• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN

SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN

DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT

FITRI EMELIA

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan in-formasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak di-terbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2009 Fitri Emelia

(3)

iii

Fitri Emelia. C24050126. Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Dibawah bimbingan Fredinan Yulianda dan Mennofatria Boer.

Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera se-telah Danau Toba, dengan luas 10 908.2 ha dan kedalaman rata-rata 178.68 m. Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup besar. Potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik yang menjadi daya tarik Danau Singkarak ada-lah pemandangan alamnya yang indah seperti hamparan danau yang luas, per-bukitan, pegunungan dan sungai. Lingkungan biologi (hayati) yang menjadi po-tensi wisata bagi Danau Singkarak adalah adanya biota endemik ikan bilih

(Mys-tacoleucus padangensis). Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi

sum-berdaya manusia seperti potensi budaya dari masyarakat setempat. Potensi-po-tensi tersebut dapat menjadi objek yang menarik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik. Pemanfaatan wisata Danau Singkarak relatif masih terbatas dan be-lum dikembangkan secara optimal. Potensi sumberdaya wisata yang dimiliki Da-nau Singkarak meliputi perairan, ikan, dan pemandangan tersebut diperkirakan cukup tinggi, sehingga Danau Singkarak dapat dikembangkan sebagai suatu al-ternatif pemanfatan wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi sumberdaya Danau Singkarak, tingkat pemanfa-atan wisata danau, dan untuk menyusun pemanfapemanfa-atan wisata yang berkelanjut-an sebagai salah satu alternatif pemberkelanjut-anfaatberkelanjut-an sumberdaya Dberkelanjut-anau Singkarak.

Berbagai potensi wisata yang sudah ada di Danau Singkarak pada saat ini adalah: pemandangan alam perbukitan, Tanjung Mutiara, olahraga paralayang, kereta wisata, festival Singkarak dan Danau Kembar, serta event balap sepeda in-ternasional Tour de Singkarak. Akan tetapi pengelolaan dan pemanfaatannya be-lum optimal, seperti promosi yang sangat kurang sehingga wisatawan tidak/be-lum memperoleh banyak informasi mengenai kawasan wisata Danau Singkarak. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan (DDK), metode Scenic Beauty Estimation (SBE), serta analisis SWOT. Berdasarkan analisis kesesuaian diperoleh kegiatan wisata yang direkomendasikan di enam lokasi Danau Singkarak. Lokasi Tanjung Mutiara sesuai untuk kegiatan berenang (DDK = 1 963 org/hari) dan berkemah (DDK = 124 org/hari), lokasi Ombilin sesuai untuk kegiatan duduk santai (DDK = 428 org/hari ), lokasi Biteh sesuai untuk kegiatan memancing (DDK = 4 899 org /hari), lokasi Kacang sesuai untuk kegiatan berkemah (DDK = 74 org/hari), lo-kasi Taluak sesuai untuk kegiatan berperahu (DDK = 381 org/hari), dan lolo-kasi Dermaga sesuai untuk kegiatan outbound (DDK = 150 org/hari). Total daya du-kung kawasan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata Danau Singkarak se-tiap harinya adalah 8 019 orang, tapi harus menyebar dalam kisaran waktu 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam yang sama karena dapat menye-babkan over crawded.

(4)

Tiga prioritas utama alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak yang berkelanjutan meliputi: pertama, mengadakan kerjasama dalam promosi wisata Danau Singkarak sebagai kawasan yang terjaga kealamian dan kelestarian sumberdayanya; kedua, menarik investor untuk pengembangan wisa-ta Danau Singkarak dengan tewisa-tap memperhatikan keleswisa-tarian sumberdayanya;

ketiga, melakukan koordinasi dalam mengatasi permasalahan dan ancaman yang

terdapat di Danau Singkarak. Melalui alternatif strategi ini diharapkan Danau Singkarak akan menjadi kawasan wisata dengan konsep keberlanjutan, sehingga dapat menarik banyak wisatawan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kese-jahteraan masyarakat.

(5)

MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN

SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN

DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT

FITRI EMELIA C24050126

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan sata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya an dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat.

Nama : Fitri Emelia

NIM : C24050126

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer NIP 19630763 198803 1 002 NIP 19570928 198103 1 006

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002

(7)

vii

Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang ber-judul “Alternatif Pemanfaatan Danau bagi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singka-rak, Sumatera Barat”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilak-sanakan pada bulan Maret dan April 2009 di Danau Singkarak dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dan bagi upaya pengelolaan sumberdaya perikanan dan lingkungan perairan khu-susnya bagi upaya pengelolaan kawasan ekowisata Danau Singkarak yang ber-kelanjutan.

Bogor, November 2009 Penulis

(8)

viii

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-be-sarnya kepada:

1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, ma-sing-masing selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pe-laksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. selaku dosen penguji dari program studi dan Ir. Gatot Yulianto, MS. selaku dosen penguji tamu yang telah mem-berikan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok atas dukungan dan bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB dan Dr. Ir. Gadis Bengen, kepala Puslit Biologi LIPI yang dengan bantuan dan ijinnya penulis mendapatkan peta batimetri Danau Singkarak yang sangat penting peranannya dalam menyelesai-kan skripsi ini.

5. Apa, Ama, Uni Santi, Rima, Kakek, Nenek (Almh), Fatma serta semua keluarga besar H. Nasir St. Saidi atas kasih sayang, doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis.

6. Seluruh staf Tata Usaha dan sivitas Departemen Manajemen Sumberda-ya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

7. Teman-teman MSP 42 atas kebersamaannya selama masa perkuliahan (Lenggo, Bonit, Moro, Agustina, Watay, Fina, Sumo, Avie, Tia, Merti, Lenny, Naila dan semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per sa-tu).

8. Teman-teman semasa asrama Maul, Bebe, Lidia beserta keluarga. 9. Mba Yofi, MOSI crew, Da Rudi, serta semua pihak yang telah

(9)

ix

Penulis dilahirkan di Bukittinggi, pada tanggal 29 Mei 1987 dari pasangan Bapak Herman St. Djamaris dan Ibu Elmita. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN 30 Ladang Laweh (1999), MTsN 1 Bukittinggi (2002) dan SMAN 2 Bukittinggi (2005). Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata Kuliah Avertebrata Air (2008), Metode Penarikan Contoh (2008), Manaje-men Sumberdaya Perikanan (2009), dan Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan (2009) serta aktif sebagai anggota Divisi Kewirausahaan Himpunan Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2006/2007, anggota divisi Sosial Lingkungan HIMASPER tahun 2007/2008, anggota divisi PBOS Badan Eksekutif Mahasiswa FPIK tahun 2007/2008, anggota paduan suara endeavour FPIK serta anggota tari saman Bungong Puteh IPB.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pe-nulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Alternatif Pemanfaatan Danau ba-gi Pengembangan Wisata melalui Konsep Keberlanjutan Sumberdaya Perairan dan Perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat”.

(10)

x

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

1.  PENDAHULUAN ... 1  1.1.  Latar Belakang ... 1  1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 3 1.4. Manfaat Penelitian ... 3 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4 2.1. Danau ... 4

2.2. Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan ... 6

2.2.1.   Sumberdaya perairan ... 7 

2.2.2.   Sumberdaya perikanan ... 8 

2.3.  Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata ... 8 

2.3.1.   Pariwisata ... 8 

2.3.2.   Ekowisata ... 14 

2.4.  Kesesuaian dan Daya Dukung Sumberdaya untuk Wisata ... 16 

3.  METODE PENELITIAN ... 19 

3.1.  Tempat dan Waktu Penelitian ... 19 

3.2.  Alat dan Bahan ... 20 

3.3.  Pendekatan Studi ... 20 

3.4.  Jenis dan Pengumpulan Data ... 21 

3.5.  Analisis Data ... 22 

3.5.1.   Analisis kesesuaian ... 22 

3.5.2.   Analisis daya dukung ... 23 

3.5.3.   Metode SBE ... 24 

3.5.4.   Analisis SWOT ... 25 

4.  HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30 

4.1.  Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 30 

4.2.  Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak ... 31 

4.3.  Manfaat Danau Singkarak ... 31 

4.4.  Sumberdaya Perairan Danau Singkarak ... 32 

4.4.1. Kualitas air ... 32 

4.4.2.   Pemanfaatan sumberdaya perairan danau oleh PLTA ... 37 

4.5.  Sumberdaya Perikanan Danau Singkarak ... 38 

4.6.  Sumberdaya Manusia Danau Singkarak ... 40 

4.6.1. Jumlah penduduk ... 40 

4.6.2. Jenis pekerjaan ... 40 

4.6.3. Agama ... 40 

(11)

4.6.5. Jumlah kunjungan wisata ... 42 

4.6.6. Karakteristik masyarakat sekitar ... 43 

4.6.7. Karakteristik wisatawan ... 53 

4.7.  Potensi Wisata Danau Singkarak ... 65 

4.7.1.    Pemandangan alam perbukitan ... 65 

4.7.2.    Tanjung Mutiara ... 65 

4.7.3.    Olah raga paralayang di Payorapuih ... 65 

4.7.4.    Kereta wisata ... 66 

4.7.5.    Festival Singkarak dan Danau Kembar... 66 

4.7.6.   Tour de Singkarak ... 66 

4.8. Instansi-Instansi Terkait dengan Kawasan Wisata Danau Singkarak ... 67 

4.8.1.   Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar ... 67 

4.8.2.   Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok ... 67 

4.8.3.   Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok ... 68 

4.8.4.   Dinas Pekerjaan Umum ... 68 

4.8.5.   Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 68 

4.9.  Kesesuaian Wisata Danau Singkarak ... 69 

4.10.  Daya Dukung Kawasan Wisata Danau Singkarak ... 72 

4.11.  Metode SBE ... 76 

4.12.  Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Wisata Danau Singkarak ... 77 

4.12.1.  Kekuatan (strength) ... 78 

4.12.2.  Kelemahan (weakness) ... 80 

4.12.3.  Peluang (opportunity) ... 81 

4.12.4.  Ancaman (threat) ... 82 

4.13.  Analisis dan Penilaian Faktor Internal dan Eksternal ... 84 

4.14.  Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 84 

4.15.  Pembuatan Matriks SWOT ... 87 

4.16.  Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi ... 87 

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93 

5.1. Kesimpulan ... 93 

5.2. Saran ... 94 

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(12)

xii

Halaman

1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data ... 22

2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal ... 26

3. Matriks IFE/EFE... 27

4. Matriks SWOT ... 28

5. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT pada ... kawasan wisata Danau Singkarak ... 29

6. Perbandingan kualitas air Danau Singkarak tahun 1997 dengan 2008 ... 32

7. Jenis fitoplankton dan zooplankton di Danau Singkarak ... 36

8. Jumlah penduduk di daerah sekitar Danau Singkarak tahun 2007 ... 40

9. Agama yang dianut masyarakat sekitar Danau Singkarak tahun 2007 ... 41

10. Kelompok umur masyarakat Danau Singkarak (wilayah Kabupaten Tanah Datar) ... 42

11. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) ... 42

12. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Solok) ... 44

13. Kriteria IKW setiap lokasi penelitian ... 70

14. Daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak ... 73

15. Analisis gerombol konsistensi penilaian responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak. ... 76

16. Analisis ragam dua arah dengan dua kelompok responden yang belum dan sudah pernah berkunjung ke Danau Singkarak. ... 77

17. Tingkat kepentingan faktor Internal kawasan wisata Danau Singkarak ... 85

18. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan wisata Danau Singkarak ... 85

19. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Danau Singkarak ... 86

20. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Danau Singkarak ... 86

21. Matriks IFE kawasan wisata Danau Singkarak ... 86

22. Matriks EFE kawasan wisata Danau Singkarak ... 87

(13)
(14)

xiv

Halaman 1. Lokasi penelitian Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumber:

Bako-surtanal 2000) ... 19

2. Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan ... 29

3. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak (Kabupaten Tanah Datar) ... 43

4. Jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Singkarak tahun 2008 (Kabupaten Solok) ... 44

5. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 45

6. Kelompok umur masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 46

7. Tingkat pendidikan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 46

8. Pekerjaan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 47

9. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat kawasan wisata Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 48

10. Pengetahuan dan persepsi masyarakat sekitar terhadap kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c dan d) ... 48

11. Persepsi masyarakat sekitar mengenai keberadaan ikan bilih (a,b dan c) ... 50

12. Aktifitas masyarakat di kawasan wisata Danau Singkarak (a dan b) .. 51

13. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Danau Singkarak beserta sumberdayanya (a,b,c,d,e dan f) ... 52

14. Rasio jenis kelamin wisatawan (n = 30 responden) ... 53

15. Tingkatan umur wisatawan (n = 30 responden) ... 54

16. Asal wisatawan (n = 30 responden) ... 54

17. Tingkat pendidikan wisatawan (n = 30 responden) ... 55

18. Jenis pekerjaan wisatawan (n = 30 responden) ... 55

19. Pendapatan per bulan wisatawan (n = 30 responden) ... 56

20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berwisata ke Danau Singkarak (n = 30 responden) ... 56

21. Motivasi wisatawan (a,b,c dan d) ... 57

(15)

23. Persepsi wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan

wisata Danau Singkarak ... 60 24. Kecenderungan kelompok wisatawan, kendaraan yang diguna-kan,

aktifitas wisatawan, pilihan tempat makan, dan aktifitas yang perlu

perbaikan di kawasan wisata Danau Singkarak (a,b,c,d,e dan f) ... 62 25. Aktifitas wisatawan berhubungan dengan ikan bilih (a dan b) ... 63 26. Kepedulian dan pendapat wisatawan terhadap kelestarian Danau

Singkarak (a,b,c dan d) ... 63 27. Pengetahuan masyarakat dan wisatawan terhadap ekowisata

(a dan b) ... 65 28. Peta kesesuaian wisata Danau Singkarak ... 71 29. Peta daya dukung kawasan wisata Danau Singkarak ... 75 30. Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan

(16)

xvi

Halaman

1. Gambar lokasi penelitian ... 99

2. Alat yang digunakan pada saat penelitian ... 100

3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak ... 101

4. Panduan wawancara dengan berbagai instansi terkait ... 102

5. Kuesioner untuk masyarakat sekitar kawasan ... 103

6. Kuesioner untuk wisatawan ... 105

7. Matriks kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan di Danau Singkarak ... 108

8. Peta batimetri Danau Singkarak ... 109

9. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) ... 110

10. Alat tangkap yang digunakan nelayan ... 111

11. Aktifitas wisatawan di kawasan wisata Danau Singkarak ... 112

12. Aneka hidangan/panganan ikan bilih ... 113

13. Potensi dan peluang wisata Danau Singkarak ... 114

14. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 1 (Tjg. Mutiara) .... 115

15. Peta kesesuaian kegiatan wisata berkemah ... 116

16. Peta kesesuaian kegiatan wisata berenang ... 117

17. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 2 (Batu Taba) ... 118

18. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 3 (X Koto) ... 119

19. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 4 (Ombilin) ... 120

20. Peta kesesuaian kegiatan wisata duduk santai ... 121

21. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 5 (Biteh) ... 122

22. Peta kesesuaian kegiatan wisata memancing ... 123

23. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 6 (Kacang) ... 124

24. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 7 (Taluak) ... 125

25. Peta kesesuaian kegiatan wisata berperahu ... 126

26. Indeks kesesuaian wisata Danau Singkarak lokasi 8 (Dermaga) ... 127

27. Peta kesesuaian kegiatan wisata outbound ... 128

28. Prediksi waktu, potensi ekologis (k) dan luas area kegiatan (Lt) untuk perhitungan Daya Dukung Kawasan (Modifikasi Yulianda 2007) ... 129

(17)

30. Penilaian responden terhadap foto-foto pada Metode SBE ... 132 31. Kondisi sarana prasarana kawasan wisata Danau Singkarak ... 133

(18)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera se-telah Danau Toba, dan menjadi danau terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Da-nau Singkarak memiliki luas 10 908.2 ha dengan kedalaman rata-rata 178.68 m. Danau Singkarak terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupa-ten Tanah Datar. Danau Singkarak merupakan danau vulkanis yang berasal dari bekas letusan gunung berapi yang terjadi pada masa Kwarter. Sumber air Danau Singkarak berasal dari beberapa sungai, terutama dari Sungai Sumpur yang ma-suk dari sebelah utara, Sungai Paninggahan sebelah barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan (Syandri 1996).

Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cu-kup besar. Potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik yang menjadi daya tarik Danau Singkarak adalah hamparan danau yang luas dengan air yang tenang, bukit-bukit yang mengeli-lingi danau, pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau yang jadi pembatas antara daratan dan air, lingkungan yang asri dan hawanya yang sejuk, dan sungai-sungai terdapat di sekitar danau. Lingkungan biologi (hayati) yang menjadi potensi wisata bagi Danau Singkarak adalah adanya biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan endemik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat secara langsung atau sekedar mencicipi cita rasa makanan ikan bilih. Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi budaya dari masyarakat setempat yang dapat menjadi objek yang mena-rik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik.

Pemanfaatan wisata Danau Singkarak relatif masih terbatas dan belum di-kembangkan secara optimal. Potensi sumberdaya wisata yang dimiliki Danau Singkarak meliputi perairan, ikan, dan pemandangan diperkirakan cukup tinggi, sehingga Danau Singkarak dapat dikembangkan sebagai suatu alternatif konsep pemanfatan wisata yang berkelanjutan. Saat ini pemanfaatan sumberdaya Danau Singkarak yang telah dilakukan antara lain untuk PLTA, perikanan tangkap, iri-gasi, MCK, dan wisata.

(19)

Pemanfaatan wisata berkelanjutan hendaknya memperhatikan tiga aspek pariwisata berkelanjutan, yaitu: ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. Peng-embangan pariwisata alternatif berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan suatu konsep pembangunan yang mendukung pelestarian ekologi dan pemberi-an mpemberi-anfaat ypemberi-ang layak secara ekonomi dpemberi-an adil secara etika dpemberi-an sosial terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhati-kan kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembang-kannya.

Konsep ekowisata yang akan dikembangkan di Danau Singkarak memerlu-kan kajian aspek ekologi dari kawasan tersebut, termasuk kesesuaian dan daya dukung dalam pemanfaatannya demi terjaganya kelestarian lingkungan, aspek pemanfaatan termasuk sosial, ekonomi dan aspek keberlanjutan sumberdaya perairan dan perikanan Danau Singkarak.

1.2. Perumusan Masalah

Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan potensi budaya yang dapat diandalkan, tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya masih belum optimal. Potensi sumberdaya tersebut berupa potensi sumberdaya air, sumber-daya ikan dan pemandangan atau keindahan alamnya. Potensi tersebut dapat di-manfaatkan untuk menunjang kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dan menjadi objek wisata. Selama ini potensi sumberdaya air yang dimiliki Danau Singkarak dimanfaatkan sebagai PLTA, irigasi dan kegiatan sehari-hari masyara-kat setempat. Sementara potensi sumberdaya ikan yang cukup besar seperti Ikan Bilih yang merupakan ikan endemik, saat ini pengelolaan penangkapannya ma-sih belum optimal sehingga terjadi penurunan jumlah populasi. Selain itu, pe-mandangan indah yang terdapat di Danau Singkarak terganggu dengan adanya aktifitas pembangunan yang dilakukan masyarakat setempat di pinggiran da-nau.

Kondisi pemanfaatan dan pengelolaan Danau Singkarak yang belum opti-mal akan mengakibatkan penurunan daya dukung kawasan perairan danau. Da-ya dukung suatu kawasan sangat diperlukan agar pemanfaatan dan pengelolaan

(20)

kawasan danau yang maksimal dan lestari dapat diwujudkan. Untuk meningkat-kan daya dukung kawasan Danau Singkarak diperlumeningkat-kan dua hal, yaitu: mening-katkan nilai manfaat Danau Singkarak itu sendiri, dan memperhatikan aspek ke-lestarian atau konservasi berupa perlindungan kawasan Danau Singkarak dii-ringi dengan pemanfaatan untuk kegiatan wisata. Untuk itu diperlukan kerjasa-ma antara kerjasa-masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan kegiatan wisata Da-nau Singkarak yang sesuai dengan daya dukung dan konsep berkelanjutan. Hal ini kiranya bisa menjadi perhatian dan perbaikan bagi pihak-pihak yang bertang-gungjawab/pengelola Objek Wisata Danau Singkarak, baik pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan pengunjung objek wisata Danau Singkarak sendiri.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi sumberda-ya Danau Singkarak, tingkat pemanfaatan wisata danau, dan untuk menyusun pemanfaatan wisata yang berkelanjutan sebagai salah satu alternatif pemanfaat-an sumberdaya Dpemanfaat-anau Singkarak.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola Danau Singkarak khususnya dan Pemerintah Daerah Sumatera Barat umumnya untuk pengembangan wisata Danau Singkarak yang dapat menjamin kelestarian sum-berdaya perairan dan perikanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hi-dup nelayan dan masyarakat sekitar.

(21)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Danau

Ilmu lingkungan (ekologi) membedakan tipe badan-badan air menjadi per-airan dengan ekosistem tertutup (closed system) dan perper-airan dengan ekosistem terbuka (open system). Pengertian badan air sendiri menurut kamus limnologi (perairan darat) adalah massa air yang besar, tedapat dalam wadah alami (su-ngai, danau, rawa dan sebagainya), maupun buatan (reservoir, waduk) (Heha-nussa & Haryani 2001). Perairan dengan ekosistem tertutup adalah perairan yang tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya, sedangkan perair-an dengperair-an ekosistem terbuka adalah perairperair-an yperair-ang sperair-angat terpengaruh oleh ke-adaan lingkungan sekitarnya. Contoh perairan ekosistem tertutup adalah kolam-kolam buatan, misalnya kolam-kolam renang, kolam-kolam budidaya, kolam-kolam pengolahan air minum, serta kolam pengolah air limbah. Perairan dengan ekosistem terbuka se-ring juga disebut dengan perairan umum misalnya sungai, rawa, waduk, dan da-nau.

Danau adalah cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang menam-pung dan menyimpan air hujan, mata air, rembesan, dan/atau air sungai (Heha-nussa & Haryani 2001). Sifat fisika-kimiawi perairan danau yang satu dengan yang lainnya berbeda karena sangat ditentukan oleh faktor-faktor geologi, geo-grafi dan kegiatan manusia di daerah aliran sungainya. Sifat fisika-kimiawi per-airan ini pada gilirannya akan mempengaruhi komposisi biota yang ada di da-lamnya (Ilyas et al. 1992 in Rusma 2008).

Perairan danau berdasarkan asal pembentukannya diklasifikasikan atas (Il-yas et al. 1992 in Rusma 2008):

1. Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena gaya tektonik baik penaikan maupun penurunan sebagian permukaan bumi sehingga ter-bentuk genangan air.

2. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk karena aktifitas gunung berapi dan merupakan danau kawah atau kaldera yang berada pada ketinggian yang cukup besar.

(22)

3. Danau patahan merupakan danau yang terbentuk karena adanya pa-tahan lapisan tanah kemudian terjadi pergeseran permukaan bumi se-hingga membendung aliran air dan terjadi genangan.

4. Danau solusi merupakan danau yang terjadi di daerah batu kapur yang karena adanya pematusan menjadi larut dan terjadi genangan air. 5. Danau fluvialtil adalah danau yang terjadi karena adanya

pengendap-an pasir atau lumpur di daerah datarpengendap-an rendah sehingga membendung aliran air dan terbentuk genangan.

Menurut Effendi (2000) berdasarkan tingkat kesuburannya (trophic status) perairan tergenang khususnya danau dapat diklasifikasikan menjadi lima seba-gai berikut:

1. Oligotrofik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perair-an dengperair-an produktivitas primer dperair-an biomassa yperair-ang rendah. Perairperair-an i-ni memiliki kadar unsur hara i-nitrogen dan fosfor rendah, namun cen-derung jenuh dengan oksigen.

2. Mesotrofik (unsur hara dan produktivitas sedang), yaitu perairan de-ngan produktivitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupa-kan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.

3. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktifitas tinggi), yaitu perairan de-ngan kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perair-an ini memiliki tingkat kecerahPerair-an yPerair-ang rendah.

4. Hiper-eutrofik, yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produkti-vitas primer sangat tinggi.

5. Distrofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan orga-nik. Danau ini diklasifikasikan sebagai danau yang banyak menerima bahan organik dari tumbuhan yang terdapat di daratan sekitarnya. Pro-duktivitas primer danau distrofik biasanya rendah.

Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut (Kemen-LH 2008):

1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan ge-netik.

(23)

3. Sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitar-nya (rumahtangga, industri dan pertanian).

4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah. 5. Sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari

tem-pat satu ke temtem-pat lainnya. 6. Penghasil energi melalui PLTA. 7. Sarana rekreasi dan objek pariwisata.

Sunarto (2000) in Nancy (2007) menyatakan bahwa danau untuk kriteria wisata antara lain memiliki kenampakan danau yang tidak monoton misalnya terdapat pulau di tengah danau; bentuk garis tepi danau bervariasi; airnya jer-nih, tidak berbau, dan tampak bergembur (beriak-riak kecil); serta di sekeliling danau suasananya tidak gersang (bervegetasi).

2.2. Pengelolaan Danau yang Berkelanjutan

Pembangunan pada hakekatnya adalah sebuah upaya dari semua pihak untuk menggunakan sumberdaya alam, binaan, dan sosial dalam rangka menca-pai tujuan kesejahteraan dan keamanan. Oleh karena itu konsep dasar nasional kita harus mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan, yang ber-tumpu pada pemanfaatan optimal sumber-sumber daya pembangunan dan pe-lestariannya dalam jangka panjang. Dipandang dari sudut ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, keberadaan perairan tergenang adalah penting dan sangat ber-manfaat. Keberadaannya dapat mendukung ketersediaan air tanah, sumber penghasilan, dan kehidupan umat manusia beserta berbagai satwa lain. Peman-faatan yang tidak sesuai mengakibatkan bayak rawa, situ maupun danau yang rusak, tercemar dan mengalami pendangkalan, bahkan telah berubah fungsi se-bagai lahan pemukiman dan industri (Ubaidillah & Maryanto 2003). Pengelolaan danau yang berkelanjutan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya perairan dan sumberdaya perikanan.

Danau Singkarak yang menjadi lokasi penelitian ini memiliki sumberdaya perairan dan perikanan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Sumberda-ya perairannSumberda-ya selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masSumberda-yarakat

(24)

setem-pat, digunakan pula sebagai sumber energi PLTA. Danau Singkarak juga memi-liki sumberdaya perikanan yang unik, seperti adanya ikan endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), dan sumberdaya ikan lainnya.

2.2.1. Sumberdaya perairan

Danau adalah suatu ekosistem yang dinamis. Selain keindahan alamnya yang menentramkan hati, danau adalah sumberdaya air di daratan yang penting artinya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air minum. Pemanfaatan yang berlebihan dan perusakan atas sumberdaya danau akan menghambat pengelolaan danau untuk kesejahteraan manusia secara berkesinambungan. O-leh karena itu manusia diharapkan mau menghormati kemampuan ekosistem alami danau dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai kepentingan, baik dari pihak manusia maupun alam (Lakenet 2004 in Nancy 2007).

Studi pengelolaan danau secara berkelanjutan memerlukan pendekatan multi-disiplin, termasuk di dalamnya ilmu-ilmu bidang fisika, kimia, biologi dan sosial, serta pertimbangan-pertimbangan aspek sosio-ekonomi. Perumusan kebi-jakan dan pengambilan keputusan untuk pengelolaan danau harus didasarkan pada penelitian ilmiah yang baik dan informasi yang dapat diandalkan. Pengelo-laan danau yang berkelanjutan menghendaki diselesaikannya konflik berbagai pihak yang sama-sama mengambil manfaat sumberdaya yang ada di danau, de-ngan mempertimbangkan kepentide-ngan alam (Lakenet 2004 in Nancy 2007).

Masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya harus didorong agar berpartisipasi secara sungguh-sungguh dalam mengenali dan menyelesaikan masalah kritis yang membebani danaunya. Semua kegiatan pengelolaan danau harus dilandasi azas keadilan agar dapat mendorong masyarakat dan semua pe-mangku kepentingan untuk berpartisipasi secara sungguh-sungguh dalam pro-ses perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Mene-rapkan proses partisipatori dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan menuju ke pemanfaatan danau secara berkelanjutan merupakan cara yang paling rasional untuk menjamin terciptanya keadilan, keterbukaan dan pemberdayaan demi kepentingan seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan lain dalam daerah tangkapan air danau (Lakenet 2004 in Nancy 2007).

(25)

2.2.2. Sumberdaya perikanan

Danau Singkarak yang terletak pada ketinggian 362.55 m dari permukaan laut ini memiliki spesies ikan khas atau endemik yang dikenal dengan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Bentuk ikan bilih mirip teri, namun hidup di air ta-war. Ikan ini merupakan andalan utama mata pencarian penduduk yang ada di selingkaran Danau Singkarak. Dengan rasanya yang amat khas, gurih dan wa-ngi, ikan bilih juga menjadi panganan bagi wisatawan yang berkunjung ke Da-nau Singkarak. Panganan ikan bilih dapat ditemukan dengan mudah karena ba-nyak warga yang membuka rumah makan dengan menu andalan ikan bilih (Muslion 2008).

Ikan bilih yang menjadi primadona masyarakat di Danau Singkarak, akhir-akhir ini jumlahnya semakin berkurang. Tanpa upaya khusus untuk mengem-bangkan ikan bilih, bukan tak mungkin suatu saat ikan ini akan punah. Apalagi warga semakin giat berupaya mendapatkan ikan yang lebih banyak, antara lain dengan mengecilkan mata kail sehingga ikan-ikan yang masih kecil pun ikut ter-jaring. Ancaman ikan bilih yang lain berasal dari aneka limbah yang mengalir ke Danau Singkarak. Pemakaian bahan kimia untuk pertanian serta limbah rumah tangga dan pariwisata merupakan bagian dari pencemaran air danau yang sulit dihentikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengelolaan yang efisien agar kelestarian ikan bilih dapat tetap dipertahankan sejalan dengan pemanfaat-an ypemanfaat-ang dilakukpemanfaat-an untuk sumber mata pencaripemanfaat-an masyarakat. Pengelolapemanfaat-an ikpemanfaat-an bilih tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan sinergi dari upaya ter-padu berbagai pihak baik instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, BUMN serta didukung oleh peran serta aktif masyarakat/LSM. Upaya pengelolaan tidak ha-nya bertujuan untuk menjaga kelestarian ikan bilih tetapi juga menjaga ekosis-tem danau, untuk berbagai pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada se-cara efektif dan efisien (Syandri 1996).

2.3. Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata 2.3.1. Pariwisata

Menurut Pendit (2006) istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-komponennya terdiri dari:

(26)

Pari : penuh, lengkap, berkeliling

Wis (man) : rumah, properti, kampung, komunitas Ata : pergi terus menerus, mengembara

yang dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti: pergi se-cara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam pengoperasiannya pariwisata sebagai pengganti istilah asing tourism atau travel diberi makna oleh Pemerintah Indonesia: “mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang di-kunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”.

Institute of Tourisme in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) (1976) in

Pendit (2006) merumuskan: ”pariwisata adalah kepergian orang-orang sementa-ra dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata”.

Terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan kepariwisataan ber-dasarkan UU No. 9 Tahun 1990 in Rusma 2008, yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menik-mati objek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kegiatan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bi-dang tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasar-an wisata.

(27)

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang diba-ngun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Pada awalnya hakekat paling utama yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang terdalam, serba ingin mengetahui segala sesuatu selama hidup di dunia. Manusia ingin tahu segala sesuatu di dalam dan luar lingkung-annya. Ia ingin tahu tentang kebudayaan negeri asing, cara hidup dan adat istia-dat negeri antah-berantah, cuaca dan hawa yang berbeda-beda di berbagai ne-geri, keindahan dan keajaiban alam dengan bukit, gunung, lembah serta pantai-nya, dan berbagai hal yang tidak ada dalam lingkungannya sendiri (Pendit 2006).

Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai un-tuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi, atau lazim pula dinamakan objek wi-sata. Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat penginapan sementara lainnya) akan disebut “daerah tujuan wisata” apabila ia memiliki a-traksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Aa-traksi-atraksi ini antara lain: panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lem-bah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit/terbenam, cuaca udara dan lain-lain yang berkaitan dengan keadaan alam sekitarnya, disamping yang meru-pakan budaya hasil cipta manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, pe-ninggalan purbakala, museum, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama, adat isti-adat, upacara, pekan raya, pertandingan/kompetisi, pameran atau kegiatan-ke-giatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah (Pendit 2006).

Pariwisata terdiri dari beberapa jenis. Jenis pariwisata menurut Pendit (2006) adalah sebagai berikut:

1. Wisata Budaya. Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang de-ngan jalan mengadakan kunjude-ngan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istia-dat, cara hidup, budaya dan seni mereka.

2. Wisata Kesehatan. Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam ar-ti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat perisar-tirahatan

(28)

se-perti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, dan tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lain-nya.

3. Wisata Olahraga. Tujuannya adalah untuk berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di su-atu tempat atau negara seperti PON, Thomas Cup dan Uber Cup. Jenis o-lahraga yang termasuk dalam jenis wisata oo-lahraga yang bukan tergo-long dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang.

4. Wisata Komersial. Perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial.

5. Wisata Industri. Perjalanan yang dilakukan rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel be-sar dengan maksud mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik. Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti peringatan ulang tahun suatu negara, dimana fasilitas akomodasi, sara-na angkutan dan atraksi aneka warsara-na diadakan secara megah dan meri-ah bagi para pengunjung, baik dalam maupun luar negeri. Peristiwa penting seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konvensi politik yang selalu disertai dengan kegiatan darmawisata termasuk dalam je-nis wisata ini.

7. Wisata Sosial. Pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat luks/mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti petani, kaum buruh, pemuda, pelajar, dan mahasiswa.

8. Wisata Pertanian. Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke pro-yek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan pe-ninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya

(29)

pembibit-an berbagai jenis sayur-mayur dpembibit-an palawija di sekitar perkebunpembibit-an ypembibit-ang dikunjungi.

9. Wisata Maritim (marina) atau Bahari. Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di ba-wah permukaan air.

10. Wisata Cagar Alam. Diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usahanya dengan jalan mengatur wisata ke tem-pat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

11. Wisata Buru. Dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalak-kan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

12. Wisata Pilgrim. Jenis wisata ini dikaitkan sedikit banyak dengan aga-ma, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, gunung atau bukit yang dianggap kera-mat, dengan niat atau hasrat untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tidak jarang untuk memperoleh kekayaan yang melimpah.

13. Wisata Petualangan. Dikenal dengan istilah Adventure tourisme, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi penuh de-ngan binatang-binatang buas, mendaki tebing yang teramat terjal, a-rung jeram di sungai-sungai yang arusnya liar, dan wisata ruang ang-kasa.

Menurut Wahab (1992) hasil karya buatan manusia yang dapat ditawarkan dari suatu kegiatan pariwisata dan dapat dinikmati oleh wisatawan adalah:

1. Berciri sejarah, budaya, dan agama

a. Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, dan indus-tri kerajinan tangan.

(30)

b. Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah. c. Perayaan-perayaan tradisional: pameran-pameran, karnaval,

upa-cara adat, serta ziarah-ziarah.

d. Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan. 2. Prasarana-prasarana

a. Prasarana umum: sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur- ja-lur lalu lintas, sistem pembangunan limbah, sistem telekomunikasi. b. Kebutuhan pokok pola hidup modern: rumah sakit, apotik, bank,

pusat-pusat perbelanjaan, rumah-rumah penata rambut, kantor pe-merintahan (polisi, pengadilan), bengkel, dan toko-toko buku. c. Prasarana wisata: tempat penginapan wisatawan.

3. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang: pelabuhan udara, kereta api, kapal, dan angkutan pegunungan.

4. Sarana pelengkap, umumnya sarana pelengkap bersifat rekreasi dan hi-buran, misalnya: bioskop, warung kopi, dan klub-klub.

5. Pola hidup masyarakat: cara pandang bangsa, sikap, makanan dan si-kap pandangan hidup, kebisaaan, tradisi, serta adat istiadat.

Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya selama melakukan perjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan mening-katkan pengeluaran mereka dan kemungkinan menambah dorongan makin ba-nyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusaha-an jasa seperti trperusaha-ansportasi, hiburperusaha-an, akomodasi dperusaha-an jasa lainnya yperusaha-ang mendu-kung penyelenggaraan perjalanan wisata (Marpaung 2002).

Lingkungan yang asli senantiasa lebih menarik para wisatawan daripada yang tiruan. Asli berarti menyuguhkan apa adanya yang paling baik dimiliki dan membiarkan atraksi wisata lain, bagi tujuan daerah yang lain yang memiliki keis-timewaan yang lebih sempurna. Dengan kata lain negara penerima wisatawan harus merencanakan pembangunan pariwisatanya sesuai dengan kondisi-kondi-si alam, iklim, ekologi dan budayanya yang paling cocok. Para wisatawan biasa-nya menyukai “keistimewaan” lingkungan yang demikian dalam batas-batas

(31)

yang telah diuraikan. Dengan demikian, penciptaan lingkugan “tiruan” sendiri, tidak akan memajukan kegiatan pariwisata untuk jangka panjang (Wahab 1992).

2.3.2. Ekowisata

Definisi ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh organisasi ekowisata (The International Ecotourism Society) pada tahun 1990 sebagai perjalanan bertang-gung jawab ke areal yang masih alami untuk menjaga lingkungan dan meno-pang kesejahteraan masyarakat lokal (Chaniago 2008). Menurut META (2002) in Yulianda (2007), ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan un-tuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

Suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi (Yulianda 2007):

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terha-dap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan; Mendidik pengunjung dan masya-rakat akan pentingnya konservasi.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan; Retribusi atau pajak konservasi (conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; Merangsang masyarakat a-gar lebih terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.

5. Penghasilan bagi masyarakat; Masyarakat mendapat keuntungan eko-nomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam; Kegiatan dan pengembangan fa-silitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam.

7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; Daya tampung dan pengem-bangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung ling-kungan.

8. Kontribusi pendapatan bagi Negara (pemerintah daerah dan pusat). Ekowisata memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Pemkab Manggarai Ba-rat 2009):

(32)

1. Aktifitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan. 2. Penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk

menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk le-bih menghargai lingkungan.

3. Kegiatan wisata berbasis alam.

4. Organisasi perjalanan menunjukkan tanggung jawab finansial dalam pelestarian lingkungan yang dikunjungi atau dinikmati oleh wisatawan dan wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan konser-vasi.

5. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menik-mati keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesi-fik untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan bagi pelestarian ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata).

6. Perjalanan wisata menggunakan alat transportasi dan akomodasi lokal. Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu: industri pariwisata, wisatawan, masya-rakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah, serta akademisi. Para pela-ku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu: (1) industri pari-wisata yang mengoperasikan ekopari-wisata merupakan industri paripari-wisata yang pe-duli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan serta menjual program wisata yang berhubungan dengan flora, fauna, dan alam; (2) wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan; (3) masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan; (4) pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pemba-ngunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan; (5) akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian eko-wisata dan mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter atau peran yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai de-ngan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para stakeholders (Subadra 2007).

(33)

Ekowisata dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan ekowisata antara lain menambah sumber pengha-silan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru, dan diharapkan mampu meningkatkan kesa-daran masyarakat maupun wisatawan tentang konservasi sumber daya alam (Razak 2008).

Pengembangan ekowisata juga tidak bisa terlepas dari dampak negatif se-perti tertekannya ekosistem yang ada di obyek ekowisata apabila dikunjungi wi-satawan dalam jumlah yang banyak dan konflik kepentingan antara pengelola a-tau operator ekowisata dengan masyarakat lokal terutama mengenai pembagian keuntungan dan aksesibilitas (Razak 2008).

Ada tujuh hal penting yang harus dilakukan oleh operator ekowisata da-lam upaya mewujudkan ekowisata yang berkelanjutan sebagaimana yang dise-butkan oleh The Ecotravel Center (2002) in Subadra (2007) yaitu:

1. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dijadikan ob-yek ekowisata.

2. Meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan di sekitar obyek eko-wisata dan mendukung program pembangunan berkelanjutan.

3. Pengurangan konsumsi terhadap sumberdaya yang tidak dapat diper-baharui.

4. Melestarikan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki masyarakat lokal. 5. Mengutamakan usaha-usaha pendukung kegiatan ekowisata yang

di-miliki masyarakat lokal.

6. Mendukung usaha-usaha pelestarian lingkungan, dan

7. Memberikan kontribusi terhadap pelestarian biodiversitas yang ada di lingkungan yang dijadikan obyek ekowisata.

2.4. Kesesuaian dan Daya Dukung Sumberdaya Untuk Wisata

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempu-nyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wi-sata yang dikembangkan (Yulianda 2007).

(34)

Pariwisata merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat diten-tukan oleh baik-buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadap kerusakan ling-kungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan kotor, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan oleh penebangan hutan, gulma air di danau, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Tanpa lingkungan yang baik pariwisata tidak mungkin berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memper-hatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkung-an itulah ylingkung-ang sebenarnya dijual (Soemarwoto 2004).

Suatu daerah wisata mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yang biasa disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung ling-kungan di bidang pariwisata dapat dinyatakan dalam jumlah wisatawan per sa-tuan luas per sasa-tuan waktu. Tetapi baik luas maupun waktu umumnya tidak da-pat dirata-ratakan, karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu tidak merata (Soemarwoto 2004).

Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Rekreasi tidak hanya berarti ber-senang-senang, melainkan harus diartikan sebagai rekreasi, yaitu secara harfiah berarti diciptakan kembali. Jadi dengan rekreasi itu orang ingin menciptakan kembali atau memulihkan kekuatan dirinya, baik fisik maupun spiritual. Setelah berekreasi orang merasa dirinya pulih untuk melakukan tugasnya lagi. Karena itu tujuan rekreasi bermacam-macam, antara lain bermain-main, berolahraga, belajar, beristirahat atau kombinasi macam-macam tujuan itu. Walaupun tujuan-nya bermacam-macam, tetapi semuatujuan-nya memputujuan-nyai sifat umum yang sama, yai-tu dilakukan di luar yai-tugas pekerjaan unyai-tuk mendapatkan hiburan. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan atas tujuan pariwisata (Soemarwoto 2004). Faktor biofisik yang mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem akan sangat menentukan besar-kecilnya da-ya dukung tempat wisata tersebut. Ekosistem da-yang kuat mempunda-yai dada-ya du-kung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dan dapat cepat pulih dari kerusakan (sensitivitas rendah, resiliensi tinggi). Ekosistem demikian pada umumnya terdapat di

(35)

ke-tinggian di atas laut yang rendah, yang datar atau landai, suhu yang tinggi dan tanah yang subur (Soemarwoto 2004).

Daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi o-leh luas dan volume badan air itu dan gerak air. Misalnya, sebuah danau yang luas, dalam, pencampuran air yang baik dan pergantian air yang cepat mem-punyai daya dukung yang lebih besar daripada danau yang sempit, dangkal, air-nya tenang dan mengalami penggantian air yang pelan. Hal ini disebabkan kare-na di dakare-nau dengan volume air yang besar yang tercampur oleh gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar (Soemarwoto 2004).

Faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung lingkungan bukan hanya faktor alamiah, melainkan juga faktor buatan manusia. Misalnya, adanya per-kampungan penduduk di dekat lokasi pariwisata yang limbahnya terbuang langsung atau terbawa oleh sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam pe-nentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Daya dukung lingkungan tidak cukup hanya dilihat dari sarana pelayanan wisatawan, melain-kan juga harus dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu (Soemarwoto 2004).

Jelaslah, perencanaan pariwisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto 2004).

(36)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Danau Singkarak. Danau Singkarak merupakan salah satu danau di Sumatera Barat, yang terletak antara Kodya Padang Panjang dan Kodya Solok. Secara geografis danau ini terletak pa-da 1000 26’ 15’’ – 1000 35’ 55’’ BT dan 00 31’ 46’’ – 00 42’ 20’’ LS, dengan ketinggian 363.55 m di atas permukaan laut (Azhar 1993) (Gambar 1). Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Maret - April 2009.

Gambar 1. Lokasi penelitian Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumber: Bako-surtanal 2000)

(37)

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil survei pendahuluan de-ngan memperhatikan luasan wilayah tepian danau serta perbedaan pemandang-an ypemandang-ang menarik di Dpemandang-anau Singkarak. Dalam hal ini ypemandang-ang diamati adalah perbe-daan morfologi perairan, kondisi substrat dasar, objek yang menarik, masyarakat sekitar, dan pengunjung wisata. Untuk keperluan penelitian ditentukan delapan lokasi pengambilan contoh.

Lokasi 1: Tanjung mutiara Lokasi 2: Batu Taba Lokasi 3: X Koto Lokasi 4: Ombilin Lokasi 5: Biteh Lokasi 6: Kacang Lokasi 7: Taluak Lokasi 8: Dermaga

Foto ke 8 (delapan) lokasi pengambilan contoh disajikan pada Lampiran 1.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: termome-ter lingkungan untuk mengukur suhu perairan, formulir kuesioner yang diguna-kan untuk mewawancarai masyarakat dan wisatawan, secchi disk, alat tulis, pere-kam suara (tape recorder) untuk wawancara dengan pihak terkait, pere-kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang, GPS untuk mengetahui posisi koordinat lokasi penelitian, peta kawasan Danau Singkarak, dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan kawasan tempat penelitian serta pustaka-pustaka yang berkait-an dengberkait-an penelitiberkait-an ini (Lampirberkait-an 2).

3.3. Pendekatan Studi

Aspek yang dikaji pada penelitian ini adalah aspek ekologi sumberdaya wisata perairan Danau Singkarak. Aspek-aspek tersebut terdiri dari sumberdaya alam yang berupa fisik (kondisi kawasan perairan danau), lingkungan biologi (i-kan dan biota lainnya), dan sumberdaya manusia yang dipengaruhi aspek sosial ekonomi (pengunjung, masyarakat sekitar dan sarana prasarana) serta

(38)

kelemba-gaan (pengelola kawasan wisata dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan Kawasan Wisata Danau Singkarak).

Aspek-aspek tersebut dianalisis berdasarkan nilai kesesuaian dan nilai da-ya dukung kawasan sumberdada-ya perairan Danau Singkarak, serta nilai keindah-an pkeindah-anorama dkeindah-anau melalui foto. Faktor-faktor internal dkeindah-an eksternal juga diper-lukan untuk mengarahkan terciptanya suatu analisis strategi pengelolaan kawas-an wisata perairkawas-an Dkawas-anau Singkarak ykawas-ang berkelkawas-anjutkawas-an.

3.4. Jenis dan Pengumpulan Data

Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan da-lam penelitian ini tertuang dada-lam Tabel 1. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung oleh peneliti melalui penelitian lapangan atau dari sumber utama (responden). Data sekunder diambil dari penelusuran kepustakaan melalui internet, laporan atau dokumentasi dan dari data yang sudah tersedia yang dikutip peneliti guna ke-pentingan penelitiannya. Cara pengumpulan dan pengambilan data dalam pene-litian ini meliputi: observasi, wawancara, dan studi dokumen/literatur (riset pus-taka). Wawancara dilakukan dengan perwakilan dari pihak pengelola, instansi-instansi terkait, masyarakat setempat dan wisatawan. Khusus untuk masyarakat setempat/sekitar dan wisatawan, wawancara dilakukan melalui pengisian kue-sioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kawasan wisata Danau Singkarak. Masyarakat sekitar Danau Singkarak dan wisatawan yang di-wawancarai (responden) masing-masing berjumlah 30 orang. Daftar pertanyaan dan kuesioner yang digunakan disajikan pada Lampiran 3, 4, 5, dan 6.

Penentuan responden ditetapkan melalui metode purposive sampling yaitu anggota populasi sengaja dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu dengan meng-andalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku dan berdasarkan atas judgement peneliti. Dengan demikian, responden yang dipilih sudah mempunyai persepsi terhadap kawasan wisata Danau Singkarak sehingga diharapkan mampu menja-wab pertanyaan yang diajukan (Fauzi 2001 in Nancy 2007).

(39)

Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data

Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data Keadaan umum kawasan wisata Danau Singkarak

a. Demografi Sekunder Laporan Studi pustaka b. Sarana dan prasarana Primer dan

sekunder

Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka c. Pendidikan tenaga kerja Primer Responden Wawancara

Sumber Daya Alam (SDA) a. Flora (Vegetasi dan

buhan air) Primer dan Sekunder Laporan Studi pustaka b. Fauna (Ikan dan biota air

lainnya) Primer dan Sekunder Laporan Studi pustaka Kualitas Air Danau Singkarak

Parameter Fisika

a. Suhu Primer atau

sekunder

Laporan Observasi lapang atau studi pustaka b. Kecerahan Primer atau

sekunder

Laporan Observasi lapang atau studi pustaka

c. Warna Primer atau

sekunder

Laporan Observasi lapang atau studi pustaka Parameter Kimia

a. DO Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka b. BOD5 Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka c. pH Sekunder Laporan Observasi lapang atau studi Pustaka Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kebijakan

a. Masyarakat Primer Responden Wawancara

b. Pengunjung Primer Responden Wawancara

c. Lembaga terkait Primer Responden Wawancara d. Dampak pengelolaan Primer dan

sekunder

Responden dan lapangan

Wawancara dan observasi lapang e. Isu-isu yang berkembang Primer dan sekunder Responden dan lapangan

Wawancara dan observasi lapang f. Kebijakan pengelolaan Primer dan

sekunder

Responden dan lapangan

Wawancara dan observasi lapang

3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis kesesuaian

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mem-punyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisa-ta adalah (Yulianda 2007):

(40)

100% i maks N IKW N =

×

IKW adalah Indeks Kesesuaian Wisata, Ni adalah nilai parameter ke-i, Nmaks

ada-lah nilai maksimum suatu kategori wisata.

Penentuan kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter (Lampiran 7). Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persenta-se kepersenta-sesuaian yang diperoleh dari penjumlah nilai persenta-seluruh parameter. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di Danau Singkarak diantaranya adalah meman-cing, berperahu, kemah, duduk santai, menikmati hidangan masakan ikan bilih dan pengambilan gambar untuk foto. Peta dasar yang digunakan untuk menyu-sun peta kesesuaian adalah peta batimetri Danau Singkarak yang disajikan pada Lampiran 8 (Puslit Limnologi 2001).

3.5.2. Analisis daya dukung

Analisis ini mencakup pengelolaan kawasan wisata Danau Singkarak de-ngan pemanfaatan sumberdaya yang memperhatikan kelestarian lingkude-ngan. Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam atau pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbul-kan gangguan pada alam dan manusia, dengan perhitungan sebagai berikut (Yu-lianda 2007): = p t t p L W DDK K L W

DDK adalah Daya Dukung Kawasan, K adalah potensi ekologis pengunjung per

satuan unit area, Lp adalah luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan,

Lt adalah unit area untuk kategori tertentu, Wt adalah waktu yang disediakan

o-leh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari, dan Wp adalah waktu yang

(41)

3.5.3. Metode SBE

Menurut Daniel dan Boster (1976), metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dapat digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif dalam penilaian esteti-ka pada alternatif sistem management suatu esteti-kawasan dengan menggunaesteti-kan ob-jek foto yang penilaiannya diberikan oleh responden. Berbagai percobaan dan pengujian dengan para pengguna, pemerhati/peminat dan para kelompok pro-fessional menjadikan metode ini semakin sahih dan dapat diandalkan (Daniel dan Boster 1976). Metode SBE dalam penelitian ini digunakan untuk dua tujuan, yaitu: pertama, untuk mendapatkan informasi konsistensi penilaian lokasi wisata berdasarkan foto-foto yang telah disiapkan antara responden yang pernah de-ngan yang belum pernah berkunjung ke Danau Singkarak melalui penggunaan analisis gerombol dan kedua, untuk mendapatkan informasi potensi foto yang da-pat dijadikan alat promosi wisata melalui analisis ragam dua arah.

Analisis gerombol (cluster analysis) adalah analisis deskriptif dalam statisti-ka peubah ganda yang biasa digunastatisti-kan untuk mengelompokstatisti-kan matriks data yang terdiri dari peubah/foto sebagai kolom dan responden sebagai baris. Anali-sis ini mampu memilah responden yang memberikan pola penilaian yang sama terhadap sekumpulan peubah/foto. Dengan analisis ini diharapkan diperoleh fakta bahwa responden yang belum dan yang sudah berkunjung ke Danau Sing-karak memberikan pola penilaian yang konsisten (Johnson dan Wichern 1998).

Analisis ragam dua arah yang digunakan dapat dinyatakan dalam model statistika berikut (Ostle dan Mensing 1975):

(

)

ijk i j ij k ijk

y

= +

μ α β

+

+

αβ

+ +

τ

ε

i = 1, 2, ..., 40 (responden), j = 1, 2, ..., 30 (objek pemandangan/foto) dan k = 1, 2

(kelompok responden yang pernah dan yang belum mengunjungi Danau Singka-rak). Yijk adalah hasil penilaian responden ke i untuk objek pemandangan/foto

ke j pada kelompok responden ke k, µ adalah rata-rata penilaian responden pada umumnya, αi adalah pengaruh penilaian yang di-berikan responden ke i, βj

ada-lah pengaruh penilaian responden terhadap objek pemandangan/foto ke j, αβij

a-dalah pengaruh interaksi penilaian yang diberikan responden ke i terhadap objek pemandangan/foto ke j, τk adalah pengaruh penilaian yang diberikan kelompok

(42)

dapat diperoleh, foto-foto yang dinilai diharapkan dapat digunakan untuk ke-giatan promosi wisata Danau Singkarak.

3.5.4. Analisis SWOT

Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes,

Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik

un-tuk merumuskan strategi. Analisis ini dipergunakan unun-tuk mengetahui atau me-lihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor-faktor ke-kuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal ser-ta peluang/kesempaser-tan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kualitatif yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eks-ternal dan secara kuantitatif melalui pembobotan dan pemberian rating diguna-kan dalam analisa ini.

Tahapan yang dilakukan dalam analisis SWOT:

1. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Internal Factor Evaluation (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat yang digunakan untuk menganalisia faktor internal yaitu matriks IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hu-bungan antara area-area tersebut (David 2006 in Nancy 2007). Eksternal

factor Evaluation (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman

dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor ekster-nal, yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari identifikasi kedua faktor-faktor terse-but selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating).

2. Penentuan bobot setiap variabel. Pemberian nilai/bobot dan rating di-lakukan secara subjektif kepada setiap unsur SWOT dengan kisaran.

(43)

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bo-bot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bobo-bot setiap faktor in-ternal dan eksin-ternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kin-near 1991 in Pudjiwaskito 2005), yaitu sama dengan 1 jika indikator fak-tor horizontal kurang penting dibandingkan indikafak-tor fakfak-tor vertikal, 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator fa-ktor vertikal, 3 jika indikator fafa-ktor horizontal lebih penting dibanding-kan indikator faktor vertikal, dan 4 jika indikator faktor horizontal sa-ngat penting dibandingkan indikator faktor vertikal (Tabel 2).

Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal

Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C ... Total Bobot

A X1 α1 B X2 α2 C X3 α3 ... … … Total =

1 n i i X α =

1 n i i

Sumber: David 2002 in Pudjiwaskito 2005

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan per-samaan (Kinnear 1991 in Pudjiwaskito 2005):

α = =

1 i i n i i X X

αi adalah bobot faktor ke-i, X adalah nilai faktor ke-i, i adalah 1, 2, 3, i

...., n dan n adalah jumlah faktor.

3. Penentuan peringkat (rating). Peringkat (rating) ditentukan untuk

mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata dengan skala nilai 1-4. Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evalua-tion (IFE) yaitu:

a. Faktor kekuatan

Gambar

Gambar 1.  Lokasi penelitian Danau Singkarak, Sumatera Barat (Sumber: Bako- Bako-surtanal 2000)
Tabel 1.  Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal  Faktor Strategis Internal/Eksternal  A  B  C  ..
Gambar 2.  Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANGGARAN CASH FLOW BULAN. NO KETERANGAN MINGGU

Untuk menguji pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kegagalan pencapaian sasaran proyek tepat waktu dan mutu pada

lahir spontan, sianosis pada bibir, lahir spontan, sianosis pada bibir, takipneu, bayi menggigil, tidak  takipneu, bayi menggigil, tidak  langsung menangis, tonus otot

dan pengawasan terhadap personel yang memiliki wewenang masuk ke dalam ruang sandi, maka diperlukan suatu sistem untuk mempermudah pelaksanaanya. Berdasarkan uraian di

Kegiatan pembelajaran di Bunga Bangsa menggunakan pendekatan yang dianjurkan pemerintah, yakni belajar melalui bermain, dengan menerapkan metode “Beyond Centre and

Dengan menggunakan software Fluent, dapat juga dilakukan komputasi pa-. ralel untuk menghitung solusi dari model dengan mesh yang

Jika ada Benjolan hilang pada saat berbaring, tidak pernah operasi, benjolan di lipat paha kanan atau kiri, terasa nyeri, benjolan berbentuk lonjong dan tonjolan bertambah

Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan dengan jalan memuja atau menggunakan “ jasa-jasa Baik “ berhala diatas, mereka tentu akan mendapat hukuman sesudah “ kematiannya “ badan