefisien SPSS, diketahui bahwa nilai signifikansi variabel PAD (X_1) yakni 0,016, sebab nilai Sig 0,016 <dari probabilitas 0,05maka disimpulkan H_0 atau hipotesis pertama diterima. Artinya PAD (X_1) berdampak signifikan bagi Belanja Modal (Y).

b) Menurut Nilai t-hitungdan t-tabel

Dari tabel keluaran Koefisien SPSS, diketahui bahwa nilai t hitung PAD (X_1) daerah yakni 3,343, karena t tabel 3,343> relatif bagi t tabel 2,446, maka disimpulkan H_0 atau hipotesis pertama diterima. Artinya PAD (X_1) berpengaruh bagi Belanja Modal (Y).

2) Uji Parsial dana alokasi umum ( Uji t X2)

Uji parsial dana alokasi umum dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dana alokasi umum (X2) terhadap belanja modal (Y)

Referensi

Dokumen terkait

hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe. Teams

Pengenalan Komputer dan Algoritma Page 9 Sebagai contoh, penulisan kode pada program terlihat tanpa kesalahan, namun pada saat anda menelusuri struktur logika kode tersebut,

Metode yang digunakan pada penilaian keamanan informasi DPTSI pada tahun 2012 juga menggunakan kuesioner penilaian (pertanyaan yang ada di Indeks KAMI) yang diisi oleh

Hal ini berarti 51,0 % keputusan pembelian konsumen di toko buku Gramedia dapat dijelaskan oleh citra toko, kualitas toko dan barang dan sarana pendukung,

Keunggulan teknologi baru yang dimiliki padi hibrida memang menjanjikan, namun memiliki kendala bagi petani yaitu pada harga benih padi hibrida yang lebih mahal dari pada benih

Penulisan ilmiah ini merupakan pembuatan aplikasi mini market tampilan window yang berhubungan serta berinteraksi dengan database dengan menggunakan fasilitas yang ada pada Visual

ANALISIS EXCHANGE RATE PASS-THROUGH , VOLATILITAS KURS, DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERILAKU IMPOR DI INDONESIA

Seperti pada Gambar 1, maka terdapat 7 blok utama, yaitu Rangkaian Sensor Tingkat Kekeruhan, Penentu Acuan (Potensiometer), Mikrokontroler, Solenoid Valve, LCD