• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
374
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Fransiska Atrik Halim 131414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Fransiska Atrik Halim 131414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan

perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu

dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

(Kolose 3 : 17)

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Fransiska Atrik Halim. 2017. Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar angket minat belajar siswa, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.

Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) Pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele terlaksana dengan baik pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (2) Hasil analisis minat akhir siswa menunjukkan 68,19% siswa berada pada kategori minat belajar tinggi – sangat tinggi, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (3) Hasil analisis post tes siswa menunjukkan 31,82% siswa berada pada kategori lulus, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017

(8)

vii ABSTRACT

Fransiska Atrik Halim. 2017. The Effectiveness of Using Van Hiele Theory Viewed by the Interest and Results of Student Learning on Triangle Material in Class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study aims to (1) know the implementation of Mathematics learning on material triangle class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 using Van Hiele's theory, (2) to know the effectiveness of mathematics learning using Van Hiele's theory on material triangle in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 in terms of student learning interest, (3) To know the effectiveness of learning Mathematics using Van Hiele's theory on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 viewed by the student learning results.

The type of research used in this study is quantitative descriptive research. Subjects in this study are students in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in the school year 2016/2017 which amounted to 22 people. The instruments used in this study are results of student learning test, questionnaires sheets of student learning interest, learning observation sheets, and student interviews guidelines. The data of students learning result and students interest of learning will analyzed by quantitative methods by calculating the total score. Meanwhile, for the data of implementations of mathematics learning with applying Van Hiele theory will analyzed by calculating the percentations of applying Van Hiele theory in the class.

Based on the analysis, the results of this research are (1) the implementations of Van Hiele theory in mathematics learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017 was doing well, (2) the analysis results for students final interest of learning show that 68,19% students are in high – very high learning interest category, it's mean that the learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by students interest of learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017, (3) the analysis results for post test show that 31,28% students are passed, so learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by the students learning results on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, lindungan dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI

VAN HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa

begitu banyak pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

x

7. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan di program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

8. Bapak Paryadi, S.Pd., selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

9. Bapak Drs. Adi Undang Mulyono, selaku guru mata pelajaran Matematika kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan jam pelajarannya bagi penulis untuk melakukan penelitian.

10.Siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah membantu peneliti selama proses pelaksanaan penelitian ini.

11.Kedua orang tua tercinta Lambertus Halim dan Lusia Lajum serta adik-adik tersayang Flaviana Abriani Halim, Eufrosina Sovia Halim dan Yohanes Juliosen Wuang yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

12.Keluarga kecil Hidden Kos yang selalu memberikan bantuan, dukungan, doa dan semangat bagi peneliti selama proses perkuliahan maupun penulisan skripsi ini.

13.Rekan-rekan SMAK St.Ignatius Loyola Labuan Bajo 2013 yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 8

(14)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Ciri-Ciri Belajar ... 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17

B. Pembelajaran ... 29

1. Pengertian Pembelajaran ... 29

2. Tipe Pembelajaran ... 31

C. Pembelajaran Matematika ... 32

1. Pembelajaran Matematika ... 32

2. Hirarki Pembelajaran Matematika ... 33

D. Pembelajaran Efektif ... 34

E. Hasil Belajar ... 37

F. Minat Belajar ... 39

G. Teori Van Hiele ... 42

1. Tahap Belajar Anak dalam Belajar Geometri ... 42

2. Teori Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 44

3. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri ... 45

H. Materi Pembelajaran ... 46

I. Penelitian yang Relevan ... 49

(15)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Subjek Penelitian ... 53

C. Objek Penelitian ... 53

D. Bentuk Data ... 54

E. Metode Pengumpulan Data ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 62

H. Teknik Analisis Data ... 65

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 70

J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 73

1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 73

2. Uji Coba Instrumen ... 73

3. Pelaksanaan Penelitian ... 90

B. Tabulasi Data ... 110

1. Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 110

2. Data Minat Belajar Siswa ... 112

3. Data Hasil Belajar Siswa ... 115

4. Data Wawancara Siswa ... 117

(16)

xv

1. Analisis Data Pengamatan Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 135

2. Analisis Data Minat Belajar Siswa ... 136

3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 139

4. Analisis Data Wawancara Siswa... 143

D. Pembahasan ... 153

1. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 153

2. Minat Belajar Siswa ... 158

3. Hasil Belajar Siswa ... 163

E. Keterbatasan Penelitian ... 167

BAB V PENUTUP ... 169

A. Kesimpulan ... 169

B. Saran ... 171

DAFTAR PUSTAKA ... 173

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 45

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 58

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.3 Panduan Wawancara Siswa ... 60

Tabel 3.4 Kualifikasi Reliabilitas ... 65

Tabel 3.5 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 66

Tabel 3.6 Konversi Skor Kategori Minat Siswa ... 67

Tabel 3.7 Kategorisasi Minat Siswa ... 68

Tabel 3.8 Kategorisasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 69

Tabel 3.9 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel 4.1 Data Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 75

Tabel 4.2 Hasil Uji Validasi Tahap 1 Angket Minat Belajar Siswa ... 79

Tabel 4.3 Hasil Uji Validasi Tahap 2 Angket Minat Belajar Siswa ... 81

Tabel 4.4 Hasil Uji Validasi Tahap 3 Angket Minat Belajar Siswa ... 83

Tabel 4.5 Hasil Uji Validasi Tahap 4 Angket Minat Belajar Siswa ... 84

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Tahap 1 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Tahap 2 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 90

Tabel 4.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 91

(19)

xviii

Tabel 4.13 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Awal) ... 113

Tabel 4.14 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Akhir) ... 114

Tabel 4.15 Data Pre Tes Siswa ... 115

Tabel 4.16 Data Post Tes Siswa ... 116

Tabel 4.17 Data Wawancara Siswa... 117

Tabel 4.18 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 135

Tabel 4.19 Kategori Minat Awal Siswa ... 136

Tabel 4.20 Pengelompokan Minat Awal Siswa ... 137

Tabel 4.21 Kategori Minat Akhir Siswa ... 138

Tabel 4.22 Pengelompokan Minat Akhir Siswa ... 139

Tabel 4.23 Hasil Analisis Pre Tes Siswa ... 139

Tabel 4.24 Pengelompokan Pre Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 141

Tabel 4.25 Pengelompokan Pre Tes Siswa (KKM) ... 141

Tabel 4.26 Hasil Analisis Post Tes Siswa ... 141

Tabel 4.27 Pengelompokan Post Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 143

Tabel 4.28 Pengelompokan Post Tes Siswa (KKM) ... 143

(20)

xix

DAFTAR GRAFIK

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 177

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 178

Lampiran 1.2 Lembar Angket Minat Belajar untuk Penelitian ... 225

Lampiran 1.3 Lembar Tes Hasil Belajar untuk Penelitian ... 228

Lampiran 1.4 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 230

Lampiran 1.5 Panduan Skor Tes Hasil Belajar ... 234

LAMPIRAN 2 LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN OLEH PAKAR ... 237

Lampiran 2.1 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar ... 238

Lampiran 2.2 Lembar Validasi Angket Minat Belajar ... 246

Lampiran 2.3 Lembar Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 252

Lampiran 2.4 Lembar Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 255

LAMPIRAN 3 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS MENGGUNAKAN SSPS ... 261

Lampiran 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 262

Lampiran 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 278

Lampiran 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Angket Minat Belajar ... 280

Lampiran 3.4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar ... 282

LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ... 283

Lampiran 4.1 Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar ... 284

(22)

xxi

Lampiran 4.3 Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa ... 299 Lampiran 4.4 Hasil Pengerjaan Tes Hasil Belajar Siswa ... 311 Lampiran 4.5 Hasil Pengisian Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada banyak manfaat yang diperoleh dengan mempelajari matematika misalnya dengan belajar matematika seseorang dapat menghitung luas suatu daerah atau memperkirakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan suatu produk. Cockcroft (dalam Shadiq, 2009 : 2) juga mengakui peran penting matematika. Cockcroft menulis: “It would be very difficult perhaps impossible to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without

making use of mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Hal ini menegaskan bahwa matematika menjadi salah satu hal penting yang kita butuhkan dalam kehidupan kita. Oleh karena itulah, matematika masih menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

(24)

2

menyampaikan tentang potensi-potensi yang dimiliki geometri yang diajarkan di sekolah, khususnya sekolah menengah yakni mampu menghasilkan proses belajar yang bermakna (meaningful learning) karena objek-objeknya begitu mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan kenyataan empiris yang mereka lihat mengenai benda-benda itu di alam, membantu para siswa dalam memahami dengan lebih baik ruang (lingkungan) tempat mereka hidup, khususnya dari segi keruangan (spasial) atau geometrisnya, dapat digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan cara berpikir dalam matematika yaitu cara berpikir deduktif-aksiomatis dan mampu membawa siswa agar bisa menghargai keindahan yang terdapat dalam matematika.

(25)

dan membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan tingginya.

Permasalahan seperti diatas tentu saja muncul karena berbagai faktor. Ketidaksiapan siswa secara individu untuk memahami konsep-konsep yang rumit dan menghafalkan banyak rumus menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan dalam pembelajaran geometri. Faktor lain yang yang menyebabkan munculnya masalah dalam pembelajaran geometri antara lain: (1) guru kurang berinisiatif dalam menciptakan metode penurunan rumus yang sesuai dengan tingkat intelektual siswa, (2) guru tidak berupaya dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif, efektif, efisien, menyenangkan, aktif, solutif, dan antisipatif, (3) guru cenderung menyodorkan rumus siap pakai kepada siswa tanpa menjelaskan cara menemukannya.

(26)

4

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa sulit untuk memfokuskan perhatiannya dalam pembelajaran sehingga hasil belajar mereka kurang memuaskan.

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori pembelajaran yang tidak asing lagi dalam pembelajaran matematika. Teori Van Hiele dirumuskan oleh dua peneliti dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan Dina Van Hiele pada sekitar tahun 1957. Teori ini dikhususkan untuk pembelajaran geometri. Teori ini membicarakan tingkat berpikir siswa dalam materi geometri yang terdiri dari lima tingkat yakni tingkat 0 (visulisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (relasional atau deduksi informal), tingkat 3 (deduksi formal) dan tingkat 4 (rigor). Selain itu, teori Van Hiele juga membicarakan tentang fase-fase dalam pengajaran geometri yang terdiri dari fase 1 informasi, fase 2 orientasi langsung, fase 3 penjelasan, fase 4 orientasi bebas dan fase 5 integrasi. Kelima fase ini bertujuan untuk meningkatkan suatu tahap berpikir siswa ke tahap berpikir geometri yang lebih tinggi.

(27)

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, melalui kegiatan penyelidikan alat peraga geometri untuk menemukan konsep tentang materi geometri yang dipelajarinya. Sehingga diharapkan penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika dapat menciptakan pembelajaran yang efektif ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa terhadap matematika.

Pada penelitian sebelumnya oleh Natanael Jalung Liah (2014) tentang efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX SMP Budya Wacana Yogyakarta disimpulkan teori belajar Van Hiele lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta. Selain itu, hasil penelitian Rusyda Amrina, Karim (2013) tentang pengaruh teori belajar Van Hiele terhadap hasil belajar geometri siswa kelas VII SMP menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa yang menggunakan teori belajar Van Hiele lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti efektivitas pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele di bangku sekolah menengah pertama dengan judul “Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele

(28)

6

sekolah menengah pertama, pemahaman yang baik pada materi segitiga di bangku kelas VII juga membantu siswa dalam memahami materi segitiga yang akan mereka pelajari ditingkat lebih lanjut misalnya teorema pythagoras di kelas VIII dan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni efektivitas teori Van Hiele tidak hanya ditinjau dari hasil belajar melainkan juga dari minat belajar siswa karena minat belajar menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Minat yang tinggi akan membantu siswa untuk semangat dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh Susanto (Susanto, 2013 : 68) yang mengatakan bahwa minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Selain itu metode yang digunakan dalam juga berbeda yaitu metode deskriptif kuantitatif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang dilakukan ada beberapa masalah yang ditemui, yakni :

1. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas masih bersifat konvensional sehingga siswa kurang dilibatkan dalam menemukan konsep matematika.

(29)

3. Siswa seringkali bingung saat mengerjakan soal dengan tipe yang berbeda dan masih sulit menyelesaikan soal penerapan segitiga dan segiempat dalam kehidupan sehari-hari.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga

kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele ?

2. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?

3. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

(30)

8

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa.

3. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.

E. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, adapun batasan masalah untuk penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian dibatasi hanya siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.

2. Kompetensi dasar pada penelitian ini adalah memahami sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas.

3. Materi yang menjadi fokus dalam penelitian adalah segitiga yang terdiri dari memahami jenis dan sifat segitiga serta memahami keliling dan luas segitiga.

(31)

5. Hasil belajar siswa hanya dilihat dari aspek kognitif melalui tes hasil belajar.

F. Penjelasan Istilah 1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan ketercapaian target yang dibuat.

2. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori belajar aliran kognitif yang menjelaskan tentang tahap berpikir siswa dalam belajar geometri yang terdiri dari lima tahapan yakni visualisasi (tahap 0), analisis (tahap 1), relasional atau deduksi informal (tahap 2), deduksi formal (tahap 3) dan rigor (tahap 4).

3. Pembelajaran Matematika

(32)

10

4. Minat Belajar

Minat belajar adalah kecenderungan seseorang merasa tertarik dengan suatu hal tertentu dan merasa senang mempelajari hal tersebut.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

6. Segitiga

Segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan memiliki tiga buah titik sudut.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai referensi model pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran matematika khususnya pada materi geometri sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa

(33)

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan baru bagi peneliti dalam menerapkan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika. Selain itu, pengalaman yang diperoleh dalam penelitian ini menjadi bekal bagi peneliti saat terjun di dunia pendidikan sebagai guru.

H. Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal Skripsi

Pada bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, pernyataan keaslian karya, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari : a. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

b. Bab II Landasan Teori

(34)

12

Van Hiele, materi pembelajaran, penelitian relevan dan kerangka berpikir.

c. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, dan penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian

d. Bab IV Pelaksanaan, Hasil Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan kegiatan penelitian, tabulasi data, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

e. Bab V Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran. 3. Bagian Akhir Skripsi

(35)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar bukanlah istilah yang baru khususnya dalam dunia pendidikan. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013 : 1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menurut W.S. Winkel (dalam Susanto, 2013 : 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Sementara, E.R. Hilgard (dalam Susanto, 2013 : 3) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.

(36)

14

Menurut Slameto (2010 : 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto adalah sebagai berikut:

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(37)

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

(38)

16

2. Ciri-ciri belajar

Berikut adalah beberapa ciri belajar menurut Wragg (dalam Aunurrahman, 2009 : 35-36) :

a. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik jika intensitas keaktifan jasmaniah dan mental sesorang tinggi. Sebaliknya, kegiatan belajar dikatakan tidak intensif jika keaktifan jasmaniah dan mental sesorang rendah.

b. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.

(39)

lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

c. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku hasil belajar berkenaan dengan berbagai aspek yakni aspek motorik, aspek afektif dan aspek kognitif. Perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik. Sedangkan perubahan pada aspek afektif umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu singkat, akan tetapi seringkali dalam rentang waktu relatif lama. Perubahan pada aspek kognitif ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir dari sebelumya tidak mengetahui menjadi mengetahui.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern yang mempengaruhi kegiatan belajar dibagi menjadi tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1) Faktor jasmaniah

(40)

18

kegiatan belajar dapat berjalan baik. Selain itu, keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Jika kondisi siswa cacat tubuh maka sebaiknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus untuk dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya terhadap kegiatan belajar.

2) Faktor psikologi.

Faktor psikologi yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

(41)

Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat (Slameto, 2010 : 57) adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya sebaliknya pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar siswa.

d) Bakat

Menurut Hilgard ( dalam Slameto, 2010 : 57) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat juga berpengaruh terhadap belajar anak. Jika pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajar. e) Motif

(42)

20

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever (dalam Slameto, 2010 : 61) adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dalam keadaan siap, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

(43)

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka ia perlu mengusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan saat belajar.

b. Faktor Ekstern

Ada tiga faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar yakni faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Berikut adalah beberapa faktor dalam keluarga yang mempengaruhi belajar anak:

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar anaknya. Orang tua sebaiknya memperhatikan waktu belajar, menyiapkan alat yang diperlukan anak dalam belajar, membantu anak mengatasi kesulitannya dalam belajar dan lain-lain agar hasil belajar anak pun baik.

b) Relasi antar anggota keluarga

(44)

22

c) Suasana rumah

Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak merasa kerasan/betah tinggal di rumah serta dapat belajar dengan baik. d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar yang cukup seperti alat tulis dan buku bacaan. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai uang yang cukup.

e) Pengertian orang tua

Anak membutuhkan dorongan dan pengertian orang tua saat belajar. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami kesulitan atau kurang semangat dalam belajar, orang tua sedapat mungkin memberi pengertian dan mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. f) Latar belakang kebudayaan

(45)

2) Faktor sekolah

Berikut adalah beberapa faktor di sekolah yang mempengaruhi belajar anak yakni :

a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Drs. Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo (dalam Slameto, 2010 : 67) adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang baik pula, sedangkan metode mengajar guru yang tidak baik akan berdampak kepada belajar anak yang tidak baik pula.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Bahan pelajaran yang diajarkan tentunya mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi guru dengan siswa

(46)

24

relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d) Relasi siswa dengan siswa

(47)

e) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata-tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.

f) Alat pelajaran

(48)

26

lebih maju. Guru perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap agar dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

g) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, baik pagi hari, siang, sore/malam hari. Dengan memilih waktu sekolah yang tepat, akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

h) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru harus memberikan standar pelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa namun tetap memperhatikan tujuan yang hendak dicapai. Jika guru memberikan standar yang tinggi dalam suatu pelajaran akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. i) Keadaan gedung

(49)

j) Metode belajar

Belajar hendaknya dilakukan secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.

k) Tugas rumah

Guru sebaiknya tidak memberikan tugas rumah dalam jumlah yang banyak agar siswa masih tetap bisa melakukan tugas lainnya di rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa hidup bersama dengan masyarakat yang lain di lingkungannya. Berikut adalah faktor masyarakat yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

(50)

28

b) Mass media

Jenis mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada control dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), maka kemungkinan semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.

c) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. d) Bentuk kehidupan masyarakat

(51)

kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya, jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.

B. Pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Istilah pembelajaran berasal dari bahasa Inggris yaitu “instruction”

(52)

30

yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Di Indonesia pembelajaran merupakan istilah yang tergolong baru dan mulai populer sejak lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 (Susanto, 2013 : 19). Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan pembentukan sikap serta keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran lebih menitikberatkan pada “bagaimana membuat

pembelajar mengalami proses belajar” bukan pada “apa yang dipelajari”.

Hal ini berarti pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran. Komponen pembelajaran ada dua yaitu merancang tujuan belajar dan mengidentifikasi peristiwa pembelajaran yang tepat untuk tujuan yang ditentukan (Bell-Gredler dalam Khodijah, 2014 : 176)

(53)

terencana agar seseorang mengalami proses belajar sehingga ia dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru.

2. Tipe Pembelajaran

Ada dua tipe pembelajaran secara umum yakni pembelajaran langsung dan pembelajaran yang tidak langsung. Berikut adalah penjelasan tentang tipe pembelajaran.

a. Pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung adalah suatu bentuk pembelajaran dimana guru secara langsung menyampaikan pelajaran, mendemonstrasikan, menjelaskan, dan mengasumsikan tanggung jawab utama untuk kemajuan pelajaran, serta menyesuaikan apa yang dilakukannya dengan usia dan kemampuan siswa. Menurut Blair (dalam Khodijah, 2014) prestasi siswa dapat dicapai lebih tinggi dalam kelas di mana mereka diajar langsung oleh guru mereka dibandingkan belajar sendiri. Ada beberapa aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran langsung yakni penyajian pelajaran, bimbingan latihan, penilaian hasil tugas, pemberian umpan balik, dan pemonitoran aktivitas siswa.

b. Pembelajaran tidak langsung

(54)

32

informasi dan tidak pasif menerima pelajaran. Dalam pembelajaran tipe ini, guru berfungsi sebagai fasilitator.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Ada begitu banyak definisi matematika yang disampaikan oleh para ahli. Definsi-definisi tersebut dibuat berdasakan sudut pandang orang yang bersangkutan. Salah satu definisi matematika yang disampaikan para ahli yakni matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 11) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. Ada beberapa karakteristik dari matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 13) yakni memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.

Dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) (dalam Soedjadi, 2000 : 43), adapun tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :

(55)

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Pembelajaran matematika (Amir, 2016 : 8) adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran matematika lebih berpusat pada siswa agar mereka dapat membangun sendiri pengetahuan yang diperoleh serta dapat lebih memahami materi yang sedang dibahas. Peran guru dalam pembelajaran matematika cenderung sebagai fasilitator yang mengarahkan proses pembelajaran tersebut.

2. Hirarki Pembelajaran Matematika

(56)

34

mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat jawabannya,

ia mengulang kembali pertanyaan di atas tadi untuk mendapatkan prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut. Hal itu dilakukan terus menerus sampai didapatkan urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Dengan cara itulah kita akan mendapatkan hirarki belajar.

Proses tersebut diperjelas oleh Resnick dan Ford (dalam Amir, 2016) yang menyatakan : ”A hierarchy is generated by considering the target

task and asking.”What would (this child) have to know and how do in

order to perform this task…?”. Oleh karena itu, hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Ini berarti hirarki belajar dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut. Kemudian diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Contohnya, sebelum mempelajari perkalian, siswa harus memahami konsep penjumlahan, dan tentunya harus mengenal konsep bilangan mulai dari konkrit hingga abstrak.

D. Pembelajaran Efektif

(57)

menyatakan ketercapaian target yang dibuat sehingga efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan ketercapaian tujuan dari pembelajaran. Pembelajaran efektif (Susanto, 2013 : 53 – 54) merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas.

Efektivitas pembelajaran diukur dari tingkat prestasi yang dicapai siswa. Prestasi siswa bentuknya bermacam-macam, mulai dari yang sifatnya pengetahuan generik hingga pengetahuan yang sifatnya spesifik isi. Pengetahuan generik meliputi pengetahuan memecahkan masalah, menemukan hubungan, dan mampu berpikir logis. Sedangkan pengetahuan yang sifatnya spesifik isi contohnya mampu mengingat fakta tertentu, mampu mengklasifikasikan contoh-contoh konsep tertentu, dan mampu mengikuti prosedur tertentu. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari minat belajar dan hasil belajar siswa. Berikut adalah kategori efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Pembelajaran dikatakan efektif dari segi hasil belajar apabila 75% siswa mencapai nilai KKM yakni 75. Hal ini disesuaikan dengan acuan ketuntasan dalam pembelajaran dari Depdiknas. Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013 : 54) pembelajaran dikatakan tuntas apabila telah mencapai angka 75%.

(58)

36

Kunci pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Ernest Boyer (dalam Khodijah, 2014) menyatakan bahwa ciri guru yang efektif adalah 1) mampu menggunakan bahasa dengan cara yang tepat, baik dalam penggunaan istilah maupun simbol. Selain itu, 2) bahasa tulisan dan ucapan guru dapat membantu siswa belajar, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan 3) mampu membuat hubungan yang bermakna tentang apa yang diketahuinya.

Borich (dalam Khodijah, 2014) melalui analisisnya yang mendalam menyimpulkan karakteristik perilaku kunci dari guru yang efektif, yaitu : 1. Kejelasan pelajaran

Guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dengan memberi contoh, melakukan tanya jawab sesering mungkin untuk mengecek pemahaman siswa, memnggunakan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan usia dan tingkat berpikir siswa.

2. Variasi pembelajaran

Selama pelajaran berlangsung, guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi agar siswa dapat tertarik dan lebih fokus dalam pelajaran. 3. Berorientasi pada tugas dan pelibatan proses belajar

(59)

selama pelajaran berlangsung untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam proses belajar.

4. Keberhasilan siswa

Keberhasilan siswa maksudnya tingkat di mana siswa memahami dan menyelesaikan tugas mereka secara benar. Pembelajaran yang efektif memungkinkan siswa memahami pelajaran dengan tepat dan akhirnya memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang baik.

Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa aspek diantaranya :

1. Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.

2. Proses belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara, maupun gerak.

3. Waktu untuk belajar mengajar digunakan dengan bijak dan maksimal. 4. Motivasi belajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi.

5. Hubungan interaktif antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.

E. Hasil Belajar

(60)

38

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Susanto (2013 : 5) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sehingga dapat disimpulkan, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (dalam Sudjana, 1990: 22 – 23).

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah Afektif

(61)

3. Ranah Psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar dalam penelitian ini lebih dititik beratkan pada kemampuan siswa dari segi kognitif. Efektivitas hasil belajar akan dilihat dari hasil tes belajar yang menguji kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran tentang segitiga.

F. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu. Syah (2003) berpendapat, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Hurlock (dalam Khairani, 2014 : 136) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

(62)

40

belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eskternal atau lingkungan. Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar.

Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan seseorang merasa tertarik dengan suatu hal tertentu dan merasa senang mempelajari hal tersebut.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang : a. Faktor dorongan dari dalam diri manusia

Ransangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Seseorang yang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan memiliki kecenderungan untuk belajar. b. Faktor motif sosial

(63)

c. Faktor emosional

Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap objek. Misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

3. Pengaruh Minat terhadap Kegiatan Belajar Siswa

(64)

42

paksaan dari luar, agar siswa dapat belajar lebih aktif dan baik. Oleh karena itu, seyogyanya seorang guru mampu menumbuhkan minat anak didiknya.

Berdasarkan pengertian, faktor-faktor maupun pengaruh minat terhadap proses belajar mengajar, penulis menemukan beberapa hal yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran yakni kesukaan atau kegemaran siswa pada pelajaran tersebut, adanya keinginan untuk belajar tanpa dipaksakan pihak manapun, memiliki kegairahan yang tinggi dalam belajar, adanya perasaan senang saat mempelajari materi, serta memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung.

G. Teori Van Hiele

1. Tahap Belajar Anak dalam Belajar Geometri

Salah satu teori belajar yang berkaitan dengan pembelajaran matematika adalah teori Van Hiele. Teori ini termasuk dalam teori belajar aliran kognitif. Teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele menguraikan tentang tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri. Berikut adalah tahap-tahap belajar anak dalam belajar geometri menurut Van Hiele :

a. Tahap Pengenalan (Visualisasi)

(65)

b. Tahap Analisis

Pada tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri namun belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. c. Tahap Relasional (Deduksi Informal)

Pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Selain itu, pada tahap ini anak sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum berkembang baik.

d. Tahap Deduksi Formal

Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Anak pada tahap ini juga telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema namun anak belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil”.

e. Tahap Keakuratan (Rigor)

(66)

44

dalil. Tahap ini merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri sehingga memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali anak yang sampai pada tahap ini sekalipun anak tersebut sudah berada di tingkat SMA.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan teori Van Hiele merupakan salah satu teori belajar aliran kognitif yang menjelaskan tentang tahap berpikir siswa dalam belajar geometri yang terdiri dari lima tahapan yakni visualisasi (tahap 0), analisis (tahap 1), relasional atau deduksi informal (tahap 2), deduksi formal (tahap 3) dan rigor (tahap 4).

2. Teori Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele

Selain mengemukakan tentang tahap berpikir dalam geometri, Van Hiele juga menyampaikan tentang beberapa teori dalam pengajaran geometri yakni :

a. Tiga unsur utama pengajaran geometri yaitu, waktu, materi pengajaran dan metode penyusun. Apabila ketiga unsur tersebut dikelola secara terpadu maka akan membantu peningkatan kemampuan berpikir anak ke tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.

(67)

memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut.

c. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu anak memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri, atau disesuaikan dengan tahap berpikirnya. Dengan demikian anak dapat memperkaya pengalaman dan cara berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya.

3. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri

Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi. Lima fase atau langkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele

Fase Kegiatan

Fase 1 : Informasi

(Information)

Guru dan siswa melakukan tanya jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan sembari melakukan observasi untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan menentukan pembelajaran selanjutnya.

(68)

46

Fase Kegiatan

Fase 3 : Penjelasan

(Explication)

Siswa menyampaikan pandangan berdasarkan hasil observasinya. Guru membantu siswa untuk menggunakan bahasa yang tepat dan akurat.

Fase 4 : sehingga mereka menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan tugas tersebut serta melihat dengan jelas hubungan antara objek yang dipelajari.

Fase 5 : Integrasi

Siswa meninjau dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu melengkapi kesimpulan siswa secara umum. Pada akhir fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir baru dan siap untuk mengulangi fase-fase yang ada kembali.

H. Materi Pembelajaran

Diberikan tiga buah titik A, B, dan C yang tidak segaris. Titik A dihubungkan dengan titik B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C dihubungkan dengan titik A. Bangun yang terbentuk disebut segitiga.

Gambar 2.1. Contoh Segitiga

(69)

Sehingga dapat disimpulkan, segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan memiliki tiga buah titik sudut.

1. Sudut-Sudut dalam Segitiga a. Jumlah Sudut Segitiga

Jumlah sudut suatu segitiga adalah b. Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga

Besar sudut luar segitiga merupakan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar tersebut.

2. Jenis dan Sifat Segitiga a. Berdasarkan Panjang Sisi

Jenis-jenis segitiga apabila ditinjau dari panjang sisinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang.

1). Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang memiliki tepat dua sisi yang sama panjang.

2). Segitiga sama sisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. 3). Segitiga sembarang yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya

saling berbeda. b. Berdasarkan Besar Sudut

(70)

48

1). Segitiga lancip yaitu segitiga yang besar semua sudutnya kurang dari .

2). Segitiga siku-siku yaitu segitiga yang besar salah sudutnya adalah

.

3). Segitiga tumpul adalah segitiga yang besar salah satu sudutnya lebih dari .

3. Keliling Segitiga

Keliling suatu segitiga adalah jumlah seluruh panjang sisi segitiga itu. Misalkan, diberikan sembarang seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Sembarang

(71)

4. Luas Segitiga

Pada segitiga, dikenal pengertian alas dan tinggi. Setiap sisi segitiga dapat menjadi alas. Adapun tinggi segitiga adalah garis tegak lurus yang ditarik dari titik sudut ke alas dihadapannya atau pun perpanjangannya.

Gambar 2.3. Segitiga beserta alas dan tingginya

Rumus luas daerah segitiga adalah sebagai berikut :

I. Penelitian yang Relevan

Dalam melakukan penelitian, penulis menemukan beberapa penelitian yang relevan terutama yang berkaitan dengan penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika yakni :

(72)

50

keaktifannya 13 sehingga disimpulkan teori belajar Van Hiele lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

2. Rusyda Amrina, Karim (2013), meneliti tentang pengaruh teori belajar Van Hiele terhadap hasil belajar geometri siswa kelas VII SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dan populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negri 3 Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa yang menggunakan teori belajar Van Hiele lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

J. Kerangka Berpikir

(73)

sehingga berdampak kepada hasil belajar dan minat belajar siswa dalam mempelajari matematika.

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele, tentunya dimulai dengan menggunakan teori Van Hiele tersebut dalam pembelajaran geometri di sekolah yakni pada materi segitiga. Agar peneliti dapat mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele maka digunakan lembar observasi pembelajaran. Lembar observasi pembelajaran teresebut akan diisi oleh observer yang mengamati pembelajaran yang dilakukan peneliti. Selanjutnya peneliti akan menghitung persentase indikator yang terlaksana dalam pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele dan hasilnya akan dipadankan dengan kriteria keterlaksanaan pembelajaran yang ditentukan.

(74)

52

materi segitiga di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

(75)

53 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif (Sudjana, 2014 : 64) adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017.

C. Objek Penelitian

(76)

54

D. Bentuk Data

Ada beberapa bentuk data dalam penelitian ini : 1. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa diperoleh dari jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan yang termuat dalam tes hasil belajar sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele. Setiap jawaban siswa diberikan skor sesuai dengan panduan penskoran yang dibuat oleh peneliti. Kemudian skor setiap item dijumlahkan untuk memperoleh skor total dari tes hasil belajar siswa tersebut. Skor total akan digunakan sebagai panduan untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele.

2. Data Minat Belajar Siswa

Gambar

Tabel 2.1. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele
Gambar 2.2. Sembarang
Gambar 2.3. Segitiga     beserta alas dan tingginya
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Thesis with the title “The Effect Of Model Learning C ollaboration Think Pair Share (TPS) and Talking Stick on Student's Mathematics Result of seventh Grade Students at

Prediksi sedimentasi yang terjadi pada waduk dilakukan dengan memperhitungkan besar laju sedimentasi berdasarkan metode perhitungan analitik, namun untuk mempermudah

Besarnya pengaruh pandangan Iklan, kredibilitas Iklan, daya tarik Iklan, dan kekuatan iklan terhadap minat beli sepeda motor matic merek Honda Vario adalah sebesar 66,2% (adjusted

[r]

Empat ratus dua puluh satu juta enam ratus dua ribu rupiah,- termasuk PPN 10 %-. PEMENANG CADANGAN

Sekolah yang telah memiliki tenaga operator komputer yang secara rutin memiliki tugas pendataan, sekolah diharapkan memanfaatkan tenaga tersebut untuk pemasukan

/APBD-P/2015 tanggal 17 Maret 2015, pekerjaan Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Gedung Diklat dan Fasilitas Pendukung Lainnya, maka peserta yang masuk dalam calon daftar

[r]