• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

Dalam kajian penelitian ini, teori merupakan unsur yang sangat penting dalam penelitian pariwisata. Teori digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti dan teori dijelaskan dengan tiga batasan dalam penelitian pariwisata pendidikan geografi ini yaitu teori adalah serangkaian proposisi antara konsep-konsep yang saling berhubungan dan bersifat logis; teori menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara menentukan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya; teori juga menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan suatu konsep yang lain, dan bagaimana bentuk hubungannya. Adapun uraian tersebut meliputi : a) Pengertian obyek wisata dan pariwisata, b) Potensi Obyek Wisata, c) Jenis Pariwisata, d) Pengembangan daerah wisata, e) Wisata pendidikan.

1. Pengertian Obyek Wisata dan Pariwisata a. Pengertian Obyek Wisata

Obyek wisata merupakan bagian penting dari wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, sebagai identitas dan ciri khas suatu daerah dapat pula ditentukan dari keberadaan obyek wisata, hal ini dapat tercermin dari Kabupaten Karanganyar dimana memiliki banyak obyek wisata yang variatif. Pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas obyek commit to user

(2)

dari segala aspek, baik dari segi promosi, pengelolaan, aksesibilitas, fasilitas sampai keamanan. Dengan demikian wisatawan tidak mengalami kejenuhan untuk menikmati setiap obyek wisata.

Sebelumnya dapat dijelaskan pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. (Undang-undang No. 9 tahun 1990 pasal 1).

Sesuai dengan pengertian wisata tersebut dapat disimpulkan dari beberapa unsur yaitu :

1) Kegiatan perjalanan; 2) Dilakukan dengan sukarela; 3) Bersifat sementara, dan; 4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Obyek wisata dihadirkan untuk dikunjungi dan dinikmati secara porposional. Artinya sebuah obyek yang memiliki cakupan sangat luas areanya dan banyak materi yang dapat dinikmati tentunya membutuhkan durasi waktu tertentu agar bisa dinikmati secara baik (Roni Sugiantoro, 2001:49).

Pengertian Obyek Wisata menurut M. Ngafenan dalam Karyono (1991 : 27) adalah sebagai berikut :

Segala obyek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Misal keadaan alam, bangunan sejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern.

(3)

Menurut Gamal Suwantoro (1997 :19) obyek wisata adalah merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan yang datang.

Menurut Yoeti bahwa “Obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat tanpa harus dipersiapkan terlebih dahulu seperti : pantai, danau, candi, monumen, gunung, pemandangan, laut dan lain-lain”(1987 : 60). Lain halnya dalam pengertian menurut Kamus Istilah Pariwisata dalam Karyono (1997 : 27) yaitu “Perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan”.

Menurut Chafid Fandeli (2000: 58) obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan obyek wisata alam adalah obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya.

Menurut Oka A. Yoeti (1997: 57-58) mengelompokkan obyek wisata yaitu :

1) Obyek wisata berasal dari alam (natural tourist resources) dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas (pada tempat-tempat

(4)

tertentu harus membayar untuk masuk seperti cagar alam, kebun raya, agrowisata dan lainnya). Menurut Prof. Dr. Salah Wahab yang termasuk kelompok itu adalah :

a) General Remark

b) Natural Tourist Resources (Climate, land configuration and landscape, flora aand fauna, healt centres)

c) Protection of enviroment

2) Yang merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti :

a) Historical monuments, and relics of past civizations.

b) Cultural places like museum, art galleries, memorials, libraries, cultural handycraft industries etc.

c) Traditional events fair, exhibitions carnaval, feast celebrations, pilgrimers, ect.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa obyek wisata (tourism resources) adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan dan dapat memberikan daya tarik kepada wisatawan untuk berkunjung ketempat itu. Secara nyata bahwa obyek wisata di Kabupaten Karanganyar sangat beragam baik terdiri dari wisata alam, wisata buatan maupun wisata budaya. Semua unsur tersebut mewakili dari arti penting obyek wisata bagi wisatawan bahwasanya obyek wisata di Kabupaten Karanganyar sangat beragam dan sangat patut untuk dikunjungi.

b. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan industri baru yang mampu menghasilkan banyak keuntungan baik untuk pemerintah maupun masyarakat.

commit to user

(5)

memperoleh devisa dari penghasilan nonmigas. Selain perolehan devisa, pariwisata juga berperan dalam bidang-bidang strategis yang lain, misalnya menciptakan lapangan kerja, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air.

Pengertian pariwisata menurut Robert McIntosh dan Shashikant Gupta dalam Pendit (1994 : 36) adalah sebagai berikut :

Gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya.

Pariwisata Menurut E. Guyer-Freuler dalam Pendit (1994 : 37) bahwa pariwisata adalah sebagai berikut :

“Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan”.

Pengertian pariwisata yang mengarah pada pariwisata sebagai industri dikemukakan oleh Wahid (1999 : 5) sebagai berikut :

“Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya hidup yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan”.

Pengertian pariwisata menurut A. Hari Karyono (1997: 15) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara

commit to user

(6)

lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Kemudahan dalam batasan pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus kunjungan wisatawan.

Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur pelayanan yang cepat di pintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya transportasi dan akomodasi yang cukup. Faktor penunjang adalah prasarana dan utilitas umum, seperti jalan raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan telekomunikasi, dan sebagainya.

Batasan pariwisata yang bersifat tekhnis menurut Prof. K. Kraft (1942) adalah :

"Tourism is the totally of the relation shif and phenomena arising from the travel and stay of strangers (ortsfremde), provide the stay does not imply the esta blishment of a permanent resident".

Dapat dimaksudkan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu (pariwisata_html).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan

(7)

penyelenggaraan pariwisata. Sebagai arti penting pariwisata terhadap keberadaan dan perkembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar secara ringkas dapat difahami, karena memang pariwisata itu dilakukan secara sadar dalam mendapatkan pelayanan berbeda dari biasanya baik diluar negeri maupun didalam negeri guna mencari kepuasan.

Dengan demikian bahwa pariwisata meliputi beberapa hal antara lain : 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Penguasaan obyek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam) museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan lainnya.

3. Pengusaha jasa dan sarana pariwisata : a) Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan intensif dan pameran). b) Usaha jasa informasi pariwisata. c) Usaha jasa pramuwisata. d) Usaha jasa konsultan pariwisata. e) Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.

2. Potensi Objek Wisata

Suatu tempat untuk menjadi objek wisata harus mempunyai potensi untuk dapat menarik pengunjung, baik itu potensi yang dimiliki oleh alam

(8)

maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Begitu pula potensi yang berada di Kabupaten Karanganyar terdiri dari bermacam karakteristik.

“Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud 1998) potensi adalah daya dukung, kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia. Potensi merupakan kekuatan, kemampuan dan kesanggupan dan atau kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan”.

“Menurut Damardjati dalam Dewi (2004: 11), potensi dapat diartikan:

Segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan”.

Uraian di atas dapat dijabarkan bahwa potensi objek wisata terjadi karena suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh proses budidaya manusia yang selanjutnya dapat digunakan sebagai suatu kemampuan untuk meraih sesuatu. Potensi alam yang dimiliki oleh suatu objek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik pengunjung.

Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160- 162) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.

Menurut Departemen Kehutanan (1993) dalam Sugiyanto (2002: 19- 20) dengan modifikasi, variabel serta parameter untuk mengukur potensi objek wisata adalah sebagai berikut:

a. Variabel Daya Tarik Objek Wisata, parameternya adalah:

(9)

1) Tingkat keunikan objek wisata; 2) Nilai objek wisata, yaitu Rekreasi, Pengetahuan, Kepercayaan atau religius dan Kebudayaan; 3) Keindahan objek wisata : Flora, Batuan, Bangunan, Relief; 4) Kebersihan lingkungan objek wisata; 5) Kebersihan udara lokasi wisata (tidak ada pengaruh polusi dari alam, industri, permukiman, sampah binatang, lainnya).

b. Variabel Aksesibilitas Objek Wisata, parameternya adalah:

1) Jarak objek wisata dari jalan raya; 2) Kualitas jalan; 3) Ketersediaan angkutan umum menuju objek wisata.

c. Sarana Pokok Kegiatan Wisata, parameternya adalah:

1) Tempat parkir; 2) Tempat ibadah atau mushola; 3) MCK; Warung makan.

d. Sarana Pelengkap Kegiatan Wisata, parameternya adalah:

1) Wartel; 2) Penginapan; 3) Bangunan untuk menikmati objek atau shelter.

Menurut Sujali (1989 : 39), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan potensi suatu obyek wisata antara lain :

a) Seleksi terhadap potensi untuk memilih dan menentukan potensi obyek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan ketersediaan dana.

b) Evaluasi letak potensi terhadap wilayah untuk mengetahui ada tidaknya pertentangan atau kesalahpahaman antar wilayah administrasi yang terkait.

(10)

c) Pengukuran jarak antara potensi untuk mendapatkan informasi tentang jarak antar potensi.

Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Di Kabupaten Karanganyar ini potensi wisata dapat dikaji menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia.

a. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya, hutan Gunung Lawu, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut, (upaya pengembangan wisata alam di Kabupaten Karanganyar dapat diprioritaskan dikawasan lereng barat Gunung Lawu).

b. Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monumen, dan lain-lain. (Kabupaten karanganyar memiliki unsur peninggalan budaya yang perlu dilestarikan seperti Candi Cetho dan Candi Sukuh).

(11)

c. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian atau pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah. (Potensi manusia ini dapat direncanakan oleh Dinas Pariwisata dengan mengadakan pagelaran budaya seperti tari dan ritual budaya lainnya yang dikemas dalam satu paket calendar of event).

3. Jenis Pariwisata

Ciri dari jenis pariwisata dapat dijelaskan menurut Nyoman S. Pendit dalam Karyono (1997 : 17), bahwa jenis pariwisata memiliki banyak perbedaan. Karena kondisi obyek yang berkarakteristik sesuai dengan kondisi fisik, maupun sosialnya, maka dapat dibedakan sebagai berikut : a. Wisata Budaya

Ini dimaksudkan dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

(12)

b. Wisata Edukasi atau pendidikan

Wisata edukasi atau wisata pendidikan adalah perjalanan pariwisata yang memberikan gambaran, studi perbandingan atau pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi. Wisata ini dapat disebut juga perjalanan kunjungan pengetahuan.

c. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyehatkan lainnya.

d. Wisata Olahraga

Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain.

e. Wisata Komersial

Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran- pameran dan pekan raya bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

(13)

f. Wisata Industri

Yang ada erat hubungannya dengan wisata komersial apa yang dinamakan wisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel- bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau meneliti termasuk dalam golongan wisata industri ini.

g. Wisata Politik

Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian dengan aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti misalnya ulang tahun perayaan 17 Agustus, perayaan 10 Oktober di Moscow, penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi beraneka warna diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

h. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–

ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya yang bersifat nasional maupun internasional.

(14)

i. Wisata Sosial

Ke dalam jenis ini termasuk pula wisata remaja (youth tourism). Yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat lux) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

j. Wisata Pertanian

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beranekaragam dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

k. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, danau, bengawan, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air. Serta berbagai rekreasi perairan lainnya yang

(15)

banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim lainnya. Jenis ini pula disebut wisata tirta.

l. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini banyak dilakukan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau dengan cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya dan kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

m. Wisata Buru

Jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang banyak memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh agen atau biro perjalanan. Wisata buru diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara bersangkutan.

n.Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat- tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pimpinan yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman orang besar atau pimpinan sebagai manusia ajaib penuh legenda. Tujuannya untuk mendapat restu, berkah, kebahagiaan dan ketentraman.

(16)

o.Wisata Bulan Madu

Sesuai dengan namanya, orang yang melakukan perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru.

Keberadaan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan memiliki daya tarik yang sangat beragam. Maka dari keberagaman tersebut diupayakan menjadi tujuan wisata minat khusus, sehingga keberadaan jenis wisata di Kabupaten Karanganyar dapat dijadikan tujuan wisata yang memiliki identitas wisata minat khusus tertentu.

4. Pengembangan Daerah Wisata

Daerah yang akan dikembangkan adalah obyek wisata di Kabupaten Karanganyar dengan kreteria pengembangan wisata minat khusus yaitu dengan mempertimbangkan obyek pengembangan wisata kajian ilmu pengetahuan dan pembelajaran.

Pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan, keindahan alam dan kepribadian Indonesia sekaligus membantu dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat serta membuka kesempatan bagi wisatawan dalam negeri untuk mengenal tanah air sendiri, guna untuk mencapai tujuan tersebut maka hampir seluruh unsur kehidupan dapat menunjang kepariwisataan itu.

Dalam mengembangkan daerah wisata diperlukan kegiatan-kegiatan promosi dan pemasaran yang terus ditingkatkan secara terencana, terarah,

(17)

terpadu dan efektif. Dengan mengupayakan usaha perencanaan dan usaha pengembangan pariwisata

Sebelum upaya pengembangan wisata dilakukan maka perencanaan pengembangan pariwisata terlebih dahulu harus diupayakan. Menurut Oka A Yoeti (1997, 13-14), telah dirumuskan prinsip-prinsip perencanaan pariwisata :

a. Perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan pengembangan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan pembangunan kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka kerja dari pembangunan.

b. Seperti hal perencanaan sektor perekonomian lainnya perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendektan terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang banyak berkaitan dengan bidang kepariwisataan.

c. Perencanaan pengembangan kepriwisataan pada suatu daerah haruslah dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan.

d. Perencanaan suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya daerah sekitar.

(18)

e. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan tidak meninjau dari segi administrasi saja.

f. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikn faktor ekologi daerah bersangkutan.

g. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.

h. Pada masa yang akan datang jam kerja para buruh dan karyawan akan semakin singkat dan waktu senggang akan semakin panjang, karena didalam perencanaan pariwisata, khususnya didaerah yang dekat dengan industri perlu diperhatikan pengadaan fasilitas rekreasi dan hiburan disekitar daerah yang tersebut sebagai daerah pre-urban.

i. Pariwisata walau bagaimana bentuknya, tujuan pembangunan tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa membedakan ras, agama dan bahasa, karena itu pengembangan pariwisata perlu pula memperhatikan kemungkinan peningkatan kerjasama dengan bangsa lain yang saling menguntungkan.

Upaya perencanaan kepariwisataan di karanganyar dilakukan demi terciptanya hasil pengembangan pariwisata yang baik dan terarah sesuai tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut dapat dilakukan oleh

(19)

pemerintah daerah yaitu Dinas Pariwisata dan dapat pula bekerjasama dengan pihak swasta atau investor asing yang akan mengupayakan pengembangan pariwisata secara continue.

Prospek pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara optimal maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, menurut Sujali (1989 : 41) yaitu :

a. Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau atraksi wisata yang dapat dilihat .

b. Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan.

c. Tersedianya komponen penunjang yang berupa akomodasi dan infrastruktur.

Kondisi dalam pengembangan maupun pengelolaan perlu diperhatikan dan ditentukan oleh berbagai faktor-faktor karena sangat menunjang pengembangan kawasan wisata. Menurut Purwaningsih dan Bambang dalam penelitian Hastuti (1999 : 13) dapat dijelaskan beberapa faktor pendukung pengembangan pariwisata yaitu :

a. Obyek wisata, yaitu potensi daerah yang mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata.

b. Sarana, yaitu transportasi, penginapan, rumah makan, tempat hiburan, fasilitas olahraga.

c. Prasarana, seperti jalan, air, listrik, sanitasi lingkungan.

d. Atraksi atau event, yaitu kejadian atau kegiatan yang mampu untuk menambah menariknya suatu obyek wisata.

(20)

Sedangkan faktor-faktor penghambat pariwisata antara lain : a. Adanya prasangka negatif terhadap wisatawan.

Sebagian masyarakat menganggap bahwa wisatawan akan merusak kebudayaan bangsa, keindahan alam, nilai-nilai pergaulan hidup sehingga mereka belum bisa menerima kehadiran wisatawan luar.

b. Mutu citra produk serta pelayanan masih rendah.

Profesionalisme di sektor industri pariwisata khususnya dalam pelayanan dan citra produk yang disajikan harus menjadi tuntutan mutlak demi kenyamanan wisatawan.

c. Lemahnya citra dan promosi di luar negeri.

Aktivitas promosi di luar negeri masih lemah karena belum mantabnya keterpaduan komponen-komponen pariwisata.

d. Persaingan antar negara.

Persaingan antar negara dalam menghimpun jumlah kepadatan wisatawan perlu diperhatikan karena ini dapat menjadi kendala dalam pengembangan pariwisata dalam negeri.

Dalam upaya pengembangan obyek wisata, guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Pada tahun 1983 pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan atau peraturan yang dianggap dapat memberi kemudahan bagi wisatawan mancanegara untuk mengunjungi pelosok-pelosok nusantara. Menurut Yoeti (1996 :107-110).

Antara lain adalah :

(21)

a. Pembebasan visa berkunjung

Telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1983 yang diperbaharui berturut-turut dengan Kepres No. 39 Tahun 1986 dan Kepres No. 46 Tahun 1988, telah diambil kebijakan pembebasan visa bagi warga 38 negara yang potensial akan mengunjungi Indonesia.

b. Memperbanyak pintu masuk

Pemerintah menambah pintu masuk kedatangan wisatawan. Karena demi kemudahan dan efisiensi bagi wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, terutama dalam memerhatikan kepulauan Indonesia yang terpencar-pencar diantara beberapa pulau.

c. Keringanan pajak

Dalam pelayanannya pemerintah mengambil kebijakan untuk pembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata dan juga pembebasan bea masuk untuk barang- barang diimpor untuk kepentingan industri pariwisata.

d. Pelayanan instansi pemerintah

Guna untuk meningkatkan wisatawan nyaman di Indonesia, agar semua instansi pemerintah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada wisatawan mancanegara dan melindungi mereka dari gangguan kecelakaan, sakit, penodong, perampok dan untuk melayani keperluan- keperluan lain.

(22)

e. Penyederhanaan perizinan

Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1987 tanggal 22 Desember 1987 menetapkan penyederhanaan perizinan dan retribusi di bidang pariwisata.

Setelah melakukan upaya perencanaan dan pengembangan maka strategi yang dilakukan untuk mengimbangkan keberhasilan pengembangan pariwisata sebagai kajian obyek wisata dapat dijelaskan menurut P.E Murphy, dalam Journal Tourism :A Community Approach (1985: 153), menjelaskan :

“States that the emphasis of tourism development strategy should focus on identifying the community goal as the host and their wish as well as ability of absorbing the benefit of tourism industry. Murphy thinks that every community should be encouraged to identify its own goal and to lead the tourism to improve the local community’s need. For that reason, a good planning is required to include the social and environmental aspects into the planning and to make the tourism industry concerns with the tourists and local community for the sake of their welfare”.

Dalam penjelasannya Murphy mengatakan :

“Bahwa penekanan strategi pengembangan pariwisata harus terfokus pada identifikasi tujuan masyarakat sebagai tuan rumah dan keinginan serta kemmpuan mereka menyerap manfaat industri pariwisata. Menurut Murphy setiap masyarakat harus didorong dalam mengidentifikasikan tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang baik sehingga aspek sosial dan lingkungan masuk dalam perencanaan dan industri pariwisata dapat memperhatikan wisatawan dan juga masyarakat setempat demi kesejahteraan mereka”.

Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata di Yogyakarta menurut Timothy (1998: 377-382), menyatakan menggunakan variabel sebagai berikut :

commit to user

(23)

a. Proses konsultasi publik dan definisi tujuan setempat (lokal).

b. Input, masukan, pendapat dari stakeholders (masyarakat, pemerintah dan termasuk organisasi kepariwisataan seperti PHRI, ASITA yaitu berkaitan dengan perlu tidaknya mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan pembangunan pariwisata dan proses perencanaan kepariwisataan yang ada di Yogyakarta.

c. Mengikutsertakan masyarakat lokal dalam memanfaatkan industry pariwisata.

d. Pendidikan bagi penduduk lokal.

Upaya keberhasilan elemen-elemen dari perspektif perencanaan pariwisata yang telah dijelaskan oleh Garrod, (2006: 6-7) adalah :

a. requiring an effective leadership (having credibility as the one who understand, is empathetic and concerns with the stakeholders’ opinion, has credibility as the one who has necessary skill in that area, independent, has capability of identifying tangible and intangible problems, has capability of organizing participants, is available to develop group), can change top-down involvement into the bottom-up one).

b. Local community empowerment

c. Attributing the economic advantage to conservation d. Involving the local stakeholders in each stage of project

e. The presence of local participation, project monitoring and evaluation.

Berikut sebagai penjelasan oleh Garrod :

a membutuhkan kepemimpinan yang efektif (memiliki kredibilitas sebagai orang yang memahami, empati dan perduli dengan pendapat stakeholder, memiliki kredibilitas sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di daerah tersebut, mandiri, memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah yang nyata dan tidak nyata, mememiliki kemampuan mengatur partisipan, bersedia mengembangkan kelompok), mampu mengarahkan keterlibatan yang sifatnya top down ke bottom up).

b Pemberdayaan masyarakat lokal.

commit to user

(24)

d Melibatkan stakeholder lokal dalam setiap tahap proyek.

e.

Adanya partisipasi lokal, monitoring dan evaluasi proyek

Menurut Sharpley dalam Journal of Sustainable Tourism, (2000: 8) menyatakan :

“That sustainable tourism development is a balanced triangulation relationship between host areas and the habitat and human beings, vacation (tour) package development, and tourism industry in which no stakeholder can damage the equilibrium. The similar opinion is conveyed by Muller proposing magic pentagon term constituting the equilibrium between the elements of tourism in which no factor or stakeholder dominates over others”.

Pernyataan Sharpley dapat dijelaskan sebagai berikut :

“Bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang mengusulkan istilah magic pentagon yang merupakan keseimbangan antara elemen pariwisata, dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi”.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development menurut Yaman dan Mohd dalam Journal of Applied Sciences Malaysia (2004: 584) ditandai dengan empat kondisi yaitu :

(25)

a. The member of society participates in tourism planning and development process.

b. Education for the host, industry performer, and visitor or tourist

c. Quality of wild life habitat, energy use and micro climate should be understood and supported.

d. Investment in alternative forms of transportation.

Pendapat Yaman dan Mohd dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Anggota masyarakat berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pembangunan pariwisata.

b. Pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan pengunjung atau wisatawan

c. Kualitas habitat kehidupan liar penggunaan energi dan iklim mikro harus dimengerti dan didukung

d. Investasi pada bentuk–bentuk transportasi alternatif.

Dapat disimpulkan pengembangan secara keseluruhan dengan adanya perencanaan maka para pelaksana dalam suatu organisasi pengembangan pariwisata atau steakeholders akan mengetahui apa yang harus dilakukan, memudahkan dalam melaksanakan kerjasama, koordinasi serta diharap mampu memperkecil resiko yang timbul.

Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar terus berupaya melakukan perencanaan pengembangan daerah wisata baru, karena dapat diketahui munculnya lokasi-lokasi obyek wisata baru berarti mendorong upaya pengembangan daerah wisata dan upaya peningkatan kesejahteran masyarakat sekitar obyek wisata.

5. Wisata Pendidikan

Kriteria obyek wisata pendidikan di Kabupaten Karanganyar akan di analisis dengan Perspektif Geografi. Analisis kajian tersebut digunakan sebagai analisis kriteria penentuan wisata minat khusus yaitu wisata

commit to user

(26)

a) Pengertian pendidikan atau edukasi

Pengertian pendidikan atau edukasi disebut education dalam Syah (1995 : 33) adalah sebagai berikut :

Istilah education memiliki dua arti, yakni arti dari sudut orang menyelenggarakan pendidikan dan arti dari sudut orang yang dididik.

Dari sudut pendidikan, edukasi, education berarti perbuatan atau proses memberikan pengetahuan atau mengajarkan pengetahuan.

Sedangkan dari sudut peserta didik, education berarti proses atau perbuatan memperoleh pengetahuan.

Pengertian pendidikan menurut Winkel dalam Syah (1995 : 33) adalah sebagai berikut :

Usaha yang disengaja dalam bentuk perbuatan, bantuan dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai kedewasaan. Tekanan mereka dalam hal ini ialah bahwa pendidikan itu harus dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan yang dididik harus orang yang belum dewasa (anak-anak).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang- senang, plesir atau piknik). Sedangkan edukasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Maka dapat dijelaskan bahwa

“wisata edukasi” adalah kegiatan bepergian secara bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, guna untuk memperluas ilmu pengetahuan yang bersifat mendidik atau edukatif.

Menurut Suwantoro (1997 : 16) Wisata edukasi atau wisata pendidikan adalah perjalanan pariwisata yang memberikan gambaran,

(27)

studi perbandingan atau pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi. Wisata ini dapat disebut juga perjalanan kunjungan pengetahuan.

b) Pariwisata Pendidikan atau Edukasi

Menurut Rodger (1998) dalam bukunya Managing Educational Tourism menyatakan bahwa edu-tourism atau Pariwisata Pendidikan dimaksudkan sebagai suatu program di mana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi.

Program Pariwisata Pendidikan dapat berupa ekowisata (ecotourism), wisata warisan (heritage tourism), wisata pedesaan atau pertanian (rural/farm tourism), wisata komunitas (community tourism) dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan (student exchanges).

(munir.staf.upi.edu/2010//).

Wisata Pendidikan juga dapat diartikan sebagai program yang menggabungkan unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan didalamnya. Program ini diupayakan dengan kemasan atau paket wisata yang menarik dan menjdi barometer wisata tahunan atau kegiatan ekstrakurikuler yang di usahakan memiliki bobot pembelajaran yang baik.

Upaya materi-materi dalam pemanduan telah disesuaikan dengan bobot siswa dan kurikulum pendidikan. Setiap kali mengunjungi obyek

(28)

wisata akan disesuaikan dengan ketertarikan obyek dan bidang ilmu yang akan dipelajari.

Program Wisata Pendidikan yang telah lama diluncurkan sehingga menjadi suatu kebutuhan bagi sekolah untuk membina dan mendidik para siswa. Selain program pembelajaran di dalam kelas, Program wisata Pendidikan telah terbukti efektif untuk meningkatkan pola pembelajaran dan sosialisasi para siswa.

Program Wisata Pendidikan juga didukung oleh para kalangan akademisi perguruan tinggi dalam menyampaikan materi dilapangan.

Sehingga program ini betul-betul disusun untuk memenuhi kegiatan wisata sekolah dengan berkualitas. Program wisata pendidikan sudah saatnya dikembangkan di setiap sekolah sebagai proses pembelajaran siswa tentang cinta bangsa, negara dan tanah air.(www.unimed.blogspot.com).

c) Contoh pengembangan pariwisata edukasi

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini, semakin memperbanyak informasi tentang keberadaan negara lain. Hal ini semakin menimbulkan keingintahuan terhadap negara lain. Sebagai wisatawan memiliki tujuan mengetahui keindahan alam, budaya, seni dan teknologi yang sudah maju.

Wisata pelajar merupakan solusi yang cukup baik untuk memulihkan keterpurukan wisata nasional. Kunjungan wisata pelajar ke berbagai daerah merupakan potensi besar untuk memulihkan

(29)

pariwisata setelah terpuruk oleh berbagai peristiwa nasional saat ini.

Studi pengembangan pariwisata yang berbasis potensi lokal dapat berkembang dengan baik maka diharapkan para pemangku kepentingan pariwisata mampu mengampu mengelola kondisi saat ini menjadi potensi yang mampu dikembangkan. Misalnya mulai mengembangkan potensi wisatawan nusantara (wisnus) khususnya bagi pelajar dalam rangkaian wisata sekolah.

Wisata sekolah yang kini menjadi acuan pengembangan pariwisata di Indonesia diharapkan tidak sekedar hura-hura dan menghamburkan uang. Namun mereka diharapkan untuk lebih mengenal wawasan nusantara, dari desa ke desa, dari daerah dan antar pulau dengan beragam budayanya sebagai pengetahuan.

Sudah saatnya wisata pelajar bukan sekedar mengunjungi obyek wisata di suatu daerah tertentu saja, tetapi juga diharapkan dapat mengenal budaya setempat, mengetahui dan mempelajari kekayaan alam, toleransi umat beragama dan memperluas cakrawala.

Dengan demikian pengertian pariwisata benar-benar dapat dipelajari dan dipahami oleh para pelajar dan generasi muda sebagai hal yang penting untuk masa depan bangsa dan negara.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa arti penting pariwisata pendidikan di Kabupaten Karanganyar adalah Kepuasan yang diperoleh dari berbagai jenis kegiatan pariwisata yang diarahkan ke wisata pendidikan lebih bersifat wisata rombongan

(30)

berupa studi tour, studi banding atau yang lainnya.Wisata pendidikan mempunyai tujuan untuk menunjukan, mengenalkan atau melihat variasi obyek, kehidupan seperti dalam usaha mengenal kehidupan alam, tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya. Sebagai upaya dan alternatif pengembangn wisata bahwa Kabupaten Karanganyar dapat diarahkan kepada wisata berbasis pendidikan dan ilmu pengetahuan yang di kaji dari perspektif geografi.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini dapat lebih jelasnya diketahui perbandingan dan keaslin hasil penelitian, Berikut dipaparkan tabel hasil penelitian sebelumnya yang relevansinya sama dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan ini memiliki tujuan membandingkan judul, tujuan, metode dan hasil tetapi sama dalam kajian pengembangan pariwisata. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Penelitian yang relevan dengan perbandingan sejenis

N O

Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Hasil

1 Angga Eka Febriawan

2008 Studi

Pengembangan potensi Pariwisata Melalui Program Intanpari Dalam Rangka Menciptakan Kota Pariwisata Di Kabupaten Karanganyaar

Pertama : Untuk mengetahui potensi pariwisata apa saja yang telah dikembangkan oleh kabupaten karanganyar.

Kedua : Untuk mengetahui upaya- upaya pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten karanganyar dalam rangka menjadikan Karanganyar kota kunjungan pariwisata tahun 2012.

Ketiga : untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi Dinas Pariwisata dalam pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Karanganyar dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut.

metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang

Pertama : Potensi pariwisata yang ada di Karanganyar terdiri dari potensi alam, kebudayaan, buatan dan potensi minat khusus.

Kedua : Pengembangan pariwisata oleh Dinas Pariwisata adalah peningkatan pengelolaan obyek berbasis masyarakat, peningkatan kualitas sarana prasarana dan infrastruktur pariwisata serta peningkatan pelayanan pariwisata, peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam usaha pariwisata guna menciptakan lapangan kerja, manajemen promosi, peningkatan kualitas SDM bidang kepariwisataan.

(31)

2 Priska Hevianggit asari

2009 Upaya Pengembangan Potensi Pariwisata oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Porworejo

Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan potensi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan komuniksi informasi dan Pariwisata Kabupaten Porworejo, serta mengetahuifaktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam upaya pengembangan potensi pariwisata Kabupaten purworejo.

Deskriptif kualitatif

Upaya Pengembangan potensi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Porworejo meliputi menambah fasilitas penunjang yaitu pembangunan sumur, menyerahkan kepada pihak swasta tentang wisata buatan, penambahan sarana dan fasilitas penunjang secara bertahap pada potensi pariwisata alam. Faktor penghambat belum memiliki rencana induk pengembangan pariwisata dan keterbatasan dana.

3 Eleonora Dus Gego

2009 Kajian Potensi Ekowisata di cagar Alam Gunung Mutis, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1. Mengidentifikasi potensi wisata yang dapat menunjang pengembangan ekowisata.

2. Mendeskripsikan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitar cagar alam Gunung Mutis.

3. Menganalisis persepsi wisataawan serta tanggapan masyarakat sekitar, sehubungan dengan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dicagar alam Gunung Mutis.

Metode survey dan wawancar a mendalam dengan pendekata n kualitatif dan kuantitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cagar alam Gunung Mutis mempunyai kualitas obyek yang berbeda pada kreteria unggul (A) atau sangat potensial dan keanekaragaman hayati cukup tinggi. Hasil penilaian pengunjung terhadap keindahan alam dan atraksi budaya adalah katagori bagus.

4 Ryna Puspawaty Utina

2010 Kajian Potensi Pengembangan Objek Wisata Bahari Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi.

Pertama : untuk mengetahui karakteristik potensi objek wisata bahari dan budaya masyarakat Pulau Hoga.

Kedua : Untuk mengetahui strategi

pemerintah dalam

mengembangkan potensi objek wisata bahari.

Ketiga : Untuk mengetahui kendala pengembangan potensi objek wisata Pulau Hoga.

Empat : Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aksesibilitas dan prasarana transportasi, akomodasi, kunjungan wisatawan, keamanan, kondisi masyarakat local, sosial- ekonomi, sosial-budaya terhadap pengembangn potensi objek wisata bahari Pulau Hoga.

Metode survey pendekaat an diskriptif kuantitatif dan kualitatif

Hasil penelitian ditemukan ada tiga aset potensi wisata baharí Pulau Hoga yang perlu dikembangkan, Yaitu wisata alam, wisata pendidikan dan wisata baharí. Pengembangan wisata baharí terpadu dengan memperhatikan kelestarian SDA dan dapat menciptakan keserasian secara harmonis antara unsur-unsur lingkungan fisik, sosial-ekonomi, dan sosial budaya dan agama di masyarakat.

(32)

5 Pitaya 2011 Kajian Potensi

Ekowisata Di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merapi untuk

Pengembangan Paket wisata Minat Khusus

Pertama : Mengkaji potensi SDA dan budaya dikawasan lereng selatan Taman Nasional Gunung Merapi untuk kegiatan ekowisata.

Kedua : Mengetahui berbagai macam tantangan dan peluang mengenai kegiatan pariwisata di kawasan Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merapi.

Ketiga : Menemukan solusi bagi permasalahan yang ada.

Keempat : Menganalisi atraksi yang menjdi daya tarik baagi wisatawan, harapan, minat dan keinginan beraktivitas dikawasan was ang Selatan Taman Nasional Gunung Merapi sehingga dapaat dibuat paket wisata yang sesuai.

Metode Deskriptif Analisis (Analisis SWOT)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi ekowisata di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Meraapi dapat dikembangkan daalam bentuk paket wisata minat khusus dimana semua pemangku kepentingan dapat terlibat didalamnya. Dengan harapan kedepnnya tidak hanya memberdayakan ekonomi msyarakat setempat, tetapi juga membantu kelestarian lingkungan fisik dan non fisik yang ada di kawasan tersebut.

C. Kerangka Berfikir

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu bagian dari kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan salah satu keunggulan potensi wisata yang menarik untuk di kunjungi. Keberadaan obyek-obyek wisata bisa dikatakan menarik karena berada di kaki Gunung Lawu bagian barat dengan karakteristik panorama alam yang indah. Daya dukung yang lain adalah keberadaan obyek wisata alam dengan paduan karakteristik unsur-unsur budaya sangat variatif dan edukatif. Usaha dan daya dukung yang lain telah berkembang seiring persaingan penawaran di berbagai daerah, seperti Kabupaten Karanganyar sendiri telah mengembangakan obyek wisata baru dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya pariwisata di Kabupaten Karanganyar dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang menarik para investor maupun steakholders untuk mencari peluang bidang usaha pariwisata di Kabupaten Karanganyar.

commit to user

(33)

Karanganyar demi meningkatkan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Perkembangan pariwisata Kabupaten Karanganyar tentunya memiliki prospek peningkatan daya tarik wisata secara continue. Dari intensitas peningkatan kunjungan banyak kasus wisatawan merasa bingung terhadap penawaran wisata di Kabupaten Karanganyar terkait dengan kejelasan terhadap karakteristik obyek wisata.

Peneliti berupaya menawarkan solusi dari kendala-kendala wisata sebagai upaya perkembangan pariwisata dengan prospek penawaran studi wisata minat khusus dengan menitikberatkan wisata pendidikan atau pariwisata yang memiliki unsur ilmu pengetahuan dan pembelajaran dengan melakukan penilaian masing-masing jenis obyek secara detail yang nanti akan disesuaikan dengan ciri maupun kemurnian suatu obyek. Prospek ini demi membantu pengembangan kualitas potensi dan peningkatan potensi daya tarik wisata terhadap suatu obyek wisata Kabupaten Karanganyar.

Upaya pengembangan karakteristik wisata minat khusus pada obyek wisata adalah dengan melakukan studi terhadap potensi wisata pendidikan geografi yaitu fenomena geosfer terkait materi SMA geografi IPS dan kendala wisata pendidikan geografi yaitu banyak wisata yang berpotensi pendidikan geografi tetapi belum berkembang dengan baik dan belum adanya sistem informasi sebaran obyek wisata minat khusus. Sebagai kajian analisis adalah pengembangan wisata minat khusus pendidikan geografi dengan parameter SKKD Kurikulum KTSP SMA IPS Pendidikan Geografi dengan batasan kajian

(34)

analisis adalah fenomena Geosfer pada lokasi wisata di Kabupaten Karanganyar yaitu Lithosfir, Atmosfir, Biosfir, Hidrosfir, Pedosfir dan antroposfir

Dengan demikian dilakukan dengan metode studi wawancara mendalam (indepth interview), studi dokumentasi dan studi observasi. Hasil studi tersebut digunakan sebagai pedoman dalam menganalisis kreteria obyek wisata terhadap prospek pengembangan wisata secara edukasi, dengan melakukan analisis SWOT yang mempertimbangkan faktor potensi eksternal dan internal yang terrangkum dalam penilaian kreteria kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang dan kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat).

Dari hasil analisis kreteria, wawancara mendalam, dan analisis SWOT dapat digunakan sebagai bahan penentuan sebaran lokasi obyek wisata minat khusus dan potensi wisata pendidikan geografi kedepannya dengan menambahkan keterangan kriteria wisata pendidikanya. Informasi sebaran obyek wisata minat khusus ini dapat di perjelas dengan kajian spasial geografis dengan hasil sebaran peta potensi maupun sebaran lokasi wisata pendidikan, sebagai tujuan untuk mempermudah wisatawan dalam menentukan lokasi obyek wisata minat khusus yaitu wisata pendidikan geografi dan memprospekkan peningkatan image potensi wisata dikawasan Kabupaten Karanganyar sebagai ikon pariwisata pendidikan yang berkualitas, potensial dan menarik sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan upaya peningkatan daya tarik wisata minat khusus pendidikan geografi yang efektif.

(35)

Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar diagram alir penelitian di halaman berikut ini. Tujuan gambar diagram alir tersebut guna mempermudah dan memperjelas alur dan tujuan penelitian yang di sesuaikan dengah langkah-langkah secara step by step.

(36)

Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran

Kendala wisata kabupaten Karanganyar : 1. Banyak lokasi wisata yang berpotensi

wisata pendidikan tetapi belum berkembang.

2. Belum ada informasi peta sebaran wisata minat khusus (wisata pendidikan khusus geografi)

3. Aksesibilitas

Analisis SWOT

kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang dan kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat)

Analisis pengembangan ke Arah wisata minat khusus, wisata pendidikan geografi

kendala obyek wisata pendidikan geografi

Metode :

( Wawancara mendalam (Indepth Interview), Dokumentasi, Observasi )

Upaya pengembangan potensi wisata pendidikan geografi

Peningkatan daya tarik

Wisata minat khusus (wisata pendidikan geografi) Potensi wisata Pendukung :

1. Wisata Alam dan keadaan alam lereng Gunung Lawu

2. Fenomena Geosfir terkait materi Geografi SMA IPS yang tersedia di beberapa lokasi wisata di Kabupaten Karanganyar.

Parameter :

SKKD Kurikulum KTSP SMA IPS Pendidikan Geografi Kajian :

Geosfer : Lithosfir, Atmosfir, Biosfir, Hidrosfir, Pedosfir dan antroposfir

Identifikasi potensi dan sebaran obyek wisata pendidikan kajian geografi

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, penulis berfokus pada pengaruh dari variabel makroekonomi terhadap investasi asing langsung dan investasi portofolio asing di Indonesia,

[r]

Metode ini digunakan untuk memahami suatu wacana ataupun tema dalam Alquran dengan mengompilasikan beberapa ayat dalam wacana yang sama dan dipahami secara utuh

Evaluasi dari parameter pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas dilakukan pada 33 unit fasilitas yang dijalankan atau tidak terbengkalai serta ditinjau dari

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan memverifikasi pengaruh tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar IPA. Penelitian

3) Mengamati perilaku jangkrik jantan dan betina selama 1 hari pada waktu pagi dan malam hari masing – masing selama 2 jam. 4) Menggabungkan jangkrik jantan dalam satu

gk produksi Surabaya dan Sidoa{o lebih kecil dari toleransi The Extra Pharmacopoeia sedangkan kadar Hg dalam terasi tanpa merek produksi Surabaya dan Sidoarjo lebih besar

Pemain melakukan gerakan sama dengan pada waktu hendak melakukan smash, tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola tidak dipukul melainkan disentuh saja dengan jari tangan.. Lengan