• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bayam Hijau ( Amaranthus gangeticus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bayam Hijau ( Amaranthus gangeticus"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayam Hijau (Amaranthus gangeticus)

Tanaman bayam merupakan tanaman semusim berbentuk perdu (semak). Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat- urat daun yang jelas. Bunga tersusun dalam malai yang tumbuh tegak, keluar dari ujung tanaman maupun ketiak-ketiak daun. Bentuk malai bunga memanjang mirip ekor kucing. Ukuran biji sangat kecil dan berbentuk bulat.

Batangnya banyak mengandung air (herbaceous), tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Sistem perakarannya menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan memiliki akar tunggang karena termasuk kelas Dycotyledonae (Rukmana 1994).

Klasifikasi tanaman bayam adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta

Klas : Angiospermae Sub Klas : Dicotyledoneae Ordo : Amaranthales Famili : Amaranthaceae Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus gangeticus (Rukmana 1994).

Daun bayam biasa dikonsumsi sebagai sayuran, karena memiliki tekstur yang lunak. Kandungan seratnya pun cukup tinggi sehingga dapat membantu memperlancar proses pencernaan. Bayam kaya akan garam mineral seperti kalsium, fosfor, dan besi. Bayam juga mengandung beberapa macam vitamin, seperti vitamin A, B, dan C (Irma 2016).

Manfaat bayam selain sebagai sayuran yang bergizi tinggi juga dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit. Kandungan vitamin A dalam bayam berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam menanggulangi penyakit mata, vitamin C dapat membantu menyembuhkan sariawan. Zat besi dapat mencegah penyakit anemia atau anemia gizi besi. Bayam juga mengandung zat yang bersifat merugikan, salah satunya adalah asam oksalat.

3

(2)

Asam oksalat merupakan racun dalam bayam yang mampu mengikat nutrien dalam tubuh. Hal ini menyebabkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam oksalat secara berlebihan bisa mengakibat penghambatan penyerapan zat besi dan kalsium dalam tubuh (Haryadi 2013).

Cara untuk mendapatkan manfaat sayur bayam sebaiknya mencuci bayam pada air mengalir kemudian didihkan dahulu airnya setelah itu masukkan bayam, dapat ditambah dengan bahan makanan lainnya seperti garam. Merebus sayuran adalah cara aman untuk mengkonsumsi sayuran secara sehat. Bayam yang direbus sebaiknya menggunakan sedikit air karena sayuran ini cepat sekali masak yaitu hanya 4-6 menit. Kandungan dalam bayam tidak tahan panas artinya dapat berkurang atau rusak karena proses pemanasan. Bayam sebaiknya habis sekali makan sebab masakan bayam tak layak dikonsumsi setelah lebih dari 5 jam dan tidak dianjurkan untuk dimasak ulang atau dipanaskan (Indrati et al 2014).

Total luas panen bayam di Indonesia pada tahun 1994 mencapai 34.600 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia (Hadisoeganda 1996). Produksi bayam semakin meningkat dari tahun ke tahun karena kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi sayuran semakin meningkat. Tingkat potensial hasil bayam dapat mencapai 20-50 ton perhektar (Nirmalayanti 2017).

B. Budidaya Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus gangeticus) 1. Syarat Tumbuh

Bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, di mana saja baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Pertumbuhan paling baik pada tanah subur dan banyak terkena sinar matahari. Suhu yang paling baik yaitu 25 -35 dan pH tanah antara 6-7. Waktu tanam terbaik pada awal musim hujan atau pada akhir musim kemarau (Fatimah 2012).

2. Benih

Bayam dikembangkan melalui biji, biji bayam yang akan dijadikan benih harus cukup tua ( umur 3 bulan). Biji dipanen pada

(3)

musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua. Tandan harus dijemur beberapa hari kemudian biji dirontokkan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Benih yang baik untuk tanaman bayam adalah berasal dari tanaman sehat, bebas hama dan penyakit, daya kecambah 80%, dan kemurnian yang tinggi. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun serta benih bayam tidak memiliki masa dormansi. Kebutuhan benih sebanyak 5-10 kg/ha atau 0,5-1 gr/m2 (Fatimah 2012).

3. Persiapan Lahan

Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm, gulma, dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan yang sudah dicangkul dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapat cahaya matahari penuh. Bedengan dibuat selebar 100-150 cm dengan tinggi 25-30 cm dengan panjang menyesuaikan kondisi lahan.

Jarak antar bedengan selebar 20-30 cm. Tanah yang memiliki pH terlalu rendah maka perlu pengapuran, pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian berupa kalsit atau dolomit. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung yaitu 1.730-4.493 kg/ha. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah dapat digunakan tepung belerang (S) atau gipsum, dengan kisaran 6 ton/ha. Cara pemberian bahan-bahan tersebut dengan disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal satu bulan sebelum tanam (Fatimah 2012).

4. Pemupukan

Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang diberikan 1- 2 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang disebar merata di atas bedengan sekitar 1 kg/m2 kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas.

Pemupukan yang diberikan per lubang tanam biasanya diperlukan 1-2 kg per lubang tanam (Fatimah 2012).

5. Penanaman

Penanaman atau penaburan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

(4)

a. Ditabur langsung di atas bedengan, sebelum benih disebar dicampur dengan abu atau pasir kering agar penaburan benih merata dan tidak bertumpuk-tumpuk.

b. Ditabur pada larikan atau barisan dengan jarak 10-15 cm pada garitan yang dibuat menurut baris sepanjang bedengan. Benih yang sudah ditabur kemudian segera ditutup dengan tanah tipis secara merata kemudian disiram secara rutin (pagi dan sore), kecuali pada saat hujan.

c. Disemaikan terlebih dahulu, keuntungan dari persemaian yaitu tanaman dapat tumbuh dengan baik karena benih diperoleh secara seleksi untuk ditanam. Jarak tanam untuk bayam yang disemaikan yaitu antara 60 50 cm atau 80 40 cm atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah (Fatimah 2012).

6. Pemeliharaan Tanaman

a. Penjarangan dan penyulaman, dilakukan apabila pada saat menyebar benih tidak merata sehingga tumbuh menggerombol maka perlu dilakukan penjarangan sekaligus panen perdana. Tanaman bayam yang berasal dari persemaian perlu dilakukan penyulaman apabila ada yang mati atau terserang penyakit.

b. Penyiangan, dilakukan apabila tumbuh gulma atau rumput liar lainnya. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah.

c. Penyiraman, pada fase awal pertumbuhan diperlukan penyiraman rutin yaitu 1-2 kali sehari. Waktu yang paling baik untuk penyiraman adalah pagi dan sore. Tanaman muda membutuhkan air sebanyak 4 liter/m2/hari dan tanaman menjelang dewasa membutuhkan air sebanyak 8 liter/m2/hari (Fatimah 2012).

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang tanaman adalah serangga ulat daun (Spodoptera plusia hymenia), serangga ini menyebabkan daun-daun berlubang. Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.) gejala

(5)

serangannya berupa daun rusak, berlubang, dan layu. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengambil ulat-ulat kemudian mematikannya atau dengan pestisida nabati (Fatimah 2012).

8. Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 25-35 hari, tinggi tanaman antara 15-20 cm, dan belum berbunga. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan tumbuh membesar, sehingga pemanenan bayam identik dengan penjarangan.

Panen pertama dilakukan mulai umur 25-30 hari setelah tanam, kemudian panen selanjutnya dilakukan 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya karena apabila melampaui umur tersebut kualitasnya menurun, daun-daun mulai kasar, dan sudah berbunga (Fatimah 2012).

9. Pasca Panen

Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman dalam kondisi baik dan sesuai atau tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Penanganan pasca panen bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Perlakuan dapat berupa pembersihan, pencucian, pengikatan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, dan pelilinan (Mutiarawati 2007).

C. Pembuatan Pupuk Organik Cair Kulit Pisang

Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Jika dilihat berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk cair dan pupuk padat (Hadisuwito 2012).

Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman. Selain dengan cara disiramkan pupuk cair dapat

(6)

digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman (Pardosi 2014).

Pupuk cair memiliki banyak manfaat dan keunggulan seperti, untuk menyuburkan tanaman, menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, mudah didapat, murah harganya dan tidak memiliki efek samping. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, kulit pisang, dll) (Lingga dan Marsono 2003).

Indonesia penghasil pisang terbesar di Asia dan setiap tahun produksinya terus meningkat. Bertambahnya produksi pisang maka semakin banyak pula limbah kulit pisang yang dihasilkan. Limbah kulit pisang belum banyak dimanfaatkan, padahal limbah kulit pisang masih mengandung lemak, protein, dan karbohidrat yang cukup tinggi (Ujianto 2003).

Kulit buah pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kulit buah pisang kaya akan potasium sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Caranya, cukup dengan ditanam atau diletakkan begitu saja di antara tanaman. Jika khawatir pupuk kulit pisang mengandung serangga, cukup dicampur dengan sedikit air, kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender, lalu disiramkan pada tanaman (Nuraini 2011).

Limbah kulit buah pisang, selain mengandung unsur makro C, N, Pt dan K yang masing-masing berfungsi untuk petumbuhan dan perkembangan buah dan batang. Limbah kulit buah pisang juga mengandung unsur mikro Ca, Mg, Na, Zn yang dapat berfungsi untuk pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh secara optimal sehingga berdampak pada jumlah produksi yang maksimal. Kulit buah pisang tidak hanya mengandung unsur makro dan mikro, tetapi ada senyawa-senyawa organik seperti air, karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin B, dan vitamin C (Dewati 2008).

(7)

Pembuatan pupuk organik dengan bahan kulit buah pisang bentuk cair adalah sebagai berikut :

a. Kulit buah pisang diblender atau ditumbuk hingga halus dan berair.

Setiap 10 kg kulit buah pisang dicampurkan 10 liter air.

b. Cairan kulit buah pisang tersebut dicampurkan dengan gula sebanyak 3 kg. Gula berfungsi sebagai nutrisi mikroba yang ada pada kulit pisang.

c. Larutan tersebut didiamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari pupuk organik siap digunakan. Setiap 1 liter pupuk organik kulit buah pisang cair digunakan dalam 10 liter air (Satuhu dan Supriyadi 2004).

Pembuatan pupuk organik kulit pisang memerlukan adanya proses fermentasi. Proses fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa komplek menjadi senyawa sederhana dengan bantuan bakteri tanpa bantuan adanya oksigen. Proses fermentasi mengakibatkan terjadinya perkembangbiakan mikroorganisme yang ada, menghasilkan mikroorganisme yang lebih banyak, dan hasil metabolisme menghasilkan enzim yang bermanfaat bagi tanaman. Adanya proses fermentasi memberikan efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi pada pupuk dibanding tanpa proses fermentasi (Lisnawati 2016).

D. Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihasilkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendali hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintesis. Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan serta tanaman-tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan diantaranya cabai dan kunyit (Adnyana 2012).

Tanaman empon-empon seperti kunyit, lengkuas, jahe sangat bermanfaat khususnya untuk mengendalikan hama tanaman budidaya.

Kandungan kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah zat kurkuminoid dan minyak atsiri. Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe, kandungan tersebut bermanfaat membunuh kutu-

(8)

kutuan dan nematoda. Cara pembuatan pesnab sangat mudah yaitu rimpang kunyit, jahe, lengkuas masing-masing 500 gram ditumbuk, kemudian hasil tumbukan dimasukkan ke dalam wadah berisi air dan ditutup rapat serta didiamkan selama 6-12 jam. Setelah didiamkan selama 6-12 jam pestisida nabati siap diguankan. Dosis penggunaannya adalah 1:10, yaitu 5-10 ml dilarutkan ke dalam 1 liter air. Intensitas penyemprotan adalah 1-2 minggu sekali tetapi jika serangan sudah parah dapat ditambah dosisnya dengan intensitas 3 hari sekali (Asikin 2015).

Pestisida nabati dapat diaplikasikan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dengan bantuan alat uas penyaput (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, mencelupkan alat tersebut ke dalam ember berisi larutan pestisida nabati, lalu dikibas-kibaskan ke arah tanaman. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanamna tempat hama atau penyakit berada (Sudarmo 2014).

1. Cabai

Pestisida nabati dalam bentuk cairan biasanya diambil dari rendaman tanaman yang berkhasiat sebagai pestisida nabati. Cabai mengandung minyak atsiri, piperin, dan piperidin yang berfungsi sebagai bahan penolak (repellent) dan mengganggu preferensi makan hama.

Rendaman cabai inilah yang sering digunakan sebagai pestisida nabati.

Penggunaannya bias langsung disemprotkan atau diencerkan terlebih dahulu (Heriswanto 2014).

Cabai atau lombok merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C, serta mengandung minyak atsiri capsaicin yang menyebabkan rasa pedas dan efek panas. Hama yang terkena atau memakan tanaman yang terkena semprotan air cabai akan mengering dengan membran sel rusak kehabisan cairan. Oleh karena itu,

(9)

cabai menjadi pestisida nabati yang ampuh mengendalikan serangga sampai cacing perusak akar (Hendayana 2014).

2. Bawang Putih

Salah satu tumbuhan penghasil pestisida alami adalah tanaman bawang putih. Bahan aktif bawang putih tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun, sehingga aman dan ramah bagi lingkungan. Tanaman bawang putih sangat potensial sebagai pestisida biologi dalam program Pengendalian Hama Terpadu (PHT), untuk mengurangi dan meminimalkan penggunaan pestisida sintesis (Rusdy 2010).

Pestisida nabati juga dapat berasal dari bawang putih. Bawang putih adalah tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Bawang putih dijadikan salah satu sumber insektisida karena aroma tajam menyengat yang dikeluarkannya. Aroma tajam menyengat membuat hama takut untuk mendekat (Nursam 2016).

Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga (repelen). Ekstrak bawang putih efektif untuk mengendalikan beberapa hama. Pestisida bawang putih juga berfungsi untuk mengusir keong, siput, dan bekicot. Bahkan mampu membasmi siput dengan merusak system syaraf. Minyak bawang putih mengandung komponen aktif bersifat asam (Subiakto 2002).

3. Brotowali

Brotowali (Tiospora crispa) merupakan tumbuhan obat dari famili Menispermaceae yang serbaguna karena dapat digunakan untuk obat berbagai macam penyakit. Tumbuhan ini diketahui mengandung senyawa alkaloid, glikosida, dan triterpenoid. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid bersifat anti makan. Selain itu, batang brotowali memiliki rasa yang pahit yang memungkinkan menjadi penyebab serangga menolak untuk makan (Sukadana 2007).

Bahan nabati yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama adalah brotowali. Bagian batang tumbuhan ini rasanya pahit, sehingga

(10)

tidak ada binatang yang menyentuhnya. Tumbuhan ini mengandung senyawa pikoretin, berberin, dan palmatin, yang termasuk senyawa golongan alkaloid pikrorestosid dan tinokrisposid (Kurniawati 2015).

Kandungan tinokrisposid pada batang brotowali mengandung senyawa yang memiliki rasa sangat pahit. Rasa pahit tersebut tidak disukai hewan. Batang brotowali juga mengandung glikosida pikrorestorid yang menghasilkan minyak atsiri yang mengandung senyawa anti serangga (Khaeriyah 2007).

4. Kunyit

Kunyit merupakan salah satu tanaman dari famili Zingiberaceae yang lebih dikenal sebagai bahan baku obat. Kandungan utama kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam kunyit memiliki aktifitas biologis sebagai anti bakteri, antioksidan, dan antitotoksik (Nurhayati 2007).

Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang berfungsi sebagai insektisida nabati. Rimpang kunyit mengandung senyawa bioaktif yaitu minyak atsiri dengan komponen utama berupa ar-tumeron. Senyawa minyak atsiri dapat digunakan sebagai larvasida dan repellent. Cara kerja dari minyak atsiri yaitu dengan menghambat perkembangan serangga (Said 2007).

E. Analisis Usaha Tani

Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat dan sewa lahan sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan penunjang.

Biaya tetap merupakan jenis biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, jumlahnya tetap, dan tidak mengalami perubahan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan kegiatan (Rizki 2017).

Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara total produk (Q) dan harga produk (PQ) dengan asumsi

(11)

faktor-faktor dianggap konstan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: (Soekartawi 2006)

TR = Q PQ Keterangan :

TR = Total Penerimaan Q = Total Penjualan PQ = Harga Produk

Keuntungan usaha merupakan penggurangan pendapatan total dengan biaya total (Soekartawi 2006), secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : = TR – TC

= (Q PQ) – (FC + VC) Keterangan :

= Keuntungan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Q = Total Penjualan PQ = Harga Produk FC = Total Biaya Tetap VC = Total Biaya Variabel

BEP merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berapa jumlah produksi minimum dan harga jual minimum agar investasi tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak menerima keuntungan. Analisis brek event point digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau unit) yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest and Tax atau laba bersih setelah bunga dan pajak) sebesar 0. BEP adalah suatu keadaan dimana hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata lain BEP merupakan titik impas yang menunjukkan usaha tidak untung dan tidak rugi (Atmaja 2008).

BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami kerugian. BEP penerimaan menggambarkan penerimaan terendah yang harus didapat (Suratiyah 2006).

(12)

Rumus menghitung BEP yaitu sebagai berikut:

BEP volume =

P –

BEP penerimaan =

– P

Dimana:

F = Total Fix Cost (Biaya Tetap) P = Harga Jual Per Unit

V = Variable Cost (Biaya Variabel) Per Unit (Atmaja 2008).

Analisis kelayakan usaha merupakan analisis imbangan antara total pendapatan dengan total biaya. Analisis kelayakan usaha = R/C (Rizki 2017).

Keterangan :

R = Reveneu atau total pendapatan (Rp) C = Cost atau total biaya produksi (Rp)

Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah R/C < 1, maka usaha dinyatakan rugi atau tidak layak dijalankan; R/C > 1, maka usaha dinyatakan untung atau layak untuk dijalankan R/C = 1, maka usaha berada pada titik impas atau tidak memiliki laba dan tidak pula rugi (Rizki 2017).

Benefit/Cost Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan di dalam proses produksi usahatani (Soekartawi 2006). Jika B/C Ratio > 0, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika B/C Ratio < 0, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika B/C Ratio = 0 maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).

B/C Ratio = ( )

Return Of Investment (ROI), perhitungan ROI menggunakan rumus sebagai berikut :

ROI = Pendapatan ersih

otal sset

Jika ROI > i (tingkat suku bunga yang berlaku), maka usaha tani layak diusahakan. Jika ROI < i (tingkat suku bunga yang berlaku), maka usaha tani tidak layak diusahakan (Sumardjo 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan mampu memilih ayat yang tepat untuk menganalisis sebuah masalah (2008:57). Sebagian orang beranggapan bahwa menghafal ayat Al-Quran pada anak usia dini

Perencanaan struktur pada laporan tugas akhir ini bertujuan untuk merencanakan suatu struktur gedung yang dapat menahan beban- beban yang akan terjadi termasuk

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini guna

Hal yang tidak kalah penting dalam memilih cerita adalah unsur kebaruan cerita. Cerita yang memiliki kebaruan mempunyai beberapa nilai positif, karena tidak ada

Menggunakan Komputer terhadap Aliran Udara yang Datang dari Arah Timur pada Ruang Keluarga Unit Hunian Modifikasi melalui Lubang Penghawaan di Atas dan di Pintu (kiri) serta

(1) Informan kunci, yaitu seseorang yang benar- benar memahami permasalahan yang diteliti. Adapun yang dimaksud informan kunci dalam penelitiaan ini adalah ketua Rumah

Hasil ini memberikan arti bahwa perusahaan BUMN yang memiliki dewan komisaris dan eksekutif lainya yang juga menjadi anggota partai politik atau karena pengaruh

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu “Untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok untuk