1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ada sisi negatif yang tidak diharapkan dari perkembangan konsep-konsep manajemen sejak awal abad dua puluhan. Konsep pengelolaan korporasi yang seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi pemicu kehancuran dunia usaha dan merugikan publik. Konsep yang seharusnya membuat permasalahan pengelolaan usaha dieliminasi seminimal mungkin justru diselewengkan hingga muncul permasalahan baru yang merugikan kepentingan bebagai pihak. Permasalahan ini tentu bukan hanya disebabkan adanya kelemahan yang melekat dalam konsep-konsep manajemen itu namun juga didorong oleh moral hazard orang-orang yang menggunakannya. Adanya kecenderungan seseorang untuk selalu mencari celah dari suatu aturan atau pedoman tertentu yang dapat dinamakan manajerial yang sebenarnya bertujuan positif diselewengkan, seolah-olah menjadi suatu yang negatif dan merugikan publik.
tanggung jawab dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Setiap pihak harus mempunyai komitmen untuk menghargai dan menghormati hak dan wewenang pihak lain. Oleh sebab itu, setiap pihak tidak diperbolehkan untuk mengintervensi hak dan wewenang pihak lain. Apalagi jika intervensi itu dilakukan demi kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan pihak lain.
Sebagai pihak yang menyerahkan wewenang pengelolaan perusahaan pemilik mempunyai hak dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan, pengendalian, dan meminta laporan pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan dan dialami pengelola perusahaan. Pemilik juga mempunyai hak untuk menerima hasil (return) yang layak dari modalnya sehingga kesejahteraannya meningkat. Seandainya pemilik merasa bahwa pengelola tidak menjalankan kewajiban maka pemilik berhak mengganti pengelola dengan orang lain yang dianggap lebih mampu.
3
keinginan manajer untuk mengoptimalkan kesejahteraan pribadi dengan mengelabui pemilik dan stakeholder lain yang tidak mempunyai akses dan sumber informasi yang memadai.
Pasar modal merupakan salah satu sarana bagi para pemilik dana atau investor untuk melakukan investasi pada perusahaan yang membutuhkan dana. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Para investor dapat membeli saham, obligasi dan surat berharga lainnya untuk investasi mereka di pasar modal. Tempat terjadinya pedagang sekuritas tersebut adalah Bursa Efek, di Indonesia bernama Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan dari para investor menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk memperoleh return dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang (Halim, 2008)
laporan laba rugi komprehensif atau laporan kinerja, dan arus kas beserta komponennya. Laba merupakan parameter yang paling sering digunakan untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan. Apabila laba meningkat dari periode sebelumnya mengindikasikan kinerja perusahaan adalah baik. Sebaliknya apabila laba menurun dari periode sebelumnya mengidikasikan kinerja perusahaan kurang baik. Selain laba, arus kas yang dijabarkan dalam komponen arus kas disebut arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan menyajikan aliran kas masuk dan kas keluar dari masing-masing aktivitas arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas selama satu periode, juga mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi pelaku pasar atau investor.
Informasi yang diperoleh investor dari perusahaan belum dapat dijamin bahwa informasi tersebut mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan manajer mempermainkan atau memodifikasi laporan keuangan yang disusun untuk menghasilkan laba yang diinginkan, Hal ini disebut juga manajemen laba. Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing-masing.
5
Sampai saat ini masih ada kontroversi dalam memandang dan memahami manajemen laba. Secara umum kontroversi ini terjadi antara praktisi dan akademisi yang pada dasarnya mempertanyakan apakah manajemen laba dapat dikategorikan sebagai kecurangan (fraud) atau tidak. Para praktisi menilai manajemen laba sebagai kecurangan, sementara akademisi menilai manajemen laba tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan.
Ada argumen yang cukup kuat yang diungkapkan oleh setiap pihak untuk mempertahankan pendapatnya ini. Tetapi meski setiap pihak berusaha mengungkapkan alasan logis, sebenarnya ada satu benang merah yang dalam antara kedua pendapat ini, yaitu kedua belah pihak menyepakati bahwa manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan menunda informasi keuangan. Secara umum para praktisi, yaitu pelaku ekonomi, pemerintah, asosiasi profesi dan regulator lainnya, beragumen bahwa pada dasarnya manajemen laba merupakan perilaku oportunis seorang manajer untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
manajemen laba merupakan dampak dari kebebasan seorang manajer untuk memilih dan menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan ada beragam metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum.
Perbedaan ini yang menyebabkan setiap pihak yang perhatian pada masalah aktivitas rekayasa manajerial ini mencoba untuk mendefinisikannya, baik dari pemahaman positif maupun negatif. Akibatnya, ada banyak batasan dan definisi manajemen laba. Ada pihak yang mendefinisikan manajemen laba sebagai kecurangan yang dilakukan seorang manajer untuk mengelabui orang lain, sedangkan pihak lain mendefinisikannya sebagai aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan. Manajemen laba tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan sejauh apa yang dilakukannya masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi. Inilah yang membuat gambaran manajemen laba menjadi sedemikian luas.
Pendapat lain mengenai definisi manajemen laba merupakan suatu fenomena yang tidak mudah untuk dihindari karena merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan (Trisnawati, dkk, 2012). Untuk mendapatkan laba yang optimal, pengelola perusahaan cenderung menggunakan atau memilih kebijakan akuntansi yang dapat menguntungkan bagi mereka. Earnings management dapat menimbulkan masalah keagenan (agency cost) yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara
7
Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui perbaikan lingkungan. Pengelola perusahaan juga sering kali menunda aktivitas riil atau rencana perusahaan yang penting guna mengurangi biaya yang bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Informasi arus kas berguna bagi investor dan kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan dan membandingkannya dengan kewajiban-kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk kemungkinan pembayaran dividen masa depan.
Laporan arus kas juga berguna bagi manajer untuk menilai aktivitas operasi di masa lalu dan merencanakan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan di masa depan. Informasi tentang arus kas sebuah perusahaan bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Untuk dapat mengeliminasi pandangan negatif pada manajemen laba, maka entitas berkewajiban melakukan langkah membangun kepercayaan publik melalui perbaikan lingkungan Corporate Social Responsibility. Melalui penerapan Corporate Social Responsibility, perusahaan
dalam jangka panjang (Kiroyan 2006). Meningkatnya kekuatan keuangan artinya profitabilitas akan menjadi semakin tinggi. Semakin tingginya profitabilitas yang disebabkan oleh legitimasi yang diperoleh perusahaan akan berimbas pada naiknya return saham perusahaan. Hal tersebut dapat terlaksana hanya jika setiap penerapan Corporate Social Responsibility diungkapkan oleh perusahaan sehingga stakeholder mengetahui bahwa perusahaan telah menerapkan Corporate Social Responsibility. Pengungkapan Corporate Social Responsibility secara luas
akan menyebabkan perusahaan mempunyai citra yang baik di dalam pandangan stakeholder, sehingga meningkatnya permintaan saham perusahaan akan
mendorong meningkatnya minat investor untuk berinvestasi.
9
Perseroan Terbatas memiliki kewajiban untuk menjalankan Corporate Social Responsibility sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007. Corporate Social Responsibility didefinisikan sebagai komitmen berkesinambungan dari kalangan
bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, untuk meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya. Fenomena perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia ditempatkan sebagai kewajiban dalam kerangka hukum positif. Terdapat dua undang-undang yang mengatur secara jelas kewajiban perusahaan melaksanakan Corporate Social Responsibility yakni; Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pasal 15 huruf b tentang
penanaman modal yang berisi setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 angka 3 tentang perseroan terbatas berisi tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah perubahan arus kas operasi. Penelitian Yocelyn dan Yulius (2011) menunjukkan bahwa adanya pengaruh manajemen laba dan arus kas terhadap return saham. Penelitian Rusmana,dkk (2011) menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh pada return saham. Hasil penelitian yang tidak konsisten ini mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara manajemen laba dan aktivitas riil pada return saham. Peneliti menambahkan Corporate Social Responsibility sebagai variabel pemoderasi. Pemilihan variabel ini didasarkan
pada pertimbangan karena Corporate Social Responsibility merupakan sebagai salah satu cara untuk menarik investor menanamkan dananya dalam bentuk pembelian saham perusahaan. Melalui pertimbangan Corporate Social Responsibility investor yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan akan lebih
tertarik untuk menginvestasikan modalnya, karena mereka berpandangan perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility mempunyai nilai lebih dibandingkan perusahaan lain karena peduli terhadap dampak ekonomi lingkungan dan sosial. Melalui penelitian ini akan diuji return saham perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility, melakukan perataan laba serta mengobservasi aktivitas riilnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:
11
2) Bagaimana pengaruh aktivitas riil pada return saham?
3) Bagaimana moderasi Corporate Social Responsibility terhadap pengaruh manajemen laba pada return saham?
4) Bagaimana moderasi Corporate Social Responsibility terhadap pengaruh aktivitas riil pada return saham?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan bukti empiris pengaruh manajemen laba pada return saham. 2) Mendapatkan bukti empiris pengaruh aktivitas riil pada return saham. 3) Mendapatkan bukti empiris moderasi Corporate Social Responsibility
terhadap pengaruh manajemen laba pada return saham.
4) Mendapatkan bukti empiris moderasi Corporate Social Responsibility terhadap pengaruh aktivitas riil pada return saham.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat teoritis
Penelitian ini memberikan dukungan pada signalling theory (teori sinyal), agency theory (teori keagenan) dan stakehoders theory serta dapat
dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada, baik sebagai pelengkap maupun sebagai bahan perbandingan sehingga memberikan wawasan mengenai moderasi Corporate Social Responsibility terhadap pengaruh manajemen laba dan aktivitas riil pada return saham perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2) Manfaat praktis
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori keagenan (Agency Theory) sebagai teori pemayung (grand theory), karena membahas perataan laba (income smoothing) yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan pemilik (shareholders) serta teori sinyal (singnaling theory) dan teori stakeholders sebagaai teori pendukung (supporting theory) yang melandasi hipotesis.
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
2.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Cheng dan Christiawan (2011) menyatakan bahwa sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya, perusahaan seringkali terlibat dalam kegiatan-kegiatan Corporate Social Responsibility. Para pemangku kepentingan dapat memberikan apresiasi yang
lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan Corporate Social Responsibility. Hal ini sejalan dengan signaling theory dimana perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya dengan mengirimkan signal melalui laporan tahunannya. Pengungkapan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility merupakan salah satu cara untuk mengirimkan signal positif kepada pemangku kepentingan dan pasar mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang bahwa perusahaan memberikan guarantee atas keberlangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat mengirimkan signal promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain karena peduli dengan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari aktivitas perusahaan.
2.3 Teori Stakeholders
15
oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktik atau tujuan dari sebuah perusahaan. Stakeholders dapat terpengaruh dan juga dapat mempengaruhi tindakan,
keputusan, kebijakan atau praktik-praktik yang dilakukan oleh perusahaan. Stakeholders merupakan individu, sekolompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analisis, dan pihak lain)
2.4 Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi,
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, Corporate Social Responsibility dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Suparno (2011) menyatakan Corporate Social Responsibility adalah dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Suharto (2010) Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputuan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Corporate Social Responsibility merupakan sebuah fenomena dan strategi
yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. Corporate Social Responsibility dimulai sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan. Kegiatan Corporate Social Responsibility akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini
17
pencemaran lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat setempat. Kepedulian kepada masyarakat sekitar atau relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya bersama bagi organisasi dan komunitas. Corporate Social Responsibility bukanlah sekedar kegiatan amal, melainkan
Corporate Social Responsibility mengharuskan suatu perusahaan dalam
pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh stakeholder perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
2.4.1 Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pasal 74 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 ini menjelaskan mengenai tanggung jawab perseroan terbatas terhadap lingkungan, antara lain :
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimakud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
2.4.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut Anggraini (2006) Pertanggung jawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi,
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial
terhadap kinerja organisasi (Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainable development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya.
19
pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas Corporate Social Responsibility diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan Corporate Social Responsibility juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya.
Paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006).
2.4.3 Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
tersebut lebih jauh lagi tidak menghalangi perseroan lainnya untuk berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2.5 Manajemen Laba
Manajemen laba sampai saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian pihak menilai manajemen laba merupakan aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan, apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalam ruang lingkup akuntansi (Davidson, Stickey and Weil 1987 dan Scott 1995). Sementara sebagian lain menilai manajemen laba sebagai perbuatan curang yang melanggar prinsip akuntansi (Schipper, 1989; Healy and Wahlen, 1999; Setiawati dan Na’im, 2000). Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan
metode dan standar akuntansi yang ada untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan (Davidson, Stickey dan Weil, 1987). Sementara Scott (1995) manajemen laba ialah merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
21
adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott 2000). Perilaku opportunistic ini direflesikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku manajemen opportunistic dikenal dengan istilah earnings management, oleh Healy dan Wahlen (1999) didefinisikan earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusaaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi.
dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas earnings management memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini.
2.6 Aktivitas Riil
Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa arus kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang. Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Apabila arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar, hal ini menunjukkan positive cash flow dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada
arus kas keluar maka arus kas yang terjadi akan negative cash flow. PSAK No. 2 (2009), menyatakan bahwa: “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan”. Dalam PSAK No. 2 dijelaskan bahwa arus kas dari kegiatan operasi
23
sehubungan dengan sumber daya yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari aktivitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan.
Menurut Hongren et al.(2005), laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut:
1) Memperkirakan arus kas masa datang. Sumber penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat digunakan sebagai alat untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.
2) Mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer. 3) Menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang
saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.
4) Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran-pembayaran ini.
5) Menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. 6) Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba
bersih yang cukup tetapi memiliki kas yang rendah menyebabkan diperlukannya informai arus kas.
yang dilaporkan dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari operasi berasal dari pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah :
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. b) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan.
e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya.
f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).
25
producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi
dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi, terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. Arus kas yang terkait dengan transaksi semacam itu merupakan arus kas dari aktivitas investasi. Akan tetapi, pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh aset yang dimiliki untuk disewakan kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki untuk dijual adalah arus kas dari aktivitas operasi. Kas yang diterima dari sewa dan penjualan atas aset setelah periode sewa, diakui sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pandanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
2.7 Return Saham
Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor karena
pendapatan yang diperoleh dari investasi surat berharga saham. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investor pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil pengembalian saham karena return saham merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan suatu investasi. Investor menerapkan analisis teknikal akan bergantung pada informasi masa lalu (historis) tentang data harga dan volume perdagangan saham, untuk memperkirakan harga saham di masa datang. Tandelilin (2010) berpendapat bahwa return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Seorang investor membeli saham pada suatu perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan di kemudian harinya, sesuai dengan jumlah yang diharapkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup dibandingkan pada saat-saat sebelumnya.
27
yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi banyak digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return yang diharapkan (expected return) untuk mengukur resiko di masa yang akan datang. Return saham adalah keutungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi, 2009:151). Dalam penelitian ini diukur dengan actual return yakni selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham
periode sebelumnya dibagi harga saham pada periode sebelumnya.
2.8 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Solechan (2007) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, beta, size dan rasio hutang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis earning, manajemen laba, IOS, beta, size dan rasio hutang terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda,. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share berpengaruh positif terhadap return saham, rasio hutang berpengaruh negatif terhadap return saham dan variable bebas lainnya (Diskresioner Akrual, IOS, Beta Saham dan Size) tidak berpengaruh terhadap return saham.
laporan arus kas total, laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan memiliki hubungan dengan harga saham dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan laba akuntansi, arus kas total dan komponen arus kas berpengaruh signifikan dengan harga saham dan total arus kas, komponen arus kas dan laba akuntansi tidak berpengaruh signifikan dengan return saham kecuali arus kas operasi berpengaruh signifikan dengan return saham.
Nurkhin (2009) melakukan penelitian di perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial, variabel independen corporate governance, profitabilitas dan variabel kontrol ukuran perusahaan. Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas dengan proksi ROE terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
29
dari laporan neraca. Variabel independen penelitian ini adalah perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan arus kas pendanaan dan perubahan nilai buku. Variabel dependen penelitian ini adalah return saham. Teknik analisis data menggunakan model regresi berganda, adapun
hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah perubahan arus kas operasi.
Aini (2010) meneliti mengenai pengaruh laba dan komponen arus kas terhadap
return saham. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris
pengaruh informasi laporan keuangan yang dipublikasikan. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda. Menghasilkan temuan bahwa laba akuntansi (ROA) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham dan arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Yocelyn dan Yulius (2011) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh perubahan arus kas dan laba akuntansi terhadap return saham perusahaan berkapitalisasi besar penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah informasi perubahan arus kas dan laba akuntansi digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasi yang tercermin dari return saham yang akan diperoleh. Penelitian ini juga melibatkan variabel bebas arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi. Sedangkan, return dihitung dengan menggunakan geometric mean. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengungkapan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menendakan bahwa investor mempertimbangkan informasi laba akuntansi yang diungkapkan dalam laporan tahunannya untuk membuat keputusan. Sedangkan variabel bebas yang lainnya tidak terbukti secara signifikan berhubungan dengan return saham.
31
return saham sedangkan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Ferdiansyah dan Dian (2012) meneliti pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel moderating (Studi pada
perusahaan manufaktur sektor aneka barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011). Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel moderating. Teknik pengambilan sampel melalui metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan uji regresi residual. Dan menghasilkan manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dan manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor sebagai variabel moderating.
Galuh (2013) melakukan penelitan di perusahaan peraih penghargaan ISRA di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012 dan menggunakan variabel dependen return saham, variabel independen CSR (enviroment), CSR (social) serta variabel
kontrol price to book value dan debt to equity ratio. Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah CSR berpengaruh positif terhadap return saham.
Winarno (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, struktur modal, dan operating cash flow terhadap return saham perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia penelitian ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, struktur modal tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham, dan operating cash flow tidak berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
Septriani dan Alfian (2013) melakukan penelitian pengaruh Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan terhadap return saham perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan terhadap return saham.
Variabel kinerja perusahaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TATO), Earnings Per Share (EPS) dan Debt Equity Ratio
(DER). Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) sektor tambang di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda,
adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap
return saham syariah.
33