• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS V SD INPRES BANGA-BANGA KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS V SD INPRES BANGA-BANGA KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA KELAS V

SD INPRES BANGA-BANGA KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa

Oleh :

UMRAH RAZAK NIM : 4516 103 090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD INPRES PAJJAIANG II MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH UMRAH RAZAK

Nim 4516103090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018

iii

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru” beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung resiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, Juli 2018 Yang membuat pernyataan

Umrah Razak

iv

(5)

Umrah Razak. 2018. Pengaruh Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar. Pembimbing I Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd dan pembimbing II Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini menelaah pengaruhmetode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Masalah utama dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian One-group pretest-posttest design. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes hasil. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru sebanyak 14 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V sebelum digunakan metode resitasi adalah 69,77 dan hasil belajar setelah digunakan metode resitasi adalah 81,87. Angka tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga dan hasil uji hipotesis (t-tes) menunjukkan angka 4,049, dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan hasil penelitian ini guru diharapkan sesering mungkin menggunakan metode resitasi dalam proses pembelajaran agar lebih meningkatkan hasil belajar siswa terkhusus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Kata Kunci: Hasil Belajar IPS dan Metode Resitasi

v

(6)

Umrah Razak, 2018.The Effect of Using Recitation Method on Social Studies Learning Achievement at the Fifth Grade Students of SD. Inpres. Banga- Banga, Barru Sub-District, Barru Regency. Skripsi. Primary Teacher Education.

(Supervised by: Muhammad Yunus and Asdar)

This study examined the effect of recitation method on social studies learning achievement at the fifth grade students of SD. Inpres. Banga-Banga, Barru Sub-District, Barru Regency. The main problem in this study was whether or not effect of recitation method on social studies learning achievement at the fifth grade students of SD. Inpres. Banga-Banga, Barru Sub-District, Barru Regency.

The type of this study was pre-experimental with one-group pretest-posttest research design. The data collection used the result test instrument. The data collection used statistic descriptive analysis. The subject of this study was 14 students at the fifth grade of SD. Inpres Banga-Banga, Barru Sub-District, Barru Regency.

The result of this study shows that the learning achievement of the fifth grade students before using the recitation method were 66.77 and after using it is 81.87. It showed that there is an effect of using recitation method on class five social studies learning achievement SD. Inpres Banga-Banga and the t-test showed 4.049, thus the hypothesis is accepted. By resulting of this study, it expects the teachers use the recitation method as often as possible in learning process in order to improve students learning achievement, especially in social studies.

Keywords: social studies, learning achievement , recitation method.

vi

(7)

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikianlah kata untuk mewakili sagala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Terima kasih atas kemudahan-Mu sehingga skripsi dengan judul

“Pengaruh Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Inpres Banga- Banga Kacamatan Barru Kabupaten Barru” dapat Penulis selesaikan dengan tepat waktu. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauahan, tetapi menghilang ketika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempunaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Sagala upaya dan daya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar.

pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu, M.Eg., Rektor Universitas Bosowa Makassar.

vii

(8)

2. Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar.

3. Susalti Nur Arsyad, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Bosowa Makassar.

4. Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, nasehat dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. Asdar, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang turut memberikan masukan hingga selesai tugas akhir ini.

6. Seluruh Dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Kepala Sekolah, Guru-Guru dan Staf SD Inpres Banga-banga yang telah memberikan ruang kepada Penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ayahanda terkasih Abd. Razak dan Ibunda tersayang Kundariah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

9. saudara-saudaraku, Arafiq dan Muh. Akrab, SKM yang tak pernah bosan memberi dukungan moral maupun moril kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

10. Bapak Najamuddin, S.Pd yang selalu membanjiri dukungan, motivasi, saran dan bantuannya kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

viii

(9)

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun karena Penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi Penulis.

Makassar, Agustus 2018

Penulis

Umrah Razak

ix

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Landasan Teori ... 5

1. Belajar 5 2. Hasil Belajar 9 3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 10

4. Metode Resitasi 20 B. Kerangka Pikir ... 28

x

(11)

C. Hipotesis 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 40

2. Hasil T-Tes 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan 52 B. Saran 52 DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 56

RIWAYAT HIDUP ... 94

xi

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Siswa SD Inpres Banga-Banga Tahun 2018 ... 32

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 34

Tabel 3.3 Kategori Penilaian ... 38

Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS ... 40

Tabel 4.2 Hasil Belajar IPS ... 41

xii

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 29

xiii

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 57

Lampiran 2 : Lembar Kegiatan Siswa Kelompok ... 61

Lampiran 3 : Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Kelompok ... 62

Lampiran 4 : Lembar Kegiatan Siswa Individu ... 63

Lampiran 5 : Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Individu ... 64

Lampiran 6 : Soal Pekerjaan Rumah (PR) ... 65

Lampiran 7 : Jawaban Pekerjaan Rumah (PR) ... 66

Lampiran 8 : Soal Tes Awal (Pretets) ... 67

Lampiran 9 : Jawaban Soal Tes Awal (Pretest) ... 69

Lampiran 10 : Soal Tes Akhir (Posttest) ... 70

Lampiran 11 : Jawaban Tes Akhir (Posttest) ... 72

Lampiran 12 : Daftar Hadir Siswa ... 73

Lampiran 13 : Tabulasi Jawaban Responden Hasil Tes Awal ... 74

Lampiran 14 : Data Hasil Tes Awal (Pretest) ... 75

Lampiran 15 : Tabulasi Jawaban Responden Hasil Posttest ... 76

Lampiran 16 : Data Hasil Akhir Posttest ... 77

Lampiran 17 : Statistik Nilai Hasil Belajar IPS ... 78

Lampiran 18 : Frekuensi dan Presentasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Inpres Banga-Banga Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) Pengunaan Metode Resitasi ... 83

Lampiran 19 : Uji Hipotesis (T-Tes) ... 85

Lampiran 20 : Hasil Kerja Pretest Nilai Terendah ... 86

Lampiran 21 : Hasil Kerja Pretest Nilai Tengah ... 87

xiv

(15)

Lampiran 22 : Hasil Kerja Pretest Nilai Tertinggi ... 88

Lampiran 23 : Hasil Kerja Posttest Nilai Terendah ... 89

Lampiran 24 : Hasil Kerja Posttest Nilai Tengah ... 90

Lampiran 25 : Hasil Kerja Posttest Nilai Tertinggi ... 91

Lampiran 26 : Dokumentasi ... 92

Lampiran 27 : Tabel t ... 93

xv

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena IPS pelajaran yang mempelajari berbagai bidang dari sejarah, ekonomi, politik, teknologi dan sebagainya. Oleh sebab itu, harus mempelajari IPS sebagai bidang studi sebagai sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari, meskipun banyak orang yang memandang IPS sebagai bidang studi yang paling menjenuhkan. Karena kejenuhan inilah yang menjadi salah satu penyebab kurang perhatiannya terhadap pelajaran tersebut dan berdampak rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil pembelajaran IPS bisa disebut aneh bin ajaib sebab mata pelajaran yang dianggap mudah, justru nilainya rendah. Seharusnya hal yang mudah membuat nilai membuncah, semua mendapat nilai di atas delapan. Para guru sebagai ujung tombak pendidikan sering dihadapkan pada permasalahan rendahnya kwalitas hasil belajar siswa. Hal ini dapat dicermati dari tiap-tiap hasil tes formatif maupun tes sumatif, nilai IPS selalu ada di bawah nilai pelajaran lainnya.

Sudah barang tentu, banyak hal yang menyebabkan rendahnya nilai IPS.

Di antara yang menjadi penyebab rendahnya nilai itu bisa datang dari siswa, guru atau sarana dan prasarana belajar. Dari berbagai variabel dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah, variabel guru merupakan variabel yang paling

1

(17)

dominan. Sayangnya, para guru tidak menyadari akan hal tersebut. Jika nilai siswarendah, mungkin guru akan menyalahkan siswanya karena malas belajar atau dianggap memiliki intelektualitas yang rendah. Guru tidak melakukan instropeksi diri, kegagalan seakan dunia sudah kiamat, dan dibiarkan siswa tenggelam dalam nilai yang tidak signifikan.

Dalam pembelajaran IPS guru kurang memperhatikan kecenderungan- kecendurangan yang dimiliki dan dialami siswa. Guru lebih memandang bahwa siswa belum atau tidak tahu apa-apa. Apalagi dalam pembelajaran kajian sejarah, guru lebih banyak berceramah atau bercerita dengan mengabaikan potensi siswa.

Maksudnya, siswa dianggap nol dan kalau diajak berdiskusi siswa „tidak nyambung‟. Pendapat ini tentu saja tidak seutuhnya benar. Siswa pada usia itu sesungguhnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka sudah memiliki sedikit dasar pengetahuan. Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, terlebih dalam pembelajaran sejarah dan geografi, tentu banyak hal yang menarik yang ingin diketahui siswa.

Pandangan guru yang demikian, seperti diuraikan di atas menyebabkan guru hanya mengeluarkan satu jurus saja, yaitu ceramah. Para guru memandang bahwa metode ceramah sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPS, karena sifat materinya yang dianggap hanya bersifat informatif.

Pandangan guru tersebut menyebabkan pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah. Metode ini dianggap oleh guru sangat efektif, karena materi IPS sifatnya informatif. Guru di kelas hanya bercerita, tentang sejarah, bebatuan, geologi, gunung atau apa saja yang berkaitan

(18)

dengan kehidupan sosial tanpa melibatkan siswa berbicara, seakan siswa betul- betul masih kosong dan belum tahu apa-apa.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan pada hari Senin, 12 Februari 2018 di kelas V SD Inpres Banga-Banga, hasil belajar IPS berada di level nilai lebih rendah daripada mata pelajaran lainnya bahkan ada yang nilainya di bawah standar KKM. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa karena pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah, guru tidak berani berinovasi dengan metode-metode pembelajaran lainnya. Sedangkan penerapan metode resitasi, guru sudah menerapkan metode resitasi tapi hanya dalam bentuk Pekerjaan Rumah (PR) sedangkan Pekerjan Rumah (PR) itu hanya salah satu bagian dari resitasi. Hanya sesekali saja guru menerapkan resitasi secara keseluruhan yakni, pemberian tugas di dalam kelas, pemberian tugas di luar sekolah (perpustakaan, laboratorium, dll) serta Pekerjaan Rumah (PR). Sedangkan ada atau tidaknya pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar IPS, guru kelas V tidak mengetahui apakah metode tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V karna metode tersebut tidak pernah diterapkannya secara keseluruhan.Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk meneliti „„pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar IPS di SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan yaitu “Adakah pengaruh metode

(19)

resitasi terhadap hasil belajar IPSdi SD Inpres Banga-Banga , KecamatanBarru Kabupaten Barru?“

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS di SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak baik terhadap berbagai unsur serta manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi akademisi Universitas Bosowa, sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), khususnya di bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

b. Bagi peneliti, menjadi masukan dan acuan dalam mengembangkan penelitian dimasa mendatang serta menjadi referensi yang berharga sebagai calon pembimbing.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga Pembimbing, agar metode resitasi ini senantiasa dapat diterapkan di SD Inpres Banga-Banga, Kabupaten Barru, khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan proses pembelajaran siswa sehingga dapat meningkatkan potensi siswa dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Belajar

Belajar, secara historis merupakan wilayah para ahli psikologi. Secara faktual dari tahun 1875 telah dilakukan penelitian, pengembangan serta percobaan demi percobaan oleh Wihelm Wundt ynag dikenal dengan Psikologi Eksperimen- nya (Universitas Leipzig Jerman), kemudian H. Ebbinghaus (1885), W.L. Bryan dan N. Harter (1897-1899), E.L. Thordkline (1898), dan seterusnya. Sekali lagi secara historis para ahli psikologi telah melakukan penelitian, kajian, percobaan dan telah memperoleh temuan tentang tingkah laku orang belajar; sehingga dikatakan oleh E.C. Tolman dalam Supriadi (2012:27) bahwa “learning is an identifying character of man which he wishes to include as behaviour”; kemudian E.R. Gutherie dalam Supriadi (2012:27) mengemukakan bahwa “learning as mark of mind”, yakni tingkah laku belajar itu adalah sifat jiwa.

a. Pengertian Belajar

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing- masing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan dikemukan beberapa definisi belajar menurut para ahli.

5

(21)

Menurut R.Gagne dalam Susanto (2013:1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamannya. Adapun menurut Hilgard dalam Suyono (2017:12) belajar adalah suatu proses dimana suatu perilak muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan Marquis, Hilgard memperbarui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri sesesorang melalui latihan, pembelajaran dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.

Sementara menurut E.R. Hilgard dalam Susanto (2013:3) belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hamalik dalam Susanto (2013:3) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing) Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut W.S. Winkel dalam Susanto (2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Hal senada disampaikan Syamsuddin (2017) bahwa belajar adalah suatu

(22)

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik atau perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan kemampuan mereaksi (menerima atau menolak) serta berkembangnya kemampuan dan kecakapan lainnya. Hakikat proses belajar Menurut Ivor K Davies dalam Rusyanti (2012) secara pasti masih banyak perbedaan pandangan dari para ahli psikologi, namun terdapat prinsip-prinsip belajar yang telah disepakati, seperti yang dikemukakan oleh Alvin C. Eurich dalam Rusyanti (2012) dari Ford Foundation yang menyimpulkan hal-hal sebagai berikut sebagai prinsip-prinsip belajar:

1. Hal apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri;

tidak ada seseorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

2. Setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

(23)

3. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah diberikan penguatan (interforcement).

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.

5. Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.

Fajar (2017:10) mengungkapkan beberapa prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

2. Proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.

3. Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

4. Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi- bagi.

5. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

6. Belajar merupakan proses yang kontinu.

7. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

8. Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa.

(24)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka.

Menurut Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2) Faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pembelajaran.

Gagne dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan ada 5 kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sementara Bloom dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan 3 kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Ciri-Ciri Hasil Belajar yang Optimal

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri berikut:

(25)

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan hasil yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya dan setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai;

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya;

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya;

4. Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensip), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku; dan

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai serta mengen- dalikan proses dan usaha belajarnya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

IPS ialah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok:

pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup

(26)

antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.

Menurut Moelyono Cokrodikardjo dalam Rahmawati (2013) IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni: Sosiologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Menurut A. Kosasih Djahiri dalam Rahmawati (2013) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran di sekolah.

S. Nasution dalam Rahmawati (2013) mengatakan bahwa IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial.

Selain istilah ilmu sosial, terdapat istilah studi sosial ialah seperti yang diungkapkan oleh Ischak dalam Rusyanti (2012) adalah sebagai berikut “Bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut."

IPS tidak hanya terbatas di Perguruan Tinggi, melainkan juga diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak

(27)

menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing.

Setelah kita mengetahui Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial, maka menjadi jelas kepada kita apa yang menjadi hakikat masing-masing bidang tersebut. Di antara kedua bidang tersebut terdapat perkaitan yang erat, meskipun penekanan dan pendekatan kerangka kerjanya berbeda. Hakikatnya sama-sama mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa sebenarnya IPS berinduk kepada Ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori-konsep-prinsip yang diterapkan pada IPS, adalah teori-konsep-prinsip yang ada dan berlaku untuk semua pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengkajian IPS. Berdasarkan tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-beda di tingkat Sekolah Dasar, bidangnya terutama terdiri atas geografi dan sejarah. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

b. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian, pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi.

Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan- bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam.

(28)

Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini.

Mengajar sejarah pada tingkat sekolah dasar memerlukan stimulant yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin. Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias dalam menambah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas yang pasif dan membosankan.

Ada tiga kegiatan yang dapat diterapkan oleh guru sejarah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu: (1) partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, (2) partisipasi peserta didik melalui penelitian, dan (3) partisipasi peserta didik melalui diskusi. Dalam partisipasi peserta didik melalui ketrampilan latihan, yang bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan.

Hal ini disebabkan karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas, seperti ringkasan, diagram, chart dan gambar.

Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah. Sedangkan dalam partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta

(29)

didik dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan peserta didik.

Peserta didik yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang diperagakan oleh temannya.

c. Ruang Lingkup IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS di jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

(30)

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas, begitu juga dengan jenjang pendidikan tinggi yakni bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau pendekatan multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar peserta didik secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dikemukakan di awal bahwa yang dipelajari dalam mata pelajaran IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS adalah: (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat; dan (b) gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi- materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber dari masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau tidak berpijak pada kenyataan di dalam msyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

Ruang lingkup pengajaran IPS di SD meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat,

(31)

wilayah sekitar, wilayah provinsi, pemerintahan daerah, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pengenalan kawasan dunia dan kegiatan ekonomi.

Pengajaran sejarah meliputi: kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa masa kemerdekaan, bangunan bersejarah serta Indonesia dan zaman penjajahan.

d. Fungsi Pelajaran IPS

Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini.

IPS berfungsi mengembangkan kemampuan setiap peserta didik untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk proses pembelajaran yang berbasis kompetensi. Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia.

Fungsi pembelajaran IPS adalah (a) Memberikan bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (b) Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS; (c) Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah dan mengagungkan penciptanya; (d) Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa; (e) Membantu siswa memahami informasi baru dalam

(32)

bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK); dan (f) Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

Sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan keterampilan proses diarahkan pada: (1) Melatih cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan, pengkajian dan percobaan; (2) Pengembangan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil dan rasa ingin tahu; dan (3) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi melalui pembicaraan lisan, cetakan, grafik, peta dan diagram dalam penjelasan gagasan/ide.

e. Tujuan Mata Pelajaran IPS di Sekolah

Mata pelajaran perkembangan sosial di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga kini sehingga siswa memiliki kebangsaan sebagai bangsa Indonesia.

Adapun tujuan pembelajaran IPS adalah (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global.

(33)

Fajar (2017:110), mengemukakan tujuan mata pelajaran IPS di SD dan MI sebagai berikut:

1. Mengajarkan konsep-konsep dasar Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis:

2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial;

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

4. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Secara umum tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut :

1. Aspek Pengetahuan/pengertian, yang meliputi: (1) Menguasai pengetahuan tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal; (2) Menguasai pengetahuan tentang fakta–fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut; (3) Menguasai pengetahuan tentang unsur–unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau; (4) Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa–

peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini; (5) Menumbuhkan pengertian tentang hubungan antara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secara intrinsik); (6) Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan

(34)

fakta lebih penting dari pada fakta–fakta yang berdiri sendiri; (7) Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh – pengaruh sosial kultural terhadap peristiwa sejarah; (8) Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural masyarakat; dan (9) Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang.

2. Aspek Pengembangan sikap, yang meliputi: (1) Penumbuhan kesadaran sejarah pada siswa terutama dalam artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup); (2) Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa; (3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau; dan (4) Penumbuhan kesadaran akan perubahan–perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

3. Aspek keterampilan yang meliputi: (1) Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan pengembangan kemampuan dasar di kalangan siswa berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta merangkaikan fakta–fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis; (2) Keterampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah–

(35)

masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain–lain; (3) Keterampilan menelaah secara elementer buku – buku terutama yang menyangkut keanekaragaman IPS dan sejarah; (4) Keterampilan mengajukan pertanyaan– pertanyaan produktif di sekitar masalah keanekaragaman IPS dan sejarah; (5) Keterampilan mengembangkan cara–cara berpikir analitis tentang masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakatnya; dan (6) Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

4. Metode Resitasi

a. Pengertian Metode Resitasi

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah metode resitasi. Metode resitasi adalah suatu metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar kemudian hasilnya harus dipertanggungjawabkan.

Save M. Dagun dalam Supriadi (2012:46) mengatakan bahwa resitasi (sebagai istilah psikologi) disebut sebagai metode belajar yang mengombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri. Djamarah dalam Supriadi (2012:46) mengemukakan bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas tersebut dikerjakan.

(36)

Sumantri dalam Hamdayama (2014:59) mengemukakan metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok.

Adapun menurut Supriadie dalam Hamdayama (2014:62) bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikan sesuatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba; sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai.

Kemudian menurut Sagala dalam Hamdayama (2014:62) bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya.

Dari kelima pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan ajar dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan dilakukan dimana saja secara perorangan maupun perkelompok kemudian harus dipertanggungjawabkan. Metode ini diberikan karena dirasakan banyak bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.

(37)

Tugas dan resitasi tidak sama dengan Pekerjaan Rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi biasanya dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara berkelompok. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik akan berbagai jenis, bergantung pada tujuan yang akan dicapai;

seperti meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan) tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas diloboratorium, dan lain-lain.

Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Di samping itu, untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas yang akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan siswa di luar sekolah.

Dalam metode resitasi ini, siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain. Dengan demikian, akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa. Selain itu, metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri-sendiri suatu masalah dengan jalan membaca

(38)

sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka ingat.

Dalam percakapan sehari-hari, metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya metode ini terdiri atas tiga fase, antara lain (a) pendidik memberi tugas, (b) anak didik melaksanakan tugas (belajar), (c) siswa mempertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari (resitasi). Dalam istilah lain, metode ini sering juga disebut dengan metode pemberian tugas.

Metode ini mengandung tiga unsur, yakni:

1. Pemberian tugas 2. Belajar

3. Resitasi

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut, siswa belajar mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasa disingkat metode rasitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut.

(39)

Resitasi sering disamakan dengan “home work” (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan Rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekadar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi, resitasi lebih luas daripada home work. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu:

1. Mempunyai unsur tugas;

2. Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya; dan 3. Mempunyai unsur didaktis pedagogis.

Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bemaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan pandangan modern, tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dlaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan untuk:

1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima;

(40)

2. Melatih siswa ke arah belajar mandiri;

3. Siswa dapat membagi waktu secara teratur;

4. Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas;

5. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas; dan

6. Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.

b. Fase-Fase Metode Resitasi

Kegiatan resitasi (penugasan) merupakan kegiatan untuk memperoleh penugasan materi diajarkan lebih mantap. Oleh karena itu, menetapkan rancangan langkah-langkah resitasi (penugasan) merupakan tahap yang sangat penting dilihat dari segi kemantapan penugasan materi dan peningkatan kwalitas belajar. Dalam membahas rancangan kegiatan resitasi (penugasan), berturut-turut akan dibahas rancangan perencanaan guru, rancangan pelaksanaan metode resitasi, dan rancangan penilaian resitasi. Menurut Djamarah dalam Hamdayama (2012:86), langkah-langkah yang harus diikuti dalam menggunakan metode resitasi (penugasan) adalah sebagai berikut:

1. Fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal berikut:

a) Tujuan yang akan dicapai.

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

c) Sesuai dengan kemampuan siswa.

(41)

d) Ada petunjuk/sumber yang dapat membaantu pekerjaan siswa.

e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

2. Fase pelaksanaan tugas, meliputi langkah-langkah berikut:

a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.

b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

c) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang Ia peroleh dengan baik dan sistematis.

3. Fase mempertanggungjawabkan tugas. Hal yang harus dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut:

a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

b) Ada tanggung jawab/diskusi kelas.

c) Penilaian hasil pekerjan siswa baik dengan tes maupun dengan nontes atau cara lainnya. Rancangan penilaian ditetapkan harus menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan resitasi (penugasan).

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi Kelebihan metode resitasi adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilaksanakan pada berbagai materi pembelajaran;

2. Melatih daya ingat dan hasil belajar peserta didik;

3. Jika tugas individu dapat melatih belajar mandiri peserta didik dan jika tugas kelompok melatih belajar bersama menguasai materi;

4. Mengembangkan kreativitas peserta didik;

5. Meningkatkan keaktifan belajar peserta didik; dan

(42)

6. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik baik dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan, banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk hidup mereka.

Adapun kekurangan metode resitasi adalah sebagai berikut

1. Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;

2. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan;

3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual;

4. Sulit mengukur keberhasilan belajar peserta didik;

5. Tugas yang sulit dapat mempengaruhi mental peserta didik;

6. Tugas-tugas yang banyak dan sering diberikan akan membuat peserta didik merasa terbebani dalam pembelajaran; dan

7. Tugas rumah sering dikerjakan orang lain, sehingga peserta didik tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Djamarah dalam Hamdayama (2014:188) mengemukakan kelebihan metode resitasi (penugasan) diantaranya: (1). Lebih merangsang siswa melakukan aktivitas individual atau berkelompok; (2). Dapat memgembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dan (3). Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

Djamarah dalam Hamdayama (2014:188) juga mengemukakan kekurangan resitasi diantaranya:

1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain.

(43)

2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat me- nimbulkan kebosanan siswa.

B. Kerangka Pikir

Hasil pembelajaran IPS biasanya lebih rendah dari mata pelajaran lain.

Salah satu penyebababnya adalah karna guru hanya mengeluarkan satu jurus saja, yaitu ceramah. Guru tidak berani mencoba menerapkan metode yang lain karna para guru beranggapan bahwa metode ceramah inilah yang paling efektif tanpa mempedulikan apakah siswa mengerti tentang materi yang disampaikan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk bertanya atau mencari sendiri sehingga menyebabkan hasil belajar siswa biasa-biasa saja atau rendah. Salah satu metode yang cocok diterapkan dalam pembelajaran adalah metode resitasi yang mana siswa diberikan tugas sehingga siswa memperoleh kesempatan untuk mencari sendiri ilmu yang ingin diketahui entah itu dilakukan di dalam kelas, di luar kelas namun tetap dalam lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (rumah).

Dalam penelitian ini dikaji tentang pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa SD Inpres Banga-Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Untuk mengetahui hal tersebut penelitian ini dirancang melalui penelitian pre-experimental Designs (Nondesigns)dengan desain penelitian yang digunakan adalah“One-Group Pretest-Posttest Design”

(44)

Pembelajaran IPS

Penerapan metode resitasi

Hubungan antara hasil belajar siswa dengan pengaruh metode resitasi dapat dilihat dari skema kerangka pikir berikut:

Bagan 2.1. Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Jadi suatu hipotesis masih merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang kebenarannya

Tidak berpengaruh Berpengaruh

Analisis

(45)

masih perlu adanya pembuktian lebih lanjut. Hipotesis yang penulis ajukan adalah ada pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa SD Inpres Banga- Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Lokasi Penelitian 1. Desain Penelitian

Penelitian inimenggunakan penelitianpre-experimental Designs (Nondesigns)yang akan mengkaji tentang pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar siswa SD Inpres Banga-Banga. Desain penelitian yang digunakan adalah“One-Group Pretest-Posttest Design”Dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test.

Pre-test Treatment Post-test

T1 X T2

(Sumber: Sugiyanto, 1995 : 21)

Keterangan :

: Pengukuran pertama sebelum subjek diberi perlakuan (pre-etest) X : Treatment atau perlakuan (Penggunan Metode Resitasi)

T2 : Pengukuran kedua setelah subjek diberi perlakuan(post-test) Adapun prosedur pelaksanaan penelitian, mulai dari penentuan subjek penelitian, pre-test, perlakuan berupa penerapan metode resitasi dan post-test adalah sebagai berikut:

31

(47)

1. Penentuan subjek eksperimen dilakukan terhadap Siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

2. Pelaksanaan Pre-test terhadap subjek penelitian berupa pemberian soal evaluasi IPS.

3. Pemberian perlakuan berupa penerapan pembelajaran Metode Resitasi.

4. Pelaksanaan Post-test terhadap subjek penelitian berupa pemberian soal evaluasi IPS.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian berdasarkan judul penelitian adalah Sekolah Dasar Inpres Banga-Banga yang beralamatkan di Banga-Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut populasi adalah keseluruhan siswa di SD Inpres Banga-Banga. Jumlah siswa SD Inpres Banga-Banga adalah 90 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Siswa SD Inpres Banga-Banga tahun 2018

No. Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 I 7 10 17

2 II 6 6 12

3 III 11 7 18

4 IV 6 7 13

5 V 6 8 14

6 VI 11 5 16

Jumlah 47 43 90

(Sumber: Data SD Inpres Banga-Banga Kec. Barru Kabupaten Barru tahun 2018)

(48)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang (Nonprobability Sampling) dengan tehnik pengambilan sampel purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan dan sesuai dengan kriteria yang dikehendaki peneliti (Nursalam,2013). Jadi yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 14 orang, yaitu 6 orang laki-laki dan 8 orang perempuan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoadmodjo, 2002). Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti:

1) Anak usia sekolah.

2) Siswa SD Inpres Banga-Banga Kelas V.

3) Pembelajaran di kelas tersebut tidak menggunakan kurikulum 2013.

b. Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek peneltian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoadmodjo, 2002), yang meliputi:

1) Siswa SD Inpres Banga-Banga kelas I, II, III, IV dan VI.

2) Tidak bersedia jadi responden.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam

(49)

lingkup objek penelitian/objek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitan ini adalah penggunaan metode resitasi pada mata pelajaran IPS Siswa SD Inpres Banga-Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

b. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator- indikator yang membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Jenis

Variabel Definisi Indikator

Metode Resitasi (X)

Metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan ajar dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan dilakukan dimana saja secara perorangan maupun perkelompok

kemudian harus

dipertanggungjawabkan.

a. Meperhatikan

tugas yang

diberikan oleh guru.

b. Menjawab

pertanyaan dari

tugas yang

diberikan oleh guru.

c. Menyalin tugas dengan baik dan rapi.

d. Mempertanggung- jawabkan tugas.

(50)

Hasil Belajar (Y)

Hasil belajar adalah kemapuan- kemapuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

1. Ranah Kognitif a. Pengetahuan b. Pemahaman c. Penerapan d. Analisis e. Evaluasi 2. Ranah Apektif

a. Penerimaan b. Menjawab/

menanggapi c. Penilaian d. Organisasi 3. Ranah

Psikomotorik a. Gerakan pokok b. Gerakan umum c. Gerakan kreatif

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode penggumpulan data yaitu, metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaaan dan jumlah siswa SD Inpres Banga-Banga Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Adapun metode tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis. Tes tulis dilakukan pada proses pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan atau pemahaman murid terhadap materi yang diberikan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih

(51)

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah.

Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitianini adalah tes hasil belajar IPS berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 nomor.

Soal pilihan ganda sebanyak 15 nomor yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal yang diambil dari buku pelajaran IPS Kelas V sehingga Penulis tidak perlu lagi melakukan uji validitas dan reliabilitas karena soal-soal tersebut dianggap sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

Menurut Arikunto (2013:144) validitas adalah alat yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya intrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Menurut Riadi (2017) reliabilitas adalah keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur dalam suatu prosedur pengukuran. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: metode tes ulang (test re- testestimatereliability), metode bentuk paralel (equivalent), dan metode gabungan (parallel

formandalternativeformreliabilityestimate).

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan analisis hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel independen dan variabel dependen.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sebelum dan sesudah perlakuan berupa

(52)

penerapan metode resitasi. Untuk kepentingan tersebut, maka dilakukan perhitungan rata-rata tentang hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS berdasarkan hasil tes, dengan rumus:

Me =

Xi

n (Tiro, 2008: 120)

Keterangan:

Me : Mean (rata-rata)

: Jumlah

Xi : Nilai X ke i sampai ke n N : Banyaknya subjek

Hasil belajar sebelum dan sesudah dengan metode resitasi dapat dianalisis dengan teknik analisis presentase dengan rumus sebagai berikut:

P =

f

x 100% (Tiro, 2004: 242)

N Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Jumlah subjek eksperimen

(53)

Untuk mendapatkan hasil gambaran yang jelas tentang hasil belajar IPS siswa maka dibutuhkan 5 kategori penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.3 Tabel Kategori Penilaian

Kategori Interval Sangat Tinggi 85-100

Tinggi 65- 84

Sedang 55- 64

Rendah 35-54

Sangat Rendah 0-34

(Sumber: Sugiyono, 2004 : 73)

2. t-tes

Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian mengenai perbedaan hasil belajar siswa kelas V dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara sebelum dan sesudah penerapan metode resitasi, maka digunakan rumus t-test, yang dikemukakan oleh Arikunto (2013: 351) yaitu:

Keterangan:

Md = perbedaan mean pre-test dan post-test

= deviasi masing-masing subjek (d-Md)

= jumlah kuadrat deviasi

N = jumlah subjek pada sampel

(54)

Jika thitung > ttabel dengan db = n – 1 dapat disimpulkan ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Burancie. Sedangkan jika thitung < t tabel dengan db = n – 1 dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan menggunakan pra-eksprimen yang dilakukan terhadap 14 siswa mengenai penerapan metode resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD Inpres Banga-Banga, dimana datanya diperoleh melalui instrumen tes hasil dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan uji hipotesis penelitian.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) digunakan metode resitasi terhadap siswa kelas V di SD Inpres Banga-Banga.

Kegiatan pre-test berlangsung pada hari Selasa tanggal 7 Agustus 2018, dan pos-ttest pada hari Senin tanggal 20 Agustus 2018. Hasil pre-test dan post-test mengenai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Banga-Banga disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS

No Statistik

Nilai Statistik Pre-Test Post-Test

1 Jumlah Sampel 14 14

2 Nilai tertinggi (Maximum) 86,6 100

40

Referensi

Dokumen terkait

Mohon agar seluruh peserta pelamar CPNS BPPT 2017 yang telah lulus seleksi.. administrasi, agar selalu memantau pengumuman selanjutnya melalui

Selanjutnya sebelum membuat gulungan kumparan terlebih dahulu dibuat rancangan sesuai kondisi motor yang telah dibongkar sehingga akan diperoleh kebutuhan material,

Limbah kayu jabon dan limbah serat kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat bahan bakar alternatif dalam bentuk briket arang. Dari pengujian daya

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmad, taufiq, hidayah serta inayahNya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat

Semua perubahan dalam aset atau kewajiban yang dibarengi dengan perubahan dalam ekuitas. Semua perubahan dalam aset atau kewajiban yang tidak dibarengi

Menyampaikan keberatan terhadap Data Tenaga Honorer Kategori II di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang telah diumumkan, atas nama :.. Demikian penyampaian

Peta sebagaimana dimaksud pada Pasal ini adalah Peta wilayah Kecamatan Petak Malai dan Kecamatan Bukit Raya yang dibuat dalam bentuk lampiran Perda ini dan merupakan

Abstrak— Becak wisata kota Blitar adalah sarana transportasi wisata dalam berkeliling mengunjungi objek wisata kota Blitar, sebagai transportasi utama dalam tujuan wisata maka