• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MODEL MANAJEMEN MUTU DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL HUDA JAMBESARI DARUSSHOLAH BONDOWOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of MODEL MANAJEMEN MUTU DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL HUDA JAMBESARI DARUSSHOLAH BONDOWOSO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

11

MODEL MANAJEMEN MUTU DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL HUDA

JAMBESARI DARUSSHOLAH BONDOWOSO Abdul Haq AS1, Wafi Ali Hajjaj2, Zainuddin3

1,2,3Dosen STAI At Taqwa Bondowoso

Naskah diterima: 15 Juni 2021, direvisi: 17 Juli 2021, diterbitkan: 11 Agustus 2021 ABSTRACT

Darul Huda Islamic Boarding School as an Islamic Education institution that plays a role in educating the people both mentally and spiritually, has been around for more than a century, which is an interesting thing, because the age of the pesantren which has reached more than a century, is still able to survive to this day. these pesantren have well-established management concepts and models. Apart from the above, with its courage the Darul Huda Islamic Boarding School also innovated its management from classical management to modern management, this is evidenced by the foundational leadership style applied at the pesantren. With well-established management, the Darul Huda Islamic boarding school has earned the public's trust to always educate, foster and guide their sons and daughters. Based on the results of the interim research it can be concluded that: 1) Quality Management in Material Development for Darul Huda Islamic Boarding School Jambesari Darussholah Bondowoso First, Material Development Planning is carried out in a way. prepared by the curriculum development team, b). material in the field of Ubudiyah and students' skills, c). syllabic system and d). utilizing information and communication technology, second, Implementation of Material Development by means of, Application of general and language religious lessons, third, Evaluation of Material Development can be carried out on learning processes and outcomes, 2). Quality Management in the Development of Teaching Methods by applying Non-Classical and Classical models. 3). Quality Management in the Development of Educators at Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso Islamic Boarding School, first, Planning for Educator Development by upholding discipline second, recruitment and selection of Ustadz, second, Implementation of Educator Development includes the division of educator tasks and developing educator careers, third, Evaluation of Educator Development is carried out by Direct supervision of pesantren.

Keywords: Quality Management Model, Islamic Boarding School Education System ABSTRAK

Pesantren Darul Huda sebagai lembaga Pendidikan Islam yang berperan dalam mencerdasan kehidapan umat baik secara mental ataupun spiritual, telah berdiri sekitar lebih satu abad lebih, adalah suatu hal yang menarik, karena usia pesantren yang mencapai lebih dari satu abad, masih mampu bertahan hingga saat ini. pesantren tersebut memiliki konsep dan model manajemen yang mapan. Disamping hal di atas, dengan keberaniannya Pesantren Darul huda juga menginovasi manajemennya dari manajemen klasik menjadi manajemen modern, hal tersebut dibuktikan dengan gaya kepemiminan yayasan yang diterapkan di pesantren tersebut. Dengan manajemen yang mapan pula, pesantren Darul Huda mendapatkan kepercayaan masyarakat untuk senantiasa mendidik, membina dan membimbing putra dan puteri mereka.

Berdasarkan hasil penelitian sementara dapat disimpulkan bahwa : 1) Manajemen Mutu Dalam Pengembangan materi Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso Pertama, Perencanaan Pengembangan Materi dilakukan dengan jalan a).disusun oleh tim pengembang kurikulum, b). materi bidang Ubudiyah dan keterampilan santri, c). sistem Silabi dan d). memanfaatkan teknologi informasi dan komonikasi, kedua, Pelaksanaan Pengembangan Materi dengan cara,

(2)

12 Penerapan pelajaran agama pelajaran Umum dan bahasa, ketiga, Evaluasi Pengembangan Materi dapat dilakukan terhadap proses dan hasil belajar,2). Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Metode Pengajaran dengan cara penerapan model Non Klasikal dan Klasikal.3). Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Pendidik Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso, pertama, Perencanaan Pengembangan Pendidik dengan penegakan kedisiplinan kedua, rekrutmen dan seleksi Ustadz, kedua, Pelaksanaan Pengembangan Pendidik meliputi pembagian tugas pendidik dan pengembangan karir pendidik, ketiga, Evaluasi Pengembangan Pendidik dilakukan dengan cara Supervisi langsung pesantren.

Kata Kunci: Model Manajemen Mutu, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren PENDAHULUAN

Pondok Pesantren terus berkembang dari masa ke masa. Terlepas dari semua itu sejak awal keberadaanya, pondok Pesantren telah dipercaya masyarakat sebagai lembaga yang membentuk moral dan intelektual muslim, selain sebagai sarana bagi keberhasilan Islamisasi di Indonesia, lembaga pendidikan Pesantren juga memiliki peran dalam mengajarkan nilai-nilai Islam, bahkan mencetak intelektual muslim yang berhasil mencapai berbagai wahana keislaman yang patut diperhitungkan dalam peta pemikiran Islam.(Hanun, 1999: 149)

Sebagai lembaga pendidikan, peran utama pesantren tentu saja menyelenggarakan pendidikan keislaman kepada para santri. Namun, dari masa ke masa, pesantren tidak hanya berperan dalam soal pendidikan, tetapi juga peran-peran sosial bagi masyarakat di sekitarnya.

Salah satu peran penting pesantren dalam sejarah perjalanan bangsa ini adalah keterlibatannya dalam perjuangan melawan penjajah. Ketika Jepang memobilisir tentara PETA (Pembela Tanah Air) guna melawan Belanda, para kiai dan santri mendirikan tentara Hizbullah. Bambu Runcing yang terkenal sebagai senjata para pejuang kemerdekaan adalah inisiatif dari Kiai Subeki atau Mbah Subki yang kemudian diabadikan sebagai nama pesantren, yakni Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Aribowo, menjelaskan, Kita bisa saksikan beberapa tokoh pedesaan dan pertanian yang menjadi pemimpin perlawanan terhadap rezim hindia belanda berasal dari para guru agama dan kyai haji (KH).(Aribowo, 2001: 69)

Kemudian pada akhir-akhir ini, peran pondok pesantren semakin rigid. Yaitu suatu upaya menciptakan perubahan masyarakat dengan cara pembentukan SDM masyarakat Indonesia, baik dalam sisi kemasyarakatan, ekonomi, budaya lebih-lebih disektor pendidikan. Madjid mengatakan tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren telah banyak memberikan andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.(Madjid, 2000: 10)

Dari lahirnya, hingga di era global ini pesantren mempunyai daya tarik yang khas sebagai institusi pengembangan dan proses pendewasaan peserta didik (tujuan pendidikan), baik dari sosok luarnya, kehidupan sehari-harinya, sistem dan metodenya, isi pendidikanya dan lain sebagainya. Apakah pesantren yang masih bercorak tradisional (konvensional) maupun yang modern yang ada di bumi Indonesia.

Inovasi kearah perbaikan adalah hal yang mesti dilakukan oleh semua lembaga pendidikan, begitupun dengan pesantren. Apakah pesantren yang berbentuk konvensional atau modern. Dalam hal ini, Perubahan pesantren bisa dilihat dari munculnya lembaga formal pendidikan (madrasah dan sekolah umum) didalam pesantren, hingga akhirnya pesantren menjadi sub-sistem dari pendidikan Nasional.

(3)

13 Pendidikan diera modern ini tidak cukup hanya terfokus pada pendidikan moral yang baik saja, tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian dan keterampilan dalam segala hal yang relevan dengan kehidupan yang penuh persaingan. Sehingga pada Muktammar Pondok Pesantren (rabitha ma’ahid pertama pada tahun 1959) ada paradigma yang menyatakan sebagai berikut :

دقلا ىلع ةظفاحملا دخلااو حلاصلا مي

اب حلاصلاا ديدجلا

Artinya : ” Tetap memelihara hal-hal yang lama yang baik dan mengambil hal- hal baru yang lebih baik”(A’la, 2006: vii).

Sedangkan menurut A’la (2006: vii) dalam pengantar bukunya yang berjudul pembaharuan pesantren mengatakan; Tak satupun alasan bagi pesantren untuk hanya

”mempertahankan masa lalu ”tanpa” memikirkan masa ”depan” dan dipertegas untuk mengusulkan tentang hermenutika sebagai metode tafsir terhadap teks sehingga semuanya dapat dikaji dan diuji ulang tanpa mengurangai daya kritisnya, agar pesantren dapat berdialog dengan dunia luar.

Dalam dekade belakangan ini banyak institusi atau lembaga, terutama lembaga pendidikan yang membenahi sekian elemen fungsionalnya untuk improvisasi terhadap tugas kelembagaan, salah satunya ketertiban dan kedisiplinan administrasi dan manajemen. Agar semua element itu bisa berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Begitupun dengan pesantren.Hal senada juga pernah dilontarkan Gus Dur sebagaimana yang dikutip oleh Halim menjelaskan:Pesantren mengalami situasi kejiwaan yang dikenal dengan rasa tidak menentu (keadaan jiwa), keadaan itu disebabkan karena ”Statis atau bekunya struktur sarana-sarana yang dihadapi pesantren pada umumnya, baik sarana yang berupa manajemen atau pimpinan yang trampil maupun sarana material (termasuk keuangan) masih berada pada kuantitas yang sangat terbatas. Sehingga dari kekurangan itu dalam membuat penyelesaian (problem solving) tidak bisa di lihat secara integral (Halim: 2005: 68-69).

Dari sekian fungsi dan tantangan yang ada dalam pesantren diatas cukup menjadi alasan untuk bagaimana pesantren agar tetap bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar termasuk dengan dunia global saat ini. Maka dari sanalah pesantren harus ada prioritas dalam miningkatkan mutu kelembagaan dan tidak hanya berkutat dalam metode klasik saja, tetapi juga harus menuju metode didaktik modern, termasuk didalamnya adalah: Meningkatkan pengelolaan sistem manajemen yang ada dalam pesantren dimana didalamnya berisi tentang: Mengembangkan kurikulum secara berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi pesantren. Pemenuhan sarana dan prasarana pondok pesantren secara memadai demi terselenggaranya proses pendidikan yang efektif dan efesien.Penyetaraan pendidikan pondok pesantren dengan pendidikan diluar pondok pesantren.(Sulthon dan Khusnurridhlo, 2006: 16)

Artinya konsekwensi diatas ini memang harus dilakukan agar pesantren tetap eksis dan tidak ditingggal oleh masyarakat modern. kenapa manajemen termasuk didalamnya? karena kita ketahui bahwa manajemen itu memfungsikan beberapa sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan- tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan megendalikan yang dilakukan untuk menentukan dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui sumber daya lainya. Halim menjelaskan bahwa :

Manajemen sebagai ilmu aplikatif (applied science), yang jika dijabarkan akan menjadi sebuah proses tindakan terkait dengan beberapa hal, antara lain (a) Perencanaan (planning), perencanaan ini mencakup penetapan tujuan, standar,

(4)

14 penentuan aturan-prosedur, dan pembuatan rencana serta ramalan apa yang diperkirakan terjadi. (b) Pengorganisasian (organizing), meliputi pemberian tugas yang terpisah kepada masing-masing pihak, membentuk bagian, mendelegasikan, atau menerapkan wewenang dan mengkoordinir kerja setiap bawahan dalam suatu tim kerja yang solid dan terorganisir. (c) Penggerakan (actuating), yang dilakukan oleh pihak pimpinan melalui sarana komunikasi, pemberian instruksi secara aktif dalam menjadikan organisasi yang dinamis. (d) Pengawasan (controlling), pengendalian atau juga disebut sebagai evaluasi dilaksanakan terhadap proses yang telah berjalan.

Apakah cara dan arah tujuannya sudah sesuai? yang hal ini dilakukan oleh pihak pimpinan.(Halim, 2006: 71-72)

Untuk itu proses manajemen yang perlu segera dilakukan adalah terkait dengan perencanaan dalam pondok pesantren itu sendiri termasuk di dalamnya adalah profil lulusannnya dalam rangka menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan tantangan masa depan. Pada era sekarang ini pun seperti yang disinyalir oleh E. Mulyasa, dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh.(Mulyasa, 2005:

31) Oleh sebab itu, perencanaan pendidikan dan mutu lulusan merupakan upaya untuk merespon tuntutan perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga lulusan yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dengan demikian, antara manajemen dan mutu pendidikan merupakan perpadua entitas yang tidak bisa dipisahkan menjadi bagian yang berdiri sendiri.

Keduanya merupakan dua hal yang integral dalam pengelolaan pondok pesantren mulai dari input, proses dan output. (Minarti, 2011: 18)

Terkait dengan hal itu, ada hal menarik yang membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso, yang notabene merupakan pesantren yang sudah berusia lebih dari setengah abad, berupaya mengantisipasi program-programnya dalam mencapai tujuan jangka panjang dan tujuan strategis peningkatan mutu pendidikannya.

Pesantren Darul Huda sebagai lembaga Pendidikan islam yang berperan dalam mencerdasan kehidapan umat baik secara mental ataupun spiritual, telah berdiri sekita lebih 198 tahun yang lalu atau lebih dari satu Abad. Adalah sesuatu yang menarik, karena usia pesantren yang mencapai lebih setengah abad, masih mampu bertahan hingga saat ini. Hal itu terjadi, tentunya karena pesantren tersebut memiliki konsep dan format manajemen yang mapan yang membuatnya mampu bertahan hingga saat ini.

Disamping hal di atas, dengan keberaniannya Pesantren Darul huda juga menginovasi manajemennya dari manajemen klasik menjadi manajemen modern, hal tersebut dibuktikan dengan gaya kepemiminan yayasan yang diterapkan di pesantren tersebut.

Dengan manajemen yang mapan pula, pesantren Darul Huda mendapatkan kepercayaan masyarakat untuk senantiasa mendidik, membina dan membimbing putra dan puteri mereka. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah santri dari tahun ke tahun.

Bahkan dalam perbincangan dengan salah satu tokoh masyarakat Dusun Gajaz Desa Pengarang mengatakan bahwa pesantren darul huda telah banyak memberikan kontribusi terhadap masyarakat, hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan majlis ta’lim dan acara-acara keagaman dan social kemasyarakatan. sehingga masyarakat sekitar

(5)

15 pesantren merasa Pesantren Darul Huda punya tanggung jawab untuk senantiasa mendukung dan ikut serta dalam mengembangkan Pondok Pesanten Darul Huda.

Lain dari itu, pernyataan menarik dari salah satu mantan “Bajingan” Desa Pengarang mengatakan bahwa Dia berhenti menjadi banjingan karena adanya peran pesantren yang telah menyadarkan dirinya untuk bertaubat dan kembali pada jalan yang benar.

Dari berbagai keunikan diatas, membuktikan bahwa Pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso telah menerapkan asas fungsi manajemen terutama pada asas perencanaan sesuai dengan proporsionalitas yang tinggi serta juga menempatkan profesionalitas pada masing-masing bidang secara strategis. Dan hal ini membawa suatu tatanan organisasi pendidikan yang mengedepankan pada aspek manajerial yang mapan pada setiap keputusan yang teraplikasikan pada program sekolah. Namun, di satu sisi Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso menampakkan otoritas yang tinggi pada aspek manajerial organisasi pendidikan. Oleh sebab itu, bertolak dari deskripsi tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penelitian yang berjudul “Konsep Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso” dalam menemukan titik relevansinya dengan dunia yang riil sebagai kajian yang aktual dalam moment perubahan yang terjadi ini.

Dalam hal ini peneliti mengangap judul tersebut sangat penting dan menarik untuk diangkat kepermukaan, karena berkenaan dengan pembagian tugas maupun fungsi pengelolaan dari tiap-tiap satuan pendidikan di pesantren. Sehingga nantinya dapat digambarkan secara akurat tentang sistem yang berlaku di pondok pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholeh Bondowoso. Walau dalam hal ini masih ada asumsi, bahwa kehidupan pesantren masih tetap pada budaya lama dengan ciri sistem pendidikan, kurikulum, metode serta model manajemen yang lama, sehingga penelitian ini perlu untuk dilaksanakan.

Agar pesantren tetap di minati oleh masyarakat, pengasuh pesantren punya peran penting dalam mengembangkan Sumber daya manusia (SDM) yang ada, SDM di sini adalah guru (ustadz dan ustadzah) dan pengurus.Kualitas SDM yang diperlukan pada era yang serba modern seperti sekarang ini tentunya tidak akan lahir dalam waktu sekejap tetapi merupakan proses yang didalamnya diperlukan program pendidikan yang diarahkan pada persiapan dan pengembangan kualitas SDM yang sesuai dengan transformasi sosial yang sangat cepat tersebut. Perubahan-perubahan tersebut menuntut SDM untuk memulai pekerjaan secara berbeda dengan menerapkan peraturan-peraturan baru sehingga dapat memprediksi kondisi yang bergejolak. SDM dituntut untuk mengelola karir mereka sendiri karena perubahan dan kemampuan adaptasi merupakan hal penting yang dikendalikan oleh individu dan bukan dikendalikan oleh organisasi.(Anatan, 2007: 123)

Berkaitan dengan upaya pengembangan SDM di pesantren, agar mampu hidup dan berkembang, serta dapat bersaing dengan lembaga pesantren yang lain. Mastuhu telah menawarkan beberapa alternatif, yakni suatu pesantren akan eksis dan d niminati oleh masyarakat apabila lembaga tersebut mampu: (1) Merespon kebutuhan peserta didik (santri), kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan pembangunan nasional, dan relevan dengan pandangan hidup bangsa serta ajaran agama masyarakat. (2) Sistem pendidikan yang dikembangkan adalah mampu menumbuhkan kemampuan peserta didik sesuai dengan kecenderungannya sehingga dapat bekerja untuk menghidupi diri dan keluarganya tersebut. (3) Memberikan pedoman moral sesuai dengan keyakinan dan tantangan zamannya sehingga peserta

(6)

16 didik mampu hidup hormat dan disegani dalam tata pergaulan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat. (4) Mampu mengembangkan keterampilan dan budi pekeri luhur peserta didik sesuai dengan agama, kepercayaan, budayanya. (Mastuhu, 1994:

41)

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. (Moeleong, 2006: 14-15) Sedangkan jenis Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan bentuk penelitian studi kasus (case study) yaitu penelitian.(Moeleong, 2006: 131) yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.

Kehadiran peneliti dilakukan dengan cara terjun langsung di lokasi pondok pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso dan menemui pengasuh dan mengadakan komunikasi dengan jajaran pengurus, guru dan pihak-pihak yang ikut andil dalam pengembangan pondok pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso. Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Darul Huda Jambesari Darus Sholah Bondowoso dengan bidang kajian utamanya masalah Model manajemen mutu dan implikasinya terhadap pengembangan sistem pendidikan. Oleh sebab itu penelitian ini dilengkapi dengan hasil penelitian tentang kondisi pesantren yang diteliti berupa manajemen pesantren dan sistem pendidikan pesantren.

Penentuan lokasi tersebut karena keunikan dari pesantren itu sendiri dan keberadaan pesantren yang sudah mencapai lebih dari setengah abad dan masih bertahan hingga saat ini.

Dalam upaya menemukan data tentang Konsep Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso. maka sumber data penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu manusia (person), suasana (place) dan dokumen (paper). (Arikunto, 2006: 129)

Teknik Pengumpulan Data menggunakan Observasi,Wawancara dan Dokumentasi dengan analisis menggunakan Teknik Analisis Data Miles and Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication. (Mantia, 1997: 57) sedangkan Teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data ialah menggunakan metode Trianggulasi sumber dan teknik.

HASIL DAN DISKUSI

A. Konsep Dasar Manajemen Mutu

Dari definisi kata manajemen dan mutu tersebut, maka manajemen mutu dapat dipahami sebagai keseluruhan aktifitas dari fungsi-fungsi manajemen yang menentukan kebijaksaan mutu, tujuan dan tanggung jawab. Fungsi-fungsi manajemen tersebut terimplementasikan dalam bentuk perencanaan mutu, pengendalian mutu, penjaminan mutu dan peningkatan mutu.

Manajeman mutu dalam pendidikan telah dinyatakan oleh Sallis, bahwa

“Quality management is about creating a quality culture where the aim of everymember of staff is to delight their customer and where the structure of theirorganizations allow to do so”.

Mengandung pengertian bahwa manajemen mutu (quality management) berhubungan

(7)

17 dengan penciptaan budaya kualitas, dimanapendidik dan staf berusaha menyenangkan hati pelanggan sesuai dengan tujuan organisasi. (Sallis, 2006: 119)

Joseph M. Juran juga memaparkan manajemen “mutu” sebagai “tepat untuk pakai” dan menegaskan bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah adalah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat.(Arcaro, 2007: 9)

Dalam menghasilkan produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi rancangan produk diproses sesuai dengan prosedur dan tehnik untuk mencapai harapan pelanggan. Penggunaan metode ilmiah dalam menganilisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam pencapaian tujuan yaitu memberikan kepuasan pada pelanggan.Untuk bisa menyenangkan konsumen dalam pendidikan maka perlu perbaikan program sekolah yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif, dan yang paling penting adalah bagaimana mutu dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah agar para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik dengan adanya inovasi yang ditimbulkan oleh manajemen mutu.

Menurut Burhanuddin konsep dasar manajeman mutu lebih memusatkan perhatian pada upaya penggerakan dan pemberdayaan sumber daya manusia (human resource empowering and motivating.(Burhanuddin2004: 5) Kepuasan pelanggan merupakan fokus dari pelaksanaan manajeman mutu. Filosopi ini menyebabkanbeberapa implikasi yang sangat besar dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu dibandingkan dengan system manajeman konvensional. Kepuasan pelanggan yang dimaksud adalah kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal, sehingga penentuan visi dan tujuan arus selalu melibatkan pelanggan.

B. Prinsip-prinsip manajeman mutu

Prinsip-prinsip manajeman mutu yang dikemukakan oleh Sallis dalam buku Total Quality Management in Education adalah :

1. Perbaikan Terus-menerus

Adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya.Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik.TQM bukan merupakan sekumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan praktis danhati-hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsistendalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti sehingga tujuan organisasi dapat tercapaidan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut.

Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanendalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan ’kelayakan’ jangka pendek menujutujuan ‘perbaikan’ mutu jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secarakonstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekkanTQM, akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus.(Sallis, 2006: 78)

TQM diwujudkan dalam rangkaian proyek-proyek bersekala kecil. Jepang memiliki satu kata dalam yang menjelaskan pendekatan perbaikan terus- menerus ini: kaizen. Terjemahan bebas dari istilah ini adalah perbaikan sedikit demi sedikit (step bystep improvement). Filosofi TQM memang bersekala besar,

(8)

18 inspirasional dan menyeluruh, namun implementasinya praktisnya justru bersekala kecil, sa ngat praktis, dan berkembang. Intervensi drastis tidak sesuai dengan semangatperubahan yang ada dalam TQM. Skema yang muluk-muluk tidak akan menimbulkan kemajuan, sebab hal sedemikian sering terjebak pada kurangnya sumber daya, dan buntutnya sumberdaya bisa mengakibatkan sinisme dan ketidak-puasan.

2. Perubahan Kultur

TQM memerlukan perubahan kultur. Ini terkenal sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Ada dua hal penting yang diperlukan staf untuk menghasilkan mutu.

Pertama, staf membutuhkan lingkungan yang cocok untuk berkerja.

Mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan mereka harus berkerja dengan system dan prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik, staf memerlukan lingkungan yang mendukungdan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukanpemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan membimbing merekauntuk meraih sukses yang lebih besar. Motivasi untuk melakukan pekerjaan yangbaik adalah hasil dari sebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfir lingkungan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta memberdayakan setiap individudi dalamnya.(Sallis, 2006: 78)

3. Profesionalisme dan Fokus Pelanggan

Pelatihan guru dalam konsep-konsep mutu merupakan elemen penting dalam upaya mengubah kultur. Staf harus paham bagaimana mereka dan muridnya dapat memeperoleh manfaat dari fokus terhadap pelangan. Mutu terpadu bukan sekedar membuat pelanggan senang dan tersenyum. Mutu terpadu adalah mendengarkan dan berdialog tentang kehawatiran dan aspirasi pelanggan.

C. Mutu Pembelajaran

Pendidikan adalah pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Ia tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi konstibusi yang substansial bagi mutu dalam pendidikan.Instutusi pendidikan memiliki kewajiban untuk membuat pelajar sadarterhadap variasi metode pembelajaran yang diberikan kepada mereka. Miller,Downer dan Inniss bersepakat dalam buku mereka, improving, Quality in Further Education. Argumen mereka, yang berlaku terhadap berbagai bentuk institusi,menegaskan bahwa institusi harus memberikan beberapa model pembelajaran terhadap para pelajar, sehingga mereka memilih kesempatan untuk meraih sukses secara maksimal.

D. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan materi Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Pertama,Perencanaan Pengembangan Materi.Manajemen Mutu Dalam Pengembangan materi Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso dengan Perencanaan Pengembangan Materi adalah pertama, Perencanaan pengembangan materi pesantren disusun oleh tim pengembang kurikulum, kedua, Perancanaan pengembangan materi pesantren dirahkan pada materi bidang Ubudiyah dan keterampilan santri, ketiga, Perancanaan pengembangan

(9)

19 materi pesantren dengan sistem Silabi dan keempat Perancanaan pengembangan materi pesantren memanfaatkan teknologi informasi dan komonikasi dalam Pembelajaran Pesantren.

Kedua,Pelaksanaan Pengembangan Materi,Pengembangan materi di Pondok pesantren Darul Huda diterapkan dengan cara,Penerapan Ilmu pelajaran agama,Penerapan Ilmu pelajaran Umum dan Perapan Ilmu bahasa,ketiga,Evaluasi Pengembangan Materi Evaluasi hasil pembelajaran materi pesantren dapat dilakukan terhadap proses dan hasil belajar, dimana evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi santri dalam pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi santri.

Dalam evaluasi proses hasil belajar santri di PP.Darul Huda dilakukan deng cara evaluasi empat tahap, mulai dari evaluasi harian, evaluasi tengah semester, evaluasi akhir semester dan evaluasi kenaikan kelas. Evaluasi belajar pengetahuan (kognitif) dilakukan denga ujian tulis,lisan dan isian pertanyaan, Evaluasi belajar sikap (afektif) dilakukan dengandaftar isian sikap dari diri sendiri yang disesuaikan dengan program dan Evaluasi belajar keterampilan (psikomotor) dilakukan dengan ujian praktis,analisis keterampilan.

E. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Metode Pengajaran Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Pengembangan metode pengajaran di Pondok Pesantren Darul Huda dilaksanakan dengan cara penerapan model Non Klasikal dan Klasikal. Sistem Non Klasikal diterapkan dengan cara mengajarkan ilmu agama terhadap santri dengan ada penjenjangan atau sistem pembagian kelas.Sistem klasikal Pada model ini, sudah ada penjenjengan atau sistem kelas. Sistem ini diterapkan di Pondok pesantren Tsanawiyah, Aliyah dan Diniyah.Kombinasi antara Metode pengajaran murni pondok pesantren dengan metode pengajaran modern.

F. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Pendidik Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Dalam pengembangan pendidik, pesantren Darul Huda melaksanakannya dengan tiga hal yaitu : Pertama,Perencanaan Pengembangan Pendidik pendidik ; Dalam hal merencanakan mutu pendidik di PP.Darul Huda yang lakukan adalah pertama, penegakan kedisiplinan terhadap civitas Pesantren kedua, rekrutmen dan seleksi Ustadz. Kedua,Pelaksanaan Pengembangan Pendidik Pelaksanaan Pengembangan Pendidik meliputi pembagian tugas pendidik dan pengembangan karir pendidik yang meliputi penigkatan kualitas melalui pelatihan, workshop dan seminar.Keempat,Evaluasi Pengembangan Pendidik.Evaluasi pengembangan pendidik dilakukan dengan cara Supervisi langsung pesantren pesantren dengan memonitoring setiap kegiatan dan Evaluasi Kinerja bagi Ustadz.

KESIMPULAN

1. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan materi Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Pertama, Perencanaan Pengembangan Materi dilakukan dengan jalan a).Perencanaan pengembangan materi pesantren disusun oleh tim pengembang kurikulum, b).Perancanaan pengembangan materi pesantren dirahkan pada materi bidang Ubudiyah dan keterampilan santri, c).Perancanaan pengembangan materi pesantren dengan sistem Silabi dan d).Perancanaan pengembangan materi

(10)

20 pesantren memanfaatkan teknologi informasi dan komonikasi dalam Pembelajaran Pesantren, kedua, Pelaksanaan Pengembangan Materi dengan cara, Penerapan Ilmu pelajaran agama,Penerapan Ilmu pelajaran Umum dan Perapan Ilmu bahasa, ketiga, Evaluasi Pengembangan Materi dapat dilakukan terhadap proses dan hasil belajar.

2. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Metode Pengajaran Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Pengembangan metode pengajaran di Pondok Pesantren Darul Huda dilaksanakan dengan cara penerapan model Non Klasikal dan Klasikal lebih jelasnya sebagaimana berikut ini pertama, Sistem Non Klasikal diterapkan dengan cara mengajarkan ilmu agama terhadap santri dengan ada penjenjangan atau sistem pembagian kelas, kedua, Sistem klasikal Pada model ini, sudah ada penjenjengan atau sistem kelas. Sistem ini diterapkan di Tsanawiyah, Aliyah dan Diniyah dan ketiga, Kombinasi antara Metode pengajaran murni pondok pesantren dengan metode pengajaran modern.

3. Manajemen Mutu Dalam Pengembangan Pendidik Pondok Pesantren Darul Huda Jambesari Darussholah Bondowoso

Dalam pengembangan pendidik, pesantren Darul Huda melaksanakannya dengan tiga hal yaitu : pertama, Perencanaan Pengembangan Pendidik pendidik dengan jalan penegakan kedisiplinan terhadap civitas Pesantren kedua, rekrutmen dan seleksi Ustadz, kedua, Pelaksanaan Pengembangan Pendidik meliputi pembagian tugas pendidik dan pengembangan karir pendidik yang meliputi penigkatan kualitas melalui pelatihan, workshop dan seminar, ketiga, Evaluasi Pengembangan Pendidik dilakukan dengan cara Supervisi langsung pesantren pesantren dengan memonitoring setiap kegiatan dan Evaluasi Kinerja bagi Ustadz.

BIBLIOGRAPHY

A ‘la, Abd., (2006). Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta : Pustaka Pesantren

Anatan, Lina dan Ellitan, Lena, (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Modern, Bandung : Alfabeta

Arcaro, Jerome S., (2007). Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan dan TataLangkah Penerapan, Terj. Yosal Irianta, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

Aribowo, (2001). Perspektif Baru Pesantren Dan Pengembangan Masyarakat, Surabaya : Yayasan Ti Guna Bhakti

Arikunto, Suahrsismi., (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta:Rinek Cipta

Burhanuddin dkk, (2004). Manajemen Pendidikan, Malang:Universitas Negeri Malang Hanun, Asrohah. (1999). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu Halim, A., Dkk. (2005), Manajemen Pesantren, Yogyakarta : Lkis

Madjid, Nurcholis., Pesantren Dari Pendidikan Hingga Politik. Bina Pesantren : Edisi Desember/81/Tahun VIII/2000

Mastuhu, (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

(11)

21 Minarti, Sri, (2011). Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Islam Secara

Mandiri, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Moleong, Lexi. J., (2006). Metodologi Penelitian Kualittif, Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa, E., (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Menyukseskan MBS dan

KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sallis, Edward., (2006). Total Quality Management in Education : Manajemen Mutu Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrazi, Yogyakarta : IRCISOD Sulthon & Khusnurridlho, (2006). Manajemen Pondok Pesantren Dalam Persepektif Global,

Yogyakarta : Laksbang Pressindo

Zubaedi, (2007). Pengembangan Masyarakat Berbasis Pesantren: Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh Dalam Perubahan Nilai-Nilai Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa pernah pada saat PARA PENGGUGAT menghadap pihak Kepala Desa Tarajusari (TURUT TERGUGAT II) bermaksud untuk membuat surat- surat warkah dan membaliknamakan atas nama Ahli

sedangkan dengan menggunakan koefisien determinasi di dapat hasil sebesar 0.296 atau 29.6% yang berarti sumbangan pengaruh yang diberikan kompensasi, pelatihan

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman

Jumlah Bertambah / (Berkurang) Keterangan Rp Anggaran

Sebagai negara dengan kekayaan energi surya yang melimpah semestinya perlu terus meningkatkan kesadaran untuk berupaya melakukan riset teknologi konversi tenaga surya, sehingga

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu menggambarkan keberadaan boraks, tingkat pengetahuan pedagang, dan proses