• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Berdasarkan taksonomi kedudukan jagung adalah sebagai berikut: Kingdom Plantae, Divisio Spcrnuitophyla, Subdivisio Angiospermac, Kelas Monocotyledone, Ordo Poales,

Familia /'of/cra. Genus ZCVA Species Zea imiys. L (Suprapto, 2000).

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. (Purwono dan Rudi, 2006). Tanaman jagung memiliki batang induk tidak bercabang dan tidak beranak tetapi padat schingga tanaman dapat tumbuh tegak namun tidak banyak mengandung lignin. Batang beruas-ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku, jumlah ruasnya tergantung dari varietas, biasanya berkisar antara 8-21 ruas. Tinggi batang berkisar 1-3 m, tetapi ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m (Warisno, 1998). Menurut Aksi Agraris Kanisius (1993) pertumbuhan balang tidak hanya memanjang tetapi juga membesar, bahkan batang jagung dapat membesar sampai berdiamctcr 3-4 cm.

Daun jagung termasuk daun sempurna. Daun keluar dari buku-buku batang yang terdiri dari kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Panjang daun tergantung pada varietas dan lebarnya berkisar 5-15 cm. Pada tanaman jagung menempe! daun sebanyak 8-48 helai, tetapi biasanya berkisar 12-18 helai (Purwono dan Rudi, 2006).

Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal. Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan bunga betina berada pada bunga yang berbeda atau disebut tanaman bcrumah satu (monoceus), dimana bunga jantan tcrletak pada ujung batang/di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga {inflorescence). Sedangkan bunga betina berada pada ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan dan tersusun dalam tongkol yang tumbuh dari buku. di antara batang dan pelepah daun (Suprapto, 2000). Bunga jantan dan bunga betina muncul 50 60 hari setelah tanam (Purwono dan Rudi. 2006).

Penyerbukan pada jagung terjadi bila scrbuk sari dari bunga jantan jatuh mcnempcl pada rambut tongkol. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk

(2)

penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya. Pada umumnya, salu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif dan disebut sebagai varietas prolifik (Anonim, 2006).

Untuk pertumbuhannya jagung butuh hara makro maupun mikro yang cukup dan seimbang. Dosis pupuk yang dikehendaki tanaman jagung berbeda-bcda tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan varietas jagung. Secara umum pemupukan yang dianjurkan yaitu 200-300 kg/ha urea, 100-200 kg/ha SP-36 dan 50-100 kg/ha KCI (Novizan, 2002).

Jagung dapat tumbuh mulai dataran rendah sampai ketinggian 1300 m dpi, asal areal tersebut tidak terlindung, dengan kemiringan tanah maksimal 8%, curah hujan yang dibutuhkan 100-200 mm/bulan dan suhu udara 23-27 "C, kemasaman tanah (pH) adalah 5,5-7,5 (Rukmana, 1997). Menurut Suprapto (1986) tanaman jagung mcmpunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya dan juga

cocok ditanam pada dataran rendah.

2.2. Gambut

Riau memiliki lahan gambut yang cukup luas. Menurut data statistik 51,06% atau mencapai 4.827.972 ha dari seluruh dataran di Provinsi Riau terdiri dari tanah gambut (Badan Pusat Statistik Riau, 2004). Hal ini merupakan peluang dalam pemberdayaan budidaya jagung, dengan strategi-strategi pola penanganan lahan gambut yang benar maka akan didapat produksi yang cukup memuaskan dalam berbudidaya jagung (r3inas Tanaman Pangan Provinsi Riau. 2002).

Menurut klasifikasi tanah (soil taxonomy) gambut dikelompokkan dalam ordo histosol atau sebelumnya dinamakan organosol yang berbeda dengan jenis tanah mineral umumnya. Rangkaian penyusun organik ini adalah rantai karbon yang sebagian besar berupa lignin, hemiselulose dan humik (Noor, 2001). Gambut diartikan sebagai material organik yang tertimbun secara alami dalam kondisi lingkungan anaerob yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme perombak dan menyebabkan proses dekomposisi terhambat schingga penumpukan bahan organik lebih besar dari pada mineralisasi (Hardjowigeno. 1993).

(3)

Berdasarkan tingkat kematangannya gambut digolongkan atas fihrik yang tingkat pelapukannya rendah (<33%), banyak mengandung serabut, berat jenis sangat rendah (<0,1), kadar air tinggi dan bewarna coklat; saprik yang dekomposisi bahan organiknya tinggi (>66%), kurang mengandung serabut, berat jenis linggi (>0,2), kadar air tidak terlalu tinggi bewarna hitam dan coklal kelam;

dan hemik yang mcmpunyai sifat antara fihrik dan saprik (Susewo, 1987). Menurut Notohadiprawiro (1998) saprik merupakan gambut dengan daya pegang perakaran yang cukup baik terhadap tanaman.

Tingkat kematangan tanah gambut juga menentukan sifat kimia dan kesuburan, selain dilentukan oleh ketebalan lapisan gambut, keadaan tanah mineral yang ada di bawah lapisan gambut serta kualitas dari air yang menggenanginya (Widyaya, 1997).

Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam fenolat (asam hidroksibenzoat, p-kumaral, ferulat, vanilat dan siringat) dan asam karboksilat (asam asetat, asam laktat, asam propionat dan asam butirat). Asam-asam ini menyebabkan kemasaman pada tanah gambut. Gugus ini merupakan gugus reaklif yang mendominasi komplek tukaran dan dapat bertindak sebagai asam lemah schingga dapat terdissosiasl dan menghasilkan ion H ' dalam jumlah banyak (Rachim, 1995).

Fitotoksik asam-asam organik dari hasil dekomposisi bahan organik tanah gambut berpengaruh terhadap tanaman meliputi penundaan atau penghambatan pertunasan, biji, pertumbuhan tanaman kerdil, pengrusakan sistem perakaran, menghambat penyerapan hara, klorosis, layu, mengganggu proses respirasi dan mematikan tanaman (Prasetyo, 1996).

Tanah gambut mcmpunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Tanah ini berperan dalam daur hidrologi, seperti mengisi dan mengatur debit air tanah, mengendalikan banjir, kaya akan jenis flora dan fauna. Tanah ini dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan, meskipun masih memerlukan perbaikan beberapa sifat penting untuk mencapai tujuan produksi (Triulomo, 1997).

Menurut Prasetyo (1997) tanah gambut sebagai sumberdaya pertanian ditinjau dari sifat llsik dan kimianya, dikatakan sebagai lahan dengan tingkat

(4)

kesuburan yang rendah. Pemanfaatan lahan gambut mcmpunyai banyak kendala diantaranya tingkat kesuburan yang relatif rendah ditandai dengan pH rendah (3,0-4,5), kejenuhan basa yang rendah, drainase dan aerase yang tidak baik karena bersifat irreversible drying yaitu gejala kering tak balik dan memiliki kandungan air yang tinggi, rendahnya ketersediaan N , P, K, Ca, Mg, tingginya kelamtan A l , Fe, Mn dan kandungan asam-asam organik meracun (seperti asam-asam fenolat dan asam karboksilat). Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi j i k a gambut tersebut makin tebal (Hakim dkk, 1986).

Ketebalan gambut juga mempengaruhi kesuburan lahan, dimana makin tebal gambut kesuburan lahan di lapisan bawah makin kurang subur. Dengan demikian, pada lahan gambut tebal, daur ulang hara ke lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor, 2001).

2.3, Amclioran Dregs

Bahan ameliorasi tanah adalah bahan pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum pemberian bahan ameliorasi ke dalam tanah dimaksudkan untuk menetralkan asam-asam organik (asam-asam fenolat dan (asam-asam-(asam-asam karboksilat) yang bersifat meracun, pengaruh yang sangat menonjol terhadap kimia tanah adalah naiknya harga pFl dan kandungan hara kalsium (Ca), schingga reaksi tanah mengarah ke netral, dilain pihak dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman (Halim, 1989).

Menurut Noor (2001), pemberian bahan ameliorasi tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, karena dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi fisik tanah, merangsang aktivitas mikroorganisme di dalam tanah, mengurangi A l dan keracunan logam yang lainnya, mensuplai Ca dan M g imtuk tanaman dan meningkatkan ketersediaan unsur hara tertentu, khususnya P.

Bahan ameliorasi yang ideal mcmpunyai sifat-sifal kejenuhan basa tinggi, dapal meningkatkan p!l tanah, serta memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, schingga juga berfungsi sebagai pupuk dan mcmpunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah gambut (Anonim, 2007).

(5)

Dregs adalah endapan yang terbentuk dari proses klarifikasi cairan hasil produksi bagian recovety di pabrik pulp. Endapan ini tidak berguna iagi untuk proses pembuatan pulp selanjutnya (Rini, 2005).

Secara fisik, dregs berupa scrbuk padat yang bewarna keabu-abuan dan bersifat sukar larut di dalam air. Secara kimia, dregs mengandung unsur hara makro dalam jumlah bervariasi dan juga mengandung logam berat tetapi tidak dapat mencemari lingkungan dan tidak bersifat racun karena kadar logam-logam berat dalam dregs masih berada jauh di bawah ambang batas maksimum baku mutu landfill (penimbunan akhir). Setiap 1 kg dregs mengandung N-total 0,4 g, P-total 0,37 g, K 0,4 g, Ca 3,2 g, M g 0,48 g, Fe 52,12 mg, Zn 20,14 mg, Cu 50,20 mg. Mo 3,14 mg dan A l 1,9 me/lOOg. Beberapa dari logam berat ini diperlukan oleh tanaman sebagai unsur hara mlkro, seperti Fe, Cu, Zn dan Mo. Batas maksimum kadar logam-logam berat untuk landfill berdasarkan Kep-04/ Bappedal/ 1995; Zn 5000 mg/kg, Cu 1000 mg/kg dan Mo 400 mg/kg (Rini, 2005).

Menurut Vityakon dan Seripong (1995) limbah pulp memiliki kandungan kalsium karbonat (CaCO,) yang tinggi yaitu 91,3%, dengan demikian dapat meningkatkan pFI tanah serta menurunkan kadar aluminium dan hidrogen. Penggunaan limbah pulp dalam meningkatkan pH juga telah dibuktikan oleh Staples dan Rees (2000) dimana pH tanah meningkat dari 4,8 menjadi 6,9.

Menurut Ermanita dkk (2004) pemberian limbah ptdp dapat meningkatkan pH tanah gambut yaitu dari 3,46 menjadi 6,37 (pH M^O) dan 2,76 menjadi 5,55 (pH KCI). Penelitian yang dilakukan oleh Nkana el al. (1998) menunjukkan bahwa perbaikan derajat kemasaman tanah (pH) oleh limbah pidp ternyata sama efektifnya dengan pemberian kapur yang lazim digunakan sampai sekarang, dalam upaya menurunkan derajat kemasaman tanah pada tanah-tanah pertanian. Seperti halnya kapur, limbah pulp juga mengandung unsur kalsium (Ca) yang tinggi yang sekaligus dapat mengatasi persoalan keracunan aluminium ( A l ) pada tanah masam.

Menurut Rini (2005) dregs dapat mengurangi kandungan aluminium dan asam-asam organik meracun dari asam fenolat dan asam karboksilat melalui pembentukan komplek organologam dan dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah gambut schingga akan mempercepat proses dekomposisi gambut, schingga

(6)

dregs merupakan material yang sangat potensial digunakan sebagai amelioran yang relatif murah (ekonomis) untuk meningkatkan mutu dan produktifitas lahan gambut.

Kandungan hara yang terdapat pada limbah pulp dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah (Chong dan Cline, 1993). Selanjutnya Jackson et al. (2000) mengemukakan bahwa penggunaan limbah pulp dapat mempengaruhi pertumbuhan, meningkatkan pengadaan zat hara dan meningkatkan pertumbuhan tanaman Pitius radiate, dimana meningkatkan konsentrasi nitrogen (N) 17 - 37%.

Penambahan dregs sebanyak 2 kg perlubang telah memberikan peningkatan 7 1 % pertumbuhan tanaman akasia dibandingkan kontrol, sedangkan di Finlandia pada tahun 1992, dregs telah diaplikasikan sebanyak 60.000 metrik ton untuk pengelolaan tanah dalam pengembangan tanaman kehutanan (Gullichsen dan Paulapuro, 1998).

Menurut Rini (2005) dregs dapat meningkatkan pH tanah dari kisaran 3,5-4 menjadi 6-7 karena dregs dapat memberikan kation Ca'"^ disamping kation lainnya. Kation ini akan dilepaskan ke dalam tanah dan dapat dipertukarkan dengan ion I I ' yang terdapat dalam larutan tanah. Dengan naiknya pH tanah maka proses pelindian unsur-unsur hara tanah dapat dikurangi, sehingga proses pemupukan pada tanah gambut menjadi lebih efisien.

Hasil penelitian Rini (2005) dengan tanaman indikator yang digunakan yaitu jagung varietas Arjuna, dregs dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, seperti dalam kandungan N , P dan K terjadi perubahan pada tanah gambut dari 0,1% N menjadi 2,63% N , 0,006% P menjadi 6 , 1 % P dan 170 ppm K menjadi 600 ppm K. Berdasarkan hasil pengamatan visual, pemberian dregs 10 ton/ha (200 g/petak) dengan ukuran petakan 50 cm x 40 cm x 50 cm yang diisi dengan 31 kg tanah gambut tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, batangnya lebih besar dan tinggi, daunnya lebih lebar dan banyak, akarnya lebih panjang serta buahnya lebih berisi bila dibandingkan dengan pemberian dregs 5 dan 15 ton/ha.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, musik dapat mempengaruhi emosi dan emosi yang merupakan hasil dari pengaruh musik tersebut dapat mempengaruhi kognisi.. Ketika beberapa stimulus muncul

Kegiatan pengabdian masyarakat “Sosialisasi Penyakit Zoonosis Escherichia coli O157:H7 serta Pelayanan Kesehatan Sapi di Dusun Lampu Desa Catur Kintamani Bangli

Pada lokasi ini, Puro Pakualaman menjadi landmark sebagai sebuah penanda/ elemen unik yang berada di sekitar site tersebut sehingga tempat tersebut akan selalu diingat

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Produk-produk baru tersebut memberi kesempatan bagi penduduk Chile yang memiliki pendapatan kelas menengah, karena pada umumnya harga yang ditawarkan lebih

Sayangnya sosialisasi dan implementasi dari UU tersebut sangat lamban sehingga dampaknya tidak banyak dirasakan masyarakat, terutama kaum perempuan yang hampir selalu

Pinjaman Jangka Panjang, dikurangi bagian yang akan Jatuh Tempo dalam Satu Tahun Bagian jangka panjang dari pinjaman jangka panjang, yang terutama terdiri dari pinjaman bank

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.