• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP Menggunakan Algoritma K-Modes Clustering Studi Kasus SMPN 6 Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP Menggunakan Algoritma K-Modes Clustering Studi Kasus SMPN 6 Denpasar."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANCANGAN SISTEM PENENTUAN KECAKAPAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA SMP MENGGUNAKAN

ALGORITMA K-MODES CLUSTERING (STUDI KASUS : SMPN 6 DENPASAR)

SKRIPSI

IGM SURYA A. DARMANA NIM. 1208605039

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Program Studi : Teknik Informatika

E-mail : igm.suryaadarmana@mhs.cs.unud.ac.id

Nomor telp/HP : 081236036878

Alamat : Jalan Raya Pemogan Gang BPU Pudak Sari II No. 7

Belum pernah dipublikasikan dalam dokumen skripsi, jurnal nasional maupun internasional atau dalam prosiding manapun, dan tidak sedang atau akan diajukan untuk publikasi di jurnal atau prosiding manapun. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran kaidah-kaidah akademik pada karya ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi-sanksi yang dijatuhkan karena kesalahan tersebut, sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

(3)
(4)

iii

Judul : Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan Menulis Bahasa

Inggris Siswa SMP Menggunakan Algoritma k-Modes Clustering

Nama : IGM Surya A. Darmana

NIM. : 1208605039

Pembimging I : Ida Bagus Gede Dwidasmara, S.Kom., M.Cs. Pembimbing II : I Putu Gede Hendra Suputra, S.Kom., M.Kom.

ABSTRAK

Hal yang paling berat dalam proses belajar mengajar adalah menganalisis hasil evaluasi siswa. Pada penelitian ini penulis jumpai kesulitan yang dihadapi oleh guru-guru Bahasa Inggris pada SMPN 6 Denpasar dalam mengevaluasi hasil tulisan Bahasa Inggris karena terdapat beberapa kriteria yang harus dinilai yaitu, Pengembangan Konten (Content Development), Penyusunan (Organization), Tatabahasa/Struktur Kalimat (Grammar/Structure), Kosakata (Vocabulary), dan Mekanisme Penulisan (Mechanics).

Berdasarkan kasus diatas, dalam penelitian ini dirancang sebuah sistem yang dapat mengelompokkan data siswa berdasarkan atribut kriteria yang harus dinilai dengan metode clustering menggunakan algoritma k-modes yang diperkenalkan pertama kali oleh Huang Z. (1998). Algorima k-modes memperluas algoritma k-Means untuk dapat melakukan proses clustering pada data yang bersifat kategorikal dengan mengganti means dari cluster menggunakan modus.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, sistem yang dibangun sudah mampu mengelompokkan data siswa berdasarkan atribut kriteria dalam penentuan tingkat kecakapan menulis Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil validasi cluster menggunakan silhouette index yang dihasilkan pada k = 4, diperoleh nilai sebesar 0.7519464480837383 menggunakan metode simple matching yang diajukan oleh Huang dengan sedikit penambahan bobot pada kriteria penilaian jika pada saat proses pencocokan terdapat kategori yang tidak sama dan 0.6180349051105538 menggunakan metode perhitungan jarak yang diajukan oleh Zenghyou, dkk. Dimana jika nilai silhouette index semakin mendekati 1 maka masing-masing data sudah di alokasikan dalam kelompok yang tepat.

Kata Kunci : Bahasa Inggris, Kecakapan Menulis, Data Mining, Clustering,

(5)

iv

Title : Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan Menulis Bahasa

Inggris Siswa SMP Menggunakan Algoritma k-Modes Clustering

Name : IGM Surya A. Darmana

Regisration : 1208605039

First Supervisor : Ida Bagus Gede Dwidasmara, S.Kom., M.Cs. Second Supervisor : I Putu Gede Hendra Suputra, S.Kom., M.Kom.

ABSTRACT

The most difficult thing in the learning process is to analyze the results of student evaluations. In this study the researcher has encountered difficulties faced by teachers of English in SMPN 6 Denpasar in evaluating the English writings because there are several criteria that must be assessed, namely, Content Development, Organization, Grammar / Sentence Structure, Vocabulary, and Writing mechanism (Mechanics).

Based on the above case, the study design a system that can classify student data, based on the attributes of criteria to be assessed by the method of clustering using k-modes algorithm which was first introduced by Huang Z. (1998). K-modes algorithm expands k-Means algorithm to perform clustering process on categorical data by replacing the means of the cluster by using the mode.

From the testing that has been done, the system built has already been able to classify the student data based on attribute criteria in determining the level of English writing proficiency. Based on the results of the cluster validation using the silhouette index generated at k = 4, obtained a value of 0.7519464480837383 using simple matching proposed by Huang with little additional weight on the assessment criteria if at the time of matching process there were categories that are not the same and 0.6180349051105538 using methods of calculation distances proposed by Zenghyou, et al. Where if the silhouette index value is approaching to 1, the respective data is already allocated in the right group.

Keywords : English, Writing Proficiency, Data Mining, Clustering, K-Modes

(6)

v

KATA PENGANTAR

Penelitian dengan judul “Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan

Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP Menggunakan Algoritma K-Modes Clustering

ini disusun dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan Tugas Akhir di Jurusan Ilmu Komputer FMIPA UNUD. Sehubungan dengan telah terselesaikannya penelitian ini, maka diucapkan terimakasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusun, antara lain :

1. Bapak Ida Bagus Gede Dwidasmara, S.Kom., M.Cs. selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan membantu menyempurnakan penelitian ini. 2. Bapak I Putu Gede Hendra Suputra, S.Kom., M.Kom. selaku Pembimbing

IIyang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk penelitian ini. 3. Bapak Agus Muliantara, S.Kom., M.Kom. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi sehingga memperlancar dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen di Jurusan Ilmu Komputer yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dalam penyempurnaan penelitian ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa di Jurusan Ilmu Komputer yang telah memberi dukungan, motivasi, semangat dan kerja sama dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan tugas akhir ini sangat penyusun harapkan.

Bukit Jimbaran, April 2016 Penyusun

(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.6.1 Desain Penelitian ... 4

1.6.2 Pengumpulan Data ... 5

1.6.3 Metode Yang Digunakan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Analisis Berbasis Cluster ... 7

2.1.2 Clustering Pada Set Data Kategorikal ... 9

2.1.3 Algoritma k-Means ... 10

(8)

vii

2.1.5 Metode Inisialisasi Untuk Mencari Centroid Awal pada k-Modes ... 15

2.1.6 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall ... 15

2.1.7 Functional Decomposition Diagram (FDD) ... 16

2.1.8 Data Flow Diagram (DFD) ... 16

2.1.9 Evaluasi Cluster Menggunakan Silhoutte Index ... 18

2.1.10 Strategi Pengujian Perangkat Lunak ... 19

2.2 Tinjauan Empiris ... 20

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 22

3.1 Analisis Kebutuhan Sistem ... 23

3.1.1 Kebutuhan Fungsional ... 23

3.1.2 Kebutuan Non-Fungsional ... 25

3.2 Functional Decomposition Diagram (FDD) ... 25

3.3 Data Flow Diagram (DFD) ... 29

3.3.1 Context Diagram ... 29

3.3.2 DFD Level-0 Sistem ... 30

3.3.3 DFD Level-1 Manajemen Siswa ... 33

3.3.4 DFD Level-1 Manajemen Kriteria ... 35

3.3.5 DFD Level-1 Manajemen Tugas ... 37

3.3.6 DFD Level-1 Pengelompokan Siswa ... 39

3.4 Diagram Alir Sistem ... 41

3.5 Diagram Alir Algoritma k-Modes ... 44

3.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 52

3.6 Rancangan Antar Muka Sistem ... 53

3.5 Pengujian dan Evaluasi ... 62

(9)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 64

4.1 Pengumpulan Dataset ... 64

4.2 Lingkungan Implementasi ... 67

4.3 Implementasi Basis Data ... 67

4.5 Implementasi Algoritma k-Modes pada Sistem ... 70

4.5.1 Fungsi Utama ... 70

4.5.2 Fungsi Pemilihan Centroid ... 72

4.5.3 Fungsi Pencocokan Kategori ... 73

4.5.4 Fungsi Perhitungan Total Jarak ... 74

4.5.5 Fungsi Pengelompokkan ... 76

4.5.6 Fungsi Penentuan Centroid Baru ... 77

4.6 Implementasi Antar Muka Sistem ... 79

4.7 Pengujian ... 88

4.7.1 Pengujian Fungsionalitas Sistem (Black Box Testing) ... 88

4.7.2 Evaluasi Cluster dengan Silhoutte Index ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Proses Clustering ... 7

Tabel 3.2 Kebutuhan Fungsional Sistem ... 23

Tabel 3.2 Kebutuhan Fungsional Sistem (Lanjutan) ... 24

Tabel 3.3 Penjelasan Proses dan Sub Proses dalam FDD ... 27

Tabel 3.3 Penjelasan Proses dan Sub Proses dalam FDD (Lanjutan) ... 28

Tabel 3.3 Contoh data set penilaian siswa ... 45

Tabel 3.5 Frekuensi Atribut C1 Pada Dataset Kasus ... 48

Tabel 3.6 Contoh Hasil Perhitungan Jarak X2 dengan Q1 ... 49

Tabel 3.7 Contoh Hasil Perhitungan Jarak Xi dengan Qk ... 49

Tabel 3.8 Pembobtan Kategori ... 50

Tabel 3.9 Contoh Hasil Perhitungan Jarak Xi dengan Qk ... 51

Tabel 3.10 Rancangan Tabel Pengujian Black Box ... 63

Tabel 4.1 Kriteria penentuan kecakapan menulis Bahasa Inggris ... 64

Tabel 4.2 Detail Kriteria Pengembangan Konten (C1) ... 64

Tabel 4.3 Detail Kriteria Penyusunan (C2) ... 65

Tabel 4.4 Detail Kriteria Tatabahasa/Struktur Kalimat (C3) ... 65

Tabel 4.5 Detail Kriteria Kosakata (C4) ... 66

Tabel 4.6 Detail Kriteria Mekanisme Penulisan (C5) ... 66

Tabel 4.7 ChecklistKebutuhan ... 89

Tabel 4.8 Pengujian validasi input pada proses login ... 90

Tabel 4.9 Pengujian pemberian hak akses pada proses login ... 90

Tabel 4.10 Pengujian menu dashboard guru ... 91

Tabel 4.11 Pengujian menu dashboard siswa ... 92

Tabel 4.12 Pengujian operasi pencarian dan filter kelas data siswa ... 93

Tabel 4.13 Pengujian operasi penambahan data siswa baru ... 95

Tabel 4.14 Pengujian operasi pembaruan data siswa ... 96

Tabel 4.15 Pengujian operasi penghapusan data siswa ... 97

Tabel 4.16 Pengujian operasi penilaian tugas siswa ... 98

(11)

x

Tabel 4.18 Pengujian operasi pembaruan data tugas ... 102

Tabel 4.19 Pengujian operasi penghapusan data tugas ... 104

Tabel 4.20 Pengujian operasi penghapusan data tugas ... 104

Tabel 4.21 Pengujian operasi penambahan data kriteria baru ... 106

Tabel 4.22 Pengujian operasi pembaruan data kriteria ... 107

Tabel 4.23 Pengujian operasi penghapusan data kriteria ... 108

Tabel 4.24 Pengujian operasi pengelompokan data siswa ... 109

Tabel 4.25 Pengujian operasi untuk menampilkan hasil penilaian dan kelompok kepada siswa ... 110

Tabel 4.26 Kode Metode Perhitungan Jarak ... 111

Tabel 4.27 Nilai SI Pada k = 2 ... 111

Tabel 4.28 Nilai SI Pada k = 3 ... 111

Tabel 4.29 Nilai SI Pada k = 4 ... 112

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Algoritma Clustering untuk Data Kategorikal ... 9

Gambar 2.2 Model Metodologi Waterfall ... 15

Gambar 2.3 Simbol-simbol pada DFD ... 17

Gambar 3.1 Functional Decomposition Diagram Sistem ... 26

Gambar 3.2 Context Diagram Sistem ... 29

Gambar 3.3 DFD Level-0 Sistem ... 30

Gambar 3.4 DFD Level-1 Manajemen Siswa ... 33

Gambar 3.5 DFD Level-1 Manajemen Kriteria ... 35

Gambar 3.6 DFD Level-1 Manajemen Tugas ... 37

Gambar 3.7 DFD Level-1 Pengelompokan Siswa ... 40

Gambar 3.8 Diagram alir sistem (a) ... 41

Gambar 3.9 Diagram alir sistem (b) ... 42

Gambar 3.10 Diagram alir sistem (c) ... 43

Gambar 3.11 Diagram alir algoritma k-Modes ... 44

Gambar 3.12 Diagram alir sub proses pengalokasian setiap dataset ke centroid terdekatnya ... 45

Gambar 3.13 Entity Relationship Diagram Sistem ... 52

Gambar 3.14 Rancangan Antar Muka Tampilan Login... 53

Gambar 3.15 Rancangan Antar Muka Tampilan Dashboard Guru ... 54

Gambar 3.16 Rancangan Antar Muka Tampilan Dashboard Guru ... 55

Gambar 3.17 Rancangan Antar Muka Tampilan Manajemen Siswa ... 56

Gambar 3.18 Rancangan Antar Muka Tampilan Form Tambah Siswa ... 56

Gambar 3.19 Rancangan Antar Muka Tampilan Form Penilaian Siswa ... 57

Gambar 3.20 Rancangan Antar Muka Tampilan Manajemen Kriteria ... 57

Gambar 3.21 Rancangan Antar Muka Tampilan Form Tambah Kriteria ... 58

Gambar 3.22 Rancangan Antar Muka Tampilan Manajemen Tugas ... 59

Gambar 3.23 Rancangan Antar Muka Tampilan FormTambah Tugas ... 59

Gambar 3.24 Rancangan Antar Muka Tampilan Penyetoran Tugas ... 60

(13)

xii

Gambar 3.26 Rancangan Antar Muka Tampilan Hasil Pengelompokan Siswa .... 61

Gambar 3.27 Rancangan Antar Muka Tampilan Lihat Nilai Siswa ... 62

Gambar 4.1 Skema Basis Data Sistem ... 67

Gambar 4.2 Implementasi Tampilan Login ... 79

Gambar 4.3 Implementasi Tampilan Dashboard Guru ... 80

Gambar 4.4 Implementasi Tampilan Dashboard Siswa ... 80

Gambar 4.5 Implementasi Tampilan Manajemen Data Siswa ... 81

Gambar 4.6 Implementasi Tampilan Tambah Data Siswa ... 81

Gambar 4.7 Implementasi Tampilan Form Penilaian Siswa ... 82

Gambar 4.8 Implementasi Tampilan Manajemen Kriteria ... 83

Gambar 4.9 Implementasi Tampilan Form Tambah Kriteria ... 83

Gambar 4.10 Implementasi Tampilan Detail Kriteria ... 84

Gambar 4.11 Implementasi Tampilan Manajemen Tugas ... 84

Gambar 4.12 Implementasi Tampilan Form Tambah Tugas ... 85

Gambar 4.13 Implementasi Tampilan Pengumpulan Tugas ... 86

Gambar 4.14 Implementasi Tampilan Form Pengumpulan Tugas ... 86

Gambar 4.15 Implementasi Tampilan Hasil Pengelompokan (a) ... 87

Gambar 4.16 Implementasi Tampilan Hasil Pengelompokan (b) ... 87

Gambar 4.17 Implementasi Tampilan Hasil Pengelompokan (c) ... 88

Tabel 4.26 Kode Metode Perhitungan Jarak ... 111

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian utuh yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Hal yang paling berat dari ketiga komponen tersebut adalah menganilisis hasil evaluasi siswa. Secara umum masih sangat banyak dijumpai guru-guru yang menganalisis hasil evaluasi siswa secara manual sehingga hal tersebut memerlukan proses yang lama dan hasilnya kurang akurat. Pada penelitian ini penulis jumpai kesulitan yang dihadapi oleh guru-guru Bahasa Inggris pada SMP N 6 Denpasar dalam mengevaluasi hasil tulisan Bahasa Inggris karena terdapat beberapa kriteria yang harus dinilai.

Dalam penenentuan kecakapan menulis Bahasa Inggris Siswa terdapat lima hal penting sebagai kriteria yang akan menjadi alat ukur penilaian kemampuan siswa dalam menulis Bahasa Inggris. Kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan kecakapan menulis Bahasa Inggris siswa yang

dikutip dari Marhaeni (2005) yaitu, Pengembangan Konten (Content Development),

Penyusunan (Organization), Tatabahasa/Struktur Kalimat (Grammar/Structure),

Kosakata (Vocabulary), dan Mekanisme Penulisan (Mechanics).

Dalam penelitian ini, akan dirancang sebuah sistem yang dapat mengelompokkan data siswa berdasarkan atribut kriteria yang akan menjadi alat

ukur penilaian dalam menulis Bahasa Inggris menggunakan teknik clustering.

Clustering merupakan suatu pekerjaan yang memisahkan data ke dalam sejumlah

kelompok (cluster) menurut karakteristiknya masing-masing (Prasetyo, 2014)

dengan tujuan, objek yang ada dalam sebuah kelompok memiliki kesamaan atau terkait satu sama lain dan objek tersebut tidak sama dengan objek yang berada pada kelompok yang lain (Tan P., Steinbach M., Kumar V., 2005). Salah satu algoritma

yang dapat digunakan untuk melakukan proses clustering adalah algoritma

k-Means. Algoritma k-Means merupakan algoritma pengelompokan iteratif yang

(16)

2

di mana algoritma k-Means sederhana untuk diimplementasikan dan dijalankan,

realtif cepat, dan mudah beradaptasi (Wu & Kumar, 2009 dalam Prasetyo, 2014).

Algoritma k-Means terkenal akan efisiensinya dalam melakukan proses clustering

pada data set yang besar. Akan tetapi, algoritma ini terbatas pada data yang menggunakan nilai numerik sehingga Huang Z. (1998) memperkenalkan suatu

algoritma yang memperluas algoritma k-Means untuk dapat melakukan proses

clustering pada data yang bersifat kategorik ataupun campuran antara data numerik

dan data kategorikal. Algoritma pertama yang diperkenalkan adalah algoritma

k-Modes, di mana algoritma ini menggunakan pengukuran pencocokan

ketidaksamaan sederhana terhadap objek-objek kategorikal, mengganti means dari cluster menggunakan modus, dan menggunakan sebuah metode berbasis frekuensi

untuk memperbarui modus pada proses clustering untuk meminimalkan fungsi

biaya clustering. Dengan perluasan tersebut, algoritma k-Modes mampu melakukan

proses clustering terhadap data kategorikal seperti layaknya pada algoritma

k-Means. Selain algoritma k-Modes Huang juga memeperkanalkan algoritma

k-Prototype yang mengintegrasikan algoritma k-Means dan k-Modes untuk

melakukan clustering dengan data campuran antara data numerik dan data

kategorikal.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada guru Bahasa Inggris khususnya di SMPN 6 Denpasar dalam melakukan proses analisis dan evaluasi terhadap penilaian tingkat kecakapan siswa dan menjadi tolak ukur atau acuan dalam meningkatkan tingkat kecakapan siswa dalam menulis.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana merancang suatu sistem yang mampu melakukan proses

clustering data siswa berdasarkan atribut kriteria dalam penentuan tingkat kecakapan menulis Bahasa Inggris ?

b. Bagiamana mencari jumlah cluster k yang optimal dalam proses clustering

(17)

3

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu:

a. Sistem yang dibangun adalah sistem berbasis web.

b. Siswa dapat menggunakan sistem apabila sudah didaftarkan terlebih dahulu

oleh guru ke dalam sistem.

c. Proses penilaian dilakukan langsung oleh guru melalui sistem.

d. Implementasi yang dibuat dengan ruang lingkup siswa sekolah menengah

pertama kelas VIII pada SMPN 6 Denpasar.

e. Algoritma yang digunakan untuk proses clustering adalah K-Modes dengan

menggunakan atribut yang merupakan data kategorikal.

f. Materi-materi dan soal-soal yang digunakan telah ditentukan sebelumnya

oleh guru.

g. Kriteria utama yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan

kecakapan menulis Bahasa Inggris siswa dikutip dari Marhaeni (2005) yang

diberikan oleh guru yaitu, Pengembangan Konten (Content Development),

Penyusunan (Organization), Tatabahasa/Struktur Kalimat

(Grammar/Structure), Kosakata (Vocabulary), dan Mekanisme Penulisan (Mechanics)dengan kategori pada setiap kriteria utama dibagi menjadi lima bagian yaitu, Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi.

1.4 Tujuan Penelitian

(18)

4

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat membantu para pengajar (guru) dalam mengukur kinerja ataupun kemampuan dan kecakapan dari siswa SMP dalam menulis Bahasa Inggris.

1.6 Metodologi Penelitian

Pada sub bab metodologi penelitian ini akan menjelaskan langkah-langkah yang akan dilalui untuk melakukan perancangan sistem. Adapun sub bab bahasan yang akan dijelaskan adalah desain penelitian, pengumpulan data, pengolahan data awal, dan metode yang digunakan.

1.6.1 Desain Penelitian

Penelitian ini mengambil judul “Perancangan Sistem Penentuan Kecakapan

Menulis Siswa SMP Menggunakan Algoritma K-Modes Clustering”. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Di mana penelitian dipusatkan pada suatu kasus tertentu dengan menggunakan individu atau kelompok sebagai bahan studinya. Penggunaan penelitian studi kasus ini biasanya difokuskan untuk menggali dan mengumpulkan data yang lebih dalam terhadap objek yang diteliti untuk dapat menjawab permasalahan yang sedang terjadi (Hasibuan, 2007:81). Penilitian ini akan mengambil tempat pada SMPN 6 Denpasar.

(19)

5

metode clustering menggunakan algoritma k-Modes yang digunakan untuk melakukan pengelompokan data bersifat kategorikal.

1.6.2 Pengumpulan Data

Setelah tahapan identifikasi masalah dan tujuan telah dilaksanakan, maka tahapan selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Untuk mengetahui data apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini, sebelumnya telah dilakukan studi literatur dan studi lapangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menghubungi pihak SMPN 6 Denpasar untuk mendapatkan data dan melakukan wawancara langsung kepada narasumber yang dalam kasus ini adalah guru Bahasa Inggris yang akan menggunakan sistem.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini dari cara memperolehnya yaitu data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian atau merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data primer tersebut harus dicari melalui narasumber atau responden yaitu orang yang dijadikan objek penelitian atau orang yang dijadikan sebagai sarana informasi maupun data (Hasibuan, 2007).

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data dari hasil tulisan siswa untuk soal yang telah diberikan oleh pihak guru yang diperiksa. Soal tersebut mengacu pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya untuk mengukur kecakapan menulis siswa.

1.6.3 Metode Yang Digunakan

Dalam perancangan Sistem Penentuan Kecakapan Menulis Bahasa Inggris

Siswa SMP, metode yang digunakan adalah metode clustering menggunakan

algoritma k-Modes dan modifikasinya. Metode clustering adalah sebuah teknik

pengelompokan data ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan kedekatan atribut

yang dimilikinya sedangkan algoritma yang digunakan adalah algoritma k-Modes

(20)

6

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Analisis Berbasis Cluster

Analisis berbasis cluster merupakan suatu teknik untuk membagi data ke

dalam beberapa kelompok (cluster) yang memiliki arti dan berguna. Jika kelompok

yang memiliki arti adalah tujuannya, maka cluster-cluster harus dapat mengetahui struktur alami dari data. Semakin besar kesamaan (homogenitas) antar objek dalam

suatu cluster dan semakin besar perbedaan antara cluster, maka clustering akan

semakin baik (Tan P., Steinbach M., Kumar V., 2005:487).

Pada proses clustering tidak diperlukan label kelas untuk setiap data yang

diproses karena nantinya label baru bisa diberikan ketika cluster sudah terbentuk.

Karena tidak adanya label kelas maka clustering sering disebut juga pembelajaran

tidak terbimbing (unsupervised learning) (Prasetyo, 2014).

Prasetyo menyatakan bahwa proses clustering dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu dapat dibedakan menurut struktur cluster, keanggotaan data dalam

cluster, dan kekompakan data dalam cluster. Adapun penjabaran dari ketiga jenis

proses clustering tersebut ditunjukkan secara rinci pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Jenis-jenis Proses Clustering

(Sumber : Prasetyo, 2014)

bergabung menjadi sebuah cluster

besar.

c. Begitu seterusnya hingga semua

data dapat bergabung menjadi sebuah cluster.

Partisi a. Membagi set data ke dalam

(22)

8

bertumpang-tindih antara satu cluster dengan cluster lain.

b. Setiap data hanya menjadi anggota

satu cluster saja.

Menurut keanggotaan data

dalam cluster

Ekslusif Sebuah data bisa dipastikan hanya menjadi anggota satu cluster dan tidak

menjadi angota di cluster lain.

Tumpang-tindih Membolehkan sebuah data menjadi anggota di lebih dari satu cluster.

Menurut kekompakan data

dalam cluster

Lengkap Jika semua data bisa bergabung, maka

data kompak menjadi satu cluster, jika tidak data dikatakan menyimpang. Parsial

Karena tidak ada label kelas yang digunakan dalam prosesnya, oleh Prasetyo clustering dikatakan sangat cocok untuk melakukan clustering data yang label

kelasnya memang sulit didapatkan pada saat pembangkitan fitur. Pada clustering,

segera setelah cluster terbentuk, maka label kelas untuk setiap data dapat diberikan

dengan cara mengamati keluaran yang dihasilkan oleh proses clustering. Karena

tidak membutuhkan label kelas, kemiripan (similarity) harus didefinisikan

berdasarkan atribut objek, di mana definisi tersebut bergantung pada algoritma clustering yang diterapkan. Algoritma clustering yang “bagus” digunakan tergantung pada penerapan set data yang diproses.

Pada algoritma clustering terdahulu kebanyakan didesain dengan asumsi

bahwa atribut dari data yang diolah merupakan data yang bersifat numerik. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar pada kasus-kasus dalam dunia nyata, data bisa didapatkan dari berbagai macam tipe data seperti diskret (kategorikal), temporal, atau structural (Aggarwal, C.C. & Reddy, C.K., 2014: 15-16). Adapun tipe data

yang dapat diteliti dalam analisis berbasis cluster menurut Aggrawal & Reddy

adalah :

a. Clustering pada data kategorikal. b. Clustering pada data teks.

(23)

9

e. Clustering pada rangkaian diskret. f. Clustering pada data berbasis jaringan. g. Clustering pada data yang tidak pasti.

2.1.2 Clustering Pada Set Data Kategorikal

Proses clustering pada set data kategorikal membagi N buah objek ke dalam

k buah cluster. Objek o memiliki m buah atribut {o1, o2,…., om}. Atribut oi,

i=1..m, memiliki sebuah domain Di dari data kategorikal atau boolean. Adapun

klasifikasi dari algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan proses clustering

pada data kategorikal diperlihatkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Klasifikasi Algoritma Clustering untuk Data Kategorikal (Sumber : Aggarwal, C.C. & Reddy, C.K., 2014: 280)

Dalam proses clustering data kategorikal, perhitungan similarity atau jarak antar

data kategorikal tidak seperti pada data numerik yang kontinyu. Salah satu karekteristik dari data kategorikal adalah atribut kategorikal menggunakan nilai diskret yang tidak memiliki susunan yang inheren yang ada pada atribut data numerik. Beberapa teknik dapat digunakan untuk mengukur similaritas pada

(24)

10

probabilitas, information-theoritic measures, dan context-based similarity

measures (Aggarwal, C.C. & Reddy, C.K., 2014: 284).

2.1.3 Algoritma k-Means

Secara historis algoritma k-Means menjadi salah satu algoritma yang paling

penting dalam bidang data mining (Wu & Kumar, 2009 pada Prasetyo, 2014:189).

Algoritma k-Means dapat diterapkan pada data yang direpresentasikan dalam

r-dimensi ruang tempat. Algoritma ini mengelompokkan set data r-dimensi, X = {xi |

i=1,…., N }, di mana xi ∈ ℜ yang menyatakan data ke-i sebagai titik data.

Algoritma k-Means mempartisi X ke dalam k cluster, algoritma k-Means

mengelompokkan semua titik data dalam X sehingga setiap titik xi hanya jatuh

dalam satu k partisi. Yang diperhatikan adalah titik berada dalam cluster yang mana,

dilakukan dengan cara memberikan setiap titik sebuah ID cluster. Titik dengan ID

cluster sama berarti berada dalam stu cluster yang sama, sedangkan titik dengan ID cluster yang berbeda berada dalam cluster yang berbeda. Untuk menyatakan hal

ini, biasanya dilakukan dengan vektor keanggotaan cluster m dengan panjang N, di

mana mi bernilai ID cluster titik xi.

Parameter yang harus dimasukkan ketika menggunakan algoritma k- Means

adalah nilai k. Nilai k yang digunakan biasanya didasarkan pada informasi yang

diketahui sebelumnya tentang berapa banyak cluster data yang muncul dalam X,

berapa banyak cluster yang dibutuhkan untuk penerapannya, atau jenis cluster

dicari dengan mengeksplorasi/melakukan percobaan dengan beberapa nilai k.

Beberapa nilai k yang dipilih tidak perlu memahami bagaimana k-means

mempartisi set data x. (Prasetyo, 2014:190)

Dalam k-means, setiap cluster dari k cluster diwakili oleh titik tunggal

dalam ℜ . Set representative cluster dinyatakan C={cj/J=1, ..., k}. Sejumlah k

(25)

11

(dissimilarity). Artinya, data-data dengan ketidakmiripan (jarak) yang kecil/dekat

maka lebih besar kemungkinannya untuk bergabung dalam satu cluster. Metrik

yang umum digunakan untuk ketidakmiripannya adalah Euclidean. (Prasetyo,

2014:190)

Prasetyo menyatakan, pada saat data sudah dihitung ketidakmiripan

terhadap setiap centroid, maka selanjutnya dipilih ketidakmiripan yang paling kecil

sebagai cluster yang akan diikuti sebagai relokasi data pada cluster di sebuah

iterasi. Relokasi sebuah data dalam cluster yang diikuti dapat dinyatakan dengan

nilai keanggotaan a yang bernilai 0 atau 1. Nilai 0 jika tidak menjadi anggota sebuah

data cluster, hanya satu yang bernilai 1, sedangkan lainnya 0 seperti dinyatakan

oleh persamaan berikut

= { , arg min{, , }...(6.3.1)

d(xi,cj) menyatakan ketidakmiripan (jarak) dri data ke-i ke cluster cj.

Sementara relokasi centroid untuk mendapatkan titik centroid C didapatkan dengan menghitung rata-rata setiap fitur dari semua data yang tergabung dalam setiap cluster. Rata-rata sebuah fitur dari semua data dalam sebuah cluster dinyatakan oleh persamaan berikut:

C = ∑NK X

= ……… (6.3.2)

Nk adalah jumlah data yang tergabung dalam cluster.

Jika diperhatikan dari langkahnya yang selalu memilih cluster terdekat,

maka sebenarnya K=-Means berusaha untuk meminimalkan fungsi objektif/fungsi biaya non-negatif, seperti dinyatakan oleh persamaan berikut:

= ∑ ∑� ,

=

= ………(6.3.3)

Algoritma clustering dengan k-Means (Prasetyo, 2014:191)

1. Insialisasi: tentukan nilai k sebagai jumlah cluster yang diinginkan dan metric

ketidakmiripan (jarak) yang diinginkan. Jika perlu, tetapkan ambang batas

(26)

12

2. Pilih K data dari set data X sebagai centroid.

3. Alokasikan semua data ke centroid terdekat dengan metric jarak yang sudah

ditetapkan (memperbarui cluster ID setiap data).

4. Hitung kembali centroid C berdasarkan data yang mengikuti clusteri

masing-masing.

5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga kondisi konvergen tercapai, yaitu (a) perubahan

fungsi objektif sudah di bawah ambang batas yang diinginkan; atau (b) tidak ada

data yang berindah cluster; atau (c) perubahan posisi centroid sudah di bawah

ambang batas yang ditetapkan.

Algoritma k-means disajikan pada Algoritma k-means mengelompokkan set

data x dalam langkah iterative. Berikut dua langkah utamanya, yaitu (1) penentua

kembali ID cluster dari semua titik data dalam X, da (2) memperbarui representasi

cluster (centroid) berdasarkan titik data dalam setiap cluster.Algoritma bekerja sebagai berikut: Pertama, representasi cluster diinisialisasi dengan memilih k data

daa ℜ secara acak.Selanjutnya, secara iterative melakukan dua langkah berikut

sampai tercapai kondisi konvergen.

Langkah 1:Data assignment. Setiap data ditetapkan ke centroid terdekat dengan

pemecahan hubungan apa adanya. Hasilnya berupa data yang terpartisipasi.

Langkah 2:Relocationof “means”. Setiap representasi cluster direlokasi ke pusat

(center) dengan rata-rata aritmetika dari semua data yang ditetapkan masuk ke dalamnya. Rasionalnya langkah ini didasarkan pada observasi bahwa dalam memberikan set titik, representasi tunggal yang terbaik untuk set tersebut (dalam hal meminimalkan jumlah kuadrat jarak Euclidean diantara setiap titik data dan representative) adalah dari rata-rata dari titik data. Hal ini jugalah yang menyebabkan metode ini

sering disebut dengan cluster mean atau cluster mean atau cluster

centroid, seperti nama yang dimiliki.

Algoritma k-Means mencapai kondisi konvergen ketika pengalokasian kembai titik

data (dan juga lokasi centroid c1) tidak lagi berubah. Proses dari iterasi higga

(27)

13

didapatkan. Pada kondisi yang semakin konvergen dapat diamati bahwa nilai fungsi objekti akan semakin menurun.

2.1.4 Algoritma k-Modes

Algoritma k-Means hanya dapat bekerja dengan baik untuk set data yang

tipe data nya numerik (interval atau rasio), namun tidak dapat digunakan untuk fitur

kategorikal (nominal atau ordinal). Untuk menyelesaikan masalah tersebut,

k-Modes melakukan modifikasi pada k-Means sebagai berikut (Prasetyo, 2014) :

1. Menggunakan ukuran pencocokan ketidakmiripan sederhana pada fitur data

bertipe kategorikal.

2. Mengganti mean cluster dengan modus (nilai yang paling sering muncul).

3. Menggunakan metode berbasis frekuensi untuk mencari modus dari

sekumpulan nilai.

Andaikan X dan Y adalah dua data dengan fitur bertipe kategorikal. Ukuran ketidakmiripan di antara X dan Y dapat diukur dengan jumlah ketidakcocokan nilai dari fitur yang berkorespondensi dari dua data. Semakin keil nilai ketidakcocokan, maka semakin mirip dua data tersebut. Metrik seperti ini sering disebut dengan

pencocokan sederhana (simple matching) yang diusulkan oleh Kaufman dan

Rousseeuw (1990) pada Prasetyo, 2014. Formula yang digunakan seperti pada persamaan berikut:

Misalkan X adalah set data yang nilai fiturnya bertipe kategorikal, A1, A2,

...An,maka modus dari X = (X1, X2,…….. Xn) adalah data Q = (q1, q2,…….. qn)

(28)

14

, = ∑= , ……… (2.2.4.4)

Untuk persamaan (6.4.4), vector Q merupakan vector yang bukan bagian dari X.

Andaikan , adalah jumlah objek yang dimiliki oleh kategori ke-k pada

atribut Aj dan fr(Aj= |X)= � adalah frekuensi relatif kategori

, dalam X.

Maka fungsi D(X,Q) akan minimal jika fr(Aj=� |X) fr(Aj= |X) untuk qj

untuk semua j= 1, ….., r.

Yang perlu ditekankan dalam masalah modus adalah bahwa modus dari set data X tidak bersifat unik. Misalnya modus dari set {[a,b], [a,c], [c,b], [b,c]} bisa didapat [a,b] atau [a,c]. Fungsi objektif yang digunakan dalam K-Modes seperti pada persamaan berikut:

= ∑= ∑= ∑�= , ∈ , , �, ……….(2.2.4.5)

∈ adalah nilai pencocokan seperti pada persamaan (8.15) antara vector dengan

modus cluster yang diikuti, sedangkan , ∈ adalah nilai keanggotaan data

dapat setiap cluster. , ∈ memiliki nilai [0,1] yang didapatkan dari persamaan

w, { , < , � , = , … , , = , … , ………(2.2.4.6)

k adalah jumlah cluster, sedangkan n adalah jumlah data dalam cluster. Adapun

algoritma k-Modes (Prasetyo, 2014).

1. Pilih k data sebagai inisialisasi centroid (modus), satu untuk setiap cluster.

2. Alokasikan data ke cluster dengan modusnya terdekat menggunakan persamaan

(6.4.1).

3. Perbarui modus (sebagai centroid) dari setiap cluster dengan nilai kategori yang

sering muncul pada setiap cluster.

Ulangi langkah 2 dan 3 selama masih memenuhi syarat: (1) masih ada data yang

berpindah cluster, atau (2) perubahan nilai fungsi objektif masih di bawah ambang

(29)

15

2.1.5 Metode Inisialisasi Untuk Mencari Centroid Awal pada k-Modes 2.1.6 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

Metode pengembangan perangkat lunak Waterfall merupakan salah satu model proses perangkat lunak yang mengambil kegiatan proses dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi, dan evolusi. Model ini kemudian merepresentasikannya ke dalam bentuk fase-fase proses yang berbeda seperti analisis dan pendefinisian kebutuhan, perancangan perangkat lunak, implementasi, pengujian unit, integrasi sistem, pengujian sistem, serta operasi dan pemeliharaan (Sommerville, 2003).

Gambar 2.2 Model Metodologi Waterfall

(Sumber : Sommerville, 2003)

Adapun penjelasan tahapan-tahapan dari model waterfall yang ditunjukkan pada gambar 1 menurut Sommerville (2003) adalah sebagai berikut :

1. Analisis dan Penentuan Kebutuhan

Merupakan tahap pengumpulan informasi mengenai kebutuhan sistem yang

didapat dari pengguna (user). Proses ini mendefinisikan secara rinci mengenai fungsi-fungsi, batasan dan tujuan dari perangkat lunak sebagai spesifikasi sistem.

2. Desain Sistem dan Perangkat Lunak

(30)

16

representasi antarmuka, dan detail (algoritma) prosedural. Yang dimaksud struktur data adalah representasi dari hubungan logis antara elemen-elemen data individual.

3. Implementasi dan Pengujian

Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Kemudian proses pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit program telah memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan pada tahap pertama.

4. Integrasi dan Uji Coba Sistem

Unit program/program individual diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan sistem dan kemudian dilakukan pengujian. Dengan kata lain, pengujian ini ditujukan untuk menguji keterhubungan dari tiap-tiap fungsi perangkat lunak sudah memenuhi kebutuhan. Setelah pengujian sistem selesai dilakukan, perangkat lunak dikirim kepada pelanggan/user.

5. Operasi dan Pemeliharaan Sistem

Tahap ini biasanya memerlukan waktu yang paling lama, di mana sistem diterapkan dan digunakan. Pemeliharaan mencakup proses pengoreksian beberapa kesalahan yang tidak ditemukan pada tahap-tahap sebelumnya ataupun penambahan kebutuhan-kebuthan baru yang diperlukan.

2.1.7 Functional Decomposition Diagram (FDD)

Functional Decomposition Diagram atau disingkat dengan isitlah FDD

merupakan sebuah representasi top-down (disajikan dalam bentuk hirarki) dari

sebuah fungsi atau proses dari suatu sistem (Rosenblatt, 2013:140). Menurut Rosenblatt dengan menggunakan FDD, suatu analis sistem dapat menunjukkan proses bisnis dan memecahnya kembali menjadi beberapa tingkatan fungsi atau proses yang lebih detail yang hampir mirip dengan sebuah struktur organisasi.

2.1.8 Data Flow Diagram (DFD)

(31)

17

merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Diagram konteks akan memberi gambaran tentang keseluruan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store dalam diagram konteks.

Data Flow Diagram(DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan

notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan proses kerja suatu sistem.

DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik di mana data tersebut mengalir(misalnya lewat telepon, surat dan sebagainya) atau lingkungan fisik di mana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, microfiche, hard disk, tape, diskette, dll). DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur (structured analysis and design)

(32)

18

2.1.9 Evaluasi Cluster Menggunakan Silhoutte Index

Silhouette Index (SI) dapat digunakan untuk melakukan validasi terhadap

sebuah data, cluster tunggal (satu cluster dari sejumlah cluster), atau bahkan

keseluruhan cluster. Metode ini yang paling banyak digunakan untuk memvalidasi

cluster yang menggabungkan nilai kohesi dan separasi. Untuk menghitung nilai SI

dari sebuah data ke-i, ada 2 komponen yaitu ai dan bi. ai adalah rata-rata jarak data

ke-i terhadap semua data lainnya dalam satu cluster, dan bi didapatkan dengan

menghitung rata-rata jarak data ke-i terhadap semua data dari cluster yang lain tidak

dalam satu cluster dengan data ke-i, kemudian diambil yang terkecil (Tan et al,

2006, Petrovic, 2003 pada Prasetyo, 2014: 283-284).

Berikut formula untuk mnghitung :

= �= ( , ), = , , … ,

�≠ ………..(6.7.1)

( , �) adalah jarak data ke-i dengan data ke-r dalam satu cluster j, sedangkan

mjadalah jumlah dalam cluster ke-j.

Berikut formula untuk meghitung :

= = ,…,

Nilai ai mengukur seberapa tidak mirip sebuah data dengan cluster yang

diikutinya, nilai yang semakin kecil menandakan semakin tepatnya data tersebut

berada dalam cluster tersebut. Nilai biyang besar menandakan bahwa data tersebut

semakin tepat berada daam cluster tersebut. Nilai SI negative (ai>bi) menandakan

bahwa data tersebut tidak tepat berada dalam cluster tersebut (karena lebih dekat

dengan cluster yang lain). SI bernilai 0 (atau mendekati 0) berarti data tersebut

(33)

19

Untuk nilai SI dari sebuah cluster didapatkan dengan menghitung rata-rata nilai SI

semua data yang bergabung dalam cluster tersebut, seperti pada persamaan berikut:

=

j∑ = ……….(6.7.4)

Seentara nilai SI global didapatkan dengan menghitung rata-rata nilai SI dari semua cluster seperti pada persamaan berikut:

= ∑ = ……….(6.7.5)

k adalah jumlah cluster.

2.1.10 Strategi Pengujian Perangkat Lunak

Menurut Everret, G.D. dan McLeod R. strategi pengujian perangkat lunak

dapat di bagi menjadi 4 bagian utama yaitu Static Testing, White Box Testing, Black

Box Testing, dan Performance Testing.

2.1.10.2 Black Box Testing

Black Box Testing atau dikenal sebagai “Behaviour Testing” merupakan suatu metode pengujian yang digunakan untuk menguji executable code dari suatu perangkat lunak terhadap perilakunya. Pendekatan Black Box Testing dapat dilakukan jika sudah ada executable code. Orang-orang yang terlibat dalam Black Box Testing adalah tester, end-user, dan developer. Tester merencanakan keahlian eksekusi pada negative dan positive black box testing. End-user memiliki pengetahuan bagaimana perilaku bisnis yang tepat dan sesuai dengan ekspektasi, dan developer memiliki pengetahuan tentang perilaku bisnis yang di implementasikan pada perangkat lunak.

Tester melakukan black box testing bersama end-user dan developer

(34)

20

2.2 Tinjauan Empiris

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebagai tinjauan studi, yaitu sebagai berikut : 1. Extension to the k-Means Algorithm for Clustering Large Data Sets with

Categorical Values. (Huang, Z. 1998).

Pada penelitian ini, penulis mengembangkan sebuah algoritma baru dari

algoritma k-Means yang digunakan untuk melakukan proses clustering pada

data yang memiliki nilai kategorikal yang diberi istilah k-Modes. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini membuktikan bahwa algoritma k-Modes mampu

melakukan proses clustering pada data set kategorikal yang besar secara efisien.

2. Clustering Categorical Data with k-Modes. (Huang, Z. 2009).

Pada penelitian ini, penulis menjabarkan hasil pengembangan algoritma

k-Modes untuk melakukan proses clustering pada data dengan nilai kategorikal dengan sedikit perubahan pada proses perhitungan ketidaksamaan (dissimilarity) menggunakan fungsi yang didefinisikan oleh Ng, Li, Huang & He, 2007.

3. Attribute Value Weighting in k-Modes Clustering. (Zengyou He, Xiaofei Xu, & Shengchun Deng, 2011).

Pada penelitian ini, penulis mengajukan sebuah metode baru dalam proses

perhitungan ketidaksamaan pada bagian algoritma k-Modes. Metode yang

dikembangan adalah weighted dissimilarity measure menggantikan perhitungan

simple matching pada algoritma k-Modes yang asli. Adapun persamaan yang

digunakan pada metode weighted dissimilarity measure terdapat pada

(35)

21

dengan syarat : �( ) = { � | � | ( | ) } Dmiana D adalah set

data yang memiliki m atribut kategorikal. � | adalah frekuensi kemunculan

nilai atribut � pada dataset dan ( | ) adalah frekuensi kemunculan nilai

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-jenis Proses Clustering
Gambar 2.1 Klasifikasi Algoritma Clustering untuk Data Kategorikal
Gambar 2.2 Model Metodologi Waterfall
Gambar 2.3 Simbol-simbol pada DFD

Referensi

Dokumen terkait