• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. XYZ.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. XYZ."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ.

(Studi Kasus Pada Klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)

Oleh:

Decky Sanjaya Gunawan

NIM: 1306043009

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing

serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi ……….

2. Sekretaris : I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com ………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir Studi yang berjudul “Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Studi Diploma

III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi

ini.

5. Bapak I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com. selaku Pembimbing

Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program

Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(4)

iv

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama

mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV.

Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis

melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.

9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan, Kak

Indra, Kak Sukma, Kak Muli, Kak Arum, Kak lis dan Bli Kadek sebagai

perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan

memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu

yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.

10.Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan

dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam

penyusunan Tugas Akhir Studi ini.

11.Teman dan sahabat penulis, I Komang Edy Arimbawa, Wayan Jyoti

Subali, Gery Astrana Putra, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa

Wijaya, Made Wira Adi Pratama, Made Sucipta, Ratta Astawa, Ngurah

KT Sidi Adnyana, Tangkas Made Adi Wibowo yang tiada henti

memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran

dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan

(5)

v

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna

karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian

Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang

berkepentingan.

Denpasar, April 2016

(6)

vi

Judul : Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. XYZ.

Nama : Decky Sanjaya Gunawan Nim : 1306043009

ABSTRAK

Salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalahself assessment system yaitu masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sistem ini berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode pengkreditan atau pembayaran. Kendalanya adalah tidak semua wajib pajak mampu melaksanakan prosedur tersebut dengan tepat dan benar. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai memungkinkan masih banyak Wajib Pajak yang belum paham dengan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN PT. XYZ.

Objek dalam penelitian ini adalah tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan menjelaskan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ kemudian membandingkan dengan aturan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN pada PT. XYZ meliputi menentukan DPP kemudian mengalikan DPP dengan tarif PPN sebesar 10%, Mengisi SSP dengan benar, lalu melakukan pembayaran ke tempat pembayaran yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan mengisi SPT Masa PPN dengan benar, lalu melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana Wajib Pajak terdaftar. Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN yang dilakukan PT. XYZ sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) No. 42 Tahun 2009.

(7)
(8)

viii

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... ... ... 24

4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Intitusi ... 24

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 25

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 27

4.2.1 Prosedur Pemungutan PPN PT. XYZ ... 27

4.2.2 Prosedur Penyetoran PPN PT. XYZ ... 29

4.2.3 Prosedur Pelaporan PPN PT. XYZ ... 29

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SPT Masa PPN 1111

(11)

1 BAB I

PENAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai

ketentuan perpajakan yang ada, salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut

di Indonesia adalah self assessment system, yaitu masyarakat mendaftarkan diri

sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang. Sistem pemungutan pajak yang bersifat self

assessment berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode

pengkreditan atau pembayaran. Jadi Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar

atau yang lebih bayar dihitung sendiri dengan menggunakan mekanisme

pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran, Oleh karena itu sangat

penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagai mana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.

Pengkreditan/pembayaran Pajak Keluaran terhadap Pajak Masukan

apabila Pajak keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka yang terjadi

adalah PPN tersebut kurang bayar. Jadi kurang bayar tersebut sebagai Wajib

Pajak harus menyetorkannya ke Kas Negara. Sebaliknya apabila ternyata Pajak

(12)

2

lebih bayar. Lebih bayar tersebut dapat dimintakan kembali dalam bentuk uang

(restitusi) atau dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.

Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak

(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean dan atau pemanfaatan

BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar

daerah pabean. Sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang

terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang

Kena Pajak.

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem

faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat

faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang atau jasa. Hal ini

merupakan ciri khas dari Pajak Pertambahan Nilai, karena faktur pajak merupakan

bukti pungutan pajak yang bagi pengusaha yang dipungut pajak dapat dikreditkan

dengan jumlah pajak yang terutang.

Permasalahan yang timbul dalam perhitungan PPN baik yang kurang

bayar maupun yang lebih bayar adalah ketidaktahuan Wajib Pajak dalam

menghitung dasar pengenaan pajak, ada beberapa tagihan yang seharusnya

dikenakan PPN tetapi tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilainya,

membandingkan antara Pajak Masukan yang merupakan kredit pajak dengan

Pajak Keluaran yang merupakan hutang pajak, atau perhitungan tidak disesuaikan

(13)

3

penyetoran PPN adalah ketidaktahuan Wajib Pajak batas akhir penyetoran dan apa

saja yang harus dibawa pada saat melakukan penyetoran. Sedangkan

permasalahan yang timbul dalam pelaporan adalah tidak semua penerimaan

jasa yang dipungut Pajak Masukan yang bukti pungutannya berupa faktur pajak

sederhana, tetapi langsung membiayakannya,dalam keterlambatan dokoumen

sebagai bukti dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran sehingga pelaporan

Pajak Masukan dan Pajak Keluaran tidak pada masa pajak yang bersangkutan.

Kemudian Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tetap harus dilaporkan

pada SPT Masa yang bersangkutan. Selanjutnya dalam pembuatan faktur pajak

dapat dibuat pada akhir bulan setelah bulan penyerahan BKP/JKP. Pada saat

penyerahan BKP/JKP, PPNnya belum terutang sehingga belum dicatat dan yang

dilaporkan dalam SPT Masa hanya yang terhitung saja. Berdasarkan latar

belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu “

Bagaimana Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan

Nilai PT. XYZ.”

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai PT. XYZ.

1.3Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan

(14)

4

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dalam SPT Masa PPN sesuai dengan

Undang-Undang Perpajakan.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi yang dimana bisa

digunakan oleh pimpinan, staf dan karyawan, agar memperhatikan Tata Cara

Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas

Pengusaha Kena Pajak yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

1.4Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir

Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang masalah pokok permasalahan,

tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika Penelitian.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam Bab ini diuraikan mengenai pengertian menurut para ahli

tentang pengertian Pajak, Fungsi pajak,Tarif pajak dan Seputaran

tentang Pph Pasal 21.

Bab III Sistematika Penulisan

Menguraikan Tentang lokasi penelitian, objek penelitian,

identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber

(15)

5 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang sudah dilakukan

serta pembahasan hasil penelitian tersebut.

Bab V Simpulan dan Saran

Merupakan bab penutup yakni menyimpulkan mengenai

(16)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan

perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara

langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk

pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang

perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi

merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk

peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”. Menurut

Mardiasmo (Edisi Revisi:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.”

(17)

7 1. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan

barang).

2. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat

ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut

bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak, yaitu:

1) Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrument pengumpul dana

guna membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan

masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai

(18)

8

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.

2.1.3 Tarif Pajak

Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a) Tarif Sebanding/ Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak

sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang

dikenakan pajak.

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak

semakin besar.

d) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak

semakin besar.

2.1.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana

dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri

atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

Nomor Pokok Wajib Pajak dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam

(19)

9

memiliki NPWP Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya

seperti persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP) dan sebagai persyaratan pinjaman bank. Terhadap Wajib Pajak yang tidak

mendaftarkan diri untuk mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan. NPWP terdiri atas 15 digit, 9 digit

pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit (3 digit kode KKP dan 3 digit

berikutnya kode kantor Cabang/Pusat) berikutnya merupakan Kode Administrasi

Perpajakan.

2.2 Tinjauan Umum Pajak Pertambahan Nilai

2.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut

disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan

kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan pajak yang

ditanggung. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal dengan

istilah pajak keluaran dan pajak masukkan. Pajak keluaran adalah PPN yang

dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN

yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

2.2.2 Pengertian Barang Kena Pajak

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifatnya atau hukumnya

dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak

berwujud. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan

(20)

10 2.2.3 Pengecualian Barang Kena Pajak

Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang

menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai

berikut:

a Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya, seperti:

1) Minyak mentah (crude oil);

2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi

langsung oleh masyarakat;

3) Panas bumi

4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu

permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,

granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,

opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,

tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,

yarosif, zeolit, basal, dan trakkit

5) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan

6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih

perak serta bijih bauksit.

b Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,

seperti:

1) Beras

(21)

11 3) Jagung

4) Sagu

5) Kedelai

6) Garam, baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium, baik yang

berbentuk curah maupun briket.

7) Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses

disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak

dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,

dan/atau direbus

8) Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,

diasinkan, atau dikemas

9) Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun

dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,

dan/atau dikemas atau tidak dikemas.

10)Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah

melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,

dan/atau dikemas atau tidak dikemas, dan

11)Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,

dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang

dicacah.

c Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang

dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang

(22)

12

d Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

2.2.4 Pengertian Jasa Kena Pajak

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau

perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak

tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilankan barang

karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Jasa Kena

Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

2.2.5 Pengecualian Jasa Kena Pajak

Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh

Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPn ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:

a Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1) Jasa dokter umum,dokter spesialis, dan dokter gigi;

2) Jasa dokter hewan;

3) Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi danfisioterapi;

4) Jasa kebidanan dan dukun bayi;

5) Jasa paramedis dan perawat;

6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik, kesehatan, laboratorium

kesehatan, dan Sanatorium;

7) Jasa psikolog dan psikiater, dan

8) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

b Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;

2) Jasa pemadam kebakaran;

(23)

13 4) Jasa lembaga rehabilitasi;

5) Jasa penyedia rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium;

dan

6) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.

c Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman

surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain

pengganti perangko tempel.

d Jasa keuangan meliputi:

1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,

sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu;

2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada

pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,

berupa:

a sewa guna usaha dengan hak opsi;

b anjak piutang;

c usaha kartu kredit; dan/atau

d pembiayaan konsumen;

4) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah

dan fidusia; dan

(24)

14

e Jasa Asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,

asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi

kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi

seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.

f Jasa di bidang keagamaan, meliputi:

1) Jasa pelayanan rumah ibadah;

2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah;

3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

4) Jasa lainnya di bidang keagamaan.

g Jasa di bidang pendidikan,meliputi:

1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,

pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan

pendidikan profesional;

2) Jasa penyelengaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

h Jasa di bidang kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan

oleh pekerja seni nyang telah dikenakan Pajak Tontonan.

i Jasa di bidang penyiaran meliputi jasa penyiaran radio dan televisi baik yang

dilakukan oleh instansi Pemerintah maupn swasta yang bukan bersifat iklan

dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bersetujuan komersial.

j Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam

negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara

luar negeri.

(25)

15 1) Jasa tenaga kerja;

2) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja

tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

l Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah

penginapan, motel losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan

kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap

2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel,

rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

m Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB),

pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib

Pajak,pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

n Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang

dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna

tempat parkir dengan dipungut bayaran.

o Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, yaitu jasa telepon

umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan

oleh pemerintah maupun swasta.

p Jasa penerimaan uang dengan wesel pos

(26)

16 2.2.6 Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pu yang

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan

barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk

mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha

Kena Pajak adalah pengusaha yang meklakukan penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan

Undang-Undang PPN 1984.

2.2.7 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih

besar daripada Pajak Masukkan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan

d. Melaporkan perhitungan pajak.

2.2.8 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak

adalah:

a. Pengusaha Kecil.

b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak

(27)

17 2.2.9 Objek Pajak Pertambahan Nilai

1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Barang berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak;

b Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak

tidak berwujud;

c Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

2) Impor Barang Kena Pajak.

3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;

b Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

c Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabean;

5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean;

6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusha Kena Pajak;

7) Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

(28)

18

9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak

Masukannya tidak dapat dikreditkan.

2.2.10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7 :

1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

a Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan

c Ekspor Jasa Kena Pajak.

3) Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi

paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas

persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.

2.3 Tinjauan Umum Faktur Pajak

2.3.1 Pengertian Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha

kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau

penyerahan jasa kena pajak (JKP). Dalam membuat Faktur Pajak kita harus

memperhatikan syarat minimal data data apa saja yang harus dicantumkan oleh

pembuat Faktur Pajak syarat minimal data yang harus dicantumkan di Faktur

Pajak berdasar adalah :

1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang

(29)

19

2) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan

harga;

3) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

4) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

5) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

6) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

2.3.2 Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak dibuat pada:

1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena

Pajak;

3. Saat Penerimaan pembayaraan termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan;

4. Untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

5. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

tersendiri.

2.4 Tinjauan Umum Surat Setoran Pajak (SSP)

2.4.1 Pengertian Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

(30)

20

Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan.

2.4.2 Fungsi Surat Setoran Pajak

1) Sarana untuk membayar pajak.

2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.

2.4.3 Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak :

1) Bank- bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran.

2) Kantor Pos

3) Bank- bank BUMN dan BUMD

4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.4.4 Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri

maupun yang titunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pph wajib melaporkan

Referensi

Dokumen terkait

 Dengan bekerja sama bersama kelompoknya dan menggunakan informasi dari bacaan, siswa mampu membuat artikel sederhana mengenai manusia Indonesia dan aktivitasnya yang terkait dengan

• A menu interface, that provides the user with an onscreen list of available selections.. • A nested menu is a menu that can be reached through

Dengan dirumuskannya persamaan hubungan tingkat bagi hasil dan suku bunga sebagai variabel bebas, dan pengaruhnya terhadap DPK deposito mudharabah sebagai

Berdasarkan penelitian pada Universitas Ibn Khaldun Bogor dalam melakukan Keamanan Sumberdaya Manusia yang ada tentang penerapan dengan ISO 27001 ini ada, terdapat

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Gameissa, (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi yang diberikan maka kondisi

In many of these examples you will notice a theme related to overcoming old limitations. For years we have been working around limitations in HTML and CSS by using images to do

A Study on The Students’ Mastery..., Refi Mandasari, FKIP UMP, 2014... Nanda AldisPrasetyo

Hasil percobaan memperlihatkan bahwa radiofarmaka 99m Tc-CTMP sebagai penyidik tulang dapat digunakan pada dosis 20 mCi sampai 6,06 Ci dengan volume penyuntikkan secara intra