• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144

EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI

TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH

MERAH DAN SAMBILOTO

Miftakhurohmah, Rita Noveriza dan Agus Kardinan

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

ABSTRAK

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-bat formula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum,

Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal

serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de-ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan

Fusarium sp. Persentase penghambatan

per-tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham-batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan.

Kata kunci : Formula serai wangi, daya hambat, kapang

kontaminan

ABSTRACT

Effectiveness of Citronella Oil Formula to the Growth of Mould from Red

Papua and Sambiloto

Essential oil of Citronella grass provides potential alternative as botanical control agents because the main anti fungal and anti bacterial components are citronella and geraniol. The aim of this research was to find out the inhibitory activity of citronella oil formula (water + emul-sifier + 1% of citronella oil) against contaminant mould from fresh red papua (Geotrichum sp,

Fusarium culmorum, Ulocladium sp and Fusa-rium sp) and from product of sambiloto powder

(A. flavus). This experiment was conducted in Phytopathology Laboratory of Indonesian Medi-cinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI) from December 2007 to April 2008. The research was done with 2 methods : (1) inhi-bitory zone with 20 µl of citronella oil formula and the moulds from fresh red papua as contami-nants and, (2) petri dish with serial dilution method, A. flavus as the mould 0; 2; 5 and 10% doses of citronella oil formula. The results showed that citronella component in formula of citronella oil was 1.54%. The formula of citro-nella oil has ability to reduce the growth of

Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium

sp and Fusarium sp. The percentage of growth inhibitionwas 16.07-66.67% at the 7th day after treatment, the lowest was Fusarium sp, and the highest was on Ulocladium sp. The growth of A.

flavus completely inhibited at 10% of citronella

oil formula, while at doses 2 and 5% limited growth inhibition up to 11.78 and 13.85%, at the 5th day after treatment.

Keywords : Citronella oil formula, inhibition activity,

(2)

PENDAHULUAN

Serangan kapang dan serangga tidak hanya terjadi di lapang, bahkan sampai proses penyimpanan. Kerugian akibat serangan kapang dan serangga di gudang penyimpanan selain berdampak ekonomis, yaitu mengurangi hasil, juga berdampak negatif bagi kesehatan ma-nusia, yaitu karena adanya kandungan mikotoksin pada produk yang disim-pan. Mikotoksin adalah metabolit se-kunder yang diproduksi oleh beberapa kapang terutama yang masuk dalam genus Aspergillus, Penicillium, Fusa-rium, dan, Alternaria. Mikotoksin uta-ma yang banyak ditemukan dalam pro-duk pertanian adalah : aflatoksin, trichothecenes, fumonisin, ochratoksin A (OTA), patulin, tremorgenik toksin, dan ergot alkaloid (Kabak et al., 2006). Aflatoksin bersifat karsinogenik, muta-genik, dan dapat menurunkan kekebal-an tubuh (Suryadi et al., 2005).

Pengendalian kapang di tempat penyimpanan, dapat menggunakan pes-tisida nabati atau fumigan yang ramah lingkungan. Beberapa minyak atsiri dari tanaman aromatik memiliki ke-mampuan untuk menghambat pertum-buhan kapang.

Minyak atsiri adalah campuran beberapa senyawa yang mudah meng-uap, dan unsur utamanya sering digu-nakan sebagai agen nabati karena ke-mampuannya sebagai obat tradisional dan toksisitasnya terhadap kapang pa-togenik tanaman dan serangga (Deles-paul et al., 2000 dalam Anthony et al., 2004).

Komponen utama serai wangi adalah sitronela dan geraniol yang da-pat dimanfaatkan sebagai pestisida na-bati. Kedua senyawa tersebut

mempu-nyai sifat antibakteri dan antikapang (Guenther, 1994 dan Sait, 1999 dalam Nasrun dan Nuryani, 2007). Minyak serai wangi (Cymbopogon nardus) dan minyak palmarosa (C. martinii) me-miliki daya hambat paling tinggi terhadap 8 strain kapang dibandingkan beberapa minyak atsiri yang lain yang diuji secara kontak langsung dan me-lalui metode fase penguapan (Deles-paul et al., 2000 dalam Billerbeck et al., 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar sitronela pada for-mula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi) dan daya hambatnya terhadap pertumbuhan ka-pang Geotrichum sp., Fusarium cul-morum, Ulocladium sp., Fusarium sp. asal ekstrak dan buah merah segar dan A. flavus asal serbuk sambiloto.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di La-boratorium Penyakit Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika

(Balittro), sejak Desember 2007 sam-pai dengan April 2008.

Formula minyak serai wangi yang digunakan berupa campuran emulsifier, air dan minyak serai wangi. Kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi diuji dengan menggunakan metode Titrasi Volu-metri.

Kapang uji yang digunakan : Geotrichum sp., Fusarium culmorum, Ulocladium sp. dan Fusarium sp. (ka-pang kontaminan pada ekstrak dan buah merah segar), dan A. flavus (di-dapatkan dari serbuk sambiloto hasil teknologi Balittro). Kelima kapang uji merupakan koleksi Laboratorium

(3)

Penyakit Balittro. Kapang uji dibiak-kan pada media Agar Kentang Deks-trosa (AKD) dalam cawan petri selama 7 hari, dan diinkubasi pada suhu kamar.

Penelitian dilaksanakan dengan dua metode: (1) zona penghambatan dan (2) metode cawan dengan pengen-ceran bertingkat.

Metode pertama

Media pengujian AKD (agar 20 g, kentang 200 g, dekstrosa 20 g, aqua-des 1 l) disiapkan dan disteril dengan autoklaf suhu 121ºC selama 20 menit, kemudian di tuangkan kedalam cawan petri steril masing-masing sebanyak kurang lebih 10 ml. Kemudian cawan petri (diameter 9 cm) di ukur dan di bagi seperti Illustrasi berikut :

Keterangan : B = Formula minyak serai wangi C = Cendawan yang di uji

Note : B = Citronella oil formula C = Test fungal

Pada bagian B, diletakkan pa-per disk yang berukuran 5 mm yang su-dah di celupkan kedalam larutan for-mula minyak serai wangi (20 µl) dan pada bagian C diletakkan isolat ka-pang yang berukuran sama dengan pa-per disk. Sebagai kontrol, isolat kapang

uji ditumbuhkan pada bagian C, tanpa peletakan paper disk dan tidak berisi formula minyak serai wangi pada ba-gian B. Selanjutnya cawan petri diin-kubasikan pada suhu kamar. Perla-kuan diulang tiga kali. Pengukuran terhadap zona hambatan (diameter kapang dari titik peletakan ke arah bagian B) dilakukan setiap hari, sam-pai hari ke-7 setelah perlakuan. Per-sentase penghambatan dihitung dengan rumus (Pandey et al., 1982 dalam Zambonelly et al., 1996) :

X = a – b x 100 % a

Keterangan/Note :

X = persentase penghambatan (%)/The

inhi-bition percentage (%)

a = zona hambatan kapang uji tanpa perlaku-an/The inhibition zone of the test mould

without treatment

b = zona hambatan kapang uji + perlakuan formula minyak serai wangi/The

inhibi-tion of the test mould + citronella oil formula treatment

Metode kedua

Untuk memanen spora spora A. flavus digunakan pelarut Pepton Saline Tween (PST) (Feire et al., 1999). Bahan yang digunakan adalah : Peptone (2 g), Tween 80 (1 ml), NaCl (17,8 g), dan aquades (2 l). Bahan dilarutkan satu persatu dalam aquades, kemudian disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu 1210 C.

Panen spora kapang A. flavus dilakukan dengan cara : larutan PST sebanyak 10 ml dituang ke dalam cawan petri yang ditumbuhi kapang A. flavus, diaduk dengan pengaduk steril, kemudian disaring dengan kertas sa-ring. Suspensi spora yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan hae-mositometer.

B C

4 cm 2,5

(4)

Media AKD yang sudah steril, kemudian ditambah formula minyak serai wangi sesuai konsentrasi yang diuji (0, 2,5, 5 dan 10%), dituang ke dalam cawan petri (diameter 9 cm) sebanyak kurang lebih 8-9 ml. Selan-jutnya suspensi spora cendawan A. flavus (kerapatan spora 5,4 x 104 spora/ ml) sebanyak 0,2 ml dipipetkan ke dalam cawan petri dan di ratakan de-ngan batang pengaduk steril. Perlakuan diulang tiga kali. Selanjutnya diinkuba-si pada suhu kamar. Jumlah kapang yang tumbuh dihitung padai hari ke-5 setelah perlakuan. Persentase pengham-batan dihitung dengan rumus (Pandey et

al., 1982 dalam Zambonelly et al., 1996) :

X = a – b x 100 % a

Keterangan/Note :

X = persentase penghambatan (%)/The

inhi-bition percentage (%)

a = jumlah kapang yang tumbuh pada kon-trol (konsentrasi perlakuan 0 %)/Total of

mould on control (treatment concen-tration 0%).

b = jumlah kapang yang tumbuh pada media perlakuan/Total of mould on treatment

media.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa kadar sitronela dalam for-mula minyak serai wangi

Komponen utama minyak serai wangi pada umumnya adalah sitronela dan geraniol. Sitronela dipercaya seba-gai antikapang, sedangkan geraniol bersifat antibakteri. Beberapa kompo-nen kimia minyak serai wangi yang berasal dari Asia Tenggara, sitronela dan linalool memiliki daya hambat tertinggi terhadap beberapa spesies Aspergillus dan beberapa spesies Penicillium (Nakahara et al., 2003). Berdasarkan analisa dengan metode

Titrasi Volumetri, kadar sitronela da-lam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%.

Metode pertama

Hasil pengujian daya hambat formula minyak serai wangi terhadap kapang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1-4. Formula minyak serai wangi yang diuji sudah mulai menghambat pertumbuhan semua kapang kontaminan pada hari ke-2, dengan persentase penghambat-an berkisar penghambat-antara 4,83-21,89%. Daya hambat tertinggi terjadi pada F. culmorum, sedangkan yang terendah pada Ulocladium.

Daya hambat formula minyak seraiwangi terhadap kapang Geotri-chum mengalami kenaikan pada hari ke-2 sampai ke-6, kemudian mengala-mi penurunan pada hari ke-7. Hal ini terjadi diduga karena pada hari ke-7 daya hambat formula minyak serai wangi mulai menurun terhadap ka-pang Geotrichum. Penurunan daya hambat juga terjadi pada F. culmorum dan kapang Fusarium sp pada hari ke-6. Daya hambat minyak serai wangi pada kapang A. niger mulai menurun pada hari ke-6 (Billerbeck et al., 2001).

Pada kapang Ulocladium daya hambat formula minyak serai wangi terus meningkat sampai hari ke-7. Sampai hari ke-7, daya hambat for-mula minyak serai wangi tertinggi ter-hadap kapang Ulocladium sp sebesar 66,67%, dan terendah terhadap kapang Fusarium sp sebesar 16,07%).

(5)

Metode kedua

Formula minyak serai wangi yang diuji memiliki kemampuan meng-hambat pertumbuhan A. flavus pada konsentrasi 2 dan 5%, dengan daya hambat sebesar 11,78 dan 13,85%. Pa-da konsentrasi 10%, formula minyak serai wangi memiliki daya bunuh ter-hadap A. flavus, dalam arti A. flavus sama sekali tidak mampu tumbuh (per-tumbuhan nol) (Gambar 5). Pada pene-litian terdahulu, dengan metode peng-uapan, sitronela dan linalol dari minyak serai wangi menghambat A flavus dengan nilai MID sebesar 0,0056% (MID = minimum inhibitory dose, yang didefinisikan sebagai konsentrasi terendah (mg/l di udara) komponen volatil yang dapat menghambat per-tumbuhan koloni sebesar 50%) (Nakahara et al., 2003). Sedangkan ter-hadap Aspergillus niger, dengan meto-de yang sama, minyak serai wangi me-miliki daya hambat sebesar 3-40% pada dosis 100-400 mg/l (0,01-0,04%) dan daya bunuh pada dosis 800 mg/l (0,08%) (Billerbek et al., 2001). 0 10 20 30 40 2 4 6 7 Hari ke-Z o n a p e n g h a m b a ta n (m m ) Fus + FSW Fus (Kontrol)

Gambar 1. Pengaruh formula serai wangi terhadap pertum-buhan Fusarium sp. Figure 1. Effect of citronella oil to

Fusarium sp growth 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2 4 6 7 Hari ke-z o n a p e n g h a m b a ta n ( m m ) F.cul + FSW F.cul(kontrol)

Gambar 2. Pengaruh formula serai wa-ngi terhadap pertumbuhan Geotrichum sp.

Figure 2. Effect of citronella oil to Geotrichum sp growth Tabel 1. Persentase penghambatan formula minyak serai wangi terhadap

pertum-buhan Geotrichum sp., Fusarium sp., Ulocladium sp. dan Fusarium ulmorum

Table 1. Inhibitory percentage of citronella oil formula to Geotrichum sp., Fusarium sp., Ulocladium sp. and Fusarium ulmorum

Kapang kontaminan (Contaminant mould)

Hari ke-/Incubation time (days)

2 4 6 7

Geotrichum sp 17,37 32,39 34,58 32,13

Fusarium sp 9,25 21,18 19,41 16,07

Ulocladium sp 4,83 64,72 65,92 66,67

(6)

0 10 20 30 40 50 2 4 6 7 Hari ke-Z o n a p e n g h a m b a ta n ( m m ) Geo + FSW Geo (kontrol)

Gambar 3. Pengaruh formula serai wa-ngi terhadap pertumbuhan Geotrichum sp.

Figure 3. Effect of citronella oil to Geotrichum sp growth. 0 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 7 Hari ke-Z o n a h a m b a ta n ( m m ) Ulo + FSW Ulo (kontrol)

Gambar 4. Pengaruh formula serai wa-ngi terhadap pertumbuhan Ulocladium sp.

Figure 4. Effect of citronella oil to Ulocladium sp growth. 0 11.78 13.85 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 2 5 10

Konsentrasi formula serai wangi (%)

P er se n ta se P en g h am b at an

Gambar 5. Persentase penghambatan formula minyak serai wa-ngi terhadap A. flavus, 5 hari setelah inkubasi Figure 5. Inhibitory percentage of

cit-ronella oil formula to A. fla-vus, after 5 days incubation

KESIMPULAN

Kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula minyak serai wangi yang diuji mampu menghambat per-tumbuhan kapang kontaminan Geotri-chum sp, Fusarium culmorum, Ulocla-dium sp dan Fusarium sp dengan daya hambat sebesar 16,07-66,67%. Daya hambat terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. Konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 2 dan 5% menghambat A. flavus dengan daya hambat sebesar 11,78-13,85% sedang-kan konsentrasi 10% membunuh A. flavus.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, S., K. Abeywikrama, R Dayanada., S.W. Wijeratna, and L Arambewela, 2004. Fungal patho-gens associated with Banana fruit in Sri Langka, and their treatment with essential oils. Mycopathologia 157 : 91 – 97.

Billerbeck, V.G., C.G. Roques, J-M. Bessiere, 2001. Effect of Cymbo-pogon nardus (L) W. Watson Essential Oil on the growth and morphogenesis of Aspergillus niger. Canadian Journal of Microbiology 47: 9 – 17.

Feire, F.C.O., Z. Kozakiewicz, and R.R.M. Paterson, 1999. Mycloflora and mycotoxin of Brazilian Cashew Kernels. Mycophatologia 145 : 95 – 103.

(7)

Kabak, B., A.D.W. Dobson, and Var. I., 2006. Strategies to Prevent myco-toxin contamination of food and ani-mal feed : A Review. Critical Review in Food Science and Nutrition. 46 : 8 p.

Nasrun dan Y. Nuryani, 2007. Penyakit layu bakteri pada nilam dan strategi pengendaliannya. Jurnal Litbang Per-tanian 26 (I). www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3261072.pdf. diakses tanggal 25 Maret 2008. Nakahara, K., N.S. Alzoreky, T.

Yoshihoshi, H.T.T. Nguyen, and G. Trakoontivakorn, 2003. Chemical composition and antifungal activity of

essential oil from Cymbopogon nardus (citronella grass). JARQ 37

(4) : 249-252. http :

//www.jircas.affre.go.jp.

Suryadi, H., M. Kurniadi, dan A. Yohanes, 2005. Analisis kuantitatif aflatoksin dalam bumbu pecel secara KLT densitometri. Seminar Nasi-onal MIPA 2005. Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Depok, 24-26 November 2005. 8 hal.

Zambonelly, A., A. Zechini D’Aulerio, A. Bianchi and A. Albasini, 1996. Effects of essential oils on Phyto-pathogenic Mould In Vitro. Journal Phytopathology 144 : 491-494.

Gambar

Figure  1.  Effect  of  citronella  oil  to  Fusarium sp growth  0510152025303540 2 4 6 7 Hari ke-zona penghambatan (mm) F.cul + FSW F.cul(kontrol)
Gambar 3. Pengaruh formula serai wa- wa-ngi  terhadap  pertumbuhan  Geotrichum sp.

Referensi

Dokumen terkait

Estados Unidos. Después del mercado estadounidense, España se ubica como el segundo mercado del páprika, seguido de México. Este producto se exporta en diferentes

Berdasarkan hasil pengujian yang didapat dari penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini serta mengacu pada tujuan penelitian yang telah dibuat, maka

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah studi fasa forsterit dengan bahan dasar serbuk silika amorf dari hasil pemurnian pasir silika Tanah Laut dan serbuk

Pada penelitian ini diketahui bahwa (+)-2,2’-Episitoskirin A dosis 50 mg/kg BB menunjukkan penurunan tingkat peradangan dibandingkan dengan kontrol positif.. Senyawa

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan flakes adalah biji nangka yang diperoleh dari pedagang keripik nangka di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten

Dari hasil analisis, dapat dilihat perbedaan antara puncak endotermik yang dihasilkan oleh KPE kitosan-pektin dengan polimer asalnya yaitu kitosan dan pektin.. Hal tersebut

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia diharapkan menjaga stabilitas moneter melalui pengawalan terhadap inflasi, karena hasil penelitian baik dalam jangka pendek

Se- cara morpologis kestabilan kekuatan tarik polipaduan PP-KA menjadi lebih baik dengan adanya irganok 1076 yang ditandai dengan tidak terbentuknya cacat garis dan cacat bidang