• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MAHARAH QIRA’AH MATERI AT TAHIYAAT WAT TA’ARUF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 HULU SUNGAI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN MAHARAH QIRA’AH MATERI AT TAHIYAAT WAT TA’ARUF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 HULU SUNGAI SELATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

665 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

MENINGKATKAN MAHARAH QIRA’AH MATERI AT TAHIYAAT WAT TA’ARUF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 HULU SUNGAI SELATAN

Alfian Noor

Prodi Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email alfian@man2hss.sch.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan meningkatkan pembelajaran maharah qira’ah materi at tahiyaat wat ta’aruf melalui model pembelajaran discovery learning siswa kelas X IPA 1 MAN 2 Hulu Sungai Selatan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dimana tahapan atau siklus PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,dan refleksi. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X IPA 1 MAN 2 Hulu Sungai Selatan yang berjumlah 19 siswa, sedangkan objek penelitian adalah keseluruhan proses belajar mengajar dan hasil pembelajaran maharah qira’ah materi at tahiyaat wat ta’aruf melalui model pembelajaran discovery learning. Instrumen penelitian berupa peneliti, lembar observasi pengamatan, dan hasil pretest, posttest atau hasil belajar siswa selama proses mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran discovery learning. Hasil temuan di penelitian ini mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pretest siswa di siklus I dengan rata-rata 63,11 kemudian hasil posttest siswa di siklus I dengan rata-rata 72,79. Meskipun ketuntasan siswa mengalami kenaikan namun belum mencapai 85%, maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II mengalami perubahan signifikan, dimana hasil rata-rata nilai posttest 85,00. Siswa yang telah tuntas mencapai 16 orang (84%). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan maharah qira’ah siswa pada materi at tahiyaat wat ta’aruf dan sebagai salah satu solusi yang efektif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran bahasa arab pada maharah qira’ah di materi at tahiyaat wat ta’aruf.

Kata Kunci : maharah qira’ah, discovery learning, at tahiyaat wat ta’aruf, proses belajar mengajar.

(2)

666 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

PENDAHULUAN

Pada proses pembelajaran ada empat variable yang saling terkait yaitu tujuan pembelajaran, metode, materi dan evaluasi. (Kemas Abdul Hai dan Neldi Harianto, 2017: 129). Masing-masing empat komponen itu saling berkaitan dan tidak bisa terpisahkan. Nantinya dari empat komponen tersebut akan berdampak pada hasil belajar dan menghasilkan hasil belajar yang maksimal apabila di kelola dengan baik dengan memilih model dan materi yang tepat sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa Arab. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan baik siswa, maka perlunya penguasaan maharatul qira’ah. Maharatul qira’ah pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran keterampilan berbahasa Arab karena setiap pembelajaran bahasa Arab bertujuan agar para siswa mempunyai keterampilan berbahasa.( Fredina Fransiska dan Zaim Elmubarok, 2015 : 1)

Maharatul qira’ah (kemterampilan membaca) merupakan salah satu dari empat maharah dasar (menyimak/istima’, berbicara/kalam, membaca/qira’ah, dan menulis/kitabah) yang harus dimiliki oleh peserta didik. Menurut Musyafak maharah qira’ah merupakan sarana yang penting bagi peserta didik agar dapat berinteraksi dengan bahasa Arab secara mandiri dimanapun dan kapanpun, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah berbahasa Arab atau mengakses situs bahasa Arab yang ada di internet. ( Burhan Musyafak, 2015 : 7). Membaca merupakan aktivitas peserta didik melihat dan memahami isi dari konten bahan bacaan. Peserta didik melisankan dalam hati dan mengeja atau melafalkan teks bacaan yang tertulis tersebut melalui proses berfikir, menganalisa, dan memecahkan masalah.

Dalam KMA 183 tahun 2019 dijelaskan bahwa kompetensi dasar keterampilan membaca bahasa Arab madrasah aliyah menuntut siswa untuk menganalisis gagasan dari teks bahasa Arab dengan memperhatikan bentuk makna dan fungsi dari susunan gramatikal serta dituntut untuk menyajikan hasil analisis gagasan dari teks bahasa arab dengan memperhatikan bentuk makna dan fungsi dari dari susunan gramatikal baik secara lisan maupun tulisan.

Melalui pretes awal kemampuan baca siswa MAN 2 Hulu Sungai selatan khususnya siswa kelas X IPA 1 masih berada pada rata-rata level kurang, bahkan ada yang kurang sekali. Hal tersebut bukan tanpa sebab, karena kebanyakan latar belakang siswa siswi jurusan IPA sebagian besar berasal dari

(3)

667 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

SMP yang sangat minim mata pelajaran baca tulis bahasa Arab. Tidak hanya itu ada juga yang dari MTs namun masih terbata-bata dalam bacaannya. Setelah dilakukan wawancara kepada siswa yang bersangkutan dikarenakan sangat kurangnya kuantitas minat baca teks-teks Arab.

Pada kenyataannya siswa kelas X IPA 1 MAN Hulu Sungai Selatan masih banyak yang belum memahami maharah qira’ah materi At Tahiyaat Wat Ta’aruf secara menyeluruh baik dari segi makna,tata bahasa, dan bacaanya. Hal ini terlihat dari segi ketuntasan tes siswa yang hanya mencapai 42% yang tuntas sisanya 58 % tidak tuntas dari 19 siswa. Hal ini mungkin yang jadi penyebabnya adalah dari berbagai macam factor yaitu : factor siswa yang tidak berminat dalam maharah qira’ah serta tidak mengertinya arti dari teks bahasa arab yang disebabkan oleh kurangnya hapalan kosa kata,factor guru juga sangat mempengaruhi dalam maharah qira’ah seperti tidak meleknya guru dalam teknologi abad 21 yang masih menggunakan media konvensional dalam mengajar, melakukan pendekatan yang salah tidak menjadikan siswa sebagi center dalam pembelajaran, dan penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat bahkan tidak sama sekali menggunakan model didalam pembelajaran atau masih menggunakan model pembelajaran yang tradisonal yang tidak layak untuk digunakan dalam pembelajaran abad 21. Maka dengan penyebab demikian itu maka seorang guru harus memilih kefektifan model pembelajaran yang sesuai dengan abad 21 seperti sekarang ini agar pembelajaran berjalan dengan efektif.

Berdasarkan permasalahan diatas maka upaya yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran maharah qira’ah materi At Tahiyaat Wat Ta’aruf adalah dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

Model pembelajaran Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang tidak diberikan keseluruhan melainkan melibatkan siswa untuk mengorganisasi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pemecahan masalah.Sehingga dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan penemuan individu selain itu agar kondisi belajar yang awalnya pasif menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga guru dapat mengubah pembelajaran yang awalnya teacher oriented menjadi student oriented.(Nabila Yuliana, tth : 22)

Pembelajaran Discovery Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan yang akan mereka peroleh. Keterlibatan siswa pada proses pembelajaran bersifat student-centered, aktif, menyenangkan, dan memungkinkan terjadinya informasi antar-siswa, antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan lingkungan. (Saturnut, 2022 : 6)

(4)

668 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

Dalam setiap model pembelajaran tentunya terdapat prosedur atau langkah-langkah yang mesti dipelajari dan diterapkan oleh guru. Hal ini berguna agar tujuan-tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Menurut Madjid Penyusunan langkah ini pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan dalam suatu proses belajar mengajar. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-pembelajaran. ( A.

Madjid, 2006 : 15)

Muhibbin Syah mengungkapkan tahapan dan prosedur pelaksanaan discovery learning yang digunakan untuk merancang pembelajaran adalah sebagai berikut :

Stimulation (Stimulasi). Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku/referensi, dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu dan mengembangkan siswa dalam mengeksplor bahan. Siswa dihadapkan pada sesuatu yang dapat menimbulkan kebingungan agar siswa mempunyai keinginan untuk menyelidiki sendiri permasalahan yang dihadapi.

Problem statement (Pernyataan/identifikasi masalah). Pada tahap ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

Data collection (Pengumpulan data). Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan hipotesis, apakah benar atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca literatur, wawancara dengan narasumber, mengamati objek, melakukan eksperimen sendiri, dan lain sebagainya.

Data processing (Pengolahan data). Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dan informasi yang telah didapat siswa baik melalui wawancara maupun observasi lalu ditafsirkan.

Verification (Pembuktian). Pada tahapan verifikasi dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Generalization (Generalisasi/menarik kesimpulan). Pada tahap ini siswa menyimpulkan jawaban atas permasalahan yang telah diselesaikan dengan merumuskan prinsip-prinsip yang mendasari, dan tentunya dengan memperhatikan hasil verifikasi. ( Muhibbin Syah, 2014 : 243)

Maka dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan maharah qira’ah materi At

(5)

669 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

Tahiyaat Wat Ta’aruf. Dalam pembelajaran maharah qira’ah dibutuhkan penggunaan model pembelajaran yang memberikan aktifitas kepada peserta didik untuk belajar mencari dan menemukan sendiri suatu permasalahan terutama dalam pembelajaran bahasa Arab berlangsung dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan yang dapat mendorong pendidik untuk ikut serta terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan peran pendidik lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator. (Supardi, 2013 : 204)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas).

Menurut Suharsimi didalam bukunya Nurhafit Kurniawan bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata "penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.( Nurhafit Kurniawan, 2017 : 7).

Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan pembelajaran maharah qira’ah, dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Peneliti mengambil subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 MAN 2 Hulu Sungai Selatan, dengan jumlah siswa satu kelas 20 siswa.

Sedangkan Guru yang menjadi subyek penelitian adalah Alfian Noor, S.Pd.I.

Dalam penelitian ini data dan sumber data adalah data tentang proses pembelajaran maharah qira’ah dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi at tahiyaat wat ta’aruf, dan data tentang hasil pemahaman maharah qira’ah materi at tahiyaat wat ta’aruf. Data data tersebut diperoleh dari tes, Observasi aktivitas siswa dan guru

(6)

670 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

Untuk analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif, kritis, komparatif. Dalam penelitian ini, data akan dideskripsikan secara nyata, dikaji melalui pertanyaan bagaimana dan mengapa. Di samping itu, data awal sebelum ada tindakan akan dibandingkan dengan hasil data setelah ada tindakan. Adapun penilaian aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa yang digunakan pada lembar observasi penilaian ini ialah setiap 1 item indikator mendapat skor maksimal 4 poin. Adapun skor maksimal lembar observasi penilaian aktivitas guru ialah 52 poin per siklus, sedangkan lembar observasi penilaian aktivitas siswa dalm pembelajaran 40 poin per siklus.

Indikator Capaian Penelitian aktivitas guru

SKOR KRITERIA

1 Tidak Sesuai

2 Kurang Sesuai

3 Sesuai

4 Sangat Sesuai

Indikator Capaian Penelitian aktivitas

SKOR KRITERIA

1 Tidak Baik

2 Kurang Baik

3 Baik

4 Sangat Baik

Rumus Pengukuran keaktifan guru dan siswa : Aktivitas guru dan siswa

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan postest pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus sederhana yaitu:

(7)

671 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1. Rumus penilaian posttest

2. Rumus Ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75

% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN

Pada pelaksanaan siklus I, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning berjalan cukup baik. Dari sisi guru, guru melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, namun guru kurang memberikan kesimpulan materi diakhir pembelajaran. Proses masih terasa yang kaku. Begitu juga dengan aktivitas siswa, siswa masih belum terlihat aktif sekali dalam diskusi kelompok, guru harus berkali-kali memberikan instruksi agar mereka dapat bekerjasama satu sama lainnya.

Namun demikian dua kali pertemuan terdapat penambahan siswa yang memperoleh hasil belajar tuntas dan peningkatan dari segi rata – rata sudah menunjukan diangka 72, meski peningkatan tersebut belum mencapai 85%.

Siklus II merupakan siklus perbaikan, Disini peneliti mempelajari hasil observasi aktivitas guru dan siswa, mempelajari hasil perbandingan pretest dan posttest. Selanjutnya memperbaiki proses pembelajaran di pertemuan 1 dan pertemuan 2 di siklus II.

(8)

672 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

Proses pembelajaran di siklus II mengalami peningkatan, dimana hasil pengamatan untuk aktivitas guru lebih baik dari pada siklus I. Begitu juga hasil pengamatan pada aktivitas, Siswa di siklus II mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas mereka di siklus I. Upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru membawa hasil dengan meningkatkan prosentasi siswa yang memperoleh ketuntasan nilai, yaitu minimal 75. Meskipun masih ada 3 siswa yang belum mencapai tuntas, namun mereka mencapai kenaikan nilai dari sebelumnya di siklus I.

Model pembelajaran discovery learning memberikan manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa, sehingga membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengarkan ide-ide orang lain. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran Itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran Discovery Learning terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : stimulation (stimulus pemberian rangsangan), problem Statement(Pernyataan/ldentifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (Menarik Kesimpulan).(Maharani 2017:4)

Melalui model pembelajaran discovery learning siswa akan termotivasi untuk memecahkan suatu masalah khususnya dalam pembelajaran maharah qira’ah, karena siswa akan berkembang dengan cepat serta dapat menimbulkan rasa senang dalam pembelajaran, karena tumbuhnya rasa menyelidiki.

Sebagai implikasi dari hasil penelitian tindakan kelas ini, para guru- guru bahasa arab dalam mengajarkan materi yang dianggap cukup sulit termasuk diantaranya maharah qira’ah, maka dapat mempersiapkan model pembelajaran model pembelajaran discovery learning untuk menarik motivasi mereka.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar maharah qira’ah siswa kelas X IPA 1 MAN 2 Hulu Sungai selatan pada materi At Tahiyaat Wat Ta’aruf. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa, dimana pretes di siklus I dengan rata-rata 63,11 kemudian posttest siklus I dengan rata- rata 72,79. Meskipun ketuntasan siswa mengalami kenaikan namun belum mencapai 85%, maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II rata-rata nilai posttest 85,00. Siswa yang telah tuntas mencapai 16 orang (84%). Berdasarkan hasil penelitiannya maka penerapan model pembelajaran discovery learning

(9)

673 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

pada maharah qira’ah materi At Tahiyaat Wat Ta’aruf dapat menjadi solusi alternatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran maharah qira’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Fransiska, Fredina dan Zaim Elmubarok, 2015. Efektivitas Metode Reading Guide Terhadap Keterampilan Membaca Bahasa Arab Siswa Kelas Xi Ips Man Demak : Journal of Arabic Learning and Teaching. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Kemas, Abdul Hai dan Neldi Harianto. 2017. Efektivitas Pembelajaran Qira’ah Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi : Jurnal Titian Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Kurniawan, Nurhafit, 2017. Penelitin Tindakan Kelas (PTK) Buku Pegangan Mahasiswa. Yogyakarta : CV Budi Utama

Madjid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Maharani, Bekti Yuni. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Berbantuan Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. E- Jurnal Mitra Pendidikan 1(5):549–61.

Musyafak, Burhan. 2015. Pembelajaran Maharah Qira’ah dengan Sistem Sorogan di Pondok Pesantren Al-Fithroh Jejeran Wonokromo Prelet Bantul. Thesis, UIN Sunan Kalijaga

Saturnut, 2022. Discovery Lerning Solusi Jitu Ketuntasan Belajar. Lombok Tengah NTB : Lingkungan Handayani

Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Supardi, 2013. Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Yuliana, Nabila. Tth. Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan model discovery learning untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap gerak benda.. Universitas

Tahap kelima verification yaitu sintaks model pembelajaran discovery learning yang meningkatkan hasil belajar setelah memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

design n (Rosarina, 2016) Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda 27 siswa kelas IV SDN Gudangkopi I

“Penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran pai pada materi menjaga diri dari pergaulan bebas dan zina Kelas X

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Gerak Lurus Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Sejalan dengan beberapa teori di atas, beberapa penelitian relevan terkait model pembelajaran discovery learning juga membuktikan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan

Penerapan model discovery learning dalam pembelajaran daring untuk meningkatkan hasil belajar pada materi sistem pencernaan.. Pensa E-Jurnal: Pendidikan Sains,