• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian yang dianalisis berjumlah 8, empat dari penelitian model pembelajaran TGT dan empat model pembelajaran TSTS. Penelitian yang digunakan diambil dari berbagai artikel pada jurnal yang dipublikasikan secara nasional yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah melakukan analisis terhadap artikel, hasil penelitian kemudian dikelompokkan seperti dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Artikel

Kriteria Pengumpulan Artikel Pengelompokkan Artikel

Jumlah Artikel Yang Diperolah

Tahun Publikasi

2017 2

2018 1

2019 4

2020 1

Jenis Metode Kooperatif

TGT 4

TSTS 4

Variabel Terikat Kerja sama 8

(2)

4.1.1 Hasil pemberian kode artikel

Hasil analisis dari artikel yang diperoleh dari tahun 2011-2020, selanjutnya pemberian kode pada artikel yang diperoleh. Data pemberian kode disajikan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2

Data Artikel Sesuai Dengan Kriteria Penelitian No Kode

Data

Judul penelitian Nama peneliti Tahun penelitian

Model pembelajaran TGT TSTS 1 A1 PENERAPAN

MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA SISWA SEKOLAH DASAR

1. Rini Mulyani 2. Nana

Djumhana 3. Tatang

Syaripudin

2018

2 A2 PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN

TGT PADA

PEMBELAJARAN TEMATIK

TERPADU KELAS

5 UNTUK

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOLABORASI

1. Muhamad Surya Hamdani 2. Mawardi 3. Krisma Widi

Wardani

2019

3 A3 PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJASAMA MELALUI

1. Faisal Syawaldi Firdaus

2019

(3)

PEMBELAJARAN TIPE

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2. Tatang Syaripudin 3. Ruswandi

Hermawan

4 A4 EFEKTIVITAS MODEL

PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA BATANG NAPIER

TERHADAP KETERAMPILAN BERHITUNG DAN SIKAP KERJA SAMA SISWA PADA MATERI PERKALIAN KELAS III DI SDIT AR-RISALA

1. Shinta Niatasha Cindy Wildana

2020

5 B1 PENGARUH METODE

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SMA

1. I D Sofiana1 2. U Kaltsum 3. N Khoiri

2017

(4)

6 B2

PENERERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA MATERI TATA NAMA

SENYAWA KIMIA

1. Resty hanifah

2019

7 B3

EFEKTIVITAS METODE THINK PAIR SHARE DAN TWO STAY TWO STRAY DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

KEMAMPUAN KERJASAMA

1. Teriana Mardha Hidayat 2. Ali Muhson,

M.Pd

2017

8. B4

MODEL

PEMBELAJARAN TWO-STAY TWO- STRAY (TS-TS) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAN SIKAP

KERJASAMA SISWA

1. Nenih Nurhayati 2. Muhammad

Fahri

2019

(5)

4.1.2 Data hasil presentasi peningkatan model TGT dan TSTS

Data artikel diolah dengan cara merangkum atau komparasi antara model pembelajaran TGT dan TSTS kemudian data dilaporkan kembali.

Hasil komparasi model pembelajaran TGT dan TSTS dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.3

Presentase peningkatan model TGT siswa

No Kode Data Presentase %

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan

1 A1 73,08 86,32 13,24

2 A2 67,87 83,10 15,23

3 A3 74,52 88,00 13,48

4 A4 81,77 86,05 4,28

Mean 74,31 85,86 11.55

Tabel 4.4

Presentase peningkatan model TSTS siswa

No Kode Data Presntase %

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan

1 B1 65,95 80,62 14,67

2 B2 51,85 54,1 2,25

3 B3 76,15 84,37 8,22

4 B4 72,5 86,25 13,75

Mean 66,61 76,33 9,72

(6)

Hasil presentase pada tabel 4.4 presentase model pembelajaran TGT menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT mampu meningkatkan keterampilan kemampuan kolaborasi siswa sekolah dasar, presentase rata-rata peningkatan model pembelajaran TGT mulai dari yang terendah 4,28% dan yang tertiggi 15,23% dengan rata-rata 11,55%. Sedangkan nilai presentase model pembelajaran TSTS nilai terendah 2,25% dan tertinggi 14,67% dengan rata-rata 9,72%. Nilai presentase model pembelajaran TSTS lebih kecil dari model pembelajaran TGT.

4.1.3 Data hasil komparasi model pembelajaran TGT dan TSTS

Berdasarkan hasil presentase penggunaan model pembelajaran TGT lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Hal ini ditunjukkan dari hasil komparasi berikut.

Tabel 4.5

Komparasi hasil model pembelajaran TGT dan TSTS

Pengukuran Rata-rata Skor (mean) Selisih Eksperimen 1 Eksperimen 2

TGT 74,31% 85,86% 11,55%

TSTS 66,61% 76,33% 9,72%

Dari data hasil komparasi rata-rata ditabel 4.5 dapat dilihat selisih rata- rata skor pada pembelajaran TGT adalah 11,55 sedangkan selisisih model pembelajaran TSTS adalah 9,72. Berikut ini adalah diagram komparasi data antara model TGT dan TSTS

(7)

Gambar 1.4 Diagram komparasi 4.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran terhadap peningkatan kolaborasi . Analisis data menggunakan uji prasyarat yang dilakukan melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji Ancova. Uji Ancova dilakukan utuk melihat hasil pengaruh perbedaan model pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kolaborasi.

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah bertujuan untuk menentukan apakah sumber relevan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji teknik Shapiro-Wilk berbantuan SPSS 20.00 windows.

Berikut tabel hasil pengujian normalitas kolaborasi skor pretest dan Postest model pembelajaran TGT dan TSTS

0 20 40 60 80 100

TGT TSTS

Chart Title

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Column1

(8)

Tabel 4.6

Uji Normalitas Model Pembelajaran TGT dan TSTS

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TGT Eksperimen 1 ,235 4 . ,972 4 ,852 Kolaborasi TGT Eksperimen 2 ,286 4 . ,936 4 ,629 TSTS Eksperimen 1 ,225 4 . ,920 4 ,537 TSTS Eksperimen 2 ,362 4 . ,764 4 ,052 a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari uji normalitas kolaborasi skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS dapat diartikan jika diperoleh nilai signifikasi < 0,05 maka data tidak berdistibusi normal dan jika nilai signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 1 model pembelajaran TGT 0,852 > 0,05 yang artinya nilai berdistribusi normal.

Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT adalah 0,629 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eskperimen 1 model pembelajaran TSTS 0,537 > 0,05 yang artinya nilai berdistribusi normal.

Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT 0,052 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui aoakah sampel skor artikel yang telah dikumpulkan dari model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki varian yang sama. Hal ini dapat dikatakan data homogen jika nilai signifikasi > 0,05 dan data tidak homogen jika nilai signifikasi < 0.05.

Berikut adalah tabel uji homogenitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 menggunakan SPSS 20.00 for windows.

(9)

Tabel 4.7

Uji Homogenitas Eksperimen 1 Model Pembelajarn TGT dan TSTS Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

Based on Mean 1,236 1 6 ,309 Kolaborasi Based on Median 1,035 1 6 ,348

Based on Median and with

adjusted df 1,035 1 4,682 ,359 Based on trimmed mean 1,233 1 6 ,309

Tabel 4.7 menunjukkan hasik uji homogenitas menggunakan metode Levene’s Test. Dalam interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik yaitu statistik yang dilakukan dengan rata-rata (Based on Mean).

Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas Eksperimen 1 memperoleh signifikasi 0,309 > 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TSTS dan TGT memiliki variansi yang sama atau homogen.

Tabel 4.8

Uji Homogenitas Eksperimen 2 Model Pembelajarn TSTS dan TGT Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

Based on Mean 4,591 1 6 ,076 Kolaborasi Based on Median 1,628 1 6 ,249 Based on Median and

with adjusted df 1,628 1 3,19

3 ,287 Based on trimmed mean 3,796 1 6 ,099

(10)

Tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas menggunakan Livene’s Test. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statisti, yaitu statistik yang dilakukan dengan rata-rata (Based on Mean). Nilai homogenitas dilihat dari hasil signifikasi yaitu 0,076 > 0,05. Dari haisl tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki variansi yang sama atau homogen.

4.2.3 Uji Linearitas

Uji linearitas ini adalah uji untuk mengetahui apakah variabel bebas menggunakan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap variabel terikat meningkatkan kolaborasi mempunyai hubungan linear atau tidak, secara sinifikan. Dalam penelitian ini menggunakan uji linearitas yaitu SPSS 20.00 for windows, berikut adalah tabel uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT.

Tabel 4.9

Uji Linearitas Skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Model Pembelajaran TGT

Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunukkan hasil uji linearitas Eksperimen 1 dan

ANOVA Table Sum of Squares

Df Mean Square

F Sig.

TGT Eksperimen 2

TGT Eksperimen 1

Between Groups

(Combined) 11,033 2 5,517 3,909 ,337 Linearity 2,571 1 2,571 1,822 ,406 Deviation

from Linearity

8,463 1 8,463 5,997 ,247

Within Groups 1,411 1 1,411

Total 12,445 3

(11)

Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,247 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear.

Tabel 4.10

Uji Linearitas Skor Eksperimen 1 dan Ekperimen 2 Model Pembelajaran TSTS

Berdasarkan pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil uji linearitas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,786 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.

4.3 Uji Ancova

Berdasarkan hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji linear, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, homogen dan linear. Setelah melakukan uji prasyarat dapat dilakukan uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows. Uji Ancova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik siswa kelas SD. Berikut tabel hasil dari analisis uji Ancova.

ANOVA Table Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

TSTS Eksperimen 2

TSTS Eksperimen 1

Between Groups

(Combined) 323,970 2 161,985 ,461 ,721 Linearity 280,979 1 280,979 ,799 ,536 Deviation

from Linearity

42,991 1 42,991 ,122 ,786

Within Groups 351,655 1 351,655

Total 675,625 3

(12)

Tabel 4.11

Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Ancova Descriptive Statistics

Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2

Model Pembelajaran Mean Std. Deviation N

TGT 85,3675 1,51819 4

TSTS 71,3350 5,36112 4

Total 78,3513 8,34062 8

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji Ancova yang dilakukan pada model pembelajaran TGT dengan jumlah artikel 4 dengan rata-rata 85,3675. Sedangkan pada model pembelajaran TSTS dengan jumlah artikel 4 mempunyai rata-rata 71,3350. Sehingga terdapat perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS dilihat dari peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TSTS.

Tabel 4.12

Hasil Analisis Uji Ancova

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2

Source Type III Sum

of Squares

Df Mean

Square

F Sig. Partial Eta Squared

Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809

Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998

Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809

Error 93,140 6 15,523

Total 49598,309 8

Corrected Total 486,962 7 a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777)

(13)

Berdasarkan hasil uji Ancova yang terletak pada kolom model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa signifikasi pada kolom Sig.

sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh adalah 25,370.

4.4 Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji Ancova kemudian dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak.

Berikut adalah hipotesis penelitian :

Ha : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.

Ho : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.

Kriteria dalam pengembalian keputusan :

1. Menggunakan koefisien Sig. dengan ketentuan :

a. Jika nilai Sig. Hitung (Probabilitas) < 0,05 maka Ho ditolak b. Jika nilai Sig. Hitung (Probabilitas) > 0,05 maka Ho diterima 2. Menggunakan koefisien thitung dengan ketentuan

a. Jika koefisien f hitung > f tabel maka Ho ditolak b. Jika koefisien f hitung < f tabel maka Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan hipotesis dengan menggunakan uji Ancova menggunakan Univariate yang menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji Ancova menunjukkan f hitung > f tabel yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 <

0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

4.5 Effect Size

Effect size (besaran efek) menunjukkan perbedaan tersandar antara skor dari model pembelajaran TGT dan TSTS. Effect Size merupakan satuan standar artinya dapat dibandingkan antar beberpa skala yang berbeda – beda Effect Size

(14)

yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah Cohen’s d, dapat diartikan bahwa semakin besar nilainya maka semakin besar perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS. Berikut ini interpretasi Effect Size sebagai berikut

Tabel 4.13

Interpretasi Effect Size

Effect Size Interpretasi

0 < d < 0,2 Kecil

0,2 < d ≤ 0,5 Sedang

0,5 < d ≤ 0,8 Besar

d > 0,8 Sangat Besar

Berikut adalah hasil analisis Effect Size yang dilakukan untuk melihat perbedaan model pembelajaran TGT dan TSTS.

Tabel 4.14

Hasil uji Effect Size Menggunakan Uji Ancova

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2

Source Type III Sum

of Squares

Df Mean Square

F Sig. Partial Eta Squared Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809

Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998

Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809

Error 93,140 6 15,523

Total 49598,309 8

Corrected Total 486,962 7

a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777)

Berdasarkan dari tabel diatas melakukan uji Effect Size menggunakan uji Ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS terdapat hasil yang tertera pada kolom Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai sig 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT

(15)

dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang terhadap peningkatan kolaborasi.

4.6 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi siswa.

Penelitian ini termasuk penelitian meta analisis, tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah dan mengumpulkan data peneltian melalui pencarian jurnal elektronik. Berdasarkan hasil penelusuran oleh peneliti mendapatkan 8 artikel yang relevan.

Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TGT dari skor terendah 4,28% dan skor tertinggi 15,23% dengan rata – rata sebesar 11,55 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 74,31%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 85,86%.

Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TSTS dari skor terendah 2,25% dan skor tertinggi 14,67% dengan rata – rata sebesar 9,72 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 66,61%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 76,33%.

Uji prasyarat model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki hasil normal, homogen, dan linear. Uji homogenitas menunjukkan bahwa data memiliki hasil homogen dapat dilihat dari data Eksperimen 1 dari model pembelajaran TGT dan TSTS menunjukkan Sig. sebesar 0,309 > 0.05. sedangkan data Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS Sig. sebesar 0,76 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS berdistribusi homogeny. Uji normalitas menggunakan teknik Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai signifikasi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model

(16)

pembelajaran TGT dan TSTS normal. Uji linearitas dari Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, nilai signifikasi 0,247 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear, sedangkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS menunjukkan sig 0,786 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.

Uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows mendapatkan hasil analisis data pada model pembelajaran TGT sebesar 85, 3675 sedangkan pada model pembelajaran TSTS 71, 3350, dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara model pembelajaran TGT dan model pembelajaran TSTS. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Selanjutnya hasil analisis uji ancova nilai signifikasi sebesar 0,002 dan f hitung yang diperoleh adalah 25,370.

Uji Hipotesis menggunakan uji ancova yang menggunakan Univariate menunjukkan f hitung > f tabel yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 <

0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

Effect Size menggunakan uji ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS dari hasil Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai Sig. 0,002. Dapat disimpulkan model pembelajaran TGT dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang.

Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa model pembelajaran dengan menggunakan TGT memiliki skor tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Model pembelajaran TGT lebih efektif dibandingkan dengan Model pembelajaran TSTS. Hal ini senada dengan penelitian dari Firdaus, F.S dkk Peningkatan Keterampilan Kerjasa Melalui Pembelajaran Tipe TGT Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Hamdani, M.S,

(17)

dkk Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournamen (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas 5 untuk Peningkatan Keterampilan Kolaborasi. Wildana, S.N.C, Efektivitas Model Pembelajaran TGT Dengan Media Batang Napier Terhadap Keterampilan Berhitung dan Sikap Kerja Sama Siswa Pada Materi Perkalian Kelas 3 SD. Mulyani, R, dkk Penerapan Model Penbelajaran Kooperatif Team Games Tournament Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama Siswa Sekolah Dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Suppa memiliki jumlah penduduk 31.687 jiwa Penduduk laki-laki 15.335 jiwa dan penduduk perempuan 16.352 jiwa, yang seluruhnya merupakan Warga Negara Indonesia

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Permasalahan di sektor telematika, sebetulnya tidak beranjak jauh dari tahun ke tahun, masih di sekitar rendahnya infrastruktur jaringan telekomunikasi, rendahnya

a) Hal yang mendorong para karyawan adalah pekerjaan yang menantang. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberikan mereka kesempatan untuk

Dalam komunikasi organisasi, komunikasi antar karyawan (employee relations) sangat penting karena karyawan dalam suatu organisasi yang bisa dikatakan suatu kerangka

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan rekaman video, wawancara dan observasi kegiatan guru dan siswa.Teknik analisis data yang digunakan dalam

Dengan demikian kewajiban asasi manusia menjadi sesuatu kemutlakan yang harus dilaksanakan oleh seseorang supaya hak-hak orang lain dapat terjaga dan terpelihara, termasuk

Berdasarkan observasi dan wawancara yang sudah dilakukan peneliti, pembuatan RPP yang dilakukan guru berpedoman dengan penyusunan RPP pada Kurikulum 2013 yang