i
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ.
(Studi Kasus Pada Klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)
Oleh:
Decky Sanjaya Gunawan
NIM: 1306043009
Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing
serta diuji pada tanggal :
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi ……….
2. Sekretaris : I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com ………
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir Studi yang berjudul “Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S. selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Studi Diploma
III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi
ini.
5. Bapak I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com. selaku Pembimbing
Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program
Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
iv
6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama
mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.
8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV.
Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis
melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.
9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan, Kak
Indra, Kak Sukma, Kak Muli, Kak Arum, Kak lis dan Bli Kadek sebagai
perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan
memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu
yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.
10.Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan
dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir Studi ini.
11.Teman dan sahabat penulis, I Komang Edy Arimbawa, Wayan Jyoti
Subali, Gery Astrana Putra, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa
Wijaya, Made Wira Adi Pratama, Made Sucipta, Ratta Astawa, Ngurah
KT Sidi Adnyana, Tangkas Made Adi Wibowo yang tiada henti
memberikan masukan dan semangat kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran
dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan
v
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna
karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian
Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang
berkepentingan.
Denpasar, April 2016
vi
Judul : Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. XYZ.
Nama : Decky Sanjaya Gunawan Nim : 1306043009
ABSTRAK
Salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalahself assessment system yaitu masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sistem ini berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode pengkreditan atau pembayaran. Kendalanya adalah tidak semua wajib pajak mampu melaksanakan prosedur tersebut dengan tepat dan benar. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai memungkinkan masih banyak Wajib Pajak yang belum paham dengan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN PT. XYZ.
Objek dalam penelitian ini adalah tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan menjelaskan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ kemudian membandingkan dengan aturan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
Berdasarkan penelitian ini, diperoleh tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN pada PT. XYZ meliputi menentukan DPP kemudian mengalikan DPP dengan tarif PPN sebesar 10%, Mengisi SSP dengan benar, lalu melakukan pembayaran ke tempat pembayaran yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan mengisi SPT Masa PPN dengan benar, lalu melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana Wajib Pajak terdaftar. Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN yang dilakukan PT. XYZ sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) No. 42 Tahun 2009.
viii
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 24
4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 24
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... ... ... 24
4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Intitusi ... 24
4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 25
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 27
4.2.1 Prosedur Pemungutan PPN PT. XYZ ... 27
4.2.2 Prosedur Penyetoran PPN PT. XYZ ... 29
4.2.3 Prosedur Pelaporan PPN PT. XYZ ... 29
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SPT Masa PPN 1111
1 BAB I
PENAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai
ketentuan perpajakan yang ada, salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut
di Indonesia adalah self assessment system, yaitu masyarakat mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang. Sistem pemungutan pajak yang bersifat self
assessment berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode
pengkreditan atau pembayaran. Jadi Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar
atau yang lebih bayar dihitung sendiri dengan menggunakan mekanisme
pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran, Oleh karena itu sangat
penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagai mana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
Pengkreditan/pembayaran Pajak Keluaran terhadap Pajak Masukan
apabila Pajak keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka yang terjadi
adalah PPN tersebut kurang bayar. Jadi kurang bayar tersebut sebagai Wajib
Pajak harus menyetorkannya ke Kas Negara. Sebaliknya apabila ternyata Pajak
2
lebih bayar. Lebih bayar tersebut dapat dimintakan kembali dalam bentuk uang
(restitusi) atau dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak
(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean dan atau pemanfaatan
BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar
daerah pabean. Sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang
Kena Pajak.
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem
faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat
faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang atau jasa. Hal ini
merupakan ciri khas dari Pajak Pertambahan Nilai, karena faktur pajak merupakan
bukti pungutan pajak yang bagi pengusaha yang dipungut pajak dapat dikreditkan
dengan jumlah pajak yang terutang.
Permasalahan yang timbul dalam perhitungan PPN baik yang kurang
bayar maupun yang lebih bayar adalah ketidaktahuan Wajib Pajak dalam
menghitung dasar pengenaan pajak, ada beberapa tagihan yang seharusnya
dikenakan PPN tetapi tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilainya,
membandingkan antara Pajak Masukan yang merupakan kredit pajak dengan
Pajak Keluaran yang merupakan hutang pajak, atau perhitungan tidak disesuaikan
3
penyetoran PPN adalah ketidaktahuan Wajib Pajak batas akhir penyetoran dan apa
saja yang harus dibawa pada saat melakukan penyetoran. Sedangkan
permasalahan yang timbul dalam pelaporan adalah tidak semua penerimaan
jasa yang dipungut Pajak Masukan yang bukti pungutannya berupa faktur pajak
sederhana, tetapi langsung membiayakannya,dalam keterlambatan dokoumen
sebagai bukti dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran sehingga pelaporan
Pajak Masukan dan Pajak Keluaran tidak pada masa pajak yang bersangkutan.
Kemudian Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tetap harus dilaporkan
pada SPT Masa yang bersangkutan. Selanjutnya dalam pembuatan faktur pajak
dapat dibuat pada akhir bulan setelah bulan penyerahan BKP/JKP. Pada saat
penyerahan BKP/JKP, PPNnya belum terutang sehingga belum dicatat dan yang
dilaporkan dalam SPT Masa hanya yang terhitung saja. Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu “
Bagaimana Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai PT. XYZ.”
1.2Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai PT. XYZ.
1.3Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan
4
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dalam SPT Masa PPN sesuai dengan
Undang-Undang Perpajakan.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi yang dimana bisa
digunakan oleh pimpinan, staf dan karyawan, agar memperhatikan Tata Cara
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas
Pengusaha Kena Pajak yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
1.4Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir
Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang masalah pokok permasalahan,
tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika Penelitian.
Bab II Kajian Pustaka
Dalam Bab ini diuraikan mengenai pengertian menurut para ahli
tentang pengertian Pajak, Fungsi pajak,Tarif pajak dan Seputaran
tentang Pph Pasal 21.
Bab III Sistematika Penulisan
Menguraikan Tentang lokasi penelitian, objek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
5 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang sudah dilakukan
serta pembahasan hasil penelitian tersebut.
Bab V Simpulan dan Saran
Merupakan bab penutup yakni menyimpulkan mengenai
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan
perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang
perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk
peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”. Menurut
Mardiasmo (Edisi Revisi:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.”
7 1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan
barang).
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut
bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak, yaitu:
1) Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrument pengumpul dana
guna membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan
masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai
8
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.
2.1.3 Tarif Pajak
Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Tarif Sebanding/ Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenakan pajak.
b) Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c) Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
d) Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
2.1.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam
9
memiliki NPWP Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya
seperti persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) dan sebagai persyaratan pinjaman bank. Terhadap Wajib Pajak yang tidak
mendaftarkan diri untuk mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan. NPWP terdiri atas 15 digit, 9 digit
pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit (3 digit kode KKP dan 3 digit
berikutnya kode kantor Cabang/Pusat) berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan.
2.2 Tinjauan Umum Pajak Pertambahan Nilai
2.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut
disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan
kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan pajak yang
ditanggung. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal dengan
istilah pajak keluaran dan pajak masukkan. Pajak keluaran adalah PPN yang
dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN
yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
2.2.2 Pengertian Barang Kena Pajak
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifatnya atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak
berwujud. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan
10 2.2.3 Pengecualian Barang Kena Pajak
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang
menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai
berikut:
a Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti:
1) Minyak mentah (crude oil);
2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat;
3) Panas bumi
4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,
tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit
5) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih
perak serta bijih bauksit.
b Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,
seperti:
1) Beras
11 3) Jagung
4) Sagu
5) Kedelai
6) Garam, baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium, baik yang
berbentuk curah maupun briket.
7) Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus
8) Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas
9) Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas.
10)Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas, dan
11)Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah.
c Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
12
d Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
2.2.4 Pengertian Jasa Kena Pajak
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak
tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilankan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Jasa Kena
Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.
2.2.5 Pengecualian Jasa Kena Pajak
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh
Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPn ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:
a Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi:
1) Jasa dokter umum,dokter spesialis, dan dokter gigi;
2) Jasa dokter hewan;
3) Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi danfisioterapi;
4) Jasa kebidanan dan dukun bayi;
5) Jasa paramedis dan perawat;
6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik, kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan Sanatorium;
7) Jasa psikolog dan psikiater, dan
8) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.
b Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:
1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
2) Jasa pemadam kebakaran;
13 4) Jasa lembaga rehabilitasi;
5) Jasa penyedia rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium;
dan
6) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
c Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel.
d Jasa keuangan meliputi:
1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu;
2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada
pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
berupa:
a sewa guna usaha dengan hak opsi;
b anjak piutang;
c usaha kartu kredit; dan/atau
d pembiayaan konsumen;
4) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah
dan fidusia; dan
14
e Jasa Asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi
seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.
f Jasa di bidang keagamaan, meliputi:
1) Jasa pelayanan rumah ibadah;
2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah;
3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
4) Jasa lainnya di bidang keagamaan.
g Jasa di bidang pendidikan,meliputi:
1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional;
2) Jasa penyelengaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.
h Jasa di bidang kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan
oleh pekerja seni nyang telah dikenakan Pajak Tontonan.
i Jasa di bidang penyiaran meliputi jasa penyiaran radio dan televisi baik yang
dilakukan oleh instansi Pemerintah maupn swasta yang bukan bersifat iklan
dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bersetujuan komersial.
j Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara
luar negeri.
15 1) Jasa tenaga kerja;
2) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja
tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
l Jasa di bidang perhotelan, meliputi:
1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap
2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel,
rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.
m Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak,pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
n Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang
dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna
tempat parkir dengan dipungut bayaran.
o Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, yaitu jasa telepon
umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun swasta.
p Jasa penerimaan uang dengan wesel pos
16 2.2.6 Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pu yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha
Kena Pajak adalah pengusaha yang meklakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN 1984.
2.2.7 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih
besar daripada Pajak Masukkan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan
d. Melaporkan perhitungan pajak.
2.2.8 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak
adalah:
a. Pengusaha Kecil.
b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak
17 2.2.9 Objek Pajak Pertambahan Nilai
1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:
a Barang berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak;
b Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
tidak berwujud;
c Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor Barang Kena Pajak.
3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:
a Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;
b Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;
c Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusha Kena Pajak;
7) Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
18
9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan.
2.2.10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7 :
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c Ekspor Jasa Kena Pajak.
3) Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi
paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas
persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.
2.3 Tinjauan Umum Faktur Pajak
2.3.1 Pengertian Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha
kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau
penyerahan jasa kena pajak (JKP). Dalam membuat Faktur Pajak kita harus
memperhatikan syarat minimal data data apa saja yang harus dicantumkan oleh
pembuat Faktur Pajak syarat minimal data yang harus dicantumkan di Faktur
Pajak berdasar adalah :
1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
19
2) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga;
3) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
4) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
5) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
6) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
2.3.2 Pembuatan Faktur Pajak
Faktur Pajak dibuat pada:
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena
Pajak;
3. Saat Penerimaan pembayaraan termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan;
4. Untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
5. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
2.4 Tinjauan Umum Surat Setoran Pajak (SSP)
2.4.1 Pengertian Surat Setoran Pajak
Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
20
Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.
2.4.2 Fungsi Surat Setoran Pajak
1) Sarana untuk membayar pajak.
2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.
2.4.3 Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak :
1) Bank- bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran.
2) Kantor Pos
3) Bank- bank BUMN dan BUMD
4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
2.4.4 Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri
maupun yang titunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pph wajib melaporkan