BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pasar Tradisional Salatiga
Peraturan Walikota Salatiga No. 38 tahun 2018 tentang pembentukan pasar tradisional di Kota Salatiga (Pemerintah Kota salatiga, 2018). Pasar tradisional di Kota Salatiga dikelola oleh UPTD Dinas Perdagangan. Temuan Penelitian saat penarikan data adalah dua UPTD memiliki perbedaan kategori pasar yang dikelola. Perbedaan itulah membuat dari dua UPTD memiliki perbedaan dalam jumlah personilnya, kapasitas pasar, dan tantangan yang dihadapi.
UPTD berada di bawah naungan Dinas Perdagangan Kota Salatiga. Pengelolaan UPTD terhadap pasar tidak seperti pengelolaan pada perusahaan swasta yang memiliki wewenang mengelola wilayahnya sendiri. UPTD masih memiliki keterkaitan dengan dinas di atasnya yaitu Dinas Perdagangan sehingga pendapatan dan pengeluaran pasar tradisional merupakan rancangan kebutuhan anggaran yang telah disampaikan pada tahun sebelumnya.
Wewenang dari UPTD adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan keluhan atau informasi dari pihak pedagang pasar kepada Dinas Perdagangan terkait pemeliharaan pasar.
2. Melakukan survei dan jadwal perbaikan pasar tradisional.
3. Menyampaikan informasi dari pemerintah untuk disampaikan kepada pedagang pasar.
4. Menyalurkan biaya retribusi pasar kepada Dinas Perdagangan.
5. Melakukan penertiban untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan kebersihan pasar.
B. Analisis Deskriptif
Delapan pasar tradisional di Kota Salatiga telah melakukan proses revitalisasi.
Pengelola pasar tradisional yaitu UPTD memiliki jumlah karyawan yang berbeda.
Karyawan pada UPTD kelas A berjumlah 74 orang dan karyawan pada UPTD B berjumlah commit to user
22 orang. Tantangan UPTD terhadap pasar tradisional memiliki perbedaan berikut merupakan tantangan dari pengelolaan pasar di Salatiga:
1. UPTD A
a. Pengelolaan kebersihan lingkungan pasar.
b. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak dapat diatur.
c. Penataan area parkir untuk mengurangi kemacetan.
d. Penertiban pedagang trotoar.
e. Kurang tertibnya pedagang terkait kepemilikan kios, los, ruko, dan oprakan.
2. UPTD B
a. Memajukan minat masyarakat untuk menghidupkan pasar.
b. Memberikan keamanan dan kebersihan pada lingkungan pasar. Perwujudannya dengan adanya petugas keamanan dan petugas kebersihan. Petugas keamanan yang selalu menjaga pasar 24 jam dan petugas kebersihan untuk selalu membersihkan sampah diingkungan pasar.
c. Memberikan kenyamanan kepada pedagang dengan memperbaiki fasilitas pasar yang kurang memadai.
d. Menangani premanisme yang ada di lingkungan pasar, terkait pungli.
e. Penataan pedagang yang tidak menaati aturan dilarang berjualan di trotoar dan bahu jalan.
f. Menjadikan pedagang memiliki jiwa toleransi sesama pedagang.
g. Menciptakan lingkungan tertib bagi setiap pedagang dengan menjaga lingkungannya sendiri dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
C. Hasil Analisis dan Pembahasan DEA
Analisis DEA menggunakan Excel Solver version 8 dengan model CCR – output oriented. Berikut data hasil analisis data input dan output pada tabel 4.1: commit to user
Tabel 4.1 Hasil analisis data input dan output
DMU (O) Pangsa
Pasar (Kios/Los)
(O) Jumlah Pedagang (Orang)
(O) Pedagang
> 3 tahun (Orang)
(I) Pendapatan (Per Bulan)
(I) Biaya Lembur (Per Bulan)
Pasar Raya I 1212 1058 240 Rp28.179.000 Rp900.000
Pasar Raya II 879 641 324 Rp21.375.000 Rp900.000
Blauran I 778 778 110 Rp17.328.000 Rp900.000
Blauran II 119 119 8 Rp2.571.000 Rp900.000
Pasar Ayam 150 133 19 Rp6.420.000 Rp900.000
Oprokan Owning Buah
60 60 0 Rp1.800.000 Rp900.000
Oprokan Raya II
15 15 0 Rp450.000 Rp900.000
Eks Hasil 78 78 4 Rp3.510.000 Rp900.000
Sumber: Dinas Perdagangan 2021a, 2021b, 2021c, 2021d, 2021e, 2021f, 2021g, 2021h
Data Penelitian tabel 4.1 menjelaskan DMU menggunakan delapan pasar tradisional dengan tiga variable output dan dua variable input. Data yang diperoleh merupakan data dalam periode bulan dari pengelolaan pasar tradisional. Data penelitian yang diperoleh diolah menggunakan analisis DEA pada Excel Solver. Hasil analisis DEA meliputi analisis score, projection, dan slack. Berikut analisis score pada tabel 4.2:
Tabel 4.2 Analisis Score DEA on Excel Solver No Decision Making
Unit
Score Reference (Lambda)
Score Reference (Lambda)
Score
1 Pasar Raya I 1 Pasar Raya I 1
2 Pasar Raya II 1 Pasar Raya II 1
3 Blauran I 1 Blauran I 1
4 Blauran II 1 Blauran II 1
5 Pasar Ayam 0,5173 Blauran I 0,299 Blauran II 0,484 6 Oprokan Owning
Buah
0,7202 Blauran II 0,7 7 Oprokan Raya II
8 Eks Hasil
Sumber data: data sekunder dan primer diolah 2021
Hasil analisis score delapan pasar tradisional menunjukkan jika hanya empat pasar yang efisiensi, empat pasar tersebut memiliki skor yaitu satu. Pasar tradisional Oprokan Raya II dan pasar Eks Hasil memiliki hasil kosong. Hasil kosong membuktikan analisis tidak dapat diketahui hasilnya. Pasar tradisional Ayam dan Oprokan Owning Buah memiliki hasil tidak efisiensi yaitu kurang dari satu (< 1). Pasar Ayam memiliki skor 0,5173 dan Pasar Oprokan Buah memiliki skor 0,7202. Analisis nilai lamda pada pasar tidak efisien mengacu pada nilai pasar tradisional yang efisien. Pencapaian efisiensi pada Pasar Ayam mengacu
commit to user
pada nilai Pasar Blauran I sebesar 0,299 dan Pasar Blauran II sebesar 0,484. Pencapaian efisiensi pada Pasar Oprokan Owning Buah mengacu pada nilai Pasar Blauran I sebesar 0,7.
Berikut hasil projection yang dijelaskan pada tabel 4.3 dan Tabel 4.4:
Tabel 4.3 Tabel Projection DEA input variable on Excel Solver Per Bulan
N o
DMU Pendapatan (Rupiah) Biaya Lembur (Rupiah)
Data Projection Data Projection
1 Pasar Raya I
Rp. 28.179.000 Rp. 28.179.000 Rp. 900.000 Rp. 900.000 2 Pasar Raya
II
Rp. 21.375.000 Rp. 21.375.000 Rp. 900.000 Rp. 900.000 3 Blauran I Rp. 17.328.000 Rp. 17.328.000 Rp. 900.000 Rp. 900.000 4 Blauran II Rp. 2.571.000 Rp. 2.571.000 Rp. 900.000 Rp. 900.000 5 Pasar
Ayam
Rp. 6.420.000 Rp. 6.420.000 Rp. 900.000 Rp. 704.195,8 6 Oprokan
Owning Buah
Rp. 1.800.000 Rp. 1.800.000 Rp. 900.000 Rp. 630.105
7 Oprokan
Raya II - - - -
8 Eks Hasil - - - -
Sumber data: data sekunder dan primer diolah 2021
Tabel 4.4 Tabel Projection DEA output variable on Excel Solver Per Bulan
N o
Kapasitas Pasar (Kios)
Jumlah Pedagang (per Orang)
Jumlah Pedagang >3 tahun (per orang) N
o DMU Data Projection Data Projection Data Projection 1 Pasar Raya
I
1212 1212 1058 1058 240 240
2 Pasar Raya II
879 879 641 641 324 324
3 Blauran I 778 778 778 778 110 110
4 Blauran II 119 119 119 119 8 8
5 Pasar Ayam
150 289,97 133 289,97 19 36,73
6 Oprokan Owning Buah
60 83,31 60 83,31 0 -
7 Oprokan
Raya II - - - -
8 Eks Hasil - - - -
Sumber data: data sekunder dan primer diolah 2021
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menjelaskan bahwa analisis projection digunakan sebagai acuan DMU yang tidak efisien untuk diubah menjadi DMU yang memiliki nilai efisien.
DMU tidak efisien apabila akan diubah menjadi DMU efisien maka nilai input dan output commit to user
yang dimiliki harus diubah sesuai dengan nilai projection. Projection atau proyeksi merupakan nilai input/ output yang seharusnya dihasilkan atau digunakan suatu DMU pada proses produksi supaya DMU dapat memiliki hasil yang efisien. Hasil proyeksi memiliki pembulatan ke atas untuk memudahkan pembahasan dari analisis DEA. Data menunjukkan variable input pedapatan memiliki hasil semua proyeksi DMU sesuai dengan data.
Perbedaan proyeksi dan data terjadi pada satu variable input lembur dan tiga variable output yaitu kapasitas pasar, jumlah pedagang, jumlah pedagang lebih dari 3 tahun. Hasil proyeksi yang berbeda dengan data terjadi pada Pasar Ayam dan Pasar Oprokan Buah. Berikut merupakan analisis proyeksi dari pasar yang memiliki hasil proyeksi yang berbeda dengan data:
1. Pasar Ayam memiliki nilai proyeksi sebagai berikut:
a. Tabel 4.3 menjelaskan variable input biaya lembur memiliki nilai proyeksi sebesar Rp. 704.196. Nilai data Rp. 900.000 mengartikan total biaya lembur yang diterima pengelola pasar Ayam adalah sebesar Rp. 900.000. Analisis menjelaskan apabila biaya lembur tersebut terlalu tinggi, sehingga pencapaian nilai efisiensi DMU pasar ayam dapat tercapai apabila nilai data dikurangi hingga mencapai nilai proyeksi sebesar Rp. 704.196.
b. Tabel 4.4 menjelaskan variable output kapasitas pasar memiliki nilai proyeksi sebesar 83. Nilai data adalah 60 kios/ los membuktikan pasar oprokan buah dapat menampung sebanyak 60 pedagang. Analisis menjelaskan apabila kapasitas pada Pasar Ayam perlu ditambah untuk mencapai hasil efisiensi. Pencapaian efisien DMU pasar oprokan buah dapat tercapai apabila kapasitas pasar ditambah hingga berjumlah 83 kios/los.
c. Tabel 4.4 menjelaskan variable output pedagang pasar memiliki nilai proyeksi sebesar 83.Nilai data 60 pedagang berarti pasar Ayam dapat menampung sebanyak commit to user
60 pedagang. Analisis menjelaskan apabila jumlah pedagang pasar ayam perlu ditambah untuk mencapai hasil efisiensi. Pencapaian nilai efisien DMU pasar ayam dapat tercapai apabila pedagang pasar ditambah hingga menjadi 83 pedagang per kios/ los. Nilai proyeksi pedagang pasar memiliki nilai yang sama dengan proyeksi kapasitas pasar.
d. Tabel 4.4 menjelaskan variable output pedagang pasar > 3 tahun memiliki nilai proyeksi sebesar 37. Nilai data menunjukkan 19, membuktikan pasar Ayam memiliki pedagang yang telah menempati kios pasar lebih dari 3 tahun sebanyak 19 pedagang. Analisis menjelaskan apabila pedagang Pasar Ayam yang menempati lebih dari 3 tahun harus ditingkatkan untuk mencapai hasil nilai efisiensi Pencapaian nilai efisiensi pada DMU dapat tercapai apabila terdapat tambahan jumlah pedagang yang menempati kios/ los di pasar hingga 37 orang.
2. Pasar Oprokan Owning Buah memiliki nilai proyeksi sebagai berikut:
a. Tabel 4.3 menjelaskan variable input biaya lembur memiliki nilai proyeksi sebesar Rp. 630.105.Nilai data Rp. 900.000 membuktikan total biaya lembur yang diterima pengelola pasar oprokan buah adalah sebesar Rp. 900.000. Analisis menjelaskan apabila biaya lembur pengelola Oprokan Buah perlu dikurangi untuk mencapai hasil efisiensi Nilai efisiensi DMU Oprokan Buah dapat tercapai apabila biaya lembur pengelola dikurangi hingga Rp. 630.105.
b. Tabel 4.4 menjelaskan variable output kapasitas pasar memiliki nilai proyeksi sebesar 290. Nilai data 150 membuktikan pasar Ayam dapat menampung sebanyak 150 pedagang. Analisis menjelaskan apabila kapasitas Pasar Ayam perlu ditambah untuk mencapai hasil efisiensi. Pencapaian efisiensi DMU Pasar Ayam dapat tercapai apabila kapasitas pasar ditambah hingga dapat menampung 290 pedagang.
commit to user
c. Tabel 4.4 menjelaskan variable output pedagang pasar memiliki nilai proyeksi sebesar 290. Nilai data 133 pedagang membuktikan pasar Ayam menampung sebanyak 133 pedagang. Analisis menjelaskan apabila jumlah pedagang Oprokan Owning Buah perlu ditambah untuk mencapai hasil efisiensi Nilai efisiensi dapat tercapai apabila jumlah pedagang ditingkatkan menjadi 290 orang. Keterkaitan antara tempat yang tersedia di pasar dengan jumlah pedagang, membuat nilai proyeksi pedagang pasar memiliki nilai yang sama dengan proyeksi kapasitas pasar.
d. Tabel 4.4 menjelaskan variable output pedagang pasar > 3 tahun memiliki hasil kosong. Pasar buah tidak memiliki pedagang yang menempati kios lebih dari 3 tahun, sehingga hasil proyeksi dan nilai data menunjukkan hasil kosong.
3. Pasar oprokan raya II dan pasar eks hasil memiliki hasil kolom skor kosong.
Analisis proyeksi pasar oprokan raya II dan eks hasil memiliki kolom kosong pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. Kolom kosong membuktikan pemrograman linier tidak memiliki solusi terhadap pasar tersebut maka data DMU termasuk himpunan kosong atau tidak terbatas. Rahmania dkk (2014) menjelaskan penelitian DEA termasuk penelitian program linear. Penelitian program memiliki pernyataan yang bernilai benar sebagai berikut:
a. Program linier yang tidak memiliki solusi, maka data merupakan himpunan kosong atau tidak terbatas.
b. Program linier yang memiliki solusi fisibel atau solusi yang akan terlaksana, maka solusi basis pada data tersebut juga ada.
c. Program linier yang memiliki solusi optimal, maka solusi basis optimal juga ada.
Berikut Analisis Slack dijelaskan pada tabel 4.5:
Tabel 4.5 Analisis slack pada variabel input output terhadap DMU
Slack Slack Slack Slack Slack
N o .
DMU Pendapatan Biaya
Lembur
Kapasitas Pasar
Jumlah Pedagang
Jumlah Pedagang
> 3 tahun
commit to user
1 Pasar Raya I 0 0 0 0 0
2 Pasar Raya II 0 0 0 0 0
3 Blauran I 0 0 0 0 0
DMU Pendapatan Biaya
Lembur
Kapasitas pasar
Jumlah Pedagang
Jumlah Pedagang
> 3 tahun
4 Blauran II 0 0 0 0 0
5 Pasar Ayam 0 195804,234 0 32,864 0
6 Oprokan Owning Buah
0 269894,982 0 0 5,596
7 Oprokan Raya II
8 Eks Hasil
Sumber data: data diolah 2021
Tabel 4.4 menjelaskan analisis slack. Slack atau kelemahan DMU merupakan kondisi DMU mengalami kekurangan ketika dibandingkan dengan DMU lainnya sehingga perlu ditambahkan input dan output lain. Slack terjadi pada variabel input output dengan DMU Pasar Ayam dan Pasar Owning Buah. Empat pasar yaitu Pasar Raya I, Pasar Raya II, Pasar Blauran I, dan Pasar Blauran II memiliki hasil 0 yang mengindikasikan tidak terjadinya slack pada analisa data. Empat Pasar pada analisis DEA membuktikan jika tidak
memerlukan tambahan input dan output pada analisis karena tidak terjadi slack pada data.
Oprokan Raya II dan Eks Hasil tidak memiliki hasil analisis karena pada analisis skor efisiensi tidak diketahui hasil analisis.
DMU Pasar Ayam dan Pasar Owning Buah mengalami kelemahan DMU atau slack.
Pasar Ayam mengalami kelemahan DMU pada input lembur dan pada output jumlah pedagang. Nilai slack pada pasar ayam mengindikasikan nilai yang harus dicapai apabila ingin meningkatkan efisiensinya. Nilai yang harus dicapai oleh pasar ayam adalah Rp.
195.804 untuk penambahan biaya lembur dan 33 orang untuk penambahan variable output pedagang pasar.Pasar Owning Buah mengalami kelemahan DMU pada input lembur dan pada output jumlah pedagang lebih dari 3 tahun. Slack pada pasar owning buah mengindikasikan nilai yang harus dicapai apabila ingin meningkatkan efisiensinya yaitu Rp.
269.894 untuk biaya lembur dan penambahan enam orang untuk jumlah pedagang lebih dari 3 tahun.
commit to user
commit to user