35 BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1.Metode Nordic Body Map
Metode Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran untuk menggukur rasa sakit otot para pekerja, kuisioner NBM merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi. Dengan Nordic Body Map dapat melakukan identifikasi dan dapat memberikan penilaian terhadap keluhan rasa sakit yang di alami para pengrajin, kuisioner di bagikan kepada 10 orang pekerja pembuatan keramik di desa Mayong lor hasil perhitungan tingkat keluhan yang di alami para pekerja dapat dilihat pada tabel 4.1 keterangan tingkat keluhan dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Rekapitulasi Kuisioner Nobody Map (NBM).
No Keluhan Tingkat keluhan
1 2 3 4
0. Sakit pada atas leher 5 2 1 2
1. Sakit pada bawah leher 7 2 1 0
2. Sakit pada kiri bahu 7 1 2 0
3. Sakit pada kanan bahu 2 1 4 3
4. Sakit pada kiri atas lengan 3 0 3 4
5. Sakit pada punggung 2 4 4 0
6. Sakit pada kanan atas lengan 5 3 2 0
7. Sakit pada pada Pinggang 0 1 0 9
8. Sakit pada pantat 0 1 0 9
9. Sakit pada bagian bawah pantat 0 0 1 9
10. Sakit pada kiri siku 7 2 0 1
11. Sakit pada kanan siku 7 2 0 1
12. Sakit pada kiri lengan bawah 7 0 1 2 13. Sakit pada kanan lengan bawah 7 0 1 2 14. Sakit pada Pergelangan tangan kiri 2 3 3 2 15. Sakit pada Pergelangan tangan kanan 2 3 3 2
Lanjutan Tabel 4.1
No Keluhan Tingkat keluhan
1 2 3 4
16. Sakit pada Tangan kiri 5 5 0 0
17. Sakit pada tangan kanan 5 5 0 0
18. Sakit pada paha kiri 8 0 1 1
19. Sakit pada paha kanan 8 0 1 1
20. Sakit pada Lutut kiri 7 1 2 0
21. Sakit pada lutut kanan 8 1 1 0
22. Sakit pada Betis kiri 4 6 0 0
23. Sakit pada betis kanan 4 6 0 0
24. Sakit pada Pergelangan kaki kiri 5 2 1 2 25. Sakit pada Pergelangan kaki kanan 5 2 1 2
26. Sakit pada kaki kiri 5 2 1 2
27. Sakit pada kaki kanan 5 2 1 2
Sumber: Pengolahan Data (2019) 4 .2 Tabel Tingkat Keluhan
Tingkat Keluhan Keterangan
1 Tidak sakit
2 Agak sakit
3 Sakit
4 Sangat sakit
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Hasil dari penyebaran kuisioner kepada 10 orang pengrajin, selanjutnya dilakukan rekapitulisasi kepada tiap tingkat keluhan, untuk mengertahui tingkat keluhan pada tubuh pekerja.
1. Keluhan tidak sakit: Sakit pada paha kiri, paha kanan dan lutut kanan 2. Keluhan agak sakit: sakit pada betis kanan dan betis kiri
3. Keluhan sakit : sakit pada punggung dan pada kanan bahu
4. Keluhan sangat sakit: sakit pada pinggang, pantat dan bagian bawah pantat.
Dengan begitu dapat menyimpulkan perluh adanya perangcangan ulang alat pembuat keramik yang ergonomis. untuk mengurangi tingkat keluhan rasa sakit yang saat ini dialami para pekerja.
4.2.Data Postur Kerja
Postur kerja pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rappid Entire Body Assesment (REBA) pada proses pembentukan keramik, pada proses pembentukan pengrajin memutar alat mengunakan kaki lalu ke dua tangan digunakan untuk membentuk yang diinginkan.
Dengan dimensi alat berdiameter 40 cm dan tinggi 5 cm dari tanah, dan kursi untuk pengrajin mepuyai tinggi 5 cm dari tanah panjang 20 cm dan lebar 25 cm.
Gambar 4.1 Proses Pembentukan Keramik Sumber : Dokumentasi (2019)
Pada proses pembentukan keramik dalam 4 jam menghasilkan 8 pcs dan dalam satu hari menghasilkan 16 pcs, dengan mengunakan fasilitas kerja yang kurang ergonomis dapat menyebabkan postur kerja yang kurang nyaman dan dapat menyebabkan penyakit otot akibat kerja yang sering disebut dengan musculoskletal disorders.
4.3.Metode REBA
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan dokumentasi di lapangan pada pengrajin pembentukan keramik, tahapan selanjutya melakukan skoring dan analisis menggunakan metode REBA
1. Skor Pergerakan Punggung
Gambar 4.2 Postur Pergerakan Punggung Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur batang tubuh pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 26 sehingga mendapat skor 3 (tiga).
2. Skor Pergerakan Leher
Gambar 4.3 Postur Pergerakan Leher Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur leher pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 50 adalah (2) dua. Dan untuk skor modifikasi (+1) karena poros kepala berputar kekanan. Sehingga skor yg di peroleh leher adalah (3) tiga.
3. Skor Pergerakan Kaki
Gambar 4.4 Postur Pergerakan Kaki Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur kaki pengrajin pada saat proses pembentukan keramik posisi kaki dan telapak kaki tidak tertopang dengan baik sehingga berat tidak terdistribusikan dengan baik, skor untuk postur kaki tersebut adalah 2(dua).
4. Skor Pergerakan Lengan Atas
Gambar 4.5 Postur Pegerakan Lengan Atas Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur lengan atas pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 40 sehingga mendapat skor 2 (dua).
5. Skor Pergerakan Lengan Bawah
Gambar4.6 Postur Pergerakan Lengan Bawah Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur lengan bawah pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 95 sehingga mendapat skor 1 (satu).
6. Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Gambar 4.7 Postur Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur pergelangan tangan pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 45 sehingga mendapat skor 2 (dua). Dan skor modifikasi adalah 1(satu). Jadi skor untuk pergelangan tangan adalah 3(tiga).
4.3.1 Penilaian Skor REBA
Dari hasil data dan analisis mengunakan metode REBA dapat di simpulkan skor untuk skor postur tubuh sebagai berikut.
1. Skor grup A
pertama menghitung skor pada tabel A yang terdiri dari leher (neck), punggung (back), dan kaki (legs).
Tabel 4.3 Postur Tubuh Skor A
No Postur tubuh skor Skor modifikasi Skor + skor modifikasi
1. Leher 2 1 3
2. kaki 2 0 2
3. punggung 3 0 3
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Setelah skor leher (neck), punggung (back), dan kaki (legs), diketahui lalu masukan skor tersebut ke tabel A.
Tabel 4.4 Nilai A
Tabel A Leher
1 2 3
Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Skor
postur punggung
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Berdasarkan tabel A di dapatkan skor A sebesar 4. Skor ini kemudian di tambahkan dengan penilaian berdasarkan beban kerja.
Tabel 4.5 Beban Yang Diangkat Beban Skor Skor Perubahan
< 5 Kg 0 +1 jika terjadi tambahan beban terjadi secara mendadak atau cepat.
5- 10 Kg 1
>10 Kg 2
Sumber : Pengolahan Data (2019)
skor beban kerja mempuyai berat 7 kg jadi +1. Jadi skor A adalah 5.
2. Skor grup B
Langkah kedua menghitung tabel B yang terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Tabel 4.6 Postur Tubuh Skor B
No Postur tubuh skor Skor modifikasi Skor + skor modifikasi
1. Lengan atas 2 0 2
2. Lengan bawah 1 0 1
3. Pergelangan tangan 2 1 3
Sumber : pengolahan Data (2019)
Setelah skor lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist), diketahui lalu masukan skor tersebut ke tabel B
Tabel 4.7 Nilai B
Tabel B Lengan bagian bawah(siku)
1 2
Pergelangan
tangan 1 2 3 1 2 3
Skor lengan bagian atas
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Berdasarkan tabel B di peroleh skor 3. Kemudian di tambahkan dengan skor gengaman atau pegangan.
Tabel 4.8 pegangan
Genggaman Skor Deskripsi
Baik 0
Memegang dengan baik dan menggunakan setengah tenaga untuk
menggenggam.
Fair 1 Pegangan tangan masih dapat diterima meskipun tidak ideal.
buruk 2 Pegangan tangan tidak dapat diterima meskipun masih memungkinkan.
Tidak layak
3
Buruk sekali, genggaman tidak aman, tidak ada pegangan. Menggenggam tidak
dapat diterima jika menggunakan bagian tubuh yang lain.
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Pada proses pembentukan keramik terjadi pegangan fair yaitu pegangan masih dapat diterima meskioun tidak ideal sehingga skor B ditambah +1 jadi skor B total menjadi sebesar 4.
3. Skor grup C
Skor tabel A adalah 5 dan skor B adalah 4. Skor tabel A dan tabel B kemudian dimasukan ke tabel C yang kemudian menentukan kategori tindakannya.
Tabel 4.9 Nilai C Skor Dari
Tabel A+
Skor Beban
Tabel C Skor B
( Nilai dari Tabel B + Skor pegangan )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Dari tabel C di peroleh nilai skor C adalah 5,lalu dicari nilai aktivitas dengan tabel dibawah.
Tabel 4.10 Nilai Aktivitas
Aktivitas Skor Deskripsi
Sikap kerja statis
+1 Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis/ diam, seperti memegang selama lebih
dari 1 menit.
Perulangan +1 Mengulangi sebagian kecil aktivitas, seperti menglang lebih dari 4 kali dalam 1 menit (
dalam hal ini berjalan tidak termasuk).
Tidak stabil
+1 Aktivitas yang mengakibatkan secara cepat terjadi perubahan yang besar pada sikap kerja atau mengakibatkan ketidak stabilan pada sikap
kerja.
Sumber : Pengolahan Data (2019)
aktifitas pembentukan keramik dilakukan selama 8 jam kerja sehingga terjadi penambahan skor +1. Jadi total skor REBA untuk aktifitas pembentukan sebesar 6. Metode REBA mengklarifikasikan skor 6 sebagai pekerjaan dengan resiko sedang sehingga perluh dilakukan tindakan perbaikan, untuk rincian skor Reba pekerja 2 dan 3 dapat di lihat pada lampiran 1.
Tabel 4.11 Skor Reba pekerja No Pekerja
Skor
REBA Tingkat Resiko
Tindakan
1. 1 6 Sedang Perlu Perbaikan
2. 2 7 Sedang Perlu Perbaikan
3. 3 6 Sedang Perlu Perbaikan
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Dilihat dari skor Reba pekerja yang nilainya 6 dan 7, membutuhkan perbaikan posisi kerja serta perancangan alat pembuat keramik.
4.4.Metode Antropometri
Data Antropometri yang akan digunakan untuk merancang kursi dan meja kerja pada pembuatan keramik adalah seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.12 Pengukuran Data Dimensi
No Data antrometri Cara pengukuran keterangan 1. Lebar pinggul (Lp) Subjek duduk tegak, ukur
jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
Untuk merancang lebar alas duduk.
2. Tinggi popliteal (Tpo)
Tinggi tubuh dalam posisi duduk, yang diukur dari lantai sampai dengan lutut bagian dalam.
Untuk merancang tinggi kursi.
3. Pantat popliteal (Pp) Subjek duduk tegak ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut.
Untuk merancang panjang kursi.
4. Lebar pinggang (Lpg)
Subjek duduk tegak, ukur Jarak horizontal dari bagian terluarpinggang sisi kiri sampai bagian terluar pinggang sisi kanan.
Untunt Untuk menentukan panjang alas duduk.
5.. Jangkauan tangan ke depan (Jtd)
Subjek berdiri tegak, betis, pantat, dan punggung merapat ke dinding, tangan di rentangkan ke depan, ukur jarak horizontal dari punggung ampai ujung jari tenggah.
Untuk merancang Panjang meja.
6. Tinggi pinggang (Tpg)
Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pinggang.
Untuk merancang Tinggi meja.
7. Siku ke ujung jari tengah (Skjt)
Subjek duduk tegak, ukur horizontal dari siku sampai jari terpanjang.
Untuk merancang lebar meja.
4.5.Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Pengambilan data digunakan untuk melakukan perancangan ulang alat pembuat keramik, data antropometri yang diambil dari 10 orang pekerja pembuat keramik di sentra industri Mayong lor, data antropometri di ambil untuk merangcang kursi dan meja kerja yan ergonomis adalah sebagai berikut.
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Antropometri
Pekerja Tpo Pp Lp Lpg Jtd Tpg Skjt
1 42 42 33,2 26 71 30 43,5
2 44 40,3 30 28 67,3 24 44,2
3 40 41 35,6 31 65 26,5 42,5
4 39 39,5 35 28,6 72 25 43,3
5 41,5 42,5 33,3 30 66,7 26 42
6 36 41 39 32 68 28,5 41
7 37 43 37,2 32,4 70 27 43
8 36,5 40 39,7 28 67,6 24,5 42,5
9 38 42 34,8 30 66 26 44
10 35 42,7 36,2 32 69,4 29,5 42
Jumlah 389 414 354 298 683 267 428
Rata-rata 38,9 41,4 35,4 29,8 68,3 26,7 42,8 Sumber :Pengolahan Data (2019)
Keterangan Tabel 4.13 sebagai berikut:
Tpo : Tinggi popliteal
Pp : Pantat popliteal
Lp : Lebar pinggul
Lpg : Lebar pinggang
Jtd : Jangkauan tangan ke depan
Tpg : Tinggi pinggang
Skjt : Siku ke ujung jari tengah
Data antropometri yang sudah di dapat selanjutnya akan dianalisis, pehitungan antropometri tubuh pekerja meliputi:
1. Uji normalitas 2. Uji keseragaman 3. Uji kecukupan 4. Perhitungan persentil
4.5.1 Uji normalitas
Uji kenormalan data yaitu pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah data yang di peroleh merupakan yang berdistribusi normal atau tidak, dengan melakukan uji kenormalan data mengunakan progam SPSS di dapat dilihat pada lampiran 2, untuk hasil pengolahan data sebagai berikut:
Tabel 4.14 Uji Kenormalan Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TPO PP LP LPG JTD TPG SKJT
N 12 12 12 12 12 12 12
Normal Parametersa,b
Mean 68,08 72,45 63,88 54,25 119,52 46,73 74,90 Std.
Deviation
101,10 0
107,56
6 94,884 80,655 177,46
0 69,394 111,20 1 Most Extreme
Differences
Absolute ,511 ,525 ,512 ,501 ,522 ,512 ,525 Positive ,511 ,525 ,512 ,501 ,522 ,512 ,525 Negative -,372 -,380 -,361 -,356 -,379 -,372 -,380 Kolmogorov-Smirnov Z ,511 ,525 ,512 ,501 ,522 ,512 ,525 Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c ,000c ,000c ,000c ,000c ,000c ,000c
a. Test distribution is normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors significance correction
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikasi TPO 0,511, PP 0,525, LP 0,512, LPG 0,501, JTD 0,522, TPG 0,515, SKJT 0,525. Nilai tersebut lebih besar dari sig 0,05 dan dapat dinyatakan normal.
4.5.2 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data adalah menganalisa data keseragaman dari masing-masing dimensi yang bertujuan untuk mengetahui data yang seragam dari masing-masing dimensi.
BKA ̅3 BKB ̅3
BKA = Batas kendali atas BKB = Batas kendali bawah
Uji keseragaman data tinggi popliteal BKA= 38,9 + 3 * 2,93
=38,9 + 5,9 = 47,7 BKB= 38,9 – 3 * 2,93 = 38,9 – 5,9 = 30,1
Dalam uji keseragaman data antropometri pengolahan data tinggi popliteal menunjukan BKA sebesar 47,7 BKB sebesar 30,1dan rata-rata 30,1. Menunjukan bahwa data tidak melebihi BKA dan BKB dengan begitu dikatan seragam.
Gambar 4.8 Grafik Keseragaman Data Tinggi Popliteal Sumber: Pengolahan Data (2019)
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tinggi Politeal
TPO RATA2 BKA BKB
Uji keseragaman data pantat popliteal, lebar pinggul, lebar pinggang, jangkauan tangan ke depan, siku ke ujung jari tengah, tinggi pinggang, dapat di lihat pada lampiran 3. Hasil rekapitulasi uji keseragaman data dapat di lihat pada tabel. 4.15
Tabel 4.15 Hasil Uji Keseragaman Data
No Dimensi rata - rata BKA BKB Keterangan
1. Tinggi popliteal 38,9 47,7 30,1 Seragam
2. Pantat popliteal 41,4 45 37,8 Seragam
3. Lebar pinggul 35,4 44 26,8 Seragam
4. Lebar pinggang 29,8 36,2 23,4 Seragam
5. Jangkauan tangan ke
depan 68,3 75,1 61,6 Seragam
6. Tinggi pinggang 26,7 32,9 20,6 Seragam
7. Siku ke ujung jari
tengah 2,67 45,8 39,8 Seragam
Sumber: Pengolahan Data (2019)
4.5.3 Uji Kecukupan Data
Uji data yaitu pengujian yang dilakukan untu melihat apakah data yang di peroleh sudah cukup, dimana tujuanya untuk membuktikan bahwa data yang di ambil sudah mewakili populasi.
N’ = (
√ (∑ ∑ ) (∑ ))
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
= Jumlah pengamatan teoritis yang dilakukan k = Tingkat kepercayaan
s = Tingkat ketelitian
= Data pengamatan
Uji kecukupan tinggi popliteal
( √ ( ) (
)
)
( √
)
=
8,18N’= 8,18 < N jadi data cukup
Uji kecukupan data pantat popliteal, lebar pinggul, lebar pinggang, jangkauan tangan ke depan, siku ke ujung jari tengah, tinggi pinggang, dapat di lihat pada lampiran 4, hasil rekapitulasi uji kecakupan data dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Uji Kecukupan Data
No Dimensi N N' Keterangan
1. Tinggi popliteal 10 8,18 Cukup 2. Pantat popliteal 10 1,24 Cukup
3. Lebar pinggul 10 9,49 Cukup
4. Lebar pinggang 10 7,26 Cukup
5. Jangkauan tangan ke depan 10 1,56 Cukup
6. Tinggi pinggang 10 8,55 Cukup
7. Siku ke ujung jari tengah 10 0,78 Cukup Sumber : Pengolahan Data (2019)
4.5.4 Perhitungan Percentile
Pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan antropometri.
Perhitungan nilai percentile 5, 50, dan 95. dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil perhitungan percentile.
Tabel 4.17 Percentile No Percentile Perhitungan
1. 5 ̅ -1,645 x
2. 50 ̅
3. 90 ̅ + 1,645 x
Sumber:Sumber : Sritomo Wignjosoebroto (2008) Perhitungan Percentile 5, 50, 95 untuk data tinggi popliteal Percentile 5
= ̅ -1,645 x
=38,9 - 1,645*2,93
= 38,9 – 4,82
= 34,1 Percentile 50
= 38,9 Percentile 95
= ̅ +1,645 x
= 38,9 + 1,645*2,93
=38,9 + 4,82
= 43,7 ̅ = Nilai rata - rata
standar deviasi
Perhitungan Percentile pantat popliteal, lebar pinggul, lebar pinggang, jangkauan tangan ke depan, siku ke ujung jari tengah, tinggi pinggang, dapat di lihat pada lampiran 5, hasil rekapitulasi perhitungan Percentile data antropometri dapat di lihat pada tebel 4.18.
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Dengan Percentile
NO Dimensi Tubuh standar
̅ Percentile
Deviasi 5 50 95
1. Tinggi popliteal 2,93 38,9 34,1 38,9 43,7
2. Pantat popliteal 1,21 41,4 39,4 41,4 43,4
3. Lebar pinggul 3,55 35,4 30,7 35,4 42,3
4. Lebar pinggang 4,75 29.8 23,2 29,8 38,8
5. Jangkauan tangan ke depan 2,25 68,3 64,6 68,3 72,0
6. Tinggi pinggang 2,06 26,7 23,3 26,7 30,1
7. Siku ke ujung jari tengah 0,99 42,8 41,2 42,8 44,4 Sumber: Pengolahan Data (2019)
4.6 Pemilihan Percentile
Dalam pengukuran tubuh manusia pada suatu populasi akan terkonsentrasi pada nilai tenggah atau rata-rata pada pengukuran data. Dan akan ada nilai ekstrim pada ke dua sisi kurva distribusi. Maka dilakukanlah pemilihan bagian dari distribusi dimana bagian besar nilai terkonsentrsi. Oleh karena itu penggunaan Percentile pada suatu pengukuran berguna untuk melakukan pendesaianan agar dapat digunakan oleh seluruh populasi.
Tabel 4.19 Penentuan Persentil No Dimensi Tubuh Desain Percentile keterangan
1. Lebar pinggul (LP)
Lebar alas duduk
95 Karena pemilihan persentil yang besar diarapkan hampir semua populasi dapat mengunakanya.
2. Tinggi Popliteal (Tpo)
Tinggi kursi
50 Agar dapat digunakan semua orang maka pengambilan Percentile
50 untuk menghindari terjadinya penekanan pada bagian bawah paha oleh alas duduk akibat kursi terlalu tinggi, dan jika kursi terlalu rendah akan membuat badan kehilangan keseimbangan akibat membungkuk.
3. Pantat popliteal (Pp)
Panjang alas duduk kursi
5 Agar sandar an tempat duduk dapat di jangkau oleh orang yang memiliki ukuran kaki pendek maupun yang meliliki kaki panjang .
4. Lebar Pinggang (Lpg)
Lebar c Lebar kursi 95 Agar dudukan nyaman untuk di gunakan semua populasi.
5. Jangkauan Tangan Ke Depan (Jtd)
Panjang meja
50 Apa bila terlalu pendek akan susah dalam peletakan barang.
6. Tinggi Pinggang (Tpg)
Tinggi meja
50 Apabiala meja terlalu rendah siku akan mengantung dan apabila telalu tinggi akan menyebabkan tekana pada siku.
7. Siku Ke Ujung Jari Tengah (Skjt)
Lebar meja 95 Agar dalam pengambilan barang tidak lebih mudah dan juga bisa di gunakan semua populasi.
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Selanjutnya hasil perhitungan Percentile data antropometri pekerja digabung dengan data dimensi yang telah dihitung sebelumnya, data tersebut sebagai acuan ukuran dari alat pembuat keramik yang akan di
buat, berikut data dimensi ukuran alat pembuat keramik dapat di lihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20 Percentile Meja Dan Kursi Kerja No Dimensi Rancangan Ukuran
1. Pinggi dudukan kursi 39 cm 2. Lebar dudukan kursi 35 cm 3. Ketebalan bantalan kursi 2 cm 4. Tinggi sandaran kursi 27 cm
5. Lebar sandaran 30 cm
6. Tinggi meja 66 cm
7. Panjang meja 116 cm
8. Lebar meja 45 cm
9. Diameter pemutar atas 30 cm 10. Diameter pemutar bawah 60 cm 11. Ketebalan pemutar atas 4 cm 12. Ketebalan pemutar bawah 6 cm
Sumber:Pengolahan Data (2019) 4.7 Konsep Perancangan
Kerja jika terlalu tinggi akan menyebabkan bahu akan sering terangkat ke atas dalam perancangan meja dan kursi kerja yang ergonomis mempertimbangkan masalah yang ada pada perancangan meja dan kursi saat ini digunakan, pertimbangan sebagai berikut.
4.7.1 Meja kerja 1. Tinggi meja
Ketinggian meja pada saat melakukan pekerjaan. Dan apabila terlalu rendah akan menyebabkan sikap tubuh akan membungkuk ketika melakukan pekerjaan. Postur tubuh yang seperti itu dapat menyebabkan sakit pada otot pinggang, punggung dan sakit pada otot – otot pada leher dan bahu, tinggi meja di dapatkan dari Tinggi Popliteal (Tpo) + TinggiPinggang (Tpg).
2. Panjang meja
Panjang meja kerja yang digunakan tidak selamanya mengunakan jangkauan dan rentangan tangan maksimum yang bisa dilakukan.
Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan dan
rentangan tangan minimum. Disamping pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi kerja yang nyaman dan aman, panjang meja di dapatkan dari ( 2 x Skjt ) + diameter atas.
3. Lebar meja
Lebar meja yang digunakan harus sesuai dengan jangkauan dan rentangan tangan. Supaya karyawan mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya. agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih nyaman, lebar meja di dapatkan dari angkauan tangan ke depan (Jtd).
4.7.2 Kursi Kerja 1. Ketinggian kursi
Ketinggian tempat duduk harus di sesuaikan bila terlalu tinggi akan menyebabkan ganguan peredaran darah di tungkai bawah, dan apabila terlalu rendah akan berakibatkan punggung lebih membungkuk. Jadi tinggi ideal akan berada sekitar tinggi belakang lutut.
2. Kedalaman tempat duduk
Kedalaman tempat duduk perluh mendapat perhatian, bila terlalu dalam melebihi ukuran pantat popliteal akan berakibat tekanan pada daerah belakang lutut, apabila terlalu sempit akan menyebabkan merasa akan jatuh ke depan disebabkan kecilnya daerah bagian bawah paha, selain itu dapat menyebbabkan tekanan pada pertengan paha.
3. Alas duduk
Alas duduk berguna untuk mendistribusikan berat tubuh pada permukaan yang lebih besar, secara umum di rekomendasikan ketebalan alas adalah 4-5 cm.
Keterangan:
1. Kursi
2. Pemutar atas 3. Meja
4. Pemutar bawah
Gambar.4.9 Rancangan meja dan kursi kerja tampak 3D Sumber: Pengolahan data (2019).
Gambar 4.10 Rancangan meja dan kursi kerja tampak atas Sumber: Pengolahan data (2019).
1
2 3
4
Gambar 4.11 Rancangan meja dan kursi kerja tampak samping Sumber: Pengolahan data (2019).
Gambar 4.12 Rancangan meja dan kursi kerja tampak depan Sumber: Pengolahan data (2019).
4.8.Hasil Perbadingan Setelah Dilakukan Perbaikan Alat
Hasil perbandingan digunakan untuk mengetahui apakah sebelum dan sesudah penggunaan alat adanya perbedaan dengan meggunakan metode REBA. Dengan mengetahui perbedaan tersebut dapat diketahui apakah setelah perancangan fasilitas yang baru dapat mengurangi keluhan pada pekerja.
Berikut adalah hasil pengukuran postur tubuh pada pekerja pembuatan keramik dengan menggunakan alat pembuat keramik yang telah dirancang:
4.8.1 Skoring Postur Tubuh 1. Skor Pergerakan Punggung
Gambar 4.13 Postur Pergerakan Punggung Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur batang tubuh pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 20 sehingga mendapat skor (2) dua.
2. Skor Pergerakan Leher
Gambar 4.14 Postur Pergerakan Leher Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur leher pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 15 adalah (1) satu. Sehingga skor yang diperoleh leher adalah (1) satu.
3. Skor Pergerakan Kaki
Gambar 4.15 Postur Pergerakan Kaki Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur kaki pengrajin pada saat proses pembentukan keramik posisi kaki tertopang, bobot tersebar merata sehingga mendapat skor (1) satu.
4. Skor Pergerakan Lengan Atas
Gambar 4.16 Postur Pegerakan Lengan Atas Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur lengan atas pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 40 sehingga mendapat skor 2 (dua).
5. Skor Pergerakan Lengan Bawah
Gambar4.17 Postur Pergerakan Lengan Bawah Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur lengan bawah pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 60 sehingga mendapat skor 1 (satu).
6. Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Gambar 4.18 Postur Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber : Dokumentasi (2019)
Postur pergelangan tangan pengrajin pada saat proses pembentukan keramik membentuk sudut 20 sehingga mendapat skor 2 (dua).
4.8.2 Penilaian Skor REBA Setelah Perbaikan
Dari hasil data dan analisis mengunakan metode REBA dapat disimpulkan skor untuk skor postur tubuh sebagai berikut.
1. Skor grup A
Pertama menghitung skor pada tabel A yang terdiri dari leher (neck), punggung (back), dan kaki (legs).
Tabel 4.21 Postur Tubuh Skor A
No Postur tubuh skor Skor modifikasi Skor + skor modifikasi
1. Leher 1 0 1
2. kaki 1 0 1
3. punggung 2 0 2
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Setelah skor leher (neck), punggung (back), dan kaki (legs), diketahui lalu masukan skor tersebut ke tabel A.
Tabel 4.22 Nilai A
Tabel A Leher
1 2 3
Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Skor
postur punggung
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Berdasarkan tabel A di dapatkan skor A sebesar (2) dua. Skor ini kemudian di tambahkan dengan skor beban kerja.
Tabel 4.23 Beban Yang Diangkat Beban Skor Skor Perubahan
< 5 Kg 0 +1 jika terjadi tambahan beban terjadi secara mendadak atau cepat.
5- 10 Kg 1
>10 Kg 2
Sumber : Pengolahan Data (2019)
beban kerja dalam pembuatan keramik 7 kg yaitu +1. Jadi skor A (3) tiga.
2. Skor grup B
Langkah kedua menghitung tabel B yang terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Tabel 4.24 Postur Tubuh Skor B
No Postur tubuh skor Skor modifikasi Skor + skor modifikasi
1. Lengan atas 2 0 2
2. Lengan bawah 1 0 1
3. Pergelangan tangan
2 0 2
Sumber : pengolahan Data (2019)
Setelah skor lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist), diketahui lalu masukan skor tersebut ke tabel B.
Tabel 4.25 Nilai B
Tabel B Lengan bagian bawah (siku)
1 2
Pergelangan
tangan 1 2 3 1 2 3
Skor lengan bagian atas
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : pengolahan Data (2019)
Berdasarkan tabel B di peroleh skor 2. Kemudian di tambah kan dengan skor gengaman atau pegangan.
Tabel 4.26 Pegangan
Genggaman Skor Deskripsi
Baik 0
Memegang dengan baik dan menggunakan setengah tenaga untuk
menggenggam.
Fair 1 Pegangan tangan masih dapat diterima meskipun tidak ideal.
buruk 2 Pegangan tangan tidak dapat diterima meskipun masih memungkinkan.
Tidak layak
3
Buruk sekali, genggaman tidak aman, tidak ada pegangan. Menggenggam tidak
dapat diterima jika menggunakan bagian tubuh yang lain.
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Pada proses pembentukan kramik terjadi pegangan terhadap benda kerja sehingga skor B ditambah +1 jadi skor B total menjadi sebesar 3.
3. Skor grup C
Skor tabel A adalah 2 dan skor B adalah 3. Skor tabel A dan tabel B kemudian dimasukan ke Tabel C yang kemudian menentukan kategori tindakannya.
Tabel 4.27 Nilai C Skor Dari
Tabel A+Skor Beban
Tabel C Skor B
( Nilai dari Tabel B+Skor pegangan )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Dari tabel C di peroleh nilai skor C adalah 2, lalu dicari nilai aktivitas dengan tabel dibawah.
.
Tabel 4.28 Nilai Aktivitas
Aktivitas Skor Deskripsi
Sikap kerja statis
+1 Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis/
diam, seperti memegang selama lebih dari 1 menit.
Perulangan +1
Mengulangi sebagian kecil aktivitas, seperti menglang lebih dari 4 kali dalam 1 menit ( dalam hal ini berjalan
tidak termasuk).
Tidak stabil +1
Aktivitas yang mengakibatkan secara cepat terjadi perubahan yang besar pada sikap kerja atau mengakibatkan ketidak stabilan pada sikap kerja.
Sumber : Pengolahan Data (2019)
Aktifitas pembentukan kramik dilakukan selama 8 jam kerja sehingga terjadi penambahan skor +1. Jadi total skor REBA untuk aktifitas pembentukan kramik sebesar 3. Metode REBA mengklarifikasikan skor 3 sebagai pekerjaan dengan resiko rendah sehingga mungkin perluh dilakukan tindakan perbaikan.
Tabel 4.29 Tindakan Akhir REBA Action
Level
Skor REBA Tingkat Resiko Tindakan
0 1 Diabaikan Tidak perlu
1 2 – 3 Rendah Mungkin perlu
2 4 – 7 Sedang Perlu
3 8 – 10 Tinggi Perluh segera
4 11 – 15 Sangat Tinggi Sekarang juga Sumber : Pengolahan Data (2019)
Tabel 4.30 Skor REBA Setelah Perbaikan No Pekerja
Skor REBA Tingkat Resiko
Skor REBA Tingkat Resiko Sebelum
perbaikan
Sesudah perbaikan
1. Pekerja 1 6 Sedang 3 Rendah
2. Pekerja 2 7 Sedang 3 Rendah
3. Pekerja 3 6 Sedang 3 Rendah
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Skor akhir REBA untuk posisi usulan dengan merancang alat pembuatan keramik adalah 3, yang berada dalam tingkat resiko rendah. Skor REBA posisi usulan dan resiko tindakan lebih baik daripada skor posisi kerja awal yaitu 6 yang berada dalam tingkat resiko sedang. Alat pembuatan keramik ini bisa diterapkan untuk memperbaiki postur kerja, mengurangi keluhan - keluhan pekerja dan mengurangi resiko cedera. Untuk rincian skor Reba pekerja 2 dan 3 dapat di lihat pada lampiran 6.