BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari topik penelitian serta bagaimana kaitannya dengan Leverage, Kepemilikan Pengendali, Transfer Pricing, dan Tax Planning. Peneliti juga melampirkan bagan penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian, dan penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
Kerangka pemikiran menggambarkan alur logika hubungan masing-masing variabel penelitian agar dapat dimengerti dengan baik oleh pembaca. Dari penjelasan teori yang dijelaskan sebelumnya maka pada bagian akhir dari bab ini, peneliti dapat menarik hipotesis yang merupakan anggapan sementara dari masalah yang akan diteliti.
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) menjelaskan hubungan agensi antara manajemen perusahaan (agent) dengan pemegang saham (principal). Dimana dalam hubungan keagenan (agency relationship) ini terdapat suatu kontrak satu orang atau lebih (principal) memerintahkan orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan juga memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Teori keagenan ini diambil dalam buku Jensen & Meckling (1976) yang berbunyi :
“Agency relationship as a contract under which one or more person (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority ti the agent.”
Teori ini mendeskripsikan prinsipal sebagai pemegang saham dan agen sebagai manajemen perusahaan. Pemegang saham tidak terlibat langsung dalam operasional perusahaan, dan prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dijalankan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen memiliki kewajiban mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan dan harus mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pemegang saham pastinya berharap bahwa manajemen dapat mengambil kebijakan dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
Jika kedua pihak dalam hubungan tersebut berniat untuk mendapatkan keuntungan maksimal, pihak manajemen diyakini tidak akan selalu bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham. Prinsipal dapat membatasi penyimpangan dari minatnya dengan menetapkan insentif yang sesuai untuk agen, dan dengan mengeluarkan biaya pemantauan untuk membatasi aktivitas menyimpang dari agen. Dalam beberapa situasi sebaiknya agen bersedia untuk menyediakan sumber daya untuk menjamin bahwa ia tidak akan melakukan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau memastikan bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia melakukan tindakan tersebut. Meskipun begitu, risiko tidak akan bisa sepenuhnya dihilangkan.
Menurut Eisenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan selalu menghindari risiko (risk averse). Pertentangan akan terjadi apabila agen tidak melaksanakan perintah prinsipal demi kepentingannya sendiri. Dalam hal ini, prinsipal adalah pemerintah dan agen adalah perusahaan. Pemerintah memerintahkan kepada
perusahaan untuk membayar pajak sesuai dengan perundang-undangan pajak. Hal yang terjadi adalah perusahaan lebih mengutamakan kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga meminimalisir beban, termasuk beban pajak dengan melakukan penghindaran pajak. Manajer perusahaan yang berkuasa dalam pengambilan keputusan memiliki kepentingan untuk memaksimalkan labanya dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Karakter manajer perusahaan tentunya mempengaruhi keputusan manajer untuk memutuskan kebijakannya untuk meminimalkan beban termasuk beban pajak dengan mempertimbangkan berbagai macam hal Tingkat hutang, dan Transfer Pricing.
2. Pajak
a. Pengertian Pajak
Peranan pajak dalam kehidupan bernegara berperan sangatlah penting, terutama dalam melaksanakan pembangunan karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar. Pajak mempunyai banyak definisi, tetapi pada hakikatnya mempunyai arti yang sama. Ada beberapa definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, menyebutkan sebagai berikut :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Rochmat Soemitro dalam (Safri N, 2005) pengertian pajak adalah:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balilk (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Menurut P.J.A. Adriani dalam (Safri N, 2005) memberikan Batasan atas pengertian pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”
b. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan Negara. Menurut Thian (2021:9) ada empat fungsi pajak, yaitu :
1) Fungsi Anggaran (Budgeter)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah yang membiayai pengeluaran rutin maupun lainnya. Bisa dibilang pajak adalah tulang punggung sumber penerimaan dalam negeri. Contoh : Pajak menjadi salah satu sumber penerimaan APBN.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Contoh :
a) Pengenaan Bea Cukai, PPnBM, dan pajak produk impor lainnya guna untuk memajukan produk dalam negeri.
b) Seperti saat pandemi Covid-19 ini, pemerintah memberikan insentif pajak atas dividen dengan tujuan untuk meningkatkan investasi di Indonesia.
c) Dengan mengenakan tarif pajak rendah atas ekspor untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia.
3) Fungsi Stabilitas
Pajak sebagai penerimaan negara bisa digunakan untuk menjalankan kebijakan pemerintah. Contoh : Kebijakan stabilitas harga dengan tujuan menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang dimasyarakat melalui pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efektif dan efesien.
4) Fungsi Retribusi Pendapatan
Penerimaan negara dari pajak digunakan untuk pengeluaran umun dan pembangunan nasional di Indonesia, maka dapat membuka lapangan pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
c. Jenis-jenis pajak
Menurut Thian (2021:35) jenis pajak terdapat 3 bagian, yaitu : 1) Pajak Berdasarkan Golongan
a) Pajak Langsung, pajak yang wajib ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak bisa di tanggung oleh orang lain. Contoh : Pajak penghasilan (PPh).
b) Pajak Tidak Langsung, pajak yang dapat ditanggung oleh orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
2) Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutnya
a) Pajak Pusat, Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pelaksanaannya melalui Departement Keuangan melalui Direktoran Jendral Pajak (DJP).
Contoh : Pajak Penghasilan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008), PPn
& PPnBM (Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009), Pajak Bumi dan Bangunan (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994), dan Bea Materai (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985).
b) Pajak Daerah, Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, pelaksanaannya oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, terdiri dari lima macam pajak provinsi dan sebelas macam pajak kabupaten/kota.
Pajak Provinsi : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
Pajak Kabupaten/Kota : Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
3) Pajak Berdasarkan Sifatnya
a) Pajak Subjektif, Pajak yang memperhatikan keadaan si Wajib Pajak kuat atau tidak kuatnya memikul pajak setelah dikurangi dengan biaya hidup minimum.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b) Pajak Objektif, Pajak yang dinilai dari suatu benda atau harta yang dimiliki Wajib Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
d. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia
Menurut Irianto & Rosdiana (2011) ada tiga sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu :
1) Official Assessment System adalah Fiskus berperan aktif dala menghitung dan menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Self Assessment System adalah wajib pajak yang menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Fiskus hanya berperan dalam mengawasi dan memeriksa dengan kebenaran penghitungan dan penulisan yang dilakukan oleh wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan Pribadi dan Badan.
3) Withholding System adalah pemerintah memberi wewenang kepada pihak ketiga (yang dekat dengan “wajib pajak”) untuk menentukan dan memotong dari wajib pajak tersebut. Contoh : Pemberi kerja menentukan pajak dan memotong nya dari gaji pegawai (wajib pajak) ini, lalu pemberi kerja menyetorkan dan melaporkan kepada pemerintah.
e. Hambatan Pemungutan Pajak
Menurut Thian (2021:19) hambatan pemungutan pajak dikelompokkan menjadi : 1) Perlawanan Pasif
Faktor Pasif membayar pajak disebabkan oleh :
a) Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami oleh masyarakat dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat untuk membayar pajak.
b) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
c) Cara hidup masyarakat di suatu Negara.
d) Wajib pajak yang sulit menghitung sendiri pendapatan nettonya dikarenakan harus ada pembukuan.
2) Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif berasal dari inisiatif Wajib Pajak itu sendiri, usaha dan perbuatannya ditujukkan kepada fiskus dengan tujuan mengurangi kewajiban pajak yang harus dibayar . Perlawanan aktif ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Tax Avoidance, memanfaatkan ketentuan-ketentuan yang ada di bidang perpajakan secara optimal yang tidak melanggar undang-undang. Contoh : Menggunakan ikat pinggang plastik, karena kalau kulit dikenakan memakai barang mewah yang menjadikan dikenakan pajak PPnBM.
b) Tax Evasion, dengan sengaja melanggar aturan perpajakan untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan. Contoh : dengan memberikan data atau laporan palsu guna untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan.
3. Tax Planning
a. Pengertian Tax Planning
Menurut Chairil Anwar Pohan (2014:8) menyebutkan tax planning adalah :
“Rangkaian strategi untuk mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara-cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan (in legal way). Dalam arti yang lebih luas melputi keseluruhan fungsi manajemen perpajakan.”
Didalam Chairil Anwar Pohan (2019:371) menyatakan bahwa :
“Tax planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.”
Dapat disimpulkan berdasarkan pengertian diatas bahwa tax planning adalah sebuah langkah awal bagi wajib pajak dalam melakukan penghematan pajak yang dibayarkan.
b. Tujuan Tax Planning
Dalam Harnanto (2013:3) tujuan tax planning untuk mengurangi biaya pajak yang terutang pada saat tahun berjalan atau tahun berikutnya.
Sedangkan menurut Chairil Anwar Pohan (2014:21) menyebutkan bahwa tujuan pokok secara umum yang ingin dicapai dari tax planning yang positif adalah dengan meminimalisasi beban pajak yang terutang, memanfaatkan laba setelah pajak, minimalisasikan adanya kejutan pajak (tax surprise) bila mana adanya pemeriksaan pajak oleh fiskus dan dapat memenuhi kriteria yang benar menurut ketentuan perpajakan. Dari penjelasan tersebut dapat disipulkan tujuan tax planning untuk meminimalisir beban pajak dari nominal yang seharusnya dibayar oleh wajib pajak.
c. Strategi Tax Planning
Menurut Indra M.P (2019:42) strategi tax planning, yaitu :
1) Tax saving, efisiensi beban pajak dengan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
2) Tax avoidance, efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak.
3) Menghindari pelanggaran atas peraturan pajak.
4) Menunda pembayaran kewajiban pajak.
5) Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.
6) Menghindari pemeriksaan pajak dengan cara lebih bayar.
Sedangkan menurut Chairil Anwar Pohan (2013:44) terdapat beberapa strategi yang bisa dijadikan untuk melakukan tax planning :
1) Memaksimakan biaya-biaya yang dapat dikurangkan.
2) Merger antara perusahaan yang terus meneru rugi dengan perusahaan untung.
3) Menunda penghasilan.
4) Percepat pembebanan biaya.
5) Strategi efisiensi untuk menekan beban pajak perusahaan.
6) Hindari beban orang lain untuk tidak menjadi beban sendiri.
Kesimpulan yang didapat berdasarkan penjelasan tentang strategi tax planning adalah ada berbagai macam strategi yang dapat kita gunakan untuk meminimalkan biaya pajak yang seharusnya dibayar oleh wajib pajak.
d. Pengukuran Tax Planning
Dalam (Yuniasih et al,. 2015) metode ini merupakan perbandingan antara beban pajak kini dibagi dengan laba sebelum pajak. ETR bertujuan untuk melihat efesiensi perencanaan pajak dalam tahun berjalan. ETR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐸𝑇𝑅 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑘𝑖𝑛𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 4. Leverage
Dalam Mokhamad Anwar (2019:148) mengartikan leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya utang yang harus di tanggung oleh perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar utangnya. Ketika perusahaan mempunyai utang besar, maka akan memunculkan beban bunga yang besar dana karena itu dapat mempengaruhi dalam tax planning yang mengurangi biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Berikut jenis-jenis leverage :
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini membandingkan antara seluruh hutang (termasuk hutang lancar) dengan seluruh ekuitas. Rumusnya sebagai berikut :
𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 b. Debt to Assets Ratio
Rasio ini membandingkan antara seluruh hutang dengan seluruh aktiva . Rumusnya sebagai berikut :
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑐𝑡𝑖𝑣𝑎 c. Times Interest Earned Ratio (TIER)
Rasio ini membandingkan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rumusnya sebagai berikut :
TIER =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 (𝐸𝐵𝐼𝑇) 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡d. Long term Debt to Equiry Ratio
Rasio ini membandingakan antara hutang jangka Panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt-to-Equity Ratio, yaitu perbandingan antara utang lancer dengan seluruh hutang dan jumlah seluruh ekuitas perusahaan, yang dapat menunjukkan seberapa besar bagian dari keseluruhan ekuitas yang dibelanjai oleh utang.
5. Transfer Pricing
Transfer Pricing atau harga transfer adalah kebijakan perusahaan menetapkan harga Transfer dalam bertransaksi barang, jasa, maupun finansial yang terdapat dalam aktivitas perusahaan. Menurut Tampubolon & Farizi (2018:10) transfer pricing adalah transaksi pertukaran produk atau jasa yang terjadi diantara dua entitas yang berbeda dalam suatu grup perusahaan. Terdapat empat unsur dari definisi Transfer Pricing, yaitu :
a. Adanya pertukaran (pembelian atau penjualan) b. Entitas yang berbeda
c. Dalam grup yang sama d. Dengan tujuan tertentu
Terdapat 2 macam dalam penetapan harga transfer menurut Tampubolon & Farizi (2018:11) yaitu :
a. Harga Fundamental
Harga fundamental atau harga dasar artinya harga yang akan dikenakan kepihak yang berhubungan istimewa yang sama besarnya seperti yang dikenakan kepada customer atau supplier yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Dapat terlaksana jika dalam situasi :
1) Individu yang kompeten
2) Atmosfir yang mendukung 3) Harga pasar
4) Kebebasan memilih sumber 5) Informasi yang lengkap 6) Negosisai
b. Harga Wajar
Menurut perpajakan Indonesia adalah “harga atau laba yang terjadi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi sebanding atau harga laba yang ditentukan sebagai harga atau laba yang memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.”
Didalam hubungan transfer pricing antara perusahaan terdapat hubungan istimewa dalam melakukan transaksi. Menurut PSAK 7 dalam Tampubolon & Farizi (2018:23) Hubungan Istimewa adalah “Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.”
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dalam PSAK 7 digambarkan sebagai berikut :
a. Perusahaan melalui satu atau lebih perantara (intermediaries).
b. Perusahaan asosisasi (associated company).
c. Perorangan yang memiliki suatu kepentingan hak suara dalam perusahaan.
d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang dekat dengan orang penting dan mempunyai wewenang dalam kegiatan perusahaan.
e. Perusahaan dimana suatu kepentingan subtansial dalam hak suara dimiliki.
6. Kepemilikan Pengendali
Kepemilikan pengendali diproksikan dengan persentase kepemilikan saham 20% atau lebih yang dimiliki oleh pemegang saham. Hal ini sesuai dengan PSAK Nomor 15 yang menyatakan tentang pengaruh signifikan yang dimiliki oleh pemegang saham dengan persentase 20% atau lebih. Kriteria kepemilikan pengendali didasarkan pada UU Pasar Modal No. IX.H.1, yang menjelaskan pemegang saham pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih (Mutamimah, 2008). Menurut La Porta et al. (2000) dalam john et al. (2017:104) dari struktur piramida atau lintas kepemilikan hak kendali yang tinggi, pemegang saham pengendali memperoleh kekuatan yang tidak proporsional terhadap hak arus kas mereka. Di kondisi seperti ini pemegang saham pengendali bisa mempengaruhi manajemen dalam memutuskan kebijakan dan operasi perusahaan. Sehingga dapat melakukan ekspropriasi dengan mengendalikan transaksi perushaan, termasuk juga melakukan Tindakan tax planning dan memindahkan manfaat pajak ke perusahaan lain milik pemegang saham pengendali tanpa harus membaginya kepada pemegang saham non pengendali di perusahaan awalnya.
Contohnya perusahaan melakukan transaksi hubungan istimewa ke perusahaan baru yang didirikan oleh pemegang saham kendali di daerah yang mempunyai tax free sebagai alat untuk menyembunyikan laba perusahaan dan sebagai upaya dari Tindakan tax planning.
Oleh karena itu, pemegang saham pengendali dapat menikmati keuntungan sendiri lewat anak perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali. Sedangkan biaya penghindaran pajaknya akan ditanggung oleh perusahaan dan para pemegang saham
termasuk pemegang kendali, tetapi hanya sebatas arus kas yang dimilikinya (Marsipah et al,. ).
B. Penelitian Terdahulu
Topik penelitian mengenai manajemen pajak telah cukup banyak diteliti oleh para peneliti, tetapi variabel independen yang digunakan untuk penelitian berbeda-beda dan hasilnya juga banyak yang berbeda. Berikut adalah lampiran tabel penelitian yang telah diteliti dan hasilnya.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
1 Judul Penelitian Pengaruh Transfer Pricing, Thin Capitalization dan Tunneling Incentive Terhadap Agretivitas Pajak
Tahun Penelitian 2021
Nama Penulis Muthia Athira Hutomo, Ratna Hindria Dyah Pita Sari, Anita Nopiyanti
Variabel Independen Transfer Pricing, Thin Capitalization, Tunneling Incentive Variabel Dependen Agretivitas Pajak
Hasil Penelitian 1.Transfer Pricing memberikan pengaruh signifikan terhadap Agresivitas pajak
2.Thin capitalization tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Agresivitas Pajak.
3.Tunneling Incentive tidak memberikan pengaruh terhadap praktik Agresivitas Pajak.
2 Judul Penelitian Pengaruh Kepemilikan Pengendali dan Corporate Governance Terhadap Ttindakan Pajak Agresif Tahun Penelitian 2016
Nama Penulis Pratana Puspa Midiastuty, Rini Indriani, Eddy Suranta, Sarry Irawati Putri
Variabel Independen
Kepemilikan Pengendali, Proporsi Komisaris, Komite Audit, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Tindakan Pajak Agresif
Hasil Penelitian 1. Kepemilikan Pengendali tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif
2. Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif
3. Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif
4. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif
5. Tingkat Hutang berpengaruh positif terhadap Tindakan Pajak Agresif
6. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan Pajak Agresif
3 Judul Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Karakteristik Dewan Terhadap Agretivitas Pajak
Tahun Penelitian 2014
Nama Penulis Junilla Hadi dan Yenni Mangoting
Variabel Independen Struktur Kepemilikan, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Size, Leverage, ROA Variabel Dependen Agretivitas Pajak
Hasil Penelitian 1. Pengaruh antara Struktur Kepemilikan terhadap Agresivitas Pajak
2. Komposisi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
3. Kepemilikan Manjerial tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
4. Size berpengaruh secara signifikan terhadap Agresivitas Pajak
5. Leverage tidak berpengaruh terhadap ETR 6. ROA tidak berpengaruh terhadap ETR
4 Judul Penelitian Pengaruh Transfer Pricing dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance
Tahun Penelitian 2021
Nama Penulis Adella Dita Pratama dan Anissa Yuniar Larasati Variabel Independen Tranfer Pricing, Capital Intensity
Variabel Dependen Tax Avoidance
Hasil Penelitian 1. Transfer Pricing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tax Avoidance
2. Capital Intensity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tax Avoidance
5 Judul Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan Terhadap Tax Avoidance di Indonesia Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi
Tahun Penelitian 2021
Nama Penulis Toto Andriyanto dan Andri Marfiana
Variabel Independen Harga Transfer, Leverage, Harga Transfer dan Leverage Variabel Dependen Tax Avoidance
Hasil Penelitian 1. Kepemilikan Keluarga dalam perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku Tax Avoidance.
2. Kepemilikan Asing dalam perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku Tax Avoidance.
3. Kepemilikan Pemerintah dalam perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku Tax Avoidance.
4. keberadaan MLS memperlemah pengaruh kepemilikan keluarga terhadap Tax Avoidance
5. komisaris independen tidak memoderasi pengaruh dari adanya Struktur Kepemilikan terhadap Tax Avoidance
6 Judul Penelitian Pengaruh Harga Transfer dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak
Tahun Penelitian 2020
Nama Penulis Lusi Oktaviana , Ketut Sunarta , Haqi Fadillah
Variabel Independen Harga Transfer, Leverage, Harga Transfer dan Leverage Variabel Dependen Penghindaran Pajak
Hasil Penelitian 1. Harga Transfer berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak yang diproksikan menggunakan Effective Tax Rate 2. Leverage tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate
3. Harga Transfer dan Leverage terhadap Penghindaran Pajak berpengaruh secara simultan
7 Judul Penelitian Pengaruh Harga Transfer, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak
Tahun Penelitian 2021
Nama Penulis Elma Susanti, Agussalim M dan Dica Lady Silvera
Variabel Independen Harga Transfer, Leverage, Harga Transfer dan pertumbuhan penjualan
Variabel Dependen Penghindaran Pajak
Hasil Penelitian 1. Harga Transfer secara parsial tidak berpengaruh terhadap Penghindaran
2. Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak
3. Pertumbuhan penjualan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak 4. Harga transfer, leverage, dan pertumbuhan
penjualan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak
8 Judul Penelitian Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Hutang Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif
Tahun Penelitian 2021
Nama Penulis Teguh Erawati, Anika Novitasari
Variabel Independen Harga Transfer, Leverage, Ukuran perusahaan, dan profitabilitas
Variabel Dependen Tarif Pajak Efektif
Hasil Penelitian 1. Transfer Pricing berpengaruh negatif terhadap Tarif Pajak Efektif
2. Ukuran Perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR)
3. Hutang Perusahaan berpengaruh positif terhadap Tarif Pajak Efektif
4. Proftabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap Tarif Pajak Efektif.
C. Kerangka Pemikiran
Topik penelelitian Tax Planning memiliki beragam faktor-faktor yang mempengaruhi setiap variabel independen terhadap variabel dependennya. Dalam kerangka pemikiran Tax Planning ini akan membahas pengertian, objek permasalahan yang disusun atas kajian pustaka yang bertujuan untuk membangun hipotesis yang menjadi dasar dari penelitian.
25. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Planning
Penelitian yang dilakukan oleh Lusi Oktaviana et al. (2020) Leverage adalah kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk membiayai proses aktivitas suatu perusahaan, Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Biaya bunga yang berasal dari hutang dapat menambah sebagai biaya operasional yang bisa mengurangi beban pajak penghasilan wajib pajak badan, sehingga hutang dapat mempengaruhi dalam melakukan Tax Planning dalam perusahaan. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka Panjangnya.
Perusahaan yang mempunyai jumlah hutang lebih banyak memiliki ETR yang lebih rendah. Dikarenakan biaya bunga dari hutang tersebut bisa mengurangi pendapatan perusahaan sebelum pajak, sehingga semakin besar proporsi hutang jangka panjang dibagi dengan total aset (leverage) perusahaan maka semakin efesien juga dalam meminimalkan pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erawati & Novitasari (2021) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi leverage semakin besar hutang yang ditanggung perusahaan, semakin besar bunga, maka beban pajak yang ditanggung rendah dan semakin efesien tingkat Effective Tax Rate-nya. Dengan demikian Leverage berpengaruh positif terhadap Tax Planning.
𝑯𝟏 : Leverage berpengaruh positif terhadap Tax Planning.
26. Pengaruh Kepemilikan Pengendali Terhadap Tax Planning.
Menurut la porta et al (2000) dalam john et al (2017) lewat struktur piramida atau lintas kepemilikan dengan hak kendali yang tinggi, pemegang saham pengendali memperoleh kekuatan yang tidak proporsional terhadap arus kas mereka. Kondisi tersebut pemegang saham pengendali bisa mempengaruhi manajemen perusahaan, contohnya seperti memerintah manajer untuk mengurangi biaya pajak dan pemegang saham pengendali juga dapat menikmati manfaat pajak tersebut sendiri. Hal lainnya pada perusahaan biasanya kerabat dari pendiri perusahaan sebagai pemegang saham pengendali yang mempunyai kesempatan lebih besar melakukan tindakan tax planning yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak lewat transaksi hubungan istimewa. Transaksi hubungan istimewa bisa dilakukan oleh pemegang saham pengendali, anggota dewan direksi atau dewan komisaris, dan perusahaan afiliasi. Penelitian yang dilakukan oleh Marsipah et al.
(2015) membahas mengenai pemegang saham pengendali cenderung menyembunyikan laba perusahaan guna mengurangi biaya pajak lewat hubungan istimewa. Hubungan istimewa ini bisa dilakukan dengan anak perusahaan dan pemegang saham pengendali yang mempunyai relasi dengan perusahaan lain. Jika terjadi fenomena tersebut, akan memicu konflik dimana pemegang saham non-pengendali mendapat pembagian keuntungan akibat laba perusahan yang dialihkan guna memperkecil biaya pajak. Sementara itu pemegang saham pengendali dapat menikmati sendiri laba yang dialihkan ke perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dengan pemegang saham pengendali. Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan pengendali, maka semakin tinggi melakukan tax planning.
𝑯𝟐 : Kepemilikan Pengendali berpengaruh Positif terhadap Tax Planning.
𝐻1(+)
𝐻2(+)
27. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Tax Planning.
Perusahaan lebih menentukan harga transfer yang rendah kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa daripada kepada perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa. Langkah ini diambil guna untuk meminimalkan pajak, biasanya menentukan harga transfer yang rendah ke perusahaan yang berada di negara tarif pajak yang rendah. Hal ini dapat menekan keuntungan perusahaan, tetapi pajak yang harus dibayar oleh perusahaan juga menjadi rendah juga. Transfer pricing masih disebut tindakan yang wajar dalam perencanaan meminimalkan pajak yang seharusnya dibayar oleh perusahaan. Oktaviana et al. (2020) dalam penelitiannya membuktikan Transfer Pricing berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance dengan proxy ETR, hal ini dapat membuktikan bahwa semakin tinggi melakukan transfer pricing maka semakin tinggi juga tingkat meminimalkan biaya pajak yang seharusnya dibayar oleh perusahaan. Dengan demikian Transfer Pricing berpengaruh positif terhadap tax planning.
𝑯𝟑 : Transfer Pricing berpengaruh positif terhadap Tax Planning.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Leverage (𝑋1)
Kepemilikan Pengendali (𝑋2) Tax Planning (Y)
𝐻3(+)
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : Leverage memiliki pengaruh positif terhadap tax planning.
H2 : Kepemilikan Pengendali memiliki perngaruh positif terhadap tax planning.
H3 : Transfer Pricing memiliki pengaruh positif terhadap tax planning.
Transfer Pricing (𝑋3)