• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014

Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)

Sarah Zaidan, Ratna Djamil

FakultasFarmasiUniversitasPancasila, JalanSrengsengSawah, Jagakarsa 12640, Jakarta Selatan, Indonesia

e-mail: lala_ffup@yahoo.com lalaffup@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman insulin atau Smallanthus sonchifolius merupakan salah satu tanaman yang belum popular di Indonesia, lebih dikenal dengan nama yakon. Tanaman ini terutama bagian daun dipercaya dapat mengatasi penyakit diabetes, antimikroba, mencegah konstipasi, antioksidan, mengurangi resiko kanker usus, menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi. Khasiat tersebut dikarenakan daun insulin mengandung senyawa flavonoid yang merupakan senyawa polifenol tersebar luas pada bagian tanaman seperti biji, bunga, daun, dan batang. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian ini, untukmengetahui golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun insulin.

Tahapan penelitian dan identifikasi pada daun insulin ini meliputi pengumpulan dan penyediaan bahan, penapisan fitokimia, ekstraksi, isolasi golongan senyawa flavonoid, pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid dan identifikasi isolat menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

Hasil penapisan fitokimia diketahui dalam serbuk simplisia dan dari ekstrak metanol daun insulin terkandung senyawa flavonoid.

Hasil dari identifikasi isolat hanya mendapatkan 1 pita yang diduga adalah senyawa flavonoid golongan flavonol dan khalkon.

Kata kunci: daun Insulin (smallanthus sonchifolius, Poepp), flavonoid, ekstrak methanol,

penapisan fitokimia,spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

PENDAHULUAN

Smallanthus sonchifolius atau daun insulin (Yakon) merupakan tanaman yang memiliki ciri-ciri berdaun menjari, batang berkayu dengan tinggi 1 meter dan memiliki bunga berwarna

(2)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 kuning seperti bunga matahari.Tanaman daun insulin ini masih kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Daun insulin ini dikenal juga dengan nama Mexican Sunflower, karena bentuk bunganya menyerupai matahari Tanaman ini dikenal di Indonesia sekitar tahun 2006, tepatnya di Bandung dan Yogyakarta yang merupakan pusat budidaya tanaman insulin.Tanaman ini sangat mudah dibudidayakan, yaitu dengan cara distek batang seperti menanam singkong dan mudah tumbuh terutama di daerah pegunungan.

Khasiat dari daun insulin dapat mengatasi penyakit diabetes, antimikroba, mencegah konstipasi, antioksidan, mengurangi resiko kanker usus, menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi. Khasiat tersebut dikarenakan daun insulin mengandung senyawa flavonoid yang merupakan senyawa polifenol tersebar luas pada bagian tanaman seperti biji, bunga, daun, dan batang.

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Sebenarnya, flavonoid terdapat dalam semua tanaman hijau.dan dalam tanaman aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3

-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon.

Namun karena di literatur tidak disebutkan jenis flavonoid dari tanaman daun insulin, maka berdasarkan hal terebut dilakukan penelitian ini untuk mengetahui jenis flavonoid yang dikandung oleh daun insulin ini. Tahapan penelitian dan identifikasi pada daun insulin ini meliputi pengumpulan dan penyediaan bahan, penapisan fitokimia, ekstraksi, isolasi golongan senyawa flavonoid, pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid dan identifikasi isolat menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak/UV-Vis.

BAHAN DAN METODE BAHAN

Serbuk simplisia daun insulin, ammonia 30% , kloroform, aquadest, asam klorida (1:10 v/v), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, eter, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, serbuk magnesium, asam klorida pekat, amil alkohol, larutan besi (III) klorida 1%, asam klorida 1%, pereaksi Stiassny ( Formaldehid 30% -asam klorida perbandingan 2:1), natrium hidroksida 1N, ammonia 10% , petroleum eter, etil asetat, n-butanol, metanol, etanol 70% , serbuk zink, asam klorida 2N, aseton, aluminium klorida, natrium hidroksida, natrium asetat.

(3)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 Alat : Penangas air, seperangkat alat-alat gelas , pipet tetes, krus porselen, timbangan analitis, corong pisah, corong, bejana kromatografi, kertas saring, rotavapor, lumpang dan alu, kertas whatman No.3, lampu ultraviolet, spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak/UV-Vis.

METODE

Penapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dan ekstrak, yang meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, kuinon, steroid/triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid, isolasi golongan senyawa flavonoid dan identifikasi isolat menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak/UV-Vis.

A. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Farnsworth 1. Identifikasi golongan alkaloid.

Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk dilembabkan dengan 5 mL amonia 25% dalam mortir. Setelah itu ditambahkan 20 mL kloroform gerus dan disaring. Filtrat berupa larutan organik digunakan untuk percobaan selanjutnya. Sebagian larutan ini diteteskan pada kertas saring yang telah ditetesi peraksi Dragendorff. Terbentuknya warna merah atau jingga menunjukkan adanya alkaloid. Sisa larutan organik diekstraksi 2 kali dengan asam klorida (1:10 v/v). Kedalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan organik tersebut ditambahkan beberapa tetes pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan merah dengan pereaksi Dragendorff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer membuktikan adanya alkaloid.

2. Identifikasi golongan flavonoid.

Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk dididihkan dalam 100 mL air panas selama 5 menit kemudian disaring. Terhadap 5 mL filtrat ditambahkan serbuk magnesium, 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL alkohol kemudian dikocok kuat, dibiarkan memisah. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

3.Identifikasi golongan saponin.

Sebanyak 10 mL larutan percobaan pada identifikasi flavonoid dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa setinggi 1-10 cm yang

(4)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 stabil dalam waktu kurang lebih 10 menit dan tidak hilang pada penambahan setetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin.

4.Identifikasi golongan tanin.

Sejumlah lebih kurang 1 g serbuk ditambahkan 100 mL air, dididihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat dibagi menjadi dua bagian. Kedalam filtrat pertama ditambahkan larutan besi (III) klorida 1% terbentuk warna hijau biru atau hijau kehitam-hitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tanin. Kedalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 mL pereaksi Stiasny (formaldehid 30% - asam klorida pekat 2:1), dipanaskan di atas penangas air, terbentuknya endapan warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida 1% terbentuknya warna biru tinta menunjukkan adanya tanin galat.

5.Identifikasi golongan kuinon.

Sebanyak lebih kurang 1 g serbuk dididihkan dalam 10 mL air selama 5 menit kemudian disaring. Filtratnya sebanyak 5 mL ditambahkan natrium hidroksida 1 N. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya kuinon.

6. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid.

Sejumlah 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam (dalam wadah tertutup rapat), kemudian disaring dan diambil filtratnya. Dari filtrat tersebut diambil senyak 5 mL, diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Selanjutnya kedalam residu tersebut ditambahkan 2 tetes larutan asam asetat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna merah, hijau, ungu dan akhirnya biru menunjukkan adanya senyawa steroid dan triterpenoid.

7. Identifikasi golongan kumarin.

Sejumlah 1 g serbuk simplisia dalam tabung reaksi (volume 20 mL) ditambahkan 10 mL pelarut kloroform dan dipasang corong (yang berisi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung kemudian dipanaskan selama 20 menit diatas penangas air kemudian didinginkan, selanjutnya disaring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering, sisa ditambahkan air panas sebanyak 10 mL kemudian didinginkan. Larutan dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 mL larutan amonia 10% kemudian diamati dibawah sinar lampu ultraviolet maka terjadi fluoresensi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya golongan senyawa kumarin.

(5)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 8. Identifikasi golongan minyak atsiri.

Sejumlah 1 g serbuk simplisia dalam tabung reaksi di tambahkan 10 mL pelarut petroleum eter dan pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi air) pada mulut tabung. Panaskan selama 30 menit di atas penangas air dan didinginkan, disaring dengan kertas saring. Filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering, residu yang diperoleh dilarutkan dengan 5 mL pelarut alkohol, disaring dengan kertas saring, filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, residu berbau aromatik atau menyenangkan menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

B. Pembuatan Ekstrak Metanol dan Isolat dari Daun Insulin Ekstraksi senyawa flavonoid

A. Pembuatan ekstrak kental metanol

Sejumlah 50,0 gram dan batu didih dimasukkan ke dalam labu alas bulat, tambahkan 500 ml etanol 70%, hubungkan alat refluks pada bagian atasnya, hubungkan selang air pada alat refluks, kemudian lakukan ekstraksi dengan kompor langsung selama 1 jam, sambil diaduk setiap 5 menit. Ekstrak yang diperoleh di pekatkan dengan rotavapor dan dikentalkan di atas penangas air.

B.Partisi ekstrak kental metanol

Ekstrak kental metanol dipartisi menggunakan corong pisah berturut-turut dengan n heksana, etil asetat dan n-butanol. Selanjutnya fase n-butanol diuapkan dengan rotavapor

sampai pelarut n-butanol habis, kemudian dilarutkan dengan 5 ml metanol. C. Isolasi senyawa flavonoid

Isolasi senyawa flavonoid dilakukan secara kromatografi kertas preparatif. Pertama, ekstrak kental n-butanol ditambahkan dengan metanol secukupnya, kemudian ekstrak tersebut ditotolkan dengan arah memanjang seperti pita pada batas awal eluasi pada kertas Whatman No.3 sampai jenuh. Selanjutnya, kertas preparatif dieluasi menggunakan fase gerak yaitu BAA (n-butanol-asam asetat glasial-air dengan perbandingan 4:1:5), setelah batas eluasi kertas preparatif diangkat dan dikeringkan. Kemudian masing-masing pita yang terbentuk digunting menjadi potongan-potongan kecil dan diekstraksi dengan metanol.

D. Identifikasi senyawa flavonoid dengan spektrofotometer UV-cahaya tampak

Isolat yang diperoleh diidentifikasi golongan senyawa flavonoidnya menggunakan spektofotometer ultraviolet-cahaya tampak untuk mengetahui panjang gelombang serapan maksimum isolat. Mula-mula isolat murni yang mengandung senyawa flavonoid dilarutkan dalam metanol kemudian dilihat spektrumnya menggunakan spektrofotometer

(6)

ultraviolet-Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 *Ditambah aquadest

*Dipartisi dengan n-heksan

Dipekatkan dengan rotavapor Dipartisi dengan

n-butanol

Dipartisi dengan etil asetat

Penapisan fitokimia

cahaya tampak. Jika spektrumnya terlihat pada rentang 240-28 nm ( pita II ) dan 300 - 550 nm ( pita I ) maka isolat positif merupakan senyawa flavonoid ( pita II ) dan 300 - 550 nm ( pita I ) maka isolat positif merupakan senyawa flavonoid.

Skema Kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penapisan fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam serbuk simplisia dan dalam fase n-butanol dari ekstrak metanol daun insulin (Smallanthus sonchifolius Poepp) dari hasil penapisan tersebut dapat diketahui bahwa dalam serbuk

Fase etil asetat Fase air

Fase n-heksan

Daun Insulin

Fase n-butanol

Ekstrak kental n -butanol Fase air

ISOLASI DAN DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID

(7)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 simplisia dan dalam fase n-butanol mengandung senyawa flavonoid, dan. Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Hasil penapisan fitokimia serbuk simplisia, dan ekstrak

No.

Identifikasi Golongan

Senyawa

Serbuk Simplisia Ekstrak n-Butanol Pengamatan Hasil

Pengamatan

Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Alkaloid Tidak ada ↓ dengan pereaksi Mayer & Dragendorff - Tidak ada ↓ dengan pereaksi Mayer & Dragendorff -

2. Flavonoid Warna jingga pada lapisan amil alkohol + Warna kuning pada lapisan amil alkohol +

3. Saponin Terbentuk busa - Terbentuk busa -

4. Tanin: galat katekuat Terbentuk warna hijau kehitaman Terbentuk larutan kuning - - Terbentuk warna hijau kehitaman Terbentuk larutan kuning - -

5. Kuinon Terbentuk warna

coklat tua - Terbentuk warna kuning - 6. Steroid Triterpenoid Terbentuk warna hijau Terbentuk warna merah - - Terbentuk warna hijau Terbentuk warna merah - - 7. Minyak atsiri Residu tidak

berbau

- Residu tudak berbau

-

8. Kumarin Fluoresensi hijau - Fluoresensi hijau

(8)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014

NB V

2. Hasil Isolasi Senyawa Flavonoid Secara Kromatografi Kertas Preparatif

a) Isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak kental n-butanol dilakukan secara kromatografi kertas preparatif dengan cairan pengembang BAA (n-butanol - asam asetat glasial - air) dengan perbandingan (4:1 :5) yang menghasilkan 5 pita dibawah sinar UV 366 nm sebelum diuapi ammonia. Kelima pita tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kromatogram kertas preparatif bentuk pita dibawah sinar UV 366 nm sebelum diberi uap ammonia.

Keterangan :

Fase gerak : BAA (n-butanol-asam asetat glasial - air 4:1:5)

Fase diam : Kertas whatman No.3 Deteksi : Dibawah sinar UV 366 n m * : Pita yang mengandung flavonoid

b) Hasil isolasi senyawa flavonoid secara kromatografi kertas preparative dengan cairan pengembang BAA (n-butanol - asam asetat glasial - air ) dengan perbandingan (4 :1:5) menghasilkan satu pita. Pita tersebut yang diperoleh dipotong kecil-kecil, dan diekstraksi dengan metanol, lalu masing-masing pita yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri UV-Vis, dan dari identifikasi secara spektrofotometri yang menunjukkan golongan senyawa flavonoid adalah pita 2. Spektrum isolat NB-II (pita 2) dapat dilihat pada gambar 2.

NB IV

*NB II NB I NB III

(9)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014

Gbr. 2. Spektrum isolat NB II secara spektrofotometri UV -Vis

Hasil spektrum pita NB II ( warna hijau) memberikan panjang gelombang serapan maksimum

265,0 nm untuk pita II, sedangkan pita-pita lainnya bukan senyawa flavonoid karena panjang

gelombang serapan maksimumnya tidak masuk rentang 300-550 nm.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap fase n-butanol dari ekstrak kental metanol daun insulin maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan penapisan fitokimia dari serbuk dan ekstrak daun insulin hanya menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

2. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan spektrofotometer ultraviolet cahaya tampak dalam ekstrak butanol (dari ekstrak metanol) daun Insulin bahwa isolat NB-II diduga adalah senyawa flavonoid golongan flavonol dan khalkon.

PUSTAKA

1. Farnsworth NR. Biological and phytochemical screening of plant. J.Pharm.Sci; 1966. p.65-225.

2. Harbone, J.B, Metode Fitokimia Penuntun cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Bandung:ITB.

(10)

Disampaikan pada Simposium PERHIPBA XVI , Hotel Paragon Universitas Sebelas Maret,Solo 23-24 April 2014 3. Markham, K.R. Cara mengidentifikasi flavonoid. Diterjemahkan oleh Padmawinata K.

Bandung: ITB; 1988. Hal. 1, 10, 15, 17, 20-1, 38-9, 41-8.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Daftar tanaman obat. Jilid I. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 1981. Hal. 5.

5. Gritter, RJ., Bobbit, JM., Schwarting, AE. Pengantar kromatografi. Diterjemahkan oleh Padmawinata. Edisi II. Bandung: ITB; 1991. Hal. 1, 157.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku panduan teknologi ekstrak. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 2000. Hal. 11, 13-4.

7. Hariana, A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Edisi I. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004. Hal. 91-2.

Gambar

Gambar  1.  Kromatogram  kertas  preparatif  bentuk  pita  dibawah  sinar  UV  366  nm  sebelum  diberi uap   ammonia

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem. Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website

Berdasarkan fakta diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian perasan lidah buaya dengan dosis bertingkat (20%, 40% dan 80%) dapat berperan sebagai antioksidan

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama yang santri-santrinya menerima pendidikan

Dari pendapat- pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan makna adalah pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula, manusia sebagai pemakai bahasa

Variabel ini termasuk dalam faktor psikologik individu, artinya tingkat motivasi akan mempengaruhi upaya karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Seorang karyawan yang

Syarat-syarat suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku internal adalah: terpisah dengan baik dari senyawa yang dituju atau puncak-puncak lain; mempunyai waktu retensi

Untuk hal ini, PNB dituntut mampu membangun jaringan atau networking yang luas, mampu menguasai teknologi serta mampu mengelola Sumber Daya Alam (SDA) secara bijak.

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan tidak ada hubungan antara jenis, frekuensi, dan durasi olahraga dengan dismenorea pada mahasiswi FIK Unnes tahun 2016..