• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PENINGKATKAN PEMAHAMAN KETELADANAN RASULULLAH SISWA KELAS X SMAN 3 BUNTOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PENINGKATKAN PEMAHAMAN KETELADANAN RASULULLAH SISWA KELAS X SMAN 3 BUNTOK."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PENINGKATKAN PEMAHAMAN KETELADANAN RASULULLAH SISWA KELAS X SMAN 3

BUNTOK.

Dewi Kemilawati

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : kemilawatidewi@gmail.com

ABSTRAK

Setiap sekolah menerapkan peserta didiknya aktif dalam belajar dan memperoleh nilai yang tinggi, namun berbeda hal nya yang terjadi di SMA Negeri 3 Buntok mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab tanpa menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, akibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran hanya menghafal tanpa memahami makna dari apa yang telah dipelajarinya, salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa melalui model pembelajaran discovery learning, dalam proses pembelajaran discovery learning siswa dapat belajar secara aktif dan melatih siswa dalam mengingat materi yang sudah dipelajarinya, sedangkan guru berperan sebagai pembimbing. Fokus peneliti yaitu implementasi model discovery learning dalam pembelajaran PAI yaitu bagaimana aktivitas guru, peserta didik dan bagaimana hasil belajar peserta didik. pokok bahasannya Peningkatkan Pemahaman Keteladanan Rasulullah pada siswa kelas X- IPA di SMA N 3 Buntok Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-IPA yang berjumlah 15 siswa, teknik pengumpulan data melalui instrument observasi, aktivitas guru, aktivitas siswa dan tes. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru siklus I dengan nilai persen sebesar 66% kategori baik, pada siklus II dengan nilai 81% katagori sangat baik. Setelah penerapan model discovery learning maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X- IPA dalam penerapan model discovery learning tuntas secara klasika.

Kata Kunci : Model Discovery Learning. Keaktifan Belajar. Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Belajar dan mengajar merupakan kunci yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa keduanya, pendidikan tidak akan pernah terwujud sebagai suatu proses, di mana dengan proses itu sebuah tingkah laku muncul dan selalu diperbaiki melalui serangkaian reaksi terhadap situasi dan

(2)

rangsangan yang ada.Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sebab melalui pendidikan seseorang dapat menggali bakat dan mengembangkan seluruh potensi serta membentuk kepribadian anak.

Permasalahan dalam proses pembelajaran yakni masih rendahnya kemampuan siswa dalam menggali pengetahuannya, pemahaman terhadap lingkungan sekitar, dan rendahnya kemampuan siswa untuk memperkaya pengalaman belajarnya (Nurhadi, 2004:12).

Salah satu penunjang kualitas proses pembelajaran adalah model pembelajaran. Model yang digunakan sebaiknya sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran sebagai pedoman perancang pembelajaran dalam merencanakan danmelaksanakan aktivitas belajar. Pencapaian kompetensi sebagai hasil dari proses belajar tersebut banyak dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Proses pencapaian kompetensi lebih banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses pembelajaran dilakukan oleh guru. Apakah ketika proses pembelajaran dilakukan guru menggunakan metode, model, stategi dan media pembelajaran yang menyebabkan siswa memahami kompetensi atau sebaliknya. Kurangnya kemampuan guru mengembangkan metode, model, strategi dan media pembelajaran menyebabkan siswa kurang mampu menguasai kompetensi yang telah ditentukan dalam satu mata pelajaran sehingga akan berpengaruh kepada prestasi belajar siswa (Syah, 2004: 243).

Model yang digunakan sebaiknya sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran serta sebagai pedoman perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar (Sanjaya, 2008:5). Discovery Learning (DL) merupakan cara untuk mengumpulkan ide atau gagasan lewat penemuan. Menurut (Afolabi, 2010:32-35) penggunaan pendekatan Discovery Learning dapat melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri, berpikir kritis, dan belajar kreatif.

Metode Discovery Learninga dalah model mengajar yang menempatkan murid sebagai subjek yang belajar sedangkan peranan guru adalah pembimbing dan fasilitator belajar. Kegiatan metode Discovery Learning adalah mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa, membangkitkan keingintahuan, dan mengingat pelajaran lebih lama. Pembelajaran metode Discovery Learning mampu memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki siswa serta melihat fenomena-fenomena dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang diketahui sebelumnya. Menurut peneliti, metode pembelajaran Discovery Learning menarik karena pembelajaran membuat siswa puas dan bermakna dalam mempelajari materi karena mereka telah mampu

(3)

memecahkan masalah sendiri dan menemukan konsep-konsep yang terdapat di dalam pelajaran (Suryabrata,1998:145).

Melalui observasi Pra-lapangan yang peneliti lakukan di SMAN 3 Buntok Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terletak di Jalan Pakusualam No.

58 RT. 08 RW. 03 Desa Baru 73751 Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan kalimantan Tengah Indonesia tentang penggunaan model belajar pada peningkatan pemahaman keteladanan Rasulullah dapat membuat peserta didik aktif, termotovasi dalam belajar adapun realita yang nampak dari pokok permasalahan adalah pada penggunaan model yang menonton yang dapat membuat peserta didik jenuh dan bosan,juga guru yang lebih dominan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab dibandingkan mengajar dengan variasi mengajar lainnya.

Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang terlibat sehingga cenderung pasif dan kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan kritis kepada guru, kurang bersemangat serta kurang tertarik terhadap materi pembelajaran.

Peserta didik kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan, karena dengan metode konvensional yaitu metode ceramah, peserta didik hanya menghafal saja. Hal ini juga mengakibatkan kurangnya kerjasama di kalangan peserta didik karena tidak ada interaksi langsung antar peserta didik. Bagi siswa yang kurang aktif dan tidak berani bertanya pada guru mereka akan mengalami kesulitan hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar maka kenyataan tersebut menjadi satu hal yang unik dan mengundang perhatian untuk dilihat, dicermati dan dipelajari. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka dari itu peneliti mengangkat sebuah judul penelitian yaitu “Penerapan Model Discovery Learning Dalam Peningkatkan Pemahaman Keteladanan Rasulullah Siswa Kelas X Sman 3 Buntok”

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki praktik-praktik belajar mengajar, memperbaiki pemahaman dari praktik mengajar, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran.

(4)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah dirancang oleh guru dan peneliti, yaitu penelitian bertahap dengan siklus sebagai akhir setiap tahapnya, baik siklus pertama dan kedua mulai dari tanggal 6 Desember 2022 s/d 31 Desember 2022. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di SMA N 3 Buntok.

HASIL PENELITIAN

a. Pengertian Model Discovery Learning

Menurut Darsono “Discovery Learning adalah teori belajar yang mengatur pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya” (Darsono, 2004:2). Sedangkan Roestiyah menyatakan: Discovery Learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, membuat dugaan,menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,guru hanya membimbing dan memberikan arahan (Roestiyah, 2001:20).

Jadi, model pembelajaran Discovery Learning ialah suatu pembelajaranyang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui pendapat denganberdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajarsendiri.

b. Kelebihan dan kekurangan model discovery learning a) Kelebihan discovery learning (Sueherman dkk, 2001:179)

• Peserta didik aktif dalam kbm (kegiatan belajar mengajar), karena mereka berpikir dan memakai kemampuan untuk bisa menemukan hasil akhirnya.

• Peserta didik memahami materi pembelajaran dengan baik, karena mereka menjalani proses penemuan hasil sehingga mereka bisa mengingatnya terus.

• Akan muncul rasa puas karena sudah menemukan hasil sendiri dan nantinya akan memotivasi penemuan lainnya sehingga siswa akan lebih giat belajar.

• Peserta didik mendapatkan pengetahuan dengan discovery learning yang lebih bisa menyampaikan penbgetahuan dengan berbagai konteks.

• Pembelajaran penemuan ini mendidik peserta didik untuk banyak belajar secara mandiri

(5)

b) Kekurangan discovery learning (Kurniasih dkk, 2014:64-65)

• Teknik pembelajaran ini akan memunculkan anggapan bahwa terdapat kesipana mental untuk belajar. Peserta didik yang kurang pintar akan merasa sulit berfikir dan melakukan hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan dan membuat mereka frustasi.

• Tidak efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran ke banyak siswa, karena dibutuhkan waktu yang tak singkat untuk membuat mereka menemukan pemecahan masalah yang disajikan.

• Ambisi dengan adanya penerapan metode ini bisa rusak apabila diterapkan pada guru dan peserta didik yang sudah terbiasa dengan metode pembelajaran yang lama.

• Metode pembelajaran ini lebih tepat untuk pengembangan interpretasi namun pengembangan konsep, skill dan emosi yang menyeluruh kurang diperhatikan.

• Metode ini kurang memfasilitasi untuk mengukur ide siswa di sejumlah disiplin ilmu.

• Metode ini tak memiliki peluang berfikir bagi peserta didik karena guru sudah menentukan diawal.

c. Prinsip-prinsip model discovery learning

Dalam memilih model hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Pilihlah model yang kiranya dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar.

2) Prinsip kematangan dan perbedaan individu.

3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman. Jadi, dalam pembelajaran berikanlah peluang peserta didik untuk berbuat, bukan hanya mendengarkan.

4) Integrasi pemahaman dan pengalaman. Dalam pembelajaran, penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu pembelajaran.

5) Prinsip fungsional, artinya bahwa belajar itu merupakan kegiatan yang benar-benar bermanfaat untuk kehidupan berikutnya.

6) Prinsip menggembirakan, artinya guru dan peserta didik sama-sama merasakan kegembiraan saat proses belajar mengajar.

Model Discovery Learning dalam pembelajaran mengacu kepada komponen input pembelajaran meliputi persiapan pembelajaran terdiri dari

(6)

silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tujuan pembelajaran, metode pembelajaran serta media, alat, dan sumber pembelajaran merupakan bagian yang paling penting untuk model pembelajaran Discovery Learning tersebut

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokokdalam proses pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikanbanyak bergantung pada bagaimana proses belajar yangdialami peserta didik.

1. Perencanaan Model Discovery Learning

Pada dasarnya terdapat tiga komponen dalam kegiatan belajar yakni:

sesuatu yang dipelajari (input), proses belajar dan hasil belajar (output).

Adapun komponen Input atau persiapan dalam pembelajaran mata pelajaran sebagaimana kaitannya dalam penulisan ini terdiri dari beberapa indikator, diantaranya silabus pembelajaran, RPP, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan sumber pembelajaran.Indikator tersebut menjadi dasar Penulis untuk melihat instrumen input pembelajaran bagi tenaga pendidik atau guru dalam menyusun rencana, strategi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran di kelas. Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan data- data atau temuan terkait komponen input pembelajaran

2. Pelaksanaan Model Discovery Learning

proses pembelajaran yang semula menggunakan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dapat dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Belajar tidak hanya dalam ruang kelas, tetapi juga di lingkungan Madrasah dan masyarakat. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, sikap tidak diajarkan secara verbal tetapi melalui contoh atau teladan.

Berikut adalah hasil dari tahap Pra-siklus 1

No Nama siswa KKM Nilai Tuntas Tidak Tuntas 1 Sutra dewi 68 72 T

2 Siti aisyah 68 60 TT

3 Liska Amelia 68 65 TT

4 Fikri Hidayat 68 40 TT

5 Nor liani 68 69 T

6 Rabiatulfajri 68 55 TT

7 A.jimmiko 68 68 T

8 Alpa rini farida 68 69 T 9 Alpin Saputra 68 68 T

(7)

Nilai Rata-rata=Mx∑𝑥𝑁 = 965

15 =64

Persentase ketuntasanbelajar =P=𝑁𝐹x100%

P=15

15x100%=64%

Nilai rata-rata=64

Keteuntasan Belajar = 64%

keterangan:

M = nilai rata-rata

∑ x = jumlah nilai seluruh peserta didik n = jumlah peseta didik

100% bilangan tetap

Dari tabel di atas di ketahui bahwa hasil belajar siswa masih 64%,.

Perlu di tingkatkan lagi. Jika hanya dengan metode ceramah sehingga terlihat monoton yang mengakibatkan siswa jadi bosan dan kuarang aktif sehingga yang terjadi pembelajaran satu arah tampa ada umpan balik.

10 Alya Rebita 68 70 T

11 Erna sari 68 50 TT

12 Laura munika 68 69 T

13 Kiki 68 65 TT

14 Gilang Irawan 68 68 T

15 Roy Hannul Y 68 50 TT

(8)

Penelitian ini di lakukan bertahap dengan siklus, baik siklus pertama dan siklus kedua.

1) Guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) matapelajaran pendidikan agama islam pada materi menganalisis subtansi ,strategi dakwarh nabi muhammad saw dimekah.

Pelaksanaan tindakan siklus i terdiri dari satu kali pertemuan tatap muka (3 jam pelajaran) alokasi waktu 3x45 menit siklus ini di lakukan.

2) Sebelum menyampaikan materi pembelajaran, guru mengkondisikan siswa untuk siap dalam pembelajaran. Guru mengajak siswa berdoa, mengabsen siswa dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa melakukan ice breaking untuk lebih bersemangat lagi belajar pai, sebagai apersepsi guru mengadakan tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang di sampaikan. Setelah siswa dalam kondisi siap belajar, guru

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan. Standar kriteria ketuntasan minimal yaitu 68.

4) Membentuk kelompok untukberdiskusi yang terdiri dari 5siswa tiap kelompok.

5) Menjelaskan yang harus kerjakan oleh tiap kelompok.

6) Memberi tugas pada siswa untuk menerapkan discovery learning tiapkelompok.

7) Memberikan nilai proses selama pembelajaran berlangsung berlangsung.

8) Membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

9) Membantu siswa menyimpulkan hasil dikusi kelompok 10) Membuat kesimpulan bersama-sama siswa

11) Memberikan evaluasi dan redfleksi

12) Menutup pelajaran.mengucapkan salam dan membaca doa 13) Guru memberikan soal tes siklus i untuk dikerjakan oleh siswa.

Berikut adalah hasil dari tindakan siklus 1

No Nama siswa KKM Nilai Tuntas Tidak Tuntas

1 Sutra dewi 68 70 T

2 Siti aisyah 68 70 T

(9)

3 Liska Amelia 68 60 TT

4 Fikri Hidayat 68 59 TT

5 Nor liani 68 68 T

6 Rabiatulfajri 68 70 T

7 A.jimmiko 68 48 TT

8 Alparinifarida 68 69 T

9 AlpinSaputra 68 65 T

10 Alya Rebita 68 68 T

11 Erna sari 68 65 TT

12 Laura munika 68 68 T

13 Kiki 68 70 T

14 Gilang Irawan 68 70 T

15 Roy Hannul Y 68 75 T

Jumlah

NilaiRata-rata Ketuntasan hasil belajar

995 66 60%

Nilai Rata-rata=Mx∑𝑥𝑁

= 99515 =66,2

Persentase ketuntasan belajar= P= 𝐹

𝑁x100%

P=1515x100%=73%

(10)

Nilai Rata-rata = 66,2

Ketuntasan belajar = 66%

Keterangan:

M = nilai rata-rata

∑ x = jumlah nilai seluruh peserta didik n = jumlah peseta didik

100% bilangan tetap

Bedasarkan tabel di atas, maka selanjutnya untuk mencapai nilai Rata-rata menghitung ketuntasan belajar hal ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran pada siklus 1 sudah mengalami ketuntasan belajar sebesar 66%.

Selanjutnya di laksanakan tindakan siklus 2. Berikut hasil dari tindakan siklus 2

NO Nama Siswa KKM Nilai Ket

Tuntas Tidak Tuntas

1 Sutra dewi 68 80 T

2 Siti aisyah 68 78 T 3 Liska Amelia 68 80 T 4 FikriHidayat 68 80 T

5 Nor liani 68 80 T

6 Rabiatulfajri 68 82 T

7 A.jimmiko 68 85 T

8 Alparinifarida 68 80 T 9 AlpinSaputra 68 78 T 10 AlyaRebita 68 90 T

11 Erna sari 68 85 T

12 Laura munika 68 85 T

13 Kiki 68 75 T

14 GilangIrawan 68 90 T 15 Roy Hannul Y 68 80 T

(11)

Jumlah 1228 Nilai rata-rata Mx=∑ 𝑋𝑁

=122815 =81.

Ketuntasan belajar=𝑁𝐹x100%

=1515X100=81%

Ketuntasan belajar = 81 % Keterangan:

M = nilai rata-rata

∑ x = jumlah nilai seluruh peserta didik n = jumlah peseta didik

100% bilangan tetap

Bedasarkam table dia atas maka selanjutnya dianalisis untuk mencari nilai Ratarata, menghitung ketuntasan belajar hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembalajaran siklus II sudah mengalani ketuntasan belajar.

3. Evaluasi Model Discovery Learning

Setelah dilakukan penulisan tentang penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran dari segi perencanaan dan pelaksanaan, maka bagian akhir dari fokus kajian dalam perumusan masalah adalah untuk mengetahui evaluasi model Discovery Learning dalam pembelajaran.

Adapun hasil wawancara penulis terkait dengan masalah kompetensi penilaian dalam pembelajaran mata pelajaran, antara lain sebagai berikut:

a. Penilaian Sikap, dilaksanakan untuk melihat bagaimana sikap, budi pekerti, akhlak atau tingkah laku peserta didik, selama mengikuti proses pembelajaran maupun di luar kelas. Idealnya guru secara mandiri bisa memberikan penilaian itu maupun antar guru, guru BP dan kepesertadidikan. Dilakukan untuk melihat bagaimana sikap peserta didik secara keseluruhan.Dalam pelaksanaan penilaian di kelas, penugasan yang diberikan mampu memacu peserta didik

(12)

untuk mengamati benda dan menganalisis prosesnya.

b. Penilaian Pengetahuan, aspek penilaian kompetensi pengetahuan peserta didik dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami atau mengetahui materi yang telah dipelajari atau disajikan oleh guru, teknik pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tes lisan maupun tes tertulis.

c. Penilian Keterampilan, merupakan kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh guru untuk melengkapi proses penilaian yang tertuang dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 terdapat beberapa item penilaian keterampilan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pemapaan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa dari 15 Peserta didik terperinci bahwa perolehan skor sudah diatas KKM dengan rata – rata 80 hal ini dikatakan bahwa penerapan Model Discovery learning mampu Meningkatkan Pemahaman siswa kelas X IPA pada Materi Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekah.

DAFTAR PUSTAKA

Afolabi ,Akinbobola,“Analysis Of Science Process Sejarah Kebudayaan Islamis In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria”, dalam Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol. 4, No. 01, (2010), h. 32- 35.

Darsono Max, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.

Kurniasih,Sani.2014”Strategi – Strategi Pembelajaran” Alfabeta:Bandung:64 Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK (Malang:

UniversitasNegeri Malang, 2004), h. 2.

Permendikbud (2013). Peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 20.

Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 5 (Jakarta:Kencana,2008), h. 5.

Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI.

(13)

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998). h. 245

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 243

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit

Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan konstitusi yang hidup sehingga responsif terhadap perubahan masyarakat, maka penafsiran terhadap kaidah konstitusi

If it is asso- ciated with the concept of labor contract law as the basis of the employment relationship in ac- cordance with the provisions of Article 1 point 15, the

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan suhu dan lama penyeduhan teh putih yang menghasilkan seduhan dengan polifenol total tinggi aktivitas antioksidan atau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan karagenan, tepung terigu dan sumber jenis serat yang tepat pada pembuatan edible straws, sehingga dihasilkan

1 Fahriadi Pakaya, Hosta Ardhyananta, Sigit Tri Wicaksono are with Departement of Materials and Metallurgical Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

Desa- desa pada Kecamatan Cilongok dipilih karena Kecamatan Cilongok merupakan wilayah dari Kabupaten Banyumas yang menerima dana desa yang bersumber dari Anggaran