• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMANEN KELAPA SAWIT. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMANEN KELAPA SAWIT. Pendahuluan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MEMANEN KELAPA SAWIT OLEH

Fergutson Nainggolan, SP, M.Sc (Widyaiswara Madya) Pendahuluan

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapaangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilakan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen serta mutu panen.

(2)

Tujuan Panen Kelapa Sawit

1. Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan kernel tertinggi.

2. Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan.

3. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah.

A. STANDAR KEMATANGAN

Standar kematangan berikut ini berdasarkan jumlah brodolan yang ada di permukaan tanah.

1. Sangat penting untuk mempertahankan panen pada interval yang pendek pada tanaman yang baru menghasilkan atau tanaman muda, karena buah akan

membrondol lebih dari 10% dalam waktu 5-7 hari, interval panen yang lama mengakibatkan banyaknya buah busuk dan jumlah brondolan yang banyak. 2. Pelaksanaan panen yang tepat pada standar kematangan yang tepat

dapat mencegah pemanenan buah mentah dan mengu-rangi pengumpulan brondolan.

3. Interval panen tidak boleh lebih dari 10 hari pada 3 (tiga) tahun pertama setelah menghasilkan dan tidak boleh melebihi 14 hari pada tanaman yang lebih tua, pada musim buah rendah lakukan pemeriksaan ekstra agar pemanen tidak memanen buah mentah untuk memenuhi standar borongnya.

 Untuk tanaman diantara panen tahun pertama sampai ke tiga, paling sedikit 5 brondolan per janjang dengan interval kurang dari 10 hari

 Untuk tanaman yang lebih tua , standar kematangan maksimum adalah 3 – 5 brondolan per janjang sebelum panen dengan interval kurang dari 10 hari.

 Jika interval panen, tidak dapat dihindari lebih dari 14 hari

(3)

B. TEHNIK PEMANENAN

a. Persiapan Pemanenan

Pelaksanaan panen buah perlu memper-hatikan : Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.

1. Seksi potong buah harus di susun se-demikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada satu hari.

2. Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen

3. Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam. b. Pemanenen

 Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah.

 Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu

dan dirumpuk di gawangan.

 Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin.

 Tunas yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan mengikuti aturan dengan ketentuan mening-galkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.

 Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup pasar pikul, priringan dan parit

 Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan terlalu masak pada rotasi berikutnya.

 Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong rapat pada batang.

 Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan kehilangan minyak dan kernel

 Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.

 Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA

(4)

 Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase

proses awal pengolahan.

 Keluarkan brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan di bawa ke pabrik.

 Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik.

 Usahakan mencegah keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.

 Buah diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah.

 Jika rotasi panen dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan. c. Premi Panen

Penerapan sistem premi potong buah harus didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai dengan anggaran tahun berjalan dan melihat sistem premi tahun sebelumnya, besarnya premi potong buah di usahakan tetap sesuai dengan anggaran, tetapi tetap menarik bagi tenaga kerja.

Premi potong buah dapat dikategorikan 2 bagian, yaitu :

1. Premi potong buah berdasarkan “jumlah janjang buah TBS” yang didapat

2. Premi potong buah berdasarkan “jumlah berat (kg) buah/TBS yang didapat setelah di timbang di pabrik/PKS.

Perbandingan sistem premi panen

Sistem Janjang Sistem Berat

1 Pemanen dibayar sesuai dengan jumlah janjang yang dipotong dari pohon pada saat itu

1 Pemanen di bayar sesuai berat janjang sesudah sampai di PKS, kemungkinan berat janjang sudah berkurang akibat restan selama di lapangan

2 Pemanen langsung tahu berapa pendapatan atau premi yang

diperolehnya setelah selesai potong buah.

2 Pemanen tidak langsung tau berapa jumlah pendapatannya dan masih menunggu hasil timbangan di PKS 3 Kecendrungan manipulasi brondolan

tidak ada karena perhitungan borong berdasarkan janjang

3 Terjadi kecendrungan manipulasi brondolan karena harga kg brondolan lebih mahal dari TBS

(5)

Pembayaran premi dilaksanakan pada saat karyawan menerima gaji, pemberian pinjaman setiap minggu harus ditiadakan, sebab akan mengurangi manfaat premi pada saat di terima , karena akan terjadi pemotongan pinjaman, sehingga premi yang diterima relatif kecil, dan akan mengakibatkan berkurangnya motivasi kerja.

4 . Denda dan Sanksi

Tindakan yang tidak memenuhi aturan yang ditetapkan atau melanggar aturan sistem yang ada, maka pihak pihak yang bertanggung jawab terhadap proses panen akan dikenakan denda dan sanksi sesuai tingkat kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan. Pihak yang paling bertanggung jawab terhadap hasil panen adalah, pemanen, kerani buah, dan mandor panen, tingkat pelanggaran pada masing masing personal dapat di gambarkan sebagai berikut

a. Pemanen

1. Tidak siap borong (tidak menjalankan tugas sesuai dengan 7 (tujuh) jam kerja. 2. Memanen buah mentah.

3. Buah masak siap panen tetapi tidak di panen 4. Brondolan tidak dikutip bersih

5. Brondolan di buang ke gawangan 6. TBS tidak disusun rapi di TPH

7. Pelepah sengkleh, atau pelepah berserakan tidak di tata rapi b. Kerani Panen

1. Buah mentah diterima senagai buah masak

2. BJR timbangan PKS dengan BJR timbangan di lapangan selisih >10% 3. BJR timbangan PKS dengan BJR Timbangan di lapangan selisih 5-10 % 4. BJR timbangan PKS dengan BJR timbangan di lapangan selisih antara 2,5-5% c. Mandor Panen

1. Buah mentah >5% dari total panen per hari 2. Buah mentah 4 – 5 %

3. Buah mentah 3 – 4 %

4. Buah masak tidak dipanen, buah tinggal di piringan sehingga tidak terangkut, pelepah berserakan tidak di tata rapi.

(6)

Besarnya denda atau sanksi di sesuaikan dengan tingkat kesalahan dan peraturan yang telah di tetapkan oleh masing masing perusahaan.

5. Pengawasan

Staf atau asisten kebun, Mandor I, Mandor panen, mantri buah, melaksanakan secara rutin pengawasan setiap hari, tugas masing masing dapat di jabarkan sebagai berikut :

a. Asisten Kebun

Setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja tukang potong buah, yang meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panennya. Pemeriksaaan mutu buah dan ancak yang dilakukan mencakup hal sebagai berikut :

 Kematangan buah menurut kriteria yang berlaku.

 Tumpukan brondolan di TPH

 Kebersihan brondolan

 Rumpukan pelepah

 Pelepah “ sengkleh”

 Buah masak tidak dipanen

 Brondolan tidak dikutip

 Buah mentah yang diperam

Mengurangi losses produksi dengan kesadaran akan kerugian yang terjadi pada perusahaan, bukan karena perintah atasan atau paksaan Hasil pemeriksaan assisten dicatat dalam buku penerimaan mutu buah.

b. Pengawasan oleh kerani buah.

 Setiap jenjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya.

 Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima di cap/tanda pada gagangnya dengan gancu, buah yang dipanen harus diberi kriteria dan catatan setiap buah Mentah di beri tanda “ A” dan nomor panen pada gagangnya, brondolan kadaluarsa harus di keluarkan dari tumpukan brondolan, dan janjangan kosong harus dibuang di gawangan, pemanen yang memanen buah mentah harus di denda dan diberi sanksi  Kerani buah hanya bisa menerima buah di TPH yang telah di tetapkan

(7)

 Kerani buah mencatat seluruh aktivitas pemanenan pada buku penerimaan panen, dan bila terjadi kesalahan pencatatan tidak boleh di robek tetapi cukup di paraf dan di beri keterangan, serta melanjutkan pada halaman berikutnya.

 Hasil pemeriksaan dan pencatatan kerani buah setiap harinya di cocokkan dengan catatan Asisten kebun, untuk mencegah terjadinya penyelewengan administrasi

c. Pemeriksaan oleh mandor panen

 Menentukan ancak setiap pemanen pada pagi hari, dan melaksanakan kontrol terhadap kehadiran pemanen yang terlambat.

 Aktif melaksanakan pekerjaan potong buah sehingga seluruh buah masak telah dipanen, dan tidak ada buah masak yang tertinggal di pohon.

 Memastikan semua buah yang dipanen dibawa ke TPH dan tidak ada yang tertinggal di piringan atau pasar rintis.

 Sewaktu memotong gagang buah harus mepet tetapi tidak terkena tandan

 Memastikan tidak ada buah mentah yang dipanen, dan apabila terlanjur dipanen, tidak dibenarkan di peram atau disembunyikan.

 Memastikan semua brondolan di kutip

 Memeriksa buku kerani buah untuk melihat hasil panen pemanen yang rendah, terutama yang tidak siap borong.

 Menghitung kerapatan buah di seksi yang akan di panen pada ke esokan harinya. d. Pengawasan oleh Mantri buah.

 Mantri buah langsung bertanggung jawab kepada asisten atau estate manager.

 Memeriksa kualitas buah, presentase brondolan, serta kebersihan dan kerapihan ancak panen, minimal 2 – 3 mandor per hari

 Secara bergiliran harus melaksanakan pemeriksaan kualitas buah per mandor dengan di dampingi oleh mandornya.

 Melaporkan hasil pemeriksaannya kepada estate manager setiap sore harinya

 Setiap akhir bulan rekapitulasi pemeriksaan mantri buah terhadap kualitas dan putaran panen.

Norma Panen Kelapa Sawit

(8)

2. Pada saat kelapa sawit berumur 4 tahun : 0.8 ton/hk 3. Pada saat kelapa sawit berumur 5 tahun : 1.2 ton/hk 4. Pada saat kelapa sawit berumur diatas 5 tahun : 1.5 ton/hk Sistem panen

Standar panen yg digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda

1. Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan sebagai tanda buah tersebut siap di panen

2. Pelepah yang di tunas di potong dan di susun rapi pada gawangan 3. Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari

4. TBS di brondolan di susun rapi di TPH (tempat pemungutan hasil) untk pengangkutan ke pabrik

5. Tangkai buah di potong dan seluruh kotoran tandan (TBS) di bersihkan sebelum pengangkutan

6. Tingkat ekstasi minyak >22% dan kandungan ABL <2% Peralatan panen

Untuk peralatan panen kelapa sawit digunakan alat sebagai berikut : a Berumur < 7 tahun

- Dodos dg lebar 10-12,5 cm

- Kantong/ piringan untk pengutipan brondolan

- Kapak kecil untuk memotong tangkai TBS dan batu asah - Kereta dorong (lori)/ alat pikul

- Jaring panen b Berumur > 7 thn

- Egrek

- Kapak kecil dan batu asah - Kereta dorong (lori)/ alat pikul - Jaring panen

Rotasi panen

Rotasi adalah: waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus di masuki oleh pemanen tiap 7 hari.

(9)

Rotari panen di aggap baik bila buah tdk terlalu matang,,yaiti dg menggunakan sistem 5/7 artinya:dalam satu minggu terdapat 5 hari 2 hari untk sisa peliharaan alat panen dan masing2 ancak panen di ulang 7 hri berikutnya.

Sistem panen

Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yg tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dri 2-4 baris tanaman yg berdekatan tergantung pada perapatan buah masak . Area panen harus di bagi menjadi 5-/6 bagian tergantung dari berapa hari kerja selama semigancakan sistem pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu:

- ancak giring murni - ancak giring tetap - ancak tetap

1. Sistem ancak giring

Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pd ancak panen yg ditetapkan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen sllu brubh di sesuaikn dengn kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen. Pada sistem ini apabla suatu ancak telah selesai di panen pemanen pindah ke ancak berikutnya ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tidak tetap sehingga di kenal dg sistem ancak giring murni (tidak tetap)dan sistem giring tetap.

Sistem ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda) jumlah pemanen yang cukup baynak permandor, memudahkan transportasi buah kemungkinan ancak tertinggal kecil. Kelemahan dari sistem ancak giring murni kurang tanggung jawabnya pemanen terhadap kondisi ancak karena ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit di telusuri pemanen pemanen yang melakukan kesalahan, produktifitas pemanen rendah karena kehilangan waktu akibat pindah dari ancak 1 ke ancak lain. Sebagai perbaikan dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetap, pada sistem ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dengan ancak yang tetap.

2. Sistem ancak panen

Pada sistem ini pemanen melaksanakan panen pd areal yg sama di kerjakan secara rutin bertanggung jawab menyelesaikan tanggung jawabnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal apabila pemanen tidak kerja maka mandor harus mencari pekerja pengganti, sistem ini cocok diterapkan pada areal yg sempit fotografi terbuka /curam dan dengan tanaman yang berbeda.

(10)

Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah- pindah hal tersebut membantu diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal rendeman minyak yang dihasilkan tinggi namun kelembaban sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik.

Proses panen

Dalam proses panen dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan sbb: 1. memotong tandan

2. mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen 3. mengutip brondolan hasil dari rontokan panen

4. mengangkut hasih panen ke TPH ( tempat pemungutan hasil) Kriteria panen

Kelapa sawit dapat dipanen bila sudah memenihi kriteria tingkat kematangan buah mencapai fraksi 1-3 dimana persentase buah luar yg jatuh sekitar 12,5%-75%.

Kebutuhan tenaga kerja

Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yang di perlukan 1:1 pada daerah tertentu pembrondol lebih sedikit. pemanen dan pembromdol ini hendaknya di perlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di perlukan sebagai buruh lelap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk pemanen suatu luasan areal tertentu,sehingga tandan yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akan menurun kualitasnya.dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen dipengaruh olh berbagai faktr antara lain:topografi,topografi kebun,jenis alat angkut yg di gunakan,umur pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.

Norma panen menurut Ian Rankie dan Thomas Fair Hurst

Umur tanaman Norma (ton TBS/hk) Norma

(ton TBS/ hk)

Buruk baik Sangat baik

3 thn 0,4 0,6 0,7

4 thn 0,7 0,7 0,9

5 thn 0,9 0,9 1,4

(11)

Proses pematangn buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak pada saat buah masak kandunga minyak pada daging buah telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan jatuh dan lepas pada tandannya, proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik buah yang jatuh dari tangkai tandannya disebut membrondol.

Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

Kriteria panen yg harus di perhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen, serta mutu panen.

Cara pemanenan kelapa sawit

1. Setiap pemenen dibekali dengan peralatan yang lengkap.

2. Panen mendapat prioritas utama dibandingkan dengan pemeliharaan kebun lainnya, bila mana diperlukan tambahan tenaga kerja untuk menjaga standar panen maka pekerja dari bagian lain dapat diperbandingkan untuk melakukan pemanenan.

3. Setiap pemanen di beri jumlah baris untuk di panen sesuai dg sistem anen yang diterapkan di perusahaan tersebut, jumlah baris yang ditentukan tergantung pada umur tanaman, produksi, bulan panen dan rata-rata kemampuan pemanen.

4. Tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria 12,5-25% buah luar membrondol.

5. Pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.

6. Tandan buah yang akan didodos/egrek sedekat mungkin dengan pangkalnya maksimal 2cm, tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan, brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain.

7. Memberi tanda yang berisi nomor penebang.

8. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan (ruang kosong diantara garis gawangan) dengan cara di kelumpukkan.

Kelapa sawit sudah berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 6 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang

(12)

panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg.

Buah Kelapa Sawit yang sudah matang Buah Kelapa Sawit yang masih mentah Panen kelapa sawit harus dilakukan dengan benar jika tidak akan menimbulkan kerugian karena jika memanen buah mentah maka sawit akan rusak akibat stress sehingga akan cenderung menghasilkan bunga jantan.

Perkiraan Produksi Kelapa Sawit

Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama-penyakit. Sebagai contoh, tingkat produksi kelapa sawit jenis Dura dapat dilihat berikut ini :

a) Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha b) Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak = 740 kg/ha, hasil inti = 150 kg/ha c) Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak = 1.000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha d) Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak = 1.300 kg/ha, hasil inti = 260 kg/ha e) Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak = 1.600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha f) Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak = 1.900 kg/ha, hasil inti = 380 kg/ha g) Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak = 2.000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha h) Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak = 2.200 kg/ha, hasil inti = 440 kg/ha i) Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak = 2.250 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha

Hasil tersebut masih dibawah standard produksi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara yang rata-rata 5 ton/ha dan di Malaysia yang dapat mencapai 6-8 ton/ha.

(13)

Tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen

Besarnya produksi kelapa sawit sangat tergantung pada berbagai faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim dan teknologi yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton. TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit. Sebagai gambaran produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit berbagai umur tanaman per hektar.

Perkiraan produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit pada berbagai umur tanaman kelapa sawit.

Perkiraan produksi TBS minyak sawit dan inti sawit pada berbagai umur tanaman kelapa sawit.

(14)

Daftar Pustaka

Adelina Manurung, Masra Chairani dan Sjahrum Lubis. 1991. Perkiraan Perkembangan Areal Kelapa sawit dan Kebutuhan Bahan Tanaman dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua. Buletin Perkebunan Vol.22 No.4. Pusat Penelitian Perkebunan Medan.

Anonim. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anonim. 1990. Laporan Tahuan Komoditi Sawit. Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP Perkebunan I – XXXI. Jakarta.

Anonim. 1988. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta.

Poeloengan, Z. dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri. Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta.

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/02/cara-panen-kelapa-sawit-yang benar. html #ixzz2aa9V5HDa

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini dikhususkan dalam pengembangan pariwista yaitu tepatnya di Pantai Lampu yang terdapat di Desa Tanjung Labu, Kecamatan Lepar Pongok yang dikemas

KTSP Kurikulum 2013 2 jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani 3 jam per minggu Proses dalam pembelajaran eksplorasi, elaborasi, dan

Menurut Burt (2005), broker merupakan aktor yang mengisi celah kosong (structural holes) antara group. Broker mempunyai peranan penting dalam pengembangan /

Atas dasar kebutuhan masyarakat tersebut, Sub Direktorat Partai Politik, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Apakah ada pengaruh positif dan signifikan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub-sektor makanan dan

Gambar 4.5.2 Sketch Karya 5 Desain X-Banner Profil Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016 Sketsa desain Banner penjurian sebagai konsultasi atau gambaran awal media promosi acara

Jika Carry Flag = 0, maka program akan melompat ke alamat yang disebutkan dalam perintah; jika tidak, maka program akan melanjutkan ke baris berikutnya (tidak terjadi

Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dilakukan di Kulon Progo Yogyakarta dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) semua guru Fisika Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta belum ada