• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN MUSEUM TSUNAMI DI KOTA PALU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERENCANAAN MUSEUM TSUNAMI DI KOTA PALU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN MUSEUM TSUNAMI DI KOTA PALU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR

NEO-VERNAKULAR

ACUAN PERANCANGAN

Diajukan Sebagi Penulisan Tugass Akhir Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Arsitektur

Disusn Oleh:

YUSUF 4513043001

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan ... 5

1. Tujuan pembahasan ... 5

2. Sasaran pembahasan ... 5

D. Lingkup Pembahasan ... 6

1. Lingkup Pembahasan ... 6

2. Batasan Pembahasan... 6

E. Metode dan Sistematika Pembahasan ... 6

F. Sistematika Penulisan….………..7

BAB II TINJAUAN UMUM ... 9

A. Tinjauan Umum Museum ... 9

1. Pengertian Museum... 9

2. Fungsi Museum ... 10

3. Syarat Mendirikan Museum ... 10

4. Tugas Museum ... 15

5. Metode Penyajian Koleksi Museum ... 17

6. Struktur Organisasi Museum ... 17

7. Jenis Museum ... 20

(5)

8. Pengguna Museum ... 22

9. Koleksi Museum ... 23

B. Standar Kebutuhan Bangunan Museum ... 27

1. Standar Kebutuhan Site ... 27

2. Standar Kebutuhan Ruang ... 27

3. Standar Kebutuhan Ruang Pamer ... 29

4. Standar Luas Ruang Pamer Ojek ... 29

5. Standar Visual Objek Pamer ... 30

6. Tata Letak Ruang ... 31

7. Persyaratan Ruang... 31

C. Teknik Perletakan Dan Metode Penyajian ... 32

1. Teknik Perletakan Koleksi ... 32

2. Metode Penyajian ... 32

D. Arsitektur Neo - Vernakuler ... 34

1. Pengertian Arsitektur Neo Vernakuler ... 35

2. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular ... 35

3. Tinjauan Arsitektur Neo-vernakular... 36

4. Konsep Arsitektur Neo-vernakular... 37

5. Kesimpulan Arsitektur Neo-Vernakular... 37

6. Ciri – Ciri Arsitektur Neo Vernakuler ... 39

7. Contoh Arsitektur Neo Vernakuler ... 39

8. Metode Perancangan Arsitektur Neo Vernakuler... 40

E. Studi Literatur ... 41

1. Museum Tsunami Aceh ... 41

2. Museum Geologi Bandung………..………...45

(6)

3. Museum Mandala Bakti ... 48

4. Museum Bank Indonesia ………..53

BAB III TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN MUSEUM TSUNAMI KOTA PALU ... 55

A. Tinjauan Khusus Kota Palu ... 55

1. Kondisi Geokgrafis, Iklim dan Batas Wilayah Kota Palu ... 55

2. Arah Perkembangan Kota Palu Pasca Tsunami ... 61

3. Penataan Ruang Berbasis Bencana Geologi ... 63

4. Benda – benda Peninggalan Pasca Bencana Tsunami Kota Palu ... 65

B. Tinjauan Khusus Lokasi ... 65

1. Penentuan Lokasi ... 65

2. Pendekatan Site / Tapak ... 66

3. Pemilihan Lokasi ... 66

C. Konsep Dasar Perencanaan Museum Tsunami Kota Palu ... 68

1. Dasar Pemikiran ... 68

2. Tujuan Perencanaan Museum Tsunami ... 68

3. Fungsi Museum Tsunami ... 69

4. Konsep Dasar Perencanaan Museum Tsunami ... .72

5. Konsep Bentuk Museum Tsunami ... .73

D. Pendekatan Perencanaan Makro Dan Mikro ... 75

1. Pendekatan Perencanaan Makro ... 75

2. Perencanaan Fisik Mikro ... 78

(7)

BAB IV PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN ... 85

A. Analisa Perancangan Museum Tsunami Kota Palu ………. .85

1. Perancangan Makro………. 85

a. Penentuan Lokasi ... 85

b. Pengelolahan Tapak ... 88

c. Tata Ruang luar ... 92

B. Perancangan Mikro ... 93

1. Program Ruang ... 93

2. Kebutuhan Ruang ... 98

3. Besaran Ruang ... 100

4. Organisasi dan Pengelopokan Ruang ... 110

5. Penampilan Bentuk Bangunan ... 115

6. Struktur Bangunan ... 116

7. Pengkondisian Ruang ... 117

8. Utilitas Bangunan ... 118

BAB V KESIMPULAN ……….... 125

1. KesimpulanUmum ... 125

2. Kesimpulan Khusus.. ... 126 DAFTAR PUSTAKA .. ...

LAMPIRAN GAMBAR ...

(8)
(9)
(10)

(11)
(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh berbagai macam gangguan dari dasar laut. Gangguan tersebut dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng dan gunung api yang meletus. Dampak dari Tsunami itu sendiri adalah dapat merusak apa saja yang dilaluinya, mulai dari bangunan, tumbuhan serta menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Tsunami telah melanda berbagai tempat, pada tahun 1755 bencana alam ini terjadi di Lisboa, ibu kota Portugal, pada tahun 1883 letusan gunung Krakatau di Indonesia juga telah menyebabkan Tsunami dan beberapa tempat lainnya.

Pada tahun 2018 lalu, sejumlah bencana menimpa beberapa kota yang berbeda di Indonesia dengan skala yang cukup besar; 11 bencana gelombang pasang, 5 gempa bumi, dan 4 letusan gunung berapi menurut Badan Penanggulangan Nasional Bencana. Tiga di antaranya terjadi di Sulawesi Tengah yang mengalami tsunami dan likuifaksi, Nusa Tenggara Barat yang mengalami gempa bumi, dan Selat Sunda yang mengalami tsunami. Tsunami setinggi 5 meter yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi di dahului dengan gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter. Bencana ini mengakibatkan jumlah korban meninggal hingga 2.000 jiwa. Namun, hal yang menarik dari bencana ini dibandingkan dengan bencana-bencana sebelumnya adalah kondisi tanah Kota Palu yang mengalami likuifaksi setelah gempa dan tsunami.

(13)

2 Pada tanggal 28 September 2018, pukul 18:02 WITA. gempa melanda sulawesi Tengah tepatnya di Kota Palu dan sekitarnya dengan kekuatan 7,4 skala Richter dan gempa tersebut mengakibatkan Tsunami yang melanda daerah Kota Palu dan sekitarnya. setelah diumumkan oleh BNPB pada tanggal 10 Oktober bahwa korban meninggal geempa itu mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 Orang dan disusul Sigi kemudian Parigi.

Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berada di luar Sulawesi. Selain banyaknya korban, Tsunami juga menyebabkan banyak rumah serta bangunan-bangunan rusak. Sebagaimana yang diketahui mengenai akibat gempa ini, kehidupan masyarakat terdampak karena adanya gempa ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut bahwa ada 2736 sekolah di Sulawesi Tengah yang rusak, serta 20.000 guru dan 100.000 pelajar yang terdampak karena bencana gempa dan tsunami ini angka itu merupakan jumlah keseluruhan yang mengalami kerusakan tetapi belum diklasifikasi tingkat keparahannya, mulai dari hancur total hingga rusak ringan. Sigi mencatat jumlah kerusakan tertinggi dibandingkan dengan Palu, Donggala dan Parigi Moutong. Di Balaroa, ada 3 sekolah dasar yang rusak semua. Mendikbud Muhadjir Effendy pada Rabu 3 Oktober 2018, memastikan akan dibangunnya kelas darurat dan pendidikan tak boleh berhenti karena bencana ini.

Kegiatan ini dirasa penting untuk menghapus trauma anak-anak. Selain itu, akan diadakan tunjangan khusus untuk para guru. Sekolah darurat akan dibangun

(14)

3 sesuai standar UNICEF, serta pembangunan sekolah permanen, perlu waktu setahun. Hal-hal tersebut memberikan duka yang mendalam bagi rakyat Sulawesi Tengah dan menjadikan Gempa disertai Tsunami Palu sebagai peristiwa yang tidak dapat terlupakan.

Adapun tujuan perencanaan Museum Tsunami ini tidak hanya menjadi sebuah bangunan monumen, tetapi juga sebagai objek wisata sejarah, dimana bangunan ini menjadi tempat pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana Tsunami dalam menghadapi bencana. Selain itu perencanaan bangunan ini diharapkan menjadi warisan untuk generasi Kota Palu dan sekitarnya di masa mendatang sebagai pesan dan pelajaran bahwa Tsunami pernah melanda Kota Palu dan sekitarnya yang telah menelan banyak korban.

Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang bangunan yang memiliki tema sebagai dasar dalam penciptaan suatu ide rancangan. Tema merupakan pokok pikiran dalam perancangan yang memposisikan sesuatu. Tema dalam arsitektur terus berkembang, salah satunya adalah arsitektur post modern. Arsitektur neo vernakular sebagai citra dari arsitektur post modern berawal dari arsitektur vernakular yang memiliki pengertian sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat dengan pewarisan budaya secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi

(15)

4 perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Permasalah yang diungkapkan dalam perencanaan pembangunan Museum Tsunami di Kota Palu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Non Arsitektur

1. Bagaimana merancang visualisasi media promosi yang dapat menarik minat pelajar untuk menjadikan Museum Tsunami sebagai destinasi kunjungan wisata sejarah dan sarana edukasi.

2. Menyediakan sebuah fasilitas untuk mendapatkan informasi mengenai bencana alam

b. Arsitektural

1. Bagaimana menetapkan kegiatan, program ruang yang meliputi kebutuhan ruang dan persyaratan ruang sesuai dengan aktivitas yang berlangsung pada Museum Tsunami Kota Palu

2. Bagaimana menentukan lokasi dan tapak yang stategis agar memudahkan pencapaian ke site.

3. Bagaimana menata sistem sirkulasi di dalam maupun di luar bangunan yang efektif dan efisien.

(16)

5 4. Bagaimana mengadopsi dan menerjemahkan bentuk Arsitektur Neo-

Vernakuler ke dalam desain.

5. Bagimana menentukan sistem struktur dan utilitas bangunan yang dapat menunjang kegiatan, kekuatan dan ketahanan bangunan.

Mengacu pada permasalahan dan kendala-kendala tersebut diatas, maka pembahasan ini untuk menetukan konsep dasar perancangan Museum Tsunami

Kota Palu, sasaran mengetahui dampak-dampak dan aspek-aspek yang terkait pada masalah perencanaan.

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1. Tujuan pembahasan

Tujuan pembahasan adalah untuk menyusun acuan perancangan menjadi landasan dasar untuk ditransformasikan kedalam desain fisik bangunan Museum Tsunami Kota Palu.

2. Sasaran pembahasan a. Non arsitektural

Dengan adanya pembangunan Museum Tsunami Kota Palu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

b. Arsitektural

Mengadakan studi pendekatan arsitektural yang meliputi:

1) Menentukan lokasi dan tapak yang potensial untuk perancangan Museum Tsunami Kota Palu.

(17)

6 2) Mendapatkan program ruang yang dapat memberikan efesiensi dan

efektifitas dalam pelayanan masyarakat di Sulawesi Tengah.

3) Menata sistem sirkulasi dalam dan di luar bangunan.

4) Menentukan bentuk fisik bangunan yang memiliki visi arsitektur kuat, mencerminkan aspek bangunan yang terwujud melalui bentuk, material maupun struktur bangunan.

D. Lingkup Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan

Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur, pembahasan diluar itu jika dianggap menunjang faktor perencanaan dan perancangan akan diungkap namun tidak secara detail dengan masalah yang akan dipecahkan.

2. Batasan Pembahasan

Batasan dititik beratkan pada perancangan arsitektural sesuai dengan fungsi bangunan, tingkat keamanan dan kenyamanan yang baik.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan 1. Tahap Indentifikasi Masalah

Tahap mengumpulkan data dan pemilihan data yang diperlukan serta permasalahanya sebagai dasar analisis dan perumusan pembangunan yang dilakukan melalui survei lapangan.

2. Tahap Analisis

Adalah tahap menganalisis terhadap data-data permasalahan yang telah terindentifikasi sebagai bahan manyusun konsep dan arahan desain pada

(18)

7 nantinya seperti analisa site, analisa penampilan bangunan, analisa pencapaian tata ruang (bentuk, warna, material,dll), dan analisa utilitas.

3. Tahap sintesa

Tahap ini merupakan tahap akhir menuju konsep dasar perancangan yang mencakup konsep bangunan dengan lokasi site.

4. Tahap perumusan Konsep/skematika desain

Tahap ini merupakan tahap perumusan konsep desain setelah melewati tahapan-tahapan lainya, dimana konsep didapat dari gagasan-gagasan serta permasalahan-permasalahan yang ada untuk dikembangkan menjadi Museum Tsunami di Kota Palu.

5. Tahap perancangan desain

Tahap ini merupakan tahap akhir setelah melewati tahapan-tahapan lainya, dimana pada tahap ini merupakan tahap pengembangan desain dari konsep yang sudah dirumuskan atau di buat pada tahap skematik desain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan pada penulis tugas pengajuan judul tugas akhir Museum Tsunami Kota Palu dan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

(19)

8 BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sarana pembahasan, lingkup pembahasan serta metode dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang tinjauan yang membahas Museum Tsunami yang ada di indonesia atau sacara umum.

BAB III : TINJAUAN KHUSUS

Penjabaran mengenai metode yang digunakan dan penjelasan seperti : Lokasi, luas wilayah, kondisi topografi, tekhnik pengumpulan data, dan kebijakan tata ruang wilaya Kota Palu.

Serta potensi perencanaan Museum Tsunami.

BAB IV : PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

Bersisikan tentang konsep pendekatan pada perancangan dan tahap akhir dari pembahasan yaitu acuan dasar perancangan sebagai acauan dalam desain fisik Museum Tsunami di Kota Palu dengan konsep arsitektur Metafora.

BAB V : KESIMPULAN

Hasil dari pembahasan dan rekomendasi yang di rekomendasikan oleh peneliti dari hasil pembahasan. Yang berisikan tentang kesimpulan umum dan khusus.

(20)

9 BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Museum 1. Pengertian Museum

Secara etimologis, kata “Museum” diambil dari bahasa Yunani Klasik, yaitu: “Muze” kumpulan sembilan dewi yang berarti lambang ilmu dan kesenian. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian museum adalah sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan juga sebagai tempat rekreasi. Seiring dengn berkembangnya zaman, museum memiliki makna yang sangat luas sesuai dengan pemikiran setiap individu maupun institusi.

Adapun beberapa pengertian kata Museum oleh sejumlah ahli permuseuman mengemukakan bahwa :

a. Advanced Dictionary

“Museum ialah sebuah gedung dimana didalamnya dipamerkan benda-benda yang menggambarkan tentang seni, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sebagainya”.

b. Douglas A.Allan

“Museum dalam pengertian yang sederhana terdiri dari sebuah gedung yang menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian studi dan kesenangan”.

c. A. C. Parker (Ahli Permuseuman Amerika)

“Sebuah Museum dalam pengertian modern adalah sebuah

(21)

10 lembaga yang secara aktif melakukan tugas menjelaskan dunia, manusia dan alam”.

Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas, pengertian yang lebih mendalam dan lebih bersifat internasional dikemukakan oleh Internasional Council of Museum (ICOM), yakni :

“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and intangible heritage of humanity and its environment for the purpose of education, study and enjoyment”.

Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud benda dan takbenda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.

2. Fungsi Museum

Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan mengembangkannya, terbuka untuk umum, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesengangan, barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu

(22)

11 pengetahuan. Untuk memperjelas kegunaan dari museum tersebut, kita harus mengetahui fungsi dari museum itu sendiri. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 (11th General Assembley) International Council of Museum (ICOM) pada tanggal 14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.

b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

c. Konservasi dan preservasi.

d. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.

e. Pengenalan dan penghayatan kesenian.

f. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.

g. Visualisai warisan alam dan budaya.

h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

i. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Syarat Mendirikan Museum

Persyaratan museum menurut Pedoman Pendirian Museum (1999/2000), terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu museum, antara lain :

a. Lokasi Museum

1) Lokasi yang strategis

Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum lainnya.

(23)

12 2) Lokasi harus sehat

Lokasi sehat diartikan lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55 – 65 %.

b. Persyaratan Bangunan

Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut :

1) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai : - Fungsi dan aktivitas

- Ketenangan dan keramaian - Keamanan

2) Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi pengunjung.

3) Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat.

5) Area privat terdiri dari : - Laboratorium Konservasi - Studio Preparasi

- Storage

(24)

13 6) Area publik / umum terdiri dari :

- Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer, dan peragaan.

- Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby / ruang istirahat, dan tempat parkir.

c. Persyaratan Khusus

1) Bangunan Utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer, harus dapat :

- Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

- Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.

- Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.

- Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.

2) Bangunan Auditorium, harus dapat : - Dengan mudah dicapai oleh umum.

- Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.

3) Bangunan Khusus, harus :

- Terletak pada tempat yang kering.

- Mempunyai pintu masuk yang khusus.

- Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian)

(25)

14 4) Bangunan Administrasi, harus :

- Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya.

d. Persyaratan Ruang

Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut:

1) Pencahayaan dan Penghawaan

Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 210℃ – 260℃. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut

Gambar 1. Pencahayaan Alami Sumber : Data Arsitektur 2) Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan

(26)

15 mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.

gambar 2. Perletakan Panil Koleksi Sumber : Data Arsitektur

3. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

(27)

16 Gambar 3. Jalur Sirkulasi.

Sumber : Data Arsitektur 4. Tugas Museum

Tugas yang dijalanan oleh sebuah museum, yakni : a. Pengumpulan atau penggandaan

Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum, hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:

1) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

2) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan sebagainya.

3) Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

b. Pemeliharaan

Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:

1) Aspek Teknis

(28)

17 Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan.

2) Aspek Administrasi

Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental.

c. Konservasi

Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.

d. Penelitian

Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni:

1) Penelitian Intern

Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.

2) Penelitian Ekstern

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.

e. Pendidikan

Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi koleksi yang dipamerkan:

1) Pendidikan Formal

Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan sebagainya.

(29)

18 2) Pendidikan Non formal

Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan lain-lain.

3) Rekreasi

Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

5. Metode Penyajian Koleksi Museum

Metode penyajian dapat disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan/pengunjung museum, yaitu dengan menggunakan secara terpadu ketiga metode seperti :

a. Metode penyajian Artistik, untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari warisan budaya atau koleksi yang tersedia.

b. Metode penyajian Intelektual atau Edukatif, dimana benda-benda yang dipamerkan tidaklah bendanya saja, tetapi dipamerkan juga semua segi yang bersangkutan dengan benda itu sendiri seperti urutan proses terjadinya benda tersebut sampai pada cara penggunaannya atau fungsinya.

Metode penyajian Romantik atau Evokatif, dalam hal ini benda yang dipamerkan harus disertakan dengan memamerkan semua unsur lingkungan dimana benda-benda tersebut berada. Metode romantik digunakan untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung mengenai suasana dan kenyataan-kenyataan sosial-budaya.

(30)

19 6. Jenis Museum

Jenis museum diklasifikasi menurut : a. Berdasarkan Status Hukum

1) Museum Pemerintah

Dikatakan museum pemerintah karena dibiayai oleh pemerintah setempat, dan untuk semua keperluannya disediakan anggarananggaran tahunan di departemen atau pemerintahan lokal yang menyelenggarakannya.

2) Museum Swasta

Sebuah museum yang didirikan oleh pihak swasta, dikelola langsung oleh pihak swasta itu sendiri. Biasanya swasta itu berupa yayasan atau perseorangan tetapi tetap dalam pengawasan.

Direktorat Permuseuman atas nama pemerintah.

b. Ruang Lingkup Wilayah 1) Museum Nasional

Adalah sebuah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2) Museum Lokal

Adalah sebuah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

(31)

20 3) Museum Propinsi

Adalah sebuah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.

c. Disiplin Ilmu

1) Museum Umum adalah museum yang koleksi terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

2) Museum Khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

7. Pengguna Museum

Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum, yakni:

a. Pengelola

Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahi dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis.

1) Bagian Administrasi

Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat menyurat, pengamanan dan registrasi koleksi.

(32)

21 2) Bagian Teknis

Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.

b. Pengunjung

Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni:

1) Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.

2) Kelompokorang yang baru mengunjungi museum.

8. Koleksi Museum

Pengertian koleksi adalah segala sesuatu yang sedang atau akan dipamerkan di museum. Koleksi tersebut dapat disajikan di ruang pameran, disimpan di gudang, dilestarikan di ruang konservasi atau dikaji di ruang peneliti.

a. Jenis Benda Koleksi

1) Benda Asli, yakni benda koleksi yang memenuhi persyaratan : - Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

- Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

- Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan sebagainya.

2) Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi : - Replika: Benda yang tiruan yang diproduksi dengan

memiliki sifat-sifat benda yang ditiru.

(33)

22 - Miniatur: benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentu, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli.

- Referensi: Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.

- Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film yang sukar dimiliki.

b. Penataan Koleksi Museum

Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan beberapa cara, yakni:

1) Tematik Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub tema.

2) Taksonomik Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.

3) Kronologis Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang tertua hingga sekarang.

c. Metode Penyajian Museum

Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan atau pengunjung museum, yakni:

1) Metode Intelektual adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.

2) Metode Romantik (Evokatif) adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan susasan tertentu yang berhubungan dengan bendabenda yang dipamerkan.

(34)

23 3) Metode Estetik adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.

4) Metode Simbolik adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung.

5) Metode Kontemplatif adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.

6) Metode Interaktif adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

d. Penyimpanan dan Perawatan Koleksi Museum

Beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau yang dapat merupakan gangguan pada koleksi museum, adalah :

1) Iklim dan lingkungan

Iklim di Indonesia pada umumnya adalah lembab dan dengan curah hujan yang cukup banyak. Temperatur udara di antara 25 sampai 37 derajat celcius, dengan kadar kelembaban relatif (RH=Relative Humadity) antara 50 sampai 100 %. Iklim yang terlampau lembab ditambah faktor naik-turunnya temperatur menimbulkan suasana klimatologis yang menyuburkan tumbuh kembangnya jamur (fungi) dan bakteri tetapi iklim yang terlampau kering juga menimbulkan berbagai kerusakan.

(35)

24 Faktor lingkungan terbagi atas dua macam, yaitu: pertama makro , meliputi wilayah yang luas, dan yang kedua mikro , yakni udara dan iklim di kota dan di dalam gedung museum. Umumnya udara di kota sudah tercemar dengan polusi. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak polusi tersebut adalah dengan memanfaatkan fungsi taman lindung.

2) Cahaya

Cahaya mempengaruhi benda koleksi yang ditampilkan pada museum. Untuk jenis koleksi seperti batu, logam, dan keramik pada umumnya tidak peka terhadap cahaya tetapi untuk bahan organik seperti tekstil, kertas, peka terhadap pengaruh cahaya.

Cahaya merupakan bentuk energi elektro-magnetik, memiliki dua jenis radiasi yang terlihat maupun tak terlihat. Ultra violet sangat membahayakan benda koleksi dan dapat menimbulkan perubahan bahan maupun warna. Lampu pijar dinyatakan paling banyak mengeluarkan ultra violet, sedangkan lampu fluorescent dinyatakan paling rendah kadar radiasinya.

e. Serangga dan Mikro-organisme

Cara mencegah untuk perusakan benda koleksi yang disebabkan oleh serangga ataupun mikro-organisme, yakni:

1) Fumigasi

Beberapa jenis zat kimia bisa menguapa pada suhu biasa dan akan menjadi gas yang mematikan bagi serangga, misalnya paradichlro benzene, carbon disulphine, carbon tetrachloride.

(36)

25 Fumigasi dapat dilakukan dalam ruangan yang suhunya normal yang kedap udara.

2) Penyemprotan

Penyemprotan insektisida yang berupa larutan yang mengandung DDT, gammexane, mercuric chloride, dan lain-lain. Merupakan bahan-bahan insektisida yang memadai.

B. Standar Kebutuhan Bangunan Museum 1. Standar Kebutuhan Site

Penempatan lokasi museum dapat bervariasi, mulai dari pusat kota sampai ke pinggiran kota. Pada umumnya sebuah museum membutuhkan dua area parkir yang berbeda, yaitu area bagi pengunjung dan area bagi karyawan. Area parkir dapat ditempatkan pada lokasi yang sama dengan bangunan museum atau disekitar lokasi yang berdekatan.

Untuk area diluar bangunan dapat dirancang untuk bermacam kegunaan dan aktivitas, seperti acara penggalangan sosial, even dan perayaan, serta untuk pertunjukan dan pameran temporal.

2. Standar Kebutuhan Ruang

Berdasarkan pada pembagian zona publik dan zona non- publik, ruang-ruang pada bangunan museum dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kelompok Ruang Nama Ruang

Penerimaan

Parkir Pengunjung Lobby

Loket

(37)

26 R. Antrian

R. Informasi Pos Keamanan Lavatory

Pengelola

R. Kurator/Kepala Museum R. General Maneger

R. General

R. Staf Administrasi R. Staf Kurator R. Rapat Restroom Lavatory

Penunjang

Cafetaria Gift Shop Lavatory

Super Secure

R. Penyimpanan Koleksi

R. Komputer Pengawas (CCTV) R. Peralatan Keamanan

Pemeliharaan Koleksi

Parkir Kendaraan Pengankut Lab. Konservasi

Bengkel Restosi Lavatory

R. MEE R. AHU

(38)

27 Service R. Cleaning Service

Lavatory Gudang

Tabel 1. Standar Kebutuhan Ruang Museum Sumber : Time Saver Standards for Building Type

3. Standar Ruang Pamer

Didalam perancangan sebuah museum perlu beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan penataan ruang dan bentuk museumnya sendiri, antara lain :

a. ditemukan tema pameran untuk membatasi benda- benda yang termasuk dalam kategori yang dipamerkan

b. merencanakan sistematika penyajian sesuai dengan tema yang terpilih, jenis penyajian tersebut terdiri dari :

- sistem menurut kronologis - sistem menurut fungsi - sistem menurut jenis koleksi - sistem menurut bahan koleksi - sistem menurut asal daerah

c. memilih metoda penyajian agar dapat tercapai maksud penyajian berdasarkan tema yang dipilih

- metoda pendekatan esteis

- metoda pendekatan romantik/tematik

(39)

28 - metoda pendekatan intelektual ( Susilo tedjo, 1988 )

4. Standar Luas Ruang Objek Pamer

Dalam hal luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang lebih banyak (dalam kaitannya dengan luas lantai) dibandingkan dengan penyediaan ruang yang besar, hal ini sangat diperlukan untuk lukisan-lukisan besar dimana ukuran ruang tergantung pada ukuran lukisan. Sudut pandang manusia biasanya (54° atau

27° dari ketinggian) dapat disesuaika terhadap lukisan ysng diberi cahaya pada jarak 10m, artinya tinggi gantungan lukisan 4900diatas ketinggian mata dan kira – kira 700 di bawahnya.

5. Standar Visual Objek Pamer

Galeri dan ruang pameran harus merupakan sebuah lingkungan visual yang murni, tanpa kekacauan visual (termostat, alat pengukur suhu/

kelembaban, alat pemadam kebakaran, akses panel, signage, dll). Bahan permukaan display tidak boleh dapat teridentifikasi (secara pola atau tekstur).

Permukaannya harus dapat dengan mudah di cat, sehingga warna dapat diatur menyesuaikan setiap pameran.

Dinding display dengan tinggi minimal 12 kaki diperlukan bagi sebagian besar galeri museum seni baru, namun museum yang didedikasikan untuk seni kontemporer harus memiliki langit-langit lebih tinggi, 20 kaki adalah ketinggian yang cukup fleksibel.

(40)

29 6. Tata Letak Ruang

Tidak selamanya denah jalur sirkulasi yang sinambung di mana bentuk sayap bangunan dari ruang masuk menuju keluar. Ruang–ruang samping biasanya digunakan untuk ruang pengepakan, pengiriman, bagian untuk bahan – bahan tembus pandang (transparan), bengkel kerja untuk pemugaran, serta ruang kuliah.

Gambar 8. Gudang Penyimpanan Koleksi Sumber : Ernst Neufert

7. Persyaratan Ruang

Ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi persyaratan berikut :

• Benar–benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debut

• Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik (untuk kedua bidang tersebut) ; biasanya dengan membagi ruang sesuai dengan koleksi yang ada menurut :

• Benda koleksi untuk studi (mis : mengukir, menggambar) diletakkan dalam kantong – kantongnya dan disimpan di dalam lemari (dilengkapi laci-laci) kira-kira berukuran dalam 800 dan tinggi 1600.

(41)

30

• Benda koleksi untuik pajangan mis : lukisan, lukisan dinding, patung, keramik, furniture. ( Ernst Neufert, hlm.135 )

C. Teknik Perletakan Dan Metode Penyajian 1. Teknik Perletakan Koleksi

Teknik perletakan koleksi museum ada 2 jenis, yaitu :

a. Diaroma, yang mampu menggambarkan suatu peristiwa tertentu dilengkapi dengan penunjang suasana serta background berupa lukisan atau media visualisasi sebagai media promosi yang dapat menarik minat pelajar atau pengunjung.

b. Sistem ruang terbuka 2. Metode Penyajian

Standard teknis penyajian sangat mengikat sehingga tidak tergantung pada selera atau orang saja. Standard teknik penyajian ini meliputi : Ukuran minimal Vitrin dan Panil, tata cahaya, tata warna, tata letak, tata pengamanan, tata suara, lebeling dan foto penunjang.

Pemeran dalam museum harus mempunya daya tarik tertentu untuk sedikitnya dalam jangka waktu 5 tahun, maka sebuah pameran harus di buat dengan menggunakan suatu metode. Metode yang dianggap baik sampai saat ini adal metode berdasarkan motivasi pengunjung museum.

Metode ini merupakan hasil penelitian beberapa museum di eropa dan sampai sekarang digunakan. Penelitian ini memakan waktu beberapa tahun, sehingga dapat diketahui ada 3 kelompok besar motivasi pengunjung museum, yaitu:

(42)

31 a. Motivasi pengunjung untuk melihat keindahan koleksi - koleksi yang

dipamerkan

b. Motivasi pengunjung untuk menambah pengetahuan setelah meliahat koleksi-koleksi yang dipamerkan

c. Motivasi pengunjung untuk melihat serta merasakan suatu suasana tertentu pada pameran tertentu.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk dapat memuaskan ke 3 motivasi tersebut, metode-metode yang dimaksud adalah :

a. Metode penyajian artistik, yaitu memamerkan koleksi- koleksi terutama yang mengandung unsur keindahan

b. Metode penyajian intelektual atau edukatif, yaitu tidak hanya memamerkan koleksi bendanya saja, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan benda tersebut, misalnya : cerita mengenai asal usulnya, cara pembuatannya sampai fungsiny

c. Metode penyajian Romantik atau evokatif, yaitu memamerkan koleksi- koleksi disertai semua unsur lingkungan dan koleksi tersebut berada.

d. Metode visualisasi dilakukan melalui proses skecth thumbnail yaitu coretan-coretan rancangan kasar pada kertas, bisa juga digunakan untuk menghasilkan ide dalam sebuah proses hybrida (gabungan antara penggunaan komputer dan instalasi pencahayan) untuk memberikan kesan yang tersendiri.

(43)

32 D. Arsitektur Neo Vernakuler

Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah- kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier, 1971)

Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut, dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

1. Pengertian Arsitektur Neo-vernkular

Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli.

Maka arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.

(44)

33 Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional.

2. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci adalah sebagai berikut.

a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.

c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.

e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

(45)

34 3. Tinjauan Arsitektur Neo vernakular

Tabel 3. Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo

Dalam hal ini, pengertian arsitektur vernacular sering disamakan dengan arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwwa secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin.

(46)

35 4. Konsep Arsitektur Neo-vernakular

Ideologi arsitektur neo-vernakular adalah dicapainya interpretasi plural dann kekayaan makna. Dengan dicapainya interpretasi plural dan kekayaan makna arsitektur neo-vernakular menolak interpretasi tunggal dan menghargai keragaman. Konsep – konsep arsitektur neo vernakular adalah complexity dan kontradiksi yang meliputi ambiguity dan tend to difficult whole. Konsep Both and adalah hierarki yang memberikan beberapa tingkatan makna kontradiktif terhadap elemen. Konsep ambiguity adalah hubungan timbal balik yang kompleks dan kontradiktif antar elemen. Konsep difficult whole artinya sejumlah bagian yang berinteraksi secara tidak sederhana yang meliputi keberagaman dan keragaman hubungan elemen dengan kesejajaaran dan infleksi.

Sehingga konsep arsitektur neo-ernakular adalah : a. Both and

b. Complexity and Contradiction c. Ambiguity

d. Tend to difficult whole

5. Kesimpulan Arsitektur Neo-Vernakular

Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang bangunan yang memiliki tema sebagai dasar dalam penciptaan suatu ide rancangan. Tema merupakan pokok pikiran dalam perancangan yang memposisikan sesuatu. Tema dalam arsitektur terus berkembang, salah satunya adalah arsitektur post modern.

(47)

36 Arsitektur neo vernakular sebagai citra dari arsitektur post modern berawal dari arsitektur vernakular yang memiliki pengertian sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat dengan pewarisan budaya secara turun- temurun dari generasi ke generasi.

Gambar 9. Perubahan Arsitektur Vernakular

Arsitektur vernakular bukanlah arsitektur tradisional, arsitektur vernakular diambil dari solusi yang diterima secara cultural dari arsitektur tradisional namun tidak mengulang bentuk arsitektur tradisional melainkan menampilkan bentuk yang lebih modern. Sedangkan arsitektur neo vernakular merupakan pembaruan dari arsitektur vernakular.

Arsitektur neo vernakular membawa kembali unsur tradisional (bentuk lokal ) ke dalam bangunan baru dengan teknologi yang lebih modern. Arsitektur neo vernakular tidak menerapkan salah satu prinsip arsitektur vernakular maupun arsitektur modern melainkan menerapkan unsur kebudayaan dan tradisi arsitektur vernakular dengan teknologi pada arsitektur modern ke dalam karya baru namun lebih ditekankan pada penampilan visual bangunan. Sehingga arsitektur neo vernakular merupakan pembaruan rancangan yang lebih modern tanpa mengesampingkan nilai budaya setempat.

6. Ciri – Ciri Arsitektur Neo Vernakuler

Adapun ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular secara umum, yaitu : a. Unsur Vernakularnya ada dalam tampilan visualnya.

b. Menggunakan teknik konstruksi modern.

(48)

37 c. Menggunakan bahan-bahan modern ( tidak terikat bahan lokal ).

d. Mengembalikan bentuk-bentuk lokal yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

e. Tidak terikat aturan-aturan dalam Arsitektur tradisional.

f. Penyusunan massa yang indah.

g. Kaya warna

7. Contoh Arsitektur Neo Vernakuler

Gambar 10. Vanna Venturi House Sumber : www.google.com

Bangunan ini terletak di Chesnut Hill, Pensylvania, Amerika Serikat.

Dibangun pada 1961 oleh Robert Ventury dan Arthur Jones. Vanna ventury house merupakan arsitektur neo-vernakular menurut robert venturi yang merupakan hasil pengembangan dari arsitektur masa lalu di daerah pensylvania namun mengalami perubahan bentuk yang disesuaikan dengan arsitektur modern.

Arsitektur dari massa lalu ditunjukkan dengan ornamentasi dan permainan bidang di bagian fasadnya yang tidak sama bagian kiri dan kanan dalam hal bentuk maupun irama dan dipertegas oleh pintu masuk dan garis yang membelah

(49)

38 keduanya. Sisi modern dipresentasikan oleh bahan dinding dan bahan atap gabel sebagai penutupnya yang sederhana dan konsisten.

Gambar 11. Pictou Landing Helath Center Sumber : www.google.com

8. Metode Perancangan Arsitektur Neo Vernakuler

` Metode Perancangan adalah metode yang digunakan untuk menciptakan bentuk – bentuk dalam karya arsitektur. Metode perancangan arsitektur neo vernakular memiliki alur dari luar ke dalam dengan ketentuan sebagai berikut:

(50)

39 E. Studi Literatur

1. Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh merupakan museum yang dibangun untuk mengingatkan generasi mendatang atas kejadian bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia pada tanggal 26 Desember 2004. Selain itu juga bisa sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan bencana alam jika daerah ini terkena tsunami lagi serta sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh ketika menghadapi bencana tsunami yang mengguncang lima belas tahun yang lalu.. Pendirian ini dirintis oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias.

(Gambar 12. Museum Tsunami Aceh) Sumber : http://museumtsunami.blogspot.com

(51)

40 a. Konsep Filosofi Museum Tsunami Aceh

Desain dan pembangunan Museum Aceh dengan konsep ‘Rumoh Aceh as Escape Building’ mempunyai beragam filosofi. Pada lantai dasar museum ini menceritakan bagaimana tsunami terjadi melalui arsitektur yang didesain secara unik. Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban jiwa dalam jumlah yang cukup besar mencapai kurang lebih 240.000 jiwa. Berikut filosofi design lantai dasar Museum Tsunami Aceh:

1) Space of Fear (Lorong Tsunami)

Lorong Tsunami merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki Museum Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 19-23 m melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, atau disebut space of

Gambar 13. Space of Fear (Lorong Tsunami) Sumber : www.google.com

(52)

41 2) Space of Memory (Ruang Kenangan)

Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami, pengunjung akan memasuki Ruang Kenangan (Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember 2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide. Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut.

Gambar 14. Space of Memory (Ruang Kenangan) Sumber : www.google.com

3) Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)

Melalui Ruang Kenangan (Memorial Hall), pengunjung akan memasuki Ruang Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan

(53)

42 massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruanga ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Gambar 15. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa) Sumber : www.google.com

4) Space of Confuse (Lorong Cerobong)

Setelah Sumur Doa, pengunjung akan melewati Lorong Cerobong (Romp Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong ini sengaja didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam, kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi lorong ini disebut Space of Confuse.

Gambar 16. Space of Confuse (Lorong Cerobong) Sumber : www.google.com

(54)

43 5) Space of Hope (Jembatan Harapan)

Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah Jembatan Harapan (space of hope). Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami, jumlah bendera sama denga jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di setiap bendera dan batu bertuliskan kata ‘Damai’ dengan bahasa dari masing-masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan konflik sebelum tsunami terjadi. Dengan adanya bencana gempa dan tsunami, dunia melihat secara langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh.

Gambar 17. Space of Hope (Jembatan Harapan) Sumber : www.google.com

2. Museum Geologi Bandung

Museum Geologi Bandung, yang didirikan mulai tanggal 16 Mei 1928.

Museum ini sudah dimodivikasi/direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency) yang setelah mengalami renovasi. Pada tanggal 23 Agustus 2000, Museum ini dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, yaitu Megawati Soekarnoputri,

(55)

44 sebagai salah satu monumen yang bersejarah, dan museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan Nasional.

Didalamnya, terdapat banyak dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti halnya fosil, batuan, mineral yang semuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia semenjak tahun 1850.

Gambar 18. Museum Geologi Bandung Sumber : www.google.com

Adapun jenis ruang utama pada museum geologi ini adalah sebagai berikut :

a. Ruangan Sejarah Kehidupan

Ruang sejarah kehidupan mengambarkan perkembangan di muka bumi yang di mulai sejak kelahiran bumi 4,6 milyar tahun lalu.

Kemudian di tampilkan pula perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman. Mulai dari kehidupan di dalam air, hingga migrasi ke darat. Di ruangan ini menampilkan berbagai macam hewan purba dan manusia purba.

Di antaranya gajah purba, badak, kudanil, kerbau dan dinosaurus.

Untuk manusia purba terdapat berbagai replika dari Indonesia dan dunia.

(56)

45 Gambar 19. Ruangan Sejarah Kehidupan

Sumber : www.google.com b. Ruangan Geologi Indonesia

Ruangan ini menampilkan koleksi meteorit dan tektit, selanjutnya di sajikan pula gambaran umum tentang batuan dan mineral. Beberapa jenis mineral memiliki keunikan, seperti kuarsa, ametis, dan pirit. Pada ruangan kars Indonesia, menjelaskan fenomena dan proses terbentuknya kawasan batu kars Indonesia.

Gambar 20. Ruangan Geologi Indonesia.

Sumber : www.google.com c. Ruangan Sumber Daya Geologi

Ruangan ini menyajikan potensi Energi dan Sumber Daya mineral yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sumber daya energi meliputi sumber daya konvensional seperti minyak bumi, gas, batubara dan energi alternatif.

(57)

46 Manusia memanfaatkan batuan dan mineral sejak zaman purba.

Gambar 21. Ruangan Sumber Daya Geologi.

Sumber : www.google.com

3. Museum Mandala Bhakti

Museum Mandala Bhakti adalah museum yang terdapat di Semarang Jawa Tengah. Museum ini adalah museum perjuangan TNI yang terletak di Jalan Soegijapranata No. 1 tepat berhadapan dengan monumen Tugu Muda.

Bangunan museum dirancang oleh arsitek Belanda I. Kuhr E. dari Firma Ooiman dan van Leeuwen pada awalnya digunakan untuk Raad van Justitie atau Pengadilan Tinggi bagi golongan rakyat Eropa di Semarang. Bangunan ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1930. Tahun 1950-an bangunan ini digunakan oleh Kodam IV/Diponegoro sebagai Markas Besar Komando Wilayah Pertahanan II. Dan pada tahun 1985 resmi digunakan untuk museum yang menyimpan koleksi tentang data, dokumentasi, dan persenjataan TNI baik yang tradisional maupun modern.

(58)

47

Gambar 22. Museum Mandala Bhakti Sumber : www.google.com

Adapun bebera jenis ruangan pada Museum Mandala Bhakti sebagai berikut :

a. Ruang Pengantar

Di ruang pengantar, ada sebuah etalase yang berisi unit proklamasi.

Berisi bendera merah putih, mikrofon dan radio yang digunakan untuk menyiarkan proklamasi pertama kali di Semarang melalui masjid besar Semarang, serta bambu runcing yang menjadi senjata tradisional kebanggaan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah.

Gambar 23. Etalase yang berisi unit proklamasi.

Sumber : www.google.com

(59)

48 b. Ruang Jakmu ( Senjata dan Amunisi )

Di pojok barat adalah ruang Jatmu (senjata dan amunisi). Keris, rencong, tombak, busur, dan bambu runcing ada di salah satu etalase ruangan ini. Kemenangan pertempuran tidak dapat diukur oleh keunggulan persenjataan semata-mata, tetapi banyak ditentukan oleh jiwa dan semangat juangnya.

Gambar 24. Senjata Tradisional Sumber : www.google.com

Tidak hanya senjata tradisional saja, di dalam ruang perkembangan senjata dan amunisi terdapat pistol genggam, senjata laras panjang, granat, berbagai jenis peluru, serta ranjau.

Gambar 25. Senjata dan Amunisi Sumber : www.google.com

(60)

49 c. Ruang Gamad (seragam Angkatan Darat)

Ruang berikutnya adalah Gamad (seragam Angkatan Darat). Di dalam ruangan ini sangat lengang, hanya terdiri dari beberapa etalase yang memajang seragam-seragam pada masa penjajahan. Contohnya seragam Pembela Tanah Air (PETA), seragam HEIHO, seragam dinas upacara (PDU), seragam polisi militer AD, dan lain sebagainya. Yang paling menarik adalah pakaian goni yang pernah dipakai para pejuang dan penduduk pada masa penjajahan Jepang

Gambar 26. Seragam Angkatan Darat Sumber : www.google.com d. Ruang Peristiwa

Ruangan paling banyak yaitu ruang peristiwa. Sebagai warga negara Indonesia yang menghargai jasa para pahlawan serta warga Kota Semarang. Salah satu peristiwa yang tercantum di dalam ruang peristiwa Museum Mandala Bhakti. Selain itu juga ada pertempuran di Ambarawa, Magelang, Yogyakarta, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dilengkapi dengan kronologi peristiwa, peta, foto-foto, alat komunikasi, serta senjata yang digunakan.

(61)

50

Gambar 27. Peta dan Alat Komunikasi Sumber : www.google.com

e. Ruang Kendaraan dan Alutsista

Masih berhubungan sama Alutsista ,di Museum Mandala Bhakti juga ada sebuah ruang kendaraan / senjata berat. Terdapat senjata semacam basoka, kendaraan tempur dengan senapan, serta mobil komunikasi.

Gambar 28. Kendaraan Perang dan Senjata Alutsista.

Sumber : www.google.com

(62)

51 4. Museum Bank Indonesia

Museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta yang letaknya tidak jauh dari kawasan kota tua ini adalah salah satu museum favorit saya karena bisa menyatukan antara budaya modern dengan budaya masa lalu. Museum ini berisi mengenai perjalanan Bank Indonesia &

Perkembangan perbankan di Indonesia.

Sejarah Singkat.

Gedung ini memang sebelumnya merupakan bekas kantor Bank Indonesia dari zaman Hindia Belanda. Dibangun pada tahun 1828, gedung yang dulu bernama De Javasche Bank ini merupakan perpaduan antara budaya lokal dengan Eropa. Hingga pada tahun 1953 gedung ini menjadi gedung Bank Indonesia. Namun setelah Bank Indonesia pindah ke gedung di Jalan Thamrin 2 Jakarta, maka praktis gedung ini menjadi kosong. Inilah yang membuat pihak Bank Indonesia untuk menjadikan gedung ini menjadi

sebuah museum dengan tujuan agar masyarakat bisa belajar & mengetahui seluk beluk dari Bank Indonesia & menghilangkan stigma negatif mengenai Bank Indonesia.

Gambar 29. Museum Bank Indonesia Sumber :www.google.com

(63)

52 Adapun bebera jenis ruangan pada Museum Mandala Bhakti sebagai berikut :

a. Ruang Penitipan Barang

Ruang ini terletak di lobby utama. Sebelum jelajah museum, pengunjung harus menitipkan tas dan barang bawaan lainnya disini, sesuai peraturan pengunjung tidak boleh membawa tas dan barang bawaan lainnya pada saat memasuki ruang tata pamer Museum BI

Gambar 30. Ruang Penitipan Barang Sumber : www.google.com

b. Ruang Auditorium

Ruang ini digunakan bagi pengunjung rombongan, ataupun komunitas, sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan seperti seminar/workshop/diskusi, dan edukasi.publik.

Gambar 31. Ruang Auditorium Sumber : www.google.com

(64)

53 c. Ruang Serbaguna

Ruang Terletak di lantai dasar, berbagai event seperti workshop, bazar, diskusi, ramah tamah dan masih banyak lagi diselenggarakan di ruangan ini.

Gambar 32. Ruang Serbaguna Sumber : www.google.com

(65)

55 BAB III

TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN MUSEUM TSUNAMI KOTA PALU

A. Tinjauan Khusus Kota Palu

1. Kondisi Geografis, Iklim dan Batas Wilayah Kota Palu

Gambar 1: Peta Wilayah Kota Palu Sumber : Kota Palu Dalam Angka 2018

Kota Palu berada pada kawasan dataran lembah Palu dan Teluk Palu, dengan ketinggian rata-rata 0 – 700 meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” - 121º,1” Bujur Timur . Luas wilayah Kota Palu, adalah 395,06 km2 yang berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu.

(66)

56 Tahun 2017, wilayah administrasi Kota Palu terdiri dari 8 wilayah kecamatan dan 46 wilayah kelurahan, yaitu: Palu Barat (8,28 km2), Tatanga (14,95 km2), Ulujadi (40,25 km2), Palu Selatan (27,38 km2), Palu Timur (7,71 km2), Mantikulore (206,80 km2), Palu Utara (29,94 km2), dan Tawaeli (59,75 km2).

Jarak antara Ibukota Palu ke Kecamatan:

1. Palu – Palu Barat: 4 km 5. Palu - Palu Timur : 3 km.

2. Palu - Tatanga : 6 km. 6. Palu - Mantikulore : 3 km.

3. Palu - Ulujadi : 9 km. 7. Palu – Palu Utara : 10 km.

4. Palu – Palu Selatan: 2 km. 8. Palu - Tawaeli : 17 km.

Wilayah Kota Palu bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Donggala.

Gambar 2. Persentase Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan, 2017 Sumber : Kota Palu Dalam Angka 2018

(67)

57 a. Penjelasan Teknis

1) Secara astronomis, Kota Palu terletak antara 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” - 121º,1” Bujur Timur tepat berada di bawah garis Khatulistiwa dengan ketinggian 0 - 700 meter dari permukaan laut.

2) Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Palu memiliki batas-batas:

Utara – Kabupaten Donggala; Selatan – Kabupaten Sigi; Barat – Kabupaten Donggala dan Sigi; Timur – Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala.

3) Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan, yaitu:

- Kecamatan Palu Barat: Kelurahan Ujuna, Baru, Siranindi, Kamonji, Balaroa dan Lere.

- Kecamatan Tatanga: Kelurahan Duyu, Pengawu, Palupi, Tawanjuka, Boyaoge dan Nunu.

- Kecamatan Ulujadi: Kelurahan Donggala Kodi, Kabonena, Silae, Tipo, Buluri dan Watusampu.

- Kecamatan Palu Selatan: Kelurahan Birobuli Selatan, Petobo, Birobuli Utara, Tatura utara, dan Tatura Selatan.

- Kecamatan Palu Timur: Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu Selatan.

- Kecamatan Mantikulore: Kelurahan Talise, Tanamodindi, Lasoani, Kawatuna, Poboya, Tondo, Layana Indah dan Talise Valangguni.

- Kecamatan Palu Utara: Kelurahan Mamboro, Taipa, Kayumaleo - Pajeko, Kayumaleo Ngapa, dan Mamboro Barat.

(68)

58 - Kecamatan Tawaeli: Kelurahan Panau, Lambara, Baiya, Pantoloan

dan Pantoloan Boya.

4) Data Curah Hujan (mm)

adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir.

Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter

5) Suhu udara

adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda – benda lain atau menerima panas dari benda – benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.

6) Lama penyinaran matahari merupakan salah satu dari beberapa unsur klimatologi dan didefinisikan sebagai kekuatan matahari yang melebihi 120 W/m2.

7) Kelembaban udara/legas udara adalah jumlah kandungan uap air yang ada dalam udara. Kandungan uap air di udara berubah-ubah bergantung pada suhu Makin tinggi suhu, makin banyak kandungan uap airnya.

Alat pengukur kelembapan udara adalah higrometer. Kelembapan udara ada 2 jenis sebagai berikut:

- Kelembapan mutlak (absolut) yaitu bilangan yang menunjukkan

Referensi

Dokumen terkait

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan

 Seni Lukis pada suku Banjar sendiri terdiri dari berbagai macam salah. satu seni lukis yang menjadi pilihan adalah sebagai pola dasar

Tsunami merupakan salah satu gejala atau peristiwa yang tidak dapat dicegah.Bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi berdampak negatif pada masyarakat baik berupa

Namun jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat

f. Secondary skin pada bangunan Pusat Kuliner Lokal Tegal terbuat dari bambu yang disusun secara tidak teratur. Hal ini berguna untuk menciptakan pembayangan yang

Gangguan tersebut berupa: gempa bumi tektonik, letusan gunung api, karena jatuhnya benda langit (misal meteor) di dalam laut, longsoran tanah yang terjadi di dasar

 Peristiwa datangnya gelombang laut yang tinggi & besar ke daerah pinggir pantai beberapa saat setelah terjadi gempa bumi, letusan gunung berapi & tanah longsor di

Identifikasi dampak bencana gempabumi dan tsunami terhadap Lingkungan Berdasarkan dampak kerusakan lingkungan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Pesisir Lere Kota Palu, beberapa