• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Simulasi sistem informasi konseling sebagai alat bantu konseling siber di pondok pesantren Annida Kota Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Simulasi sistem informasi konseling sebagai alat bantu konseling siber di pondok pesantren Annida Kota Cirebon"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

13 SIMULASI SISTEM INFORMASI KONSELING SEBAGAI ALAT BANTU KONSELING

SIBER DI PONDOK PESANTREN ANNIDA KOTA CIREBON

Agus Pamuji1*, Rina Rindanah1

1Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, Cirebon, Indonesia

*[email protected]

Abstrak: Konsep konseling siber menjadi topik yang hangat saat ini mengingat kondisi masyarakat di tanah air yang menghadapi pandemi Covid-19 di samping angka pengguna teknologi yang terus meningkat. Kehadiran konseling siber melibatkan konselor dan konseli yang secara kemitraan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Kegiatan pengabdian di Pondok Pesantren Annida Kota Cirebon ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengedukasi deskripsi layanan konseling siber terhadap para santri pada pondok pesantren tersebut. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah Participatory Action Research (PAR) dengan teknik sosialisasi, pendampingan, dan pelatihan penggunaan aplikasi konselinglab.id kepada para peserta. Hasil kegiatan PKM ini menunjukkan bahwa peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, mampu menguasai materi dengan baik, dan memahami penggunaan aplikasi konseling siber. Dengan demikian, aplikasi sistem informasi konseling dapat menjadi rekomendasi untuk diterapkan sebagai alat bantu konselor dan konseli ketika proses konseling dilakukan.

Kata Kunci: konseling siber, layanan konseling, sistem informasi konseling, Participatory Action Research

Abstract: The concept of cyber counseling is an emerging topic due to the pandemic and the increasing numbers of technology users. It involves both the counselor and the counselee in solving problems. The purpose of this community service program held at Annida Islamic Boarding School in Cirebon was to introduce cyber counseling services to the students. The method used in the program was Participatory Action Research (PAR) by providing socialization, counseling, and training on the use of an application called konselinglab.id. The results of this program show that the participants are very enthusiastic and able to understand the material and use the application. Thus, the application is highly recommended to be utilized as an essential tool in the counseling.

Keywords: cyber counseling, counseling services, counseling information systems, Participatory Action Research

Pendahuluan

Aktivitas konseling merupakan bagian terpenting dari proses pembelajaran dalam pendidikan (Budianto, Aziz, & Hidayah, 2019; Hidayah, 2020). Kegiatan yang melibatkan guru sebagai konselor memiliki peranan yang penting untuk anak didik sebagai konseli dalam proses pendidikannya. Konselor adalah orang yang memberikan bantuan atau jasa konsultasi terhadap seseorang untuk membantu menangani permasalahan pribadi orang tersebut.

Sedangkan konseli adalah orang atau klien yang diberi layanan konsultasi oleh konselor.

Dalam kegiatan konseling, konselor memberikan layanan konsultasi kepada para konseli dengan berbagai tipe atau tujuan layanan. Tujuan utamanya adalah mengembangkan potensi, kepribadian dan karakter konseli. Layanan lainnya adalah memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi konseli baik masalah pribadi, keluarga, maupun juga sosial.

(2)

14

Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa di kelas membutuhkan aktivitas konseling dimana proses ini termasuk dalam bidang psikologi anak. Oleh sebab itu, aktivitas konseling berorientasi pada upaya untuk menumbuhkan karakter para siswa sebagai konseli.

Akan tetapi, walaupun konseli dapat berkomunikasi langsung dengan konselor, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas konseling berlangsung dengan baik. Tidak semua orang dapat melakukan konsultasi secara langsung dengan konselor (Anisah, 2019). Ada beberapa konseli yang belum dapat melakukan konseling dengan konselor secara efektif di sekolah atau di kampus. Kondisi ini memerlukan media yang mampu menjembatani proses konseling antara konselor dan konseli sehingga berjalan baik dan efektif.

Aktivitas konseling juga merupakan proses komunikasi yang di dalamnya terjadi proses penyampaian informasi atau pesan yang merupakan isi layanan bimbingan konseling. Di sisi lain komunikasi atau penyampaian informasi antara konselor dengan konseli sejauh ini belum cukup efektif dan efisien. Proses konseling juga masih dilakukan secara tradisional berupa tatap muka melalui sebuah ruangan khusus atau terbuka yang ada di lingkungan kampus (Arafat, 2020). Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan efektivitas penyampaian pesan pada proses konseling tersebut diperlukan suatu saluran berupa media sebagai representasi bentuk komunikasi yang efektif antara konselor dan konseli (Asmuni, 2020). Beberapa media dapat digunakan selama kegiatan konseling (Hasanah & Sano, 2020).

Masalah yang terjadi di lapangan adalah konseli sulit untuk mengungkapkan keluhan- keluhannya kepada konselor. Di sisi lain, mereka ingin memberikan informasi yang dianggap penting mengenai kelemahan atau hal negatif pribadinya. Kelemahan ini akan disampaikan kepada konselor untuk mendapatkan layanan konseling. Layanan konseling saat ini masih dilakukan secara tatap muka di lingkungan kampus walaupun sebagian konseli dapat berkomunikasi secara langsung (Fadhilah, Alkindi, & Muhid, 2021). Adapun komunikasi tersebut menggunakan alat bantu gawai (gadget). Perangkat gawai ini berisi aplikasi yang memudahkan komunikasi selama layanan konseling. Contohnya, aplikasi whatsapp merupakan salah satu aplikasi yang sangat populer dikalangan masyarakat khususnya dikalangan konseli disamping mudah digunakan juga dapat memberikan banyak fitur yang memberikan nilai kegunaan atau kemanfaatan yang tinggi dibanding dengan aplikasi lainnya. Selain dapat melakukan panggilan, pengguna aplikasi Whatsapp juga dapat mengirimkan pesan singkat seperti SMS (Short Message Service) (Budianto, Hidayah, & Aziz, 2019).

Berdasarkan isu dan fokus pengabdian serta alasan pemilihan subjek dampingan, ada empat masalah yang dapat diidentifikasi. Pertama, komunikasi penyampaian informasi antara konselor dengan konseli belum efektif, dimana masih dilakukan secara konvensional (tatap muka). Kedua, konseli sulit mengungkapkan keluhan atau ingin berbagi serta memberikan informasi kekurangan pada dirinya kepada konselor dalam upaya mendapatkan bimbingan atau konseling. Ketiga, proses konseling harus dilakukan di lingkungan kampus pada jam kantor walaupun saat ini konseli dapat berkomunikasi langsung dengan menggunakan perangkat gawai (gadget). Keempat, tindak lanjut proses konseling belum bisa disajikan secara terperinci, misalkan status konseling apakah sudah terpenuhi (tercapai) atau belum.

Kelima, konseli merasa terganggu dalam hal privasi ketika melakukan konsultasi dengan

(3)

15 konselor. Keenam, konseli sulit untuk merencanakan kegiatan konsultasi dengan konselor dimana konsultasi harus dilakukan secara berkelanjutan.

Pengembangan sistem informasi konseling dengan konsep konseling siber sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya (Pratiwi, Muhid, & Nasiroh, 2021). Putra & Novelan (2020) dalam penelitiannya melakukan pengembangan sistem informasi dengan menggunakan metode waterfal. Sementara Fadhilah et al. (2021) menghasilkan media konseling yang dapat dijalankan pada website. Penelitian lain menunjukkan konseling siber dalam bentuk sistem informasi konseling dilakukan dengan menggunakan platform macromedia flash MX yang kemudian disebut dengan konseling pintar untuk siswa Sekolah Menengah Atas yang dijalankan dengan basis desktop (Marpaung & Siagian, 2016). Tidak hanya menggunakan aplikasi desktop, sistem informasi konseling juga menggunakan konsep sistem kepakaran yang dimuat dalam suatu website. Sistem kepakaran ini dapat menggantikan peran konselor ketika memberikan rekomendasi informasi yang dipergunakan oleh konseli dalam membuat keputusan (Saputra et al., 2020).

Sutijono & Farid (2018) juga mengusulkan suatu aplikasi atau sistem konseling dengan basis android yang diperuntukan untuk siswa Sekolah Menegah Kejuruan di kota Bogor.

Peneliti lain melakukan pengembangan aplikasi sehingga dapat diterapkan dan dijalankan pada perangkat telepon pintar (smartphone) (Sari, 2020). Berdasarkan penelusuran literatur diperoleh bahwa sebagian sistem atau aplikasi konseling yang dikembangkan masih bersifat merekam data yang berasal dari konseli atau konselor (Aini & Mudjiran, 2020). Pengabdian ini berupaya untuk menambahkan fitur tentang status aktivitas konseling sehingga lebih transparan dan akuntabel sebagaimana yang dilakukan Puspita, Elita, & Sinthia (2019).

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Annida Kelurahan Karyamulya Kota Cirebon. Ada 20 orang santri yang berpartisipasi dalam kegiatan PKM, yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Kegiatan pengabdian ini penting bagi mereka untuk memperoleh wawasan tentang sistem informasi konseling sebagai salah satu konsep konseling siber. Melalui konseling siber, para santri dapat berperan aktif dan melakukan dialog interaktif selama kegiatan berlangsung. Untuk menunjang pelaksanaan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Annida, tim pengabdi mengembangkan aplikasi berupa sistem informasi konseling melalui laman www.konselinglab.id. Selanjutnya, aplikasi sistem informasi konseling tersebut disimulasikan dihadapan para santri. Tujuan pada simulasi ini adalah memperkenalkan dan mengedukasi bagaimana seorang konselor memberikan layanan kepada konseli secara virtual.

Metode

Pelaksanaan pengabdian berbasis riset ini dilakukan pada Pondok Pesantren Annida Kota Cirebon dengan metode Participatory Action Research (PAR) dimana metode ini digunakan para peneliti dalam riset aksi (Kidwai et al., 2017). Metode PAR merupakan suatu metode yang berbasis pada perubahan masyarakat secara terencana (Ararat, 2020). Kerangka teoritis penerapan metode PAR pada pengabdian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(4)

16

Gambar 1. Kerangka teoritis metode PAR dan studi masalah

Dalam pengabdian kepada masyarakat ini subjek dampingan adalah para santri di Pondok Pesantren Annida Kelurahan Karyamulya Kota Cirebon. Implementasi metode PAR dilakukan melalui beberapa langkah untuk memecahkan permasalahan sebagaimana Gambar 2. Langkah pertama, tim pengabdian melaksanakan riset pendahuluan terhadap pada Pondok Pesantren Annida kota Cirebon. Pada riset pendahuluan dilakukan observasi aktivitas kehidupan para santriwan seperti perilaku, lingkungan sosial, dan kebiasaan. Langkah kedua, melakukan inkulturasi dengan cara membaur dalam kehidupan masyarakat santri. Pada proses ini tim pengabdi melakukan adaptasi dengan nilai dan budaya pondok pesantren serta bersikap netral selama membaur dengan santri di lingkungan pondok pesantren Annida. Pada tahap ini, tim juga memberikan bimbingan belajar mengenai pengetahuan teknologi informasi dan membuka konsultasi secara gratis kepada para santri pondok pesantren.

Langkah ketiga, tim pengabdian mulai membentuk kelompok, menganalisis masalah, dan merumuskan masalah yang dapat disebut sebagai pengorganisasian masyarakat (Handayana Zuhairi, & Hakim, 2019). Pembentukan kelompok dimulai dengan penentuan anggota kelompok yang memiliki soliditas yang baik. Dari proses ini terbentuk dua kelompok yaitu kelompok santriwan dan kelompok santriwati. Selanjutnya, kelompok ini melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan tim pengabdi yang membahas permasalahan- permasalahan santri dalam proses pendidikan di pondok pesantren. Para peserta didorong untuk berperan aktif mengkaji permasalahan dalam proses diskusi, mengidentifikasi penyebab atau mencari akar permasalahan, dan menganalisis dampak permasalahan tersebut.

Permasalahan yang diidentifikasi dan ditemukan bersama selanjutnya dirumuskan dengan teknik pembentukan prioritas melalui analisis pohon masalah sehingga dapat menentukan tujuan yang efektif. Setelah permasalahan dirumuskan, para santri dalam kelompok dilibatkan dalam perumusan atau perencanaan layanan konseling yang efektif. Dalam proses ini, tim pengabdi mengedepankan prinsip kemitraan dan upaya kolaboratif dengan para santri.

Langkah keempat, hasil diskusi selanjutnya dianalisis sebagai basis penentuan perencanaan yaitu mengorganisir gagasan terkait dengan layanan konseling serta memperhitungkan alokasi

(5)

17 sumber daya atau potensi yang ada. Selanjutnya disusun strategi aksi sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan.

Gambar 2. Langkah kegiatan PKM dengan metode Participatory Action Research

Langkah kelima, hasil rencana yang sudah ditentukan selanjutnya diimplementasikan secara simultan dan partisipatif. Tidak hanya menyelesaikan permasalahan konseling tetapi sebagai bagian proses pembelajaran. Langkah keenam, tim pengabdian melakukan evaluasi melalaui cara memverifikasi dan memastikan semua tindakan sudah sesuai pada aturan.

Selanjutnya pad langkah ketujuh semua informasi yang telah dikumpulkan secara terus menerus ditinjau dan diklasifikasi secara sistematis sehingga bisa memberikan simpulan.

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan simulasi sistem informasi konseling di Pondok Pesantren Annida dimulai dengan melakukan identifikasi karakteristik santri sebagai subjek dampingan. Kondisi awal ini dimasukan ke dalam identifikasi karakteristik setiap santri. Dengan adanya pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat maka kondisi yang ada akan dapat diobservasi.

Pertama, adanya kemungkinan sebagian peserta belum mengetahui adanya konsep konseling siber bahkan dengan peluncuran sistem informasi konseling yang dijalankan pada website konselinglab.id. Kedua, peserta belum memahami bentuk konsep konseling siber bahkan dengan aplikasi bantu seperti sistem informasi konseling. Ketiga, peserta atau subjek dampingan hanya mengetahui secara singkat perkembangan teknologi dan penerapannya dalam pendidikan. Keempat, pemahaman konseling siber hanya bisa diketahui oleh sebagian peserta berupa alat komunikasi seperti telepon. Kelima, rasio kepemilikan gawai (gadget) belum sepenuhnya dipegang oleh para santri sebagai subjek dampingan.

Aplikasi sistem informasi konseling (konselinglab.id) dapat dijalankan oleh 20 orang santri ketika kegiatan simulasi berlangsung. Setiap pengguna yaitu peserta kegiatan dapat berperan sebagai konseli dan konselor. Konseli adalah orang atau klien yang memiliki masalah ketika ingin diungkapkan kepada konselor. Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada konseli setelah menerima pesan dari konseli. Konselor dan konseli bersama-sama

(6)

18

menggunakan aplikasi sistem informasi konseling yang dapat diakses di laman konselinglab.id (Situmorang, 2020) dengan tampilan laman sebagaimana Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Laman login sistem informasi konseling

Proses konseling dapat dilakukan oleh setiap konseli dengan memilih menu layanan konsultasi. Laman ini berfungsi untuk mendeskripsikan pengisian konsultasi konseling terkait masalah yang dihadapi oleh konseli. Laman konsultasi akan menyediakan daftar konselor yang menjadi rujukan ketika melakukan pengiriman pesan. Selanjutnya, pesan tersebut akan diterima oleh konselor dan direspon. Konseli dapat menuliskan nama atau judul konseli yang diinginkan. Misalnya konseli dapat menuliskan bimbingan karir selanjutnya konseli dapat menuliskan pesan secara rinci pada kolom pesan kemudian kirim pesan.

Gambar 4. Pengisian konsultasi konseling

(7)

19 Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) secara garis besar mencakup empat komponen diantaranya adalah keberhasilan target jumlah peserta kegiatan PKM, ketercapaian tujuan kegiatan, ketercapaian target materi yang telah direncanakan, dan kemampuan peserta dalam menguasai materi. Target peserta sebagai subjek dampingan sosialisasi dan simulasi seperti direncanakan sebelumnya adalah 20 santri Pondok Pesantren Annida Kelurahan Karyamulya Kota Cirebon. Jumlah peserta tersebut disesuaikan dengan santri yang memiliki perangkat gawai (gadget) atau komputer yang tersedia di pondok pesantren. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh 20 orang peserta sehingga dapat disimpulkan bahwa target peserta sebagai subjek dampingan 100%

tercapai. Gambar 5 menunjukan gambaran pelaksanaan pengabdian masyarakat ketika peserta melakukan simulasi menggunakan gadget.

Gambar 5. Proses pendampingan peserta kegiatan PKM

Tujuan pengabdian kepada masyarakat melalui pendampingan sosialisasi dan simulasi layanan konseling siber melalui sistem informasi konseling pada santri pondok pesantren ini secara umum tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil simulasi dan pelatihan kepada subjek dampingan menunjukkan bahwa kualitas layanan konseling siber yang telah dihasilkan telah tercapai walaupun alokasi waktu tersedia terbatas. Keterbatasan waktu tersebut mengakibat- kan tidak semua materi tentang konseling siber dan sistem informasi konseling dapat disampaikan secara rinci kepada para peserta.

Ketercapaian target materi pada pelaksanan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup baik, karena materi pendampingan yang disiapkan tim pengabdi dapat disampaikan secara keseluruhan. Materi pendampingan yang telah disampaikan adalah pengantar teknologi informasi, pemahaman sistem informasi dan manajemen, konsep ruang siber dan konseling siber, sosialisasi dan simulasi konseling dengan sistem informasi konseling. Kemampuan peserta sebagai subjek dampingan dapat ditinjau dari penguasaan materi yang relative kurang disebabkan durasi penyampaian materi yang pendek dan kemampuan para peserta yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jumlah materi yang banyak hanya disampaikan dalam

(8)

20

waktu sehari sehingga tidak cukup waktu bagi para peserta untuk memahami dan mensimulasikan secara komprehensif semua materi yang disajikan.

Grafik 1. Kepuasan peserta kegiatan PKM (Sumber: Hasil survei evaluasi penulis)

Secara keseluruhan kegiatan pendampingan sosialisasi dan simulasi sistem informasi konseling sebagai alat bantu konseling siber dapat dikatakan berhasil. Selain diukur dari keempat komponen di atas, keberhasilan kegiatan pengabdian ini juga dapat dilihat dari kepuasan peserta setelah mengikuti kegiatan yang berada pada skala 4 dan skala 5 sebagaimana pada Grafik 1. Peserta memperoleh pengetahuan dan pengalaman riil dengan mempraktikan kegiatan konseling secara virtual yang ada didunia maya seperti konseling dilakukan pada metode konvensional atau tatap muka (face to face).

Kesimpulan

Program pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Pondok Pesantren Annida melalui pendampingan dapat diselenggarakan dengan baik. Implementasi dimulai dengan simulasi sampai pada evaluasi. Kegiatan simulasi sistem informasi konseling dimulai dengan pembuatan akun di aplikasi, melakukan registrasi sebagai konselor dan konseli, dan pelaksanaan simulasi konseling. Selain itu kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan kegiatan yang telah disusun walaupun belum semua peserta sebagai subjek pendampingan menguasai dengan baik materi yang disampaikan. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti pendampingan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu simulasi berakhir.

Ucapan Terima Kasih

Penulis sebagai tim pengabdian mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang telah mendukung dalam pembiayaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, ucapan terima kasih ditujukan kepada Pondok Pesantren Annida Kelurahan Karyamulya kota Cirebon yang telah berkenan menerima sebagai mitra pelaksanaan pengabdian masyarakat (PKM) dan mendorong para santri untuk ikut serta dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

(9)

21 Referensi

Aini, H., & Mudjiran, M. (2020). Cybercounseling as one of the skills in the guidance and counseling service in the 21st century. Southeast Asian Journal of Technology and Science, 1(1), 23–26. DOI : https://doi.org/10.29210/81058000

Anisah, A. (2019). Desain Sistem Informasi Administrasi Bimbingan Konseling Pada Sma Negeri 1 Tempilang Dengan Model Fast. Jurnal Sisfokom (Sistem Informasi Dan Komputer), 8(1), 92–

97. DOI: https://doi.org/10.32736/sisfokom.v8i1.613

Ararat, M. (2020). Business Against Intimate Partner Violence A Case of Participatory Action Research. Singapore: Springer.

Asmuni, A. (2020). Problematika pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 dan solusi pemecahannya. Jurnal paedagogy, 7(4), 281-288. DOI: https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941 Budianto, A. E., Aziz, A., & Hidayah, N. (2019). ICT application in cyber counseling as a teacher

accelerator with optimizing WhatsApp based mobile computing. Journal of Physics:

Conference Series, 1375(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1375/1/012006

Budianto, A.E., Hidayah, N., & Aziz, A. (2019). Aplikasi Cyber Counseling Dengan Mengoptimalkan Whatsapp Berbasis Komputasi Mobile. Kurawal - Jurnal Teknologi, Informasi Dan Industri, 2(2), 182–193. DOI: https://doi.org/10.33479/kurawal.2019.2.2.182-193

Fadhilah, M. F., Alkindi, D., & Muhid, A. (2021). Cyber Counseling Sebagai Metode Meningkatkan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Literature Review. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 11(1), 86. DOI: http://doi.org/10.25273/counsellia.v11i1.8393

Handayana, S., Zuhairi, Z., & Hakim, N. (2019). Upaya Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Pekon Negeri Ratu 2 Pesisir Barat Melalui Lukisan Teknik Kolase. DEDIKASI:

Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 56-63. Diakses di: https://e- journal.metrouniv.ac.id/index.php/JPM/article/view/1601

Hasanah, S., & Sano, A. (2020). Peer Conformity and Students Bullying Behavior and Implications for Guidance and Counseling Services. Jurnal Neo Konseling, 2(2), 1–9. Diakses di:

http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo/article/view/283

Hidayah, N. (2020). Aplikasi Cybercounseling Kognitif Perilaku Bagi Guru BK di Era Revolusi Industri 4.0. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 13–30.

DOI: https://doi.org/10.1234/pdabkin.v1i1.13

Kidwai, H., Iyengar, R., Witenstein, M. A., Byker, E. J., & Setty, R. (Eds.). (2017). Participatory action research and educational development: South Asian perspectives. Springer.

Marpaung, I. Y. O., & Siagian, S. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Macromedia Flash Proffesional 8 Kelas V Sd Swasta Namira. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi Dalam Pendidikan, 3(1), 28–40.

DOI: https://doi.org/10.24114/jtikp.v3i1.5003

Pratiwi, B. A. I., Muhid, A., & Nasiroh, S. A. (2021). Layanan Cyber Counseling pada Siswa saat Masa Pandemi Covid-19. Realita: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 6(1), 1223-1228. DOI:

https://doi.org/10.33394/realita.v6i1.3476

Puspita, D., Elita, Y., & Sinthia, R. (2019). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Berbasis Cyber- Counseling Via Whatsapp Terhadap Keterbukaan Diri Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Semester 4a Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmiah BK, 2(3), 271–281.

DOI: https://doi.org/10.33369/consilia.2.3.271-281

Putra, P. H., & Novelan, M. S. (2020). Perancangan aplikasi sistem informasi bimbingan konseling pada sekolah menengah kejuruan. Jurnal Teknovasi, 7(1), 1–7.

Saputra, N. M. A., Hidayatullah, H. T., Abdullah, D., & Muslihati, M. (2020, August). Pelaksanaan Layanan Cyber Counseling Pada Era Society 5.0: Kajian Konseptual. In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling Universitas Negeri Malang (pp. 73-79).

Sari, L. T. (2020). Pengaruh Cyber Counseling Terhadap Sikap Pencegahan HIV/AIDS di SMK PGRI 3 Blitar. Jurnal Penelitian Kesehatan, 9(2), 63–70. DOI: https://doi.org/10.54040/jpk.v9i2.174 Situmorang, D. D. B. (2020). Online/Cyber Counseling Services in the COVID-19 Outbreak: Are

They Really New? The Journal of Pastoral Care & Counseling : JPCC, 74(3), 166–174. Doi:

https://doi.org/10.1177/1542305020948170

Sutijono, & Farid, D. A. M. (2018). Cyber Counseling di Era Generasi Milenial. Sosiohumanika, 11(1), 19–32. DOI: https://doi.org/10.2121/sosiohumanika.v11i1.1000

Referensi

Dokumen terkait

Suatu tugas yang diperintahkan dalam lebar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainnya (Majid, 2011: 176). LKS memuat kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk

Atas dasar latar belakang inilah penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Peranan Zakat, Infaq dan Shadaqah dalam Menanggulangi Kristenisasi (Studi Analisis

Adapun tujuan dibuatnya laporan akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Elektro Program Studi Teknik

Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi adalah pandangan yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan terhadap akuntan yang menjadi pekerjaan idaman mahasiswa

Dengan terbitnya buku “KECAMATAN PRAMBANAN DALAM ANGKA 2020” ini, diharapkan dapat berkesinambungan pada tahun-tahun yang akan dating, sehingga data-data yang

Tentunya ketiga milestone tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekuatan Program Studi Teknik Sipil semata, tapi juga membutuhkan dukungan dari semua unit dalam

Bappenas bekerja sama dengan Australia Awards in Indonesia, Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya (PMIE UB) Malang, dan Macquarie University memberikan beasiswa

Berdasarkan latar belakang peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss)