• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Histopatologik Kondrosarkoma ( Studi Pustaka ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Histopatologik Kondrosarkoma ( Studi Pustaka )."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK KONDROSARKOMA (STUDI PUSTAKA)

Jeffery M Candra.2006. Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S.

Kondrosarkoma adalah kanker tulang yang menghasilkan matriks kartilago dan merupakan kanker tulang kedua tersering setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma kebanyakan terjadi pada orang dewasa dan lebih banyak pada pria daripada wanita. Pasien biasanya mengeluh adanya massa pada tulang dan nyeri yang menetap selama bertahun-tahun. Kondrosarkoma bisa muncul pada tulang apa saja, tetapi cenderung menyerang tulang pelvis, kosta, bahu dan femur. Kebanyakan kondrosarkoma tidak menyebar jauh dari tempat asalnya. Pengobatan pada umumnya berupa pengangkatan tumor secara pembedahan, tetapi pada tipe kondrosarkoma yang lebih agresif bisa juga ditambah radioterapi ataupun kemoterapi.

Makroskopis dari kondrosarkoma berupa suatu massa lobuler putih keabuan dengan kalsifikasi dan nekrosis. Selain membesar dan mengalami kalsifikasi, kondrosarkoma juga mengalami degenerasi myxoid. Dimana konsistensi yang lembek seperti agar-agar dengan bercak kalsifikasi dan nekrosis yang dapat menyebabkan rongga-rongga kistik.

Mikroskopis dari kondrosarkoma pada umumnya berupa lobulus-lobulus kartilago dengan bentuk ireguler dan dibatasi jaringan ikat. Inti dari kondrosit membesar dengan lakuna yang berisi inti yang banyak serta adanya pleomorfisme dari kondrosit. Matriksnya bisa berupa jaringan kartilago hialin yang matur ataupun berupa stroma myxoid. Aktivitas mitosis tidak ditemukan pada tumor derajat satu, tapi pada derajat dua dan tiga ditemukan tersebar dan banyak.

(2)

ABSTRACT

THE HISTOPATHOLOGICAL FEATURES OF CHONDROSARCOMA (LITERATURE STUDY)

Jeffery M Candra, 2006. Tutor I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S.

Chondrosarcoma is a bone cancer that produces cartilage matrix and the second most frequent bone cancer after osteosarcoma. Chondrosarcoma oftenly occurs in adults and is found more frequently in men than in women. Patients usually present with a bony mass and pain that occurs for years. Chondrosarcoma can arise in any bone but tends to affect the pelvis, ribs, shoulder and femur. The majority of chondrosarcomas tend not to spread beyond where they originate. Treatment is generally surgical removal, but for other more aggressive types of chondrosarcoma, it added with radiotherapy or chemotherapy.

The gross appearance of chondrosarcoma is a white-greyish lobule mass with calcification and necrosis. Aside the growth and calsification, chondrosarcoma had a myxoid degeneration. Where its consistency becomes soft like jelly with spots of calcification and necosis that cause cystic space.

Chondrosarcoma’s histological features is generally catilage lobules with irreguller shape that separated by connective tissue. Condrocytes nuclei enlarge with multiple nuclei in lacuna and pleomorfism of condrocytes. Its matrix can be a mature hyaline cartilage tissue to a myxoid stroma. Mitotic activities cannot be found on grade one tumor, but can be found scattered.

(3)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK………...iv ABSTRACT………..….v KATA PENGANTAR………...vi DAFTAR ISI………vii DAFTAR TABEL………..x DAFTAR GAMBAR………....xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang………...………...….1

1.2. Identifikasi Masalah………...…....2

1.3. Maksud dan Tujuan………...2

1.4. Manfaat………...…………2

1.5. Metodologi………..2

1.6. Lokasi dan Waktu………..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...3

2.1. Tulang……….………...3

2.2. Tumor Tulang……….…………...5

2.3. Tumor Pembentuk Kartilago……….…………7

2.4. Kondrosarkoma……….…..7

2.4.1. Etiologi………...8

2.4.2. Frekuensi………...8

2.4.3. Insidensi………...8

2.4.4. Patogenesis………...9

2.4.5. Grading dan Staging……….11

2.4.6. Gejala Klinik……….12

2.4.7. Morfologi………...12

2.4.7.1. Makroskopis………12

(4)

2.4.7.2. Mikroskopis…….………...……….13

2.4.8. Diagnosis Banding……….14

2.4.9. Pemeriksaan Penunjang……..………...16

2.4.9.1. Radiografi, CT-scan, MRI…...………....16

2.4.9.2. Teknik Biopsi………....………...18

2.4.9.2.1. Fine Needle Aspiration Biopsy…...…...…...18

2.4.9.2.2. Core-needle Biopsy………...………...18

2.4.9.2.3. Biopsi Insisional………...…...……...18

2.4.9.2.4. Biopsi Eksisional………...……..19

2.4.10. Pengobatan…..………...19

2.4.10.1. Bedah...……..………..……...19

2.4.10.2. Radioterapi....………...………...20

2.4.10.3. Kemoterapi……….………...21

2.4.11. Prognosis……….……….22

BAB III PEMBAHASAN………....23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……….26

4.1. Kesimpulan………...………26

4.2. Saran………...………..26

DAFTAR PUSTAKA………....………..27

LAMPIRAN...29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...35

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sistem tingkatan (staging) dari sarkoma jaringan lunak……...11 • Tabel 2.2. Tabel Gradasi Histologis Kondrosarkoma………...….15

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

• Gambar 2.1. Makroskopis dari osteokondroma pada kosta...29

• Gambar 2.2. Makroskopis dari osteokondroma...29

• Gambar 2.3. Kondrosarkoma pada tulang Ischium...29

• Gambar 2.4. Kondrosarkoma pada Skapula...30

• Gambar 2.5. Kondrosarkoma pada Pelvis...30

• Gambar 2.6. Foto Roentgen polos kondrosarkoma...30

• Gambar 2.7. Mikroskopis osteokondroma...31

• Gambar 2.8. Mikroskopis osteokondroma...31

• Gambar 2.9. Pembesaran lemah kondrosarkoma...31

• Gambar 2.10. Pembesaran kuat kondrosarkoma...32

• Gambar 2.11. Gambaran matriks kondrosarkoma ...32

• Gambar 2.12. Gambaran Pleomorfik dari kondrosit yang bertumpuk...32

• Gambar 2.13. Pembesaran lemah dari kondrosarkoma...33

• Gambar 2.14. Pembesaran lemah kondrosarkoma...33

• Gambar 2.15. Pembesaran kuat kondrosit yang tersebar...33

• Gambar 2.16. Grade 1...34

• Gambar 2.17. Grade 2...34

Gambar 2.18. Grade 3...34

(7)

Gambar 2.1. Makroskopis dari osteokondroma pada kosta

Gambar 2.2. Osteokondroma

Gambar 2.3. Kondrosarkoma pada tulang Ischium

(8)

Gambar 2.4. Kondrosarkoma pada Skapula

Gambar 2.5. Kondrosarkoma pada Pelvis,

Menunjukkan suatu massa bulat putih keabuan dengan area kalsifikasi dan area nekrosis hemorrhagik gelap kemerahan

(9)

Gambar 2.7. Mikroskopis osteokondroma Kiri: tutup kartilago

Kanan: korteks tulang

Gambar 2.8. Tutup kartilago yang tebal yang akan menjadi tulang.(Osteokondroma).

Tutup kartilago merupakan kartilago hialin yang tersusun oleh kartilago yang tersusun kolumner. Inti kecil dengan kelainan inti yang minimal, inti banyak pada satu lakuna tidak ditemukan

(10)

Gambar 2.10. Pembesaran kuat, inti atipik, satu lakuna dengan inti multipel

Gambar 2.11. Matriks kondroid biru keabuan dengan selluleritas dan kondrosit-kondrosit yang pleomorfik

(11)

Gambar 2.13. Pembesaran kecil dari kondrosarkoma.

Jaringan kartilago, dengan kondrosit pada daerah yang kosong, tapi tidak dalam susunan yang normal. Di bawah tampak invasi neoplasma yang merusak tulang

Gambar 2.14. Pembesaran lemah menunjukkan tumor kartilago yang selluler dan berlobulus

Gambar 2.15. Pembesaran kuat menunjukkan kondrosit yang tersebar,

(12)

Gambar 2.16. Grade 1

Mirip enkondroma, tetapi selluleritasnya lebih tinggi dan ada pleomorfisme sel. Inti kecil tapi sering menunjukkan pola kromatin dengan anak inti. Ditemukan sel berinti ganda. Mitosis sangat jarang

Gambar 2.17. Grade 2

Selluleritas lebih tinggi daripada grade 1. Ciri khasnya adalah pleomorfisme sel yang lebih banyak, inti bulat, banyak sel berinti ganda, dan kadang-kadang sel-sel bizarre. Mitosis masih jarang. Focus perubahan myxoid mungkin tampak

Gambar 2.18. Grade 3

(13)

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Jeffery Malachi Candra - Nomor Pokok Mahasiswa : 0110042

- Tempat dan tanggal lahir : Tasikmalaya, 14 Juli 1983

- Alamat : Jalan Galunggung No.61 Tasikmalaya-46122 - Riwayat Pendidikan :

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kanker menjadi masalah yang semakin besar bagi dunia kedokteran karena angka kesakitan dan kematian penyakit kanker cenderung meningkat, sementara pengetahuan masyarakat terhadap penyakit mematikan ini sangat kurang, masyarakat baru berobat pada stadium yang sudah lanjut.

Tumor tulang jarang ditemukan, namun seringkali terlambat terdiagnosis, sehingga pengobatan pada stadium yang lanjut sangat tidak memuaskan. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas paling sering kedua setelah osteosarkoma. Angka kejadian kondrosarkoma terhitung 11% dari tumor tulang ganas. Dengan perbandingan pria dan wanita 2:1, kebanyakan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, jarang terjadi pada anak-anak, dan tidak ada predileksi ras. Di Amerika Serikat, sekitar 2.100 kasus baru dari sarkoma tulang terdiagnosis per tahunnya dan tepatnya 1.300 kematian dari sarkoma tulang terjadi setiap tahunnya. (Hide, 2002)

Lokasi terjadinya kondrosarkoma biasanya pada tulang-tulang pelvis, tulang-tulang kosta, gelang bahu, tulang kraniofasial, proksimal humerus, proksimal dan distal femur. Prognosis dari kondrosarkoma tergantung dari derajat secara histologis, Five years survivial rate berkisar antara 43% sampai 90%. Terapinya berkisar antara pembedahan eksisi yang luas dan tambahan kemoterapi.(Robbins,2005)

(15)

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran histopatologik dari kondrosarkoma ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk menambah pengetahuan tenaga medis tentang gambaran histopatologik dari kondrosarkoma sehingga berguna untuk mencegah perkembangan kanker sejak dini.

Tujuan karya tulis ini agar dapat ditegakkan diagnosis dini kondrosarkoma melalui gambaran histopatologiknya.

1.4. Manfaat

Manfaat akademis dari karya tulis ini adalah untuk menambah pengetahuan tenaga medis tentang gambaran histopatologik dari kondrosarkoma, sedangkan manfaat praktisnya adalah untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang kondrosarkoma secara umum.

1.5. Metodologi

Studi Pustaka

1.6. Lokasi dan Waktu

(16)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Gambaran histopatologis dari kondrosarkoma berupa lobulus-lobulus kartilago dengan kondrosit yang intinya membesar dengan lakuna yang mengandung banyak inti. Seluleritas dan aktivitas mitosis dapat dipakai untuk membantu menentukan derajat dari kondrosarkoma, seluleritas yang tinggi dengan aktivitas mitosis lebih dari dua per sepuluh lapang pandang sudah dapat dipastikan tumor tersebut merupakan tumor dengan derajat tinggi. Selain dari sel, dapat dilihat dari matriks jaringan. Dimana pada derajat rendah, matriks jaringan melimpah dan mengalami kalsifikasi. Sedangkan pada derajat tinggi matriksnya mengalami degenerasi myxoid dengan seluleritas yang tinggi, sehingga matriks jaringan menjadi sedikit.

4.2. SARAN

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Cormier, Janice N., Pollock, Raphael E. 2004. Soft Tissue Sarcomas. http://caonline.amcancersoc.org/cgi/content/full/54/2/94

Dahlin, David C. 1967. Chondrosarcoma (Primary, Secondary and Mesenchymal) : Bone Tumors. 2nd ed. Springfield. Charles C. Thomas Publisher. p.138-155 DeGroot III, Henry. 2000. Chondrosarcoma.

http://www.bonetumors.org/tumors/pages/page39.html

Harris, M., Naumann, S. 2002. chondrosarcoma ekstraskeletal. http://thedoctorsdoctor.com/diseases/chondrosarcoma_ekstraskeletal.htm

Hide, Geoff. 2002. Chondrosarcoma. http://www.emedicine.com/radio/topic168.htm

Klatt, Edward. 2001. Bone and Joint Pathology. http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/BONEHTML/BONE017,50,55,56,57.html Letson, Douglas, Falcone Robert, Muro-Cacho, Carlos A. Pathologic and

Radiologic Features of Primary Bone Tumors. http://www.moffitt.usf.edu/pubs/ccj/v6n3/dept7.htm

Lynch, Jane M. 2000. Malignant Tumors of Bone. http://www.pathology.vcu.edu/education/musculo/Bone20%lect%20MT.swf Lynch, Jane M. 2005. Osteochondroma.

http://www.pathology.vcu.edu/education/musculo/lab3a.html

Lynch, Jane M. 2005. Chondrosarcoma. http://www.pathology.vcu.edu/education/musculo/lab3c.html

Makarov, Vladimir. 2004. Case #13. http://www.umdnj.edu/tutorweb/casestudies/case13.htm

Mellors, Robert C. 2002. Bone Tumors. http://edcenter.med.cornell.edu/CUMC_PathNotes/Skeletal/Bone_07.html Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 1995. Tumor Sistem Muskuloskeletal:

Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta. EGC. p.1214

Robbins & Kumar. 1995. Sistem Muskuloskeletal: Buku ajar patologi. Edisi 4. Jakarta. EGC. p. 458-469

(18)

Rosenberg, Andrew E. 2005. Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors in Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia. W.B. Saunders Co. p.1274-1278, 1298-1299

Shibata, Paul K. 2005. Chondrosarcoma. http://thedoctorsdoctor.com/diseases/bone_chondrosarcoma.htm

Slevin, Maurice. 2003. Chondrosarcoma. http://www.cancerbacup.org.uk/cancertype/Bone/chondrosarcoma.html

Underwood, J.C.E. 1994. Tumor Ganas Lainnya: Osteoartikuler dan Jaringan Ikat: Patofisiologi. Edisi 2. Volume 2. Jakarta. EGC. p. 827

Gambar

Gambar 2.1. Makroskopis dari osteokondroma pada kosta
Gambar 2.5. Kondrosarkoma pada Pelvis,  Menunjukkan suatu massa bulat putih keabuan dengan area kalsifikasi dan area nekrosis hemorrhagik gelap kemerahan
Gambar 2.7. Mikroskopis osteokondroma
Gambar 2.10. Pembesaran kuat, inti atipik, satu lakuna dengan inti multipel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK), yaitu penerapan konseling behavioral dengan teknik

Fixed Asset Capital Ratio (FACR) secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah sampel penelitian triwulan I tahun

Hasil uji Paired Samples T Test terhadap pretes dan postes memiliki koefisien signifikansi (2 tailed) sebesar 0,003 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak

The answers given by the respondents above are clear that coercive isomorphism occurs in the practice of applying the performance measure- ment and accountability in public

Dalam hal ini peneliti langsung meminta informasi atau penjelasan tentang bagaimana KJKS Baituttamwil Tamzis cabang pasar induk Wonosobo dalam menerjemahkan

Pada teras atas Liang Ulin 2, ditemukan data arkeologi, berupa artefak batu, gerabah, dan alat tulang, serta fragmen tulang binatang, cangkang kerang, rangka dan gigi

Kualitas perairan yang ada lebih baik dibandingkan dengan kedua line yang lain, disamping tidak adanya aktivitas pelabuhan juga tingkat dissolved oxygen dan kecerahan masih di

Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain