• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2020"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 i

LAPORAN KINERJA

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2020

DINAS KESEHATAN

(2)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipersembahkan ke Hadirat Allah Swt, Atas Rahmat dan KaruniaNya jualah, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 dapat diselesaikan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi di Lingkungan Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN sesuai Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun 2020.

Penyusunan laporan kinerja (LAKIP) mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama satu tahun anggaran. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2020 sebagai bentuk akuntabilitas perjanjian kinerja yang dibuat pada akhir tahun 2020. Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, disertai dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.

Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.

Palembang, Februari 2020 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,

Dra. Lesty Nurainy, APT, M.Kes NIP. 196207031989032002

(3)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun laporan kinerja (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun 2020.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang dinilai melalui beberapa indikator pembangunan kesehatan, diantaranya meningkatnya status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu (Target 306/100.000 KH), Angka Kematian Bayi (Target 24/1000 KH) dan Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (Target 14%). Terkait AKI dan AKB, dilakukan pengukuran dengan indikator proksi, antara lain Persalinan di fasilitas kesehatan (PF), Kunjungan Antenatal (K4) dan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) yang juga dijabarkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024.

Berdasarkan data, AKI mencapai 305/100.000 KH (SUPAS 2015), AKB mencapai 24/1000 KH (SDKI 2017) dan prevalensi stunting sebesar 30,5% (Riskesdas 2020). Hal ini menunjukkan kemajuan dari segi penurunan AKI, AKB maupun prevalensi stunting, namun demikian aspek sustainabilitas dari capaian tersebut sangat perlu diperhatikan, mengingat indikator pembangunan kesehatan bersifat outcome yang hanya dapat diperoleh melalui riset, survei dan penelitian lainnya.

Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2020 sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Kegiatan di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2020.

Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2020 antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat memiliki 21 Indikator Kinerja Kegiatan sebagian besar

Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 91,36%

Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi .

(4)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 iv

Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2020 dikarenakan adanya perubahan spesifikasi pengadaan barang dan jasa, pemanfaatan dekon belum melihat kemampuan sumber daya di provinsi dan sebagian adanya kebijakan untuk mendahulukan kegiatan APBD daripada APBN.

Perbaikan ke depan perlu koordinasi lebih baik antar unit eselon II dalam penyusunan rencana operasional kegiatan terutama dengan melibatkan pimpinan dan para pemegang program/kegiatan sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik. Selain itu diperlukan persiapan yang lebih awal dalam proses pengadaan barang dan jasa sehingga tidak menumpuk menjelang akhir tahun.

(5)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……… i IKHTISAR EKSEKUTIF ……… ii DAFTAR TABEL ……… iv DAFTAR GAMBAR ……… v BAB I. PENDAHULUAN ……… 1 A. Latar Belakang ……… ……….. 1

B. Maksud dan Tujuan ……… ……….. 2

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi ……….. 2

D. Tugas Pokok dan Fungsi …………. ……….. 6

E. Potensi dan Permasalahan ……….. ……….. 7

F. Sistematika ………. ……….. 9

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ……….. 11

A. Perjanjian Kinerja ……….. ……….. 11

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ……… 11

BAB. III. AKUNTABILITAS KINERJA………. ……… 15

A. Capaian Kinerja Organisasi………... ……… 15

1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)…… ……… 15

2. Indikator Kinerja Kegiatan ………. ……… 22

B. Realisasi Anggaran……… ……… 38

BAB IV. PENUTUP ………. ……… 40

1. Kesimpulan ……….. ……… 40

2. Saran……….. ……… 42

(6)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN Tahun 2020-2024 ………

17

Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024 ………..

18

Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan……….

18

Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ……….

32

Tabel 5. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ……….

39

Tabel 6. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ……….

41

Tabel 7. Realisasi Keuangan dan Fisik Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020…..

(7)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Jumlah Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 ………

16

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 – 2020 Provinsi Sumatera Selatan ………

16

Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan…… 17 Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2020 ………. 18

Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020…. 19 Gambar 3.6 Jumlah Kematian Neonatal menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2020 ………. 20

Gambar 3.7 Prevalensi Stunting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 ……….

20

Gambar 3.8 Prevalensi Wasting menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 ………

21

Gambar 3.9 Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF) menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 …………..

22

Gambar 3.10 Persentase Puskesmas yang melakukan entri data sasaran balita > 60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 ………

23

Gambar 3.11 Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………..

24

Gambar 3.12 Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………

25

Gambar 3.13 Persentase K4 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………..

27

Gambar 3.14 Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………

31

Gambar 3.15 Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

31

Gambar 3.16 Persentase sarana air minum diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan

(8)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 viii

tahun 2020 ……….. Gambar 3.17 Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat

sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ………..

35

Gambar 3.18 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 ……….

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus focus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024

(10)

2

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.

Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2020.

Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan terdiri dari 6 Kegiatan dan 21 Indikator Kinerja Kegiatan.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung penyusunan laporan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2020 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat oleh Pejabat yang bertanggung Jawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi 1. Visi dan Misi

Mengacu kepada visi pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2023 yaitu ‘Sumsel Maju untuk Semua’ dan untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 5 (lima) misi, yang salah satunya adalah “Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik laki-laki maupun perempuan, yang sehat, berpendidikan, profesional, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran dan integritas.”

(11)

3

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang membantu kepala daerah dalam urusan wajib bidang kesehatan, merupakan salah satu OPD yang bertanggung jawab untuk melaksanakan misi terkait dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Maka dengan mengacu kepada visi dan misi dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2023, tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan sasaran pembangunan kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemandiran masyarakat untuk hidup sehat 2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas (UHC pelayanan kesehatan)

2. Tujuan

Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya status kesehatan masyarakat.

3. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.

Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2020-2029 meliputi : a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan

Lanjut Usia yang Bekualitas.

b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat; c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan;

d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

4. Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat

Sasaran Program Kesehatan Masyarakat pada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu bagi seluruh masyarakat.. Indikator pencapaian sasaran adalah:

(12)

4

b. Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) sebesar 90%.

c. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 10%.

d. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat sebesar 50%.

5. Indikator Kinerja Kegiatan

Untuk mencapai sasaran hasil, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah: a. Pembinaan Kesehatan Keluarga

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses dan kualitas upaya kesehatan keluarga.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebanyak 514 kabupaten/kota.

2) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita sebanyak 514 kabupaten/kota.

3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja sebanyak 350 kabupaten/kota.

4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi sebanyak 514 kabupaten/kota.

5) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia sebesar 65%.

b. Pembinaan Gizi Masyarakat

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat. Indikator pencapaian sasaran adalah:

1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan Surveilans gizi sebesar 100%.

2) Persentase puskesmas mampu tata laksana gizi buruk pada balita sebesar 60%.

3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 60%.

(13)

5

c. Penyehatan Lingkungan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) sebesar 90%.

2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) sebanyak 420 kabupaten/kota. 3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air

minumnya sesuai standar sebesar 76%.

4) Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar sebanyak 8.800 fasyankes.

5) Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar sebesar 62%.

6) Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar sebesar 75%.

d. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya upaya kesehatan kerja dan olahraga.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja sebanyak 411 kabupaten/kota.

2) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga sebanyak 411 kabupaten/kota.

e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan kepada masyarakat.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat sebesar 50%.

2) Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif sebesar 100%.

(14)

6

f. Program Dukungan Manajemen

Sasaran Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah nilai Reformasi Birokrasi ementerian Kesehatan sebesar 80,58. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka dilakukan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan program. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.

Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah :

1) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah 60.

2) Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat sebesar 90%

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;

(15)

7

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan

keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 6. Pelaksanaan administrasi Diirektorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

E. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.

Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan, perdarahan post partum, serta penyebab karena lain-lain juga semangkin meningkat. Penyebab dan komplikasi kematian ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu memeriksa kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda ( < 20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.

Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah fasyankes primer dan rujukan mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil terutama pada masa remaja, calon pengantin menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.

Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian

(16)

8

anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pneumonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.

Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.

Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas Program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular. Salah satu inovasi yang dikembangkan UKS saat ini adalah pengembangan model sekolah sehat.

Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan Pekerja Perempuan.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah stunting. Stunting terjada karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan polah asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masalah kritis yang menentukan masalah depannya. Yang menjadi masalah, lelwat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati.

(17)

9

Untuk mengatasi stunting, masyaraka perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hinggan anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetap juga oleh sektor di Luar Kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

Pandemi Covid-19 yang dimulai pada maret 2020 sampai sekarang masih belum berakhir, tentu saja memberikan dampak terhadap upaya pencapaian sasaran program kesehatan masyarakat, karena upaya untuk melakukan pemantauan, pembinaan baik kepada kabupaten/kota termasuk puskesmas, termasuk pemantauan langsung kepada masyarakat terutama kepada sasaran Continum of care dan 1000 hari pertama kehidupan menjadi terbatas, maka akan bisa dipastikan akan ada penurunan cakupan program atau peningkatan kasus kesakitan dan kematian.

F. Sistematika

Sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktoral Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut :

 Ringkasan Eksekutif  Kata Pengantar  Daftar Isi  BAB I

Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Stragegic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

 BAB II

Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat tahun 2020

 BAB III

Penyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut : membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau

(18)

10

peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan; analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.

 BAB IV

Penutup, pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

 LAMPIRAN

(19)

11

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2020 yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan berisi Indikator Kinerja Kegiatan Program Kesehatan Masyarakat.

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

Sesuai dengan RPJMN tahun 2020 – 2024, Indikator Program Kesehatan Masyarakat yang mendukung Program Prioritas Nasional yaitu Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, seperti terlihat pada table berikut :

Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat Pada RJPMN tahun 2020-2024

No. Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1. Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 kelahiran hidup

230 217 205 194 183 2. Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 kelahiran hidup.

20,6 19,5 18,6 17,6 16 3. Angka Kematian Neonatal per

1000 kelahiran hidup

12,9 12,2 11,6 11 10 4. Prevalensi stunting (pendek dan

sangat pendek)

24,1 21,1 18,4 16 14 5. Prevalensi wasting (kurus dan

sangat kurus)

(20)

12

Di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kineja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat dan target pencapaiannya periode 2020 – 2024 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat Pada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024

No. Indikator

Target

2020 2021 2022 2023 2024 1. Persentase persalinan di fasilitas

pelayanan kesehatan (PF)

87 89 91 93 95

2. Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14,5 13 11,5 10 4. Persentase kabupaten/kota yang

menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)

30 35 40 45 50

Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kesehatan Masyarakat dan target capaian pada tahun 2020 seperti terlihat pada table 1 di bawah ini :

Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target Nasional Target Provinsi 1. Pembinaan Gizi Masyarakat 1. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi

50% 51%

2. Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada balita

10% 7%

3. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16% 16%

4. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

40% 52%

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

120 Kab/Kota

2 Kab/Kota

(21)

13

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target Nasional

Target Provinsi 2. Persentase persalinan di

fasilitas pelayanan kesehatan

87% 91%

3. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita 120 Kab/Kota 2 Kab/Kota 4. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

125 Kab/Kota

2 Kab/Kota

5. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 Kab/Kota 2 Kab/Kota 6. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia lanjut

45% 47%

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1. Jumlah kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja 308 Kab/Kota 11 Kab/Kota 2. Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan kesehatan olahraga 308 Kab/Kota 11 Kab/Kota 4. Penyehatan Lingkungan 1. Persentase desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

40% 30%

2. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)

110 Kab/Kota

10 Kab/Kota 3. Persentase sarana air minum

yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60% 22%

4. Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2600 110

5. Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

38% 20%

6. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

55% 55%

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat 30% 30% 2. Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif 51% 30%

(22)

14

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja

Target Nasional Target Provinsi 6. Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas, pembinaan dan pemberian

1. Persentase kinerja RKAKL lingkup Kesehatan Masyarakat

(23)

15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahaan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengukuran pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)

Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Neonatal serta Prevalensi Stunting dan Wasting. AKI, AKB dan Kematian Neonatal dalam laporan ini adalah laporan jumlah kematian ibu, bayi dan neonatal dari laporan rutin Kesehatan Ibu dan Anak.

a. Jumlah Kematian Ibu

Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 berdasarkan laporan rutin Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 128 kasus, dan kejadian kematian ibu di Kabupaten/Kota berkisar antara 0 - 23 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (23 kasus), kemudian diikuti oleh Kota Palembang (14 kasus), Kabupaten OKU (12 kasus), Kabupaten Muba (9 kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.1.

(24)

16

Gambar 3.1: Jumlah Kematian Ibu

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Sejak tahun 2014 jumlah kematian ibu cenderung mengalami penurunan sampai tahun 2017, dari 155 kasus menjadi 107 kasus. Namun pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 terlihat fluktuatif. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan cukup tajam sebanyak 128 kasus dari tahun 2019 105 kasus, hal ini disebabkan terjadi pandemic covid-19.

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 - 2020 Provinsi Sumatera Selatan

Adapun penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 terbanyak adalah perdarahan (32,81%), Hipertensi dalam kehamilan (30,47%), Infeksi (3,13%), Gangguan Sistem Pembuluh Darah (6,25%), Gangguan Metabolik (3,13%) dan penyebab lain-lain (24,22%).

(25)

17

Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan

Kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Sementara kejadian komplikasi kebidanan (kehamilan/persalinan) hanya sekitar 15%, selebihnya (85%) kehamilan/persalinan terjadi normal.

Sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat diprediksi, artinya setiap kehamilan berisiko.

Tingginya Jumlah Kematian Ibu dipengaruhi oleh kondisi : 1) ketersediaan data yang akurat,

Ketidak-tersediaannya data yang akurat, berimplikasi pada tidak diketahuinya besaran masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor dan mengevaluasi keberhasilan/kegagalan program. AKI yang masih tinggi dan tidak turun, apakah memang tidak turun atau naik, atau karena datanya yang tidak tersedia atau tidak akurat.

2) Efektivitas Program.

Yang dimaksud efektivitas program adalah program pelayanan kepada ibu hamil, melahirkan dan nifas belum sepenuh sesuai dengan standar mutu, seperti pelayanan antenatal care, yang ditandai dengan indikator K1 dan K4. Walaupun cakupannya sudah cukup tinggi untuk K4 (90,91%), namun apakah K4 disertai dengan 10T, belum dapat dipastikan, karena data terkait pelayanan ibu hamil yang memenuhi 10T belum tersedia secara rutin, karena tidak termasuk dalam variable pelaporan PWS KIA. Kondisi tersebut bisa jadi akibat dari suplay pelayanan kesehatan yang belum memadai, hal ini terlihat dari fakta-fakta tentang kondisi efektivitas program yang disampaikan oleh prof. Endang pada Rakerkesnas 2019 yaitu : 70,15% Bidan tinggal di desa; 64,86% Bidan di Desa yang mempunyai Kit; Bidan di Desa yang

(26)

18

mampu Gawat Darurat Obstentri Neonatal 10,80%; Bidan di Desa yang telah dilatih APN baru sekitar 46,63%; Puskesmas Perawatan mampu PONED baru sekitar 47,4%; Puskesmas mampu PONED yang tersedia MgSO4 baru sekitar 42,63%. Berdasarkan hasil studi di Banten tahun 2006, ada sekitar 100 kematian ibu disebabkan keterlambatan; dan 45% dari keterlambatan tersebut karena terlambat dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan SP2010 - Litbangkes 2012 bahwa sekitar 49,7%-75,3% kematian ibu terjadi di RS pemerintah dan swasta. Berdasarkan rifaskes 2011, bahwa hanya 21% RS Pemerintah yang memenuhi kriteria umum PONEK; Ada sekitar 52,7% RSU Pemerintah dengan Dokter telah terlatih PONEK; Ada sekitar 50,4% RSU Pemerintah dengan Bidan telah dilatih PONEK; Studi di Banten memperlihatkan bahwa 44% terlambat mendapatkan pelayanan di RS.

b. Jumlah Kematian Bayi

Kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 536 kasus, dan berkisar antara 5 - 82 kasus kematian bayi terjadi di Kabupaten/Kota. Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (82 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (69 kasus), Kabupaten OKU (56 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Jumlah Kematian Bayi

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Penyebab kematian bayi dibagi berdasarkan masa neonatal (< 28 hari) dan post neonatal. Penyebab kematian bayi pada masa neonatal pada tahun 2020 adalah BBLR (169 kasus), Asfiksia (146 kasus), Tetanus Neonatorum (4 kasus), Sepsis (6 kasus), kelainan bawaan (27 kasus) dan penyeban lainnya (102 kasus). Sedangkan penyebab kematian bayi pada masa post neonatal adalah Pneumonia (12 kasus), Diare (6 kasus),

(27)

19

Kelainan Sistem Pencernaan (4 kasus), Kelainan Saraf (3 kasus), dan penyebab lainnya (57 kasus).

Gambar 3.5. Penyebab Kematian Bayi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Beberapa kondisi yang mempengaruhi kematian bayi terutama kematian neonatal adalah :

1) Periode Pra Hamil : terjadi anemia, atau status gizi kurus/gemuk, maka pada saat memasuki kehamilan akan mengakibatkan anemia, status gizi kurus/gemuk.

2) Periode Kehamilan : terjadi anemia, atau kurus/gemuk, pertambahan berat badan hamil rendah, atau tidak imunisasi TT, maka akan mengakibatkan BBLR, Premature, bayi lahir dengan defisiensi besi mengakibatkan anemia di usia 4 bulan dan IQ turun 12 poin, kemudian risiko tetanus.

3) Periode Saat Persalinan - 24 jam Post Partum : terjadi kualitas pelayanan persalinan rendah, ada komplikasi, kualitas pelayanan neonatal rendah dan kualitas pelayanan BBLR dan Prematur rendah akan mengakibatkan asfiksia, hipotermia atau infeksi pada bayi.

4) Periode hari ke 2-7 dan hari ke 8-27 : terjadi kualitas pelayanan neonatal rendah seperti asupan yang tidak adequat, lemah dalam pencegahan dan penanganan infeksi, mengakibatkan infeksi dan kekurangan zat gizi.

c. Kematian Neonatal

Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kematian Neonatal di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 454 kasus, dan berkisar antara 5 - 68 kasus kematian neonatal terjadi di Kabupaten/Kota. Jumlah kematian neonatal tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (68 kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (56

(28)

20

kasus), Kabupaten OKU (44 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6. Jumlah Kematian Neonatal

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

d. Prevalensi Stunting pada Balita

Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2SD.

Gambar 3.7. Prevalensi Stunting

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita stunting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 14.584 dari 202.696 Balita yang diukur atau sekitar 7,20%. Tinggi rendahnya prevalensi yang ditampilkan pada grafik 3.7 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya besaran masalah stunting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan, dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (eppgbm).

(29)

21

e. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-Score kurang dari -2SD.

Gambar 3.8. Prevalensi Wasting

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Pada tahun 2020, berdasarkan entry data di aplikasi eppgbm, jumlah balita wasting di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8.713 dari 203.757 Balita yang diukur atau sekitar 4,3%. Tinggi rendahnya prevalensi yang ditampilkan pada grafik 3.8 belum mewakili tentang fakta sesungguhnya besaran masalah wasting di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan, dikarenakan masih rendahnya pengukuran dan entri data pengukuran melalui aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (eppgbm).

f. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 88,83%, melampaui target nasional sebesar 87%, namun belum mencapai target provinsi sebesar 91%. Capaian per kabupaten/kota berkisar antara 71,58% - 118,45%. Cakupan tertinggi dicapai oleh kabupaten Ogan Ilir (118,45%), sedangkan cakupan terendah dicapai oleh kabupaten Musirawas Utara (71,58%).

(30)

22

Gambar 3.9. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PF) menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

Beberapa kabupaten/kota yang masih dibawah target nasional (87%), kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga dokter/dokter spesialis kandungan, termasuk bidan dan perawat, karena ketentuan tenaga penolong persalinan minimal dua orang, terdiri dari :

1) Dokter dan bidan, atau 2) Dokter dan perawat, atau 3) 2 orang bidang, atau 4) Bidan dan perawat.

Faktor lain, disebabkan masih ada faskes yang belum memenuhi standar sarana dan prasarana untuk pertolongan persalinan atau PONED.

2. Indikator Kinerja Kegiatan a. Pembinaan Gizi Masyarakat

1) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi. Pada tahun 2020 belum ada Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan, semua kriteria belum terpenuhi, seperti :

a) Puskesmas melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita.

Berdasarkan data eppgbm, kabupaten/kota yang 70% lebih puskesmas di wilayah kerjanya melakukan entri data sasaran minimal 60% baru 6 kabupaten/kota yaitu Musi Banyuasin, Musirawas,

(31)

23

Banyuasin, Ogan Ilir, Muara Enim dan Kota Palembang, tetapi untuk entri data pengukuran belum satupun kabupaten/kota yang mencapai 60%.

Gambar 3.10. Persentase Puskesmas yang melakukan entri data sasaran balita > 60% menurut kabupaten menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

b) Puskesmas melakukan komfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk.

Berdasarkan data eppgbm, belum ada puskesmas yang melaporkan telah melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk.

c) Puskesmas melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan di upload ke dalam Sistem Pelaporan. Berdasarkan data laporan rutin, belum ada puskesmas yang melaporkan dan upload rencana kegiatan ke dalam system pelaporan. 2) Persentase puskesmas yang mampu tata laksana gizi buruk pada

balita

Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah puskesmas dengan kriteria :

a) Mempunyai tim asuhan gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi;

b) Memiliki SOP tatalaksana gizi buruk pada balita.

Pada tahun 2020, dari 341 puskesmas yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, ada 57 puskesmas yang memiliki Tim Asuhan Gizi, namun belum ada sertifikat pelatihan yang diupload. Dari 57 puskesmas tersebut, ada 3 puskesmas yang tidak ada SOP yang diupload ke dalam system informas (sigiziterpadu kemenkes.go.id).

(32)

24

3) Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan tambahan.

Prevalensi Bumil KEK di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 14,1% lebih rendah dari target nasional maupun provinsi sebesar 16%. Jika dilihat menurut kabupaten/kota, prevalensi KEK berada pada rentang 1,8% - 36,3%. Sebagian besar kabupaten/kota berada diatas 5% sebagai ambang batas permasalahan kesehatan masyarakat (WHO), kecuali Kota Pagar Alam (1,8%) dan Kabupaten OKU Selatan (2,8%). Persentase Bumil KEK tertinggi terjadi di Kabupaten Musirawas (36,3%), kemudian diikuti oleh Kabupaten OKU Timur (32,2%) dan Kabupaten Lahat (25,9%) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.9

Gambar 3.11. Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

4) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif adalah Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Februari tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 50,0% dan bulan Agustus mencapai 53,1% melampaui target nasional (40%) maupun target provinsi yang ditetapkan sebesar 52%.

Capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 8,9% - 73,2% untuk bulan Februari dan 10,2% - 80,3% untuk bulan Agustus, dimana cakupan yang tertinggi bulan Februari Kota Palembang (73,2%), cakupan tertinggi bulan Agustus dicapai oleh Kota Prabumulih (80,3%) seperti terlihat pada gambar 3.12

(33)

25

Gambar 3.12. Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif bulan Februari dan Agustus menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan bayi umur 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif adalah :

1. Petugas kesehatan kurang memberikan edukasi kepada Ibu dan Keluarga terkait pentingnya ASI Eksklusif

2. Susu Formula masih gencar dipromosikan

3. Tradisi masyarakat yang memberikan makanan saat bayi baru lahir. 4. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju

Keberhasilan Menyusui)

5. Belum semua bayi memperoleh IMD 6. Jumlah konselor menyusui masih sedikit

7. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui b. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan kriteria sebagai berikut :

a) Seluruh puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan d wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun. Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamil, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,

(34)

26

mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular seksual dan akte kelahiran.

Tabel 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Secara umum, setiap puskesmas di setiap kabupaten/kota, 100% telah melaksanakan kelas ibu hamil, namun jika dilihat persentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil baru mencapai 33% dari sasaran ibu hamil di tahun 2020. Terkait dengan persentase Desa/Kelurahan di setiap wilayah puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil, belum dapat diketahui, karena laporan rutin pws-kia belum menampilkan desa yang melaksanakan kelas ibu hamil. Namun jika membandingkan antara jumlah kelas ibu hamil yang terbentuk dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, seluruh desa/kelurahan ada kelas ibu hamil.

b) Cakupan K4 minimal 85%.

Minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama, satu kalo pada trimester kedua, dua kali pada trimester ketiga.

Cakupan K4 Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 90,91%, sedangkan capaian K4 Kabupaten/Kota pada rentang 77,45% - 118,88%. Kabupaten/Kota yang cakupan K4 dibawah 85% terjadi di Kota Palembang (77,45%), Kabupaten Musirawas Utara (84,34%) dan Kabupaten PALI (84,97%). Namun jika dibulatkan keatas, Kabupaten Pali telah mencapai 85%

Abs %

1 OGAN KOMERING ULU 7.384 157 6 18 922 6.282 85,07 1.493 610

2 OGAN KOMERING ILIR 17.777 327 1 30 241 2.127 11,96 796 250

3 MUARA ENIM 13.816 252 1 22 271 5.724 41,43 1.613 458 4 LAHAT 8.109 377 1 33 359 2.733 33,70 288 227 5 MUSI RAWAS 8.337 199 1 19 199 5.672 68,03 456 238 6 MUSI BANYUASIN 14.313 368 1 28 284 2.850 19,91 394 326 7 BANYU ASIN 17.967 307 1 33 274 4.742 26,39 604 322 8 OKU SELATAN 7.696 259 2 19 590 1.873 24,34 638 264 9 OKU TIMUR 13.087 321 1 22 345 7.060 53,95 570 767 10 OGAN ILIR 8.490 241 1 25 267 7.707 90,78 588 324 11 EMPAT LAWANG 5.352 156 1 10 188 2.046 38,23 159 133 12 PALI 4.652 75 1 7 71 1.775 38,16 430 127

13 MUSI RAWAS UTARA 4.346 89 1 8 100 2.898 66,68 196 150

14 PALEMBANG 31.283 107 1 41 154 1.272 4,07 250 41 15 PRABUMULIH 4.052 37 1 9 43 598 14,76 - 45 16 PAGAR ALAM 2.710 146 0 7 63 1.406 51,88 816 73 17 LUBUKLINGGAU 4.705 72 1 10 72 684 14,54 50 84 SUMATERA SELATAN 174.076 3.490 1 341 4.443 57.449 33,00 9.341 4.439 Jumlah suami/ keluarga yang mengikuti kelas ibu hamil Jumlah bidan yang melakukan kelas ibu hamil Jumlah Kelas Ibu Hamil di setiap Desa/Kelu rahan Jumlah Desa/Kelu rahan Jumlah Ibu Hamil yang mengikuti kelas ibu hamil No Kabupaten/Kota Jumlah sasaran Ibu Hamil Puskesmas yang melaksana kan kelas ibu hamil Jumlah Kelas Ibu Hamil yang terbentuk

(35)

27

Gambar 3.13. Persentase K4 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

c) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Dari 129 Puskesmas Rawat Inap yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, ada 74 puskesmas mampu PONED. Diharapkan puskesmas PONED seyogjanya puskesmas yang memiliki tempat tidur yang memiliki fasilitas dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

d) Kaputapen/Kota memiliki 1 rumah sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal

e) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3 bulan.

Dari kelima kriteria tersebut, provinsi Sumatera Selatan belum satupun kabupaten/kota yang memenuhi kriteria penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.

2) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan

Pembahasan tentang persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan telah diuraikan pada bagian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat.

(36)

28

3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50% desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendamping kelompok ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan anak dalam buku KIA.

b) Seluruh puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu menggunakan algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi muda dan balita sakit

c) Seluruh puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Stimulasi/Intervensi/Rujukan)

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita pada tahun 2020 sebanyak 6 kabupaten/kota, dan telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.

4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja adalah :

a) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

b) Setiap puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI. SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja puskesmas.

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja pada tahun 2020 sebanyak 10 kabupaten/kota, telah melampaui target provinsi sebanyak 2 kabupaten/kota. 10 kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja adalah kabupaten OKU, kabupaten Musi Rawas, kabuapten Musi Banyuasin, kabupaten OKU Selatan, kabupaten OKU Timur, kabupaten Ogan Ilir, kabupaten Empat Lawang, kabupaten PALI, Kota Palembang dan Kota Prabumulih.

5) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah :

(37)

29

a) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin)

b) Seluruh puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan pelayanan KB Pasca Persalinan.

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota, telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebanyak 2 kabupaten/kota.

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah kabupaten Lahat, kabupaten OKU Timur, kabupaten Ogan Ilir, kabupaten PALI, kabupaten Banyu Asin dan kota Prabumulih.

6) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia adalah meliputi :

a) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut.

b) Minimal 50% puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu :

c) Kabupaten/Kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal.

Berdasarkan laporan rutin yang disampaikan Kabupaten/Kota, kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 mencapai 70,58% telah melampaui target nasional (45%) maupun target provinsi (47%).

c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah:

a) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang melaksanakan :

(38)

30

- Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/penggunaan APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)

- Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas - Pembentukan/pembinaan PoS UKK

b) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.

Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja

c) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal

Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti: GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau K3 Fasyankes.

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 6 kabupaten/kota masih belum melampaui target yang ditetapkan provinsi pada tahun 2020 sebanyak 11 kabupaten/kota.

2) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota yang minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan olahraga yaitu melaksanakan kegiatan:

a) Pengukuran kebugaran ASN/anak sekolah/jamaah haji

b) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia, kelompok olahraga masyarakat

c) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 2 kabupaten/kota, masih belum mencapai target yang ditetapkan provinsi sebanyak 11 kabupaten/kota.

d. Penyehatan Lingkungan

1) Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.

Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah : a) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman

dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak.

(39)

31

b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar

c) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban layak dan aman

Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 45,32 %, melampaui target nasional 40% maupun target provinsi 30%. Ada 3(tiga) kabupaten/kota yang telah mencapai 100% desa/kelurahan SBS yaitu kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau. Kabupaten/Kota SBS yang telah mencapai 60% lebih yaitu kabupaten Banyuasin (60,20%), kabupaten Musirawas (81,41%) dan kabupaten Musi Banyuasin (82,08%).

Gambar 3.14. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) menurut kabupaten/kota

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Jika dilihat dari akses sanitasi, Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 mencapai 84,32%. Persentase Akses Sanitasi Kabupaten/Kota berada pada rentang 66.04% - 100%, seperti terlihat pada gambar 3.15

Gambar 3.15. Persentase Akses Sanitasi layak menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020

Gambar

Tabel 1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat    Pada RJPMN tahun 2020-2024
Tabel 2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat    Pada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2014 - 2020  Provinsi Sumatera Selatan
Gambar 3.3. Penyebab Kematian Ibu tahun 2020  Provinsi Sumatera Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 146 unit usaha industri besar, menengah dan kecil mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4.544 orang, dengan jumlah investasi sebesar Rp 1,022 trilyun lebih dengan nilai produksi

Penyambungan generator dapat dilakukan dengan memilih ikon elemen lalu pilih busbar yang menjad tempat tersambungnya generator, setelah itu klik pada busbar tersebut dan akan keluar

perasaan (melibatkan emosi), ada tujuan – tujuan tertentu serta ada penyampaian ide. Sedangkan menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Dedy Mulyana menyatakan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. 0fektif dalam

kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih dikenal dengan sulfur piritik (Mackowsky, 1943 dalam Taylor dkk., 1998), namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa

Greigite sebagai mineral ferromagnetik sulfida besi, awalnya jarang terdapat di alam, namun secara umum terjadi dalam sedimen yang terbentuk dibawah proses anoxic seperti

Pengembangan mekanisme imbal jasa di area ini harus dikaitkan dengan berbagai aktivitas untuk meningkatkan (i) tutupan pohon di sempadan sungai, serta (ii) konversi lahan non

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan self efficacy belajar mahasiswa pada mata kuliah pendidikan matematika SD 2 menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada mahasiswa