• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Nilai Tukar

Petani Subsektor

Peternakan

Merupakan NTP

tertinggi, dengan

Angka 116,18

• NTP Provinsi Lampung Oktober 2017 untuk masing-masing

subsektor tercatat Subsektor Padi & Palawija (NTP-P) (109,35), Hortikultura (NTP-H) (93,88), ; Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) (105,08), Peternakan (NTP-Pt) (116,18), Perikanan Tangkap (111,24), dan Perikanan Budidaya (95,07). Sedangkan NTP Provinsi Lampung tercatat sebesar 106,62.

• Oktober 2017, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga,

antara lain pada komoditas tanaman pangan seperti: gabah, jagung, dan ketela pohon/ubi kayu. Subsektor perkebunan dan subsektor perikanan tangkap juga mengalami kenaikan harga seperti pada komoditas kelapa sawit, kakao, karet dan beberapa jenis ikan tangkap. Subsektor hortikultura, peternakan, dan perikanan budidaya mengalami

penurunan harga antara lain pada komoditas kol/kubis, wortel, ternak kecil, ayam buras, ayam ras pedaging, lele, ikan mas, dan nila.

• Sebagian subsektor mengalami peningkatan NTP pada Oktober

2017, kecuali hortikultura, peternakan, dan perikanan budidaya. Secara rinci, subsektor pertanian tanaman pangan (2,64 persen), subsektor tanaman hortikultura (-1,10 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,12 persen), subsektor peternakan (-0,21 persen), subsektor perikanan tangkap (1,15 persen), dan subsektor perikanan budidaya (-0,26 persen). NTP Provinsi Lampung secara gabungan naik sebesar 0,61 persen.

• Dari 33 provinsi yang diamati perkembangan harganya pada Oktober 2017, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi dengan peningkatan sebesar 1,52 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang turun sebesar 2,12 persen.

• Oktober 2017 daerah perdesaan di Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok bahan makanan sebesar 0,19 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,15 persen, kelompok sandang sebesar 0,12 persen, dan kelompok kesehatan 0,33 persen. Sementara itu beberapa kelompok indeks harga mengalami penurunan.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI

LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

(2)

2

Nilai tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi Lampung Per Subsektor September 2017 s.d. Oktober 2017 (2012=100) Subsektor Bulan Persentase Perubahan September 2017 Oktober 2017 (1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Padi & Palawija

a. Indeks yang Diterima (It) 136,03 139,78 2,76 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,68 127,82 0,11 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 106,54 109,35 2,64 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-P) 114,39 117,44 2,67 2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 118,91 117,77 (0,96) b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,28 125,45 0,14 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94,92 93,88 (1,10) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-H) 105,68 104,50 (1,11) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 133,47 133,91 0,32 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,17 127,43 0,21 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 104,96 105,08 0,12 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pr) 114,01 113,79 (0,19) 4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 138,83 138,73 (0,07) b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,25 119,42 0,14 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 116,42 116,18 (0,21) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pt) 124,08 123,74 (0,28) 5. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 134,57 136,61 1,52 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,37 122,81 0,36 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 109,97 111,24 1,15 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pi) 121,47 122,86 1,15 6. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 118,01 118,10 0,07 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,81 124,22 0,33 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 95,32 95,07 (0,26) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pi) 102,36 102,08 (0,27)

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 132,70 133,72 0,77 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,22 125,41 0,16 c. Nilai Tukar Petani (NTPp) 105,97 106,62 0,61 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPp) 114,71 115,29 0,50

(3)

3

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 12 (dua belas) kabupaten di Provinsi Lampung, pada Oktober 2017 NTP Provinsi Lampung sebesar 106,62 atau mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen dibandingkan dengan September 2017 sebesar 105,97. Sementara itu, NTP nasional naik sebesar 0,54 persen, dari 102,22 pada September 2017 menjadi 102,78 pada Oktober 2017.

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Padi & Palawija (NTP-P)

Pada Oktober 2017 NTP-P Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 2,64 persen karena indeks harga yang diterima petani (It) naik 2,76 persen terutama disebabkan oleh naiknya harga gabah, jagung, dan ubi kayu, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik hanya sebesar 0,11 persen. Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,12 persen dan 0,09 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP-H bulan Oktober 2017 Provinsi Lampung mengalami penurunan sebesar 1,10 persen disebabkan oleh turunnya It sebesar 0,96 persen dan naiknya Ib sebesar 0,14 persen. Naiknya Ib sebesar 0,14 persen, akibat dari naiknya IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,13 persen dan 0,15 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

Pada Oktober 2017 NTP-Pr Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen karena It naik 0,32 persen terutama disebabkan oleh naiknya harga kelapa sawit, kakao, lada, dan karet, Ib juga mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,21 persen disebabkan oleh naiknya IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,52 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Komoditas ternak kecil (kambing), ayam bukan ras, dan ayam pedaging menjadi pemicu penurunan NTP-Pr bulan Oktober 2017 sebesar 0,21 persen. Selain itu melemahnya NTP-Pr juga disebabkan turunnya It sebesar 0,07 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen. Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,21 persen.

e.

Subsektor Perikanan Tangkap

Pada Oktober 2017, NTP subsektor perikanan tangkap Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 1,15 persen disebabkan oleh kenaikan It sebesar 1,52 persen yang lebih tinggi dibandingkan Ib yang hanya naik 0,36 persen. Kenaikan Ib disebabkan oleh kenaikan IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,36 persen dan 0,37 persen.

f.

Subsektor Perikanan Budidaya

NTP subsektor perikanan budidaya Provinsi Lampung pada Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 0,26 persen disebabkan oleh naiknya Ib lebih tinggi dibandingkan It masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,07 persen. Naiknya Ib sebesar 0,33 persen, akibat dari naiknya IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,32 persen dan 0,34 persen.

(4)

4

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya September 2017 s.d. Oktober 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Persentase

September

2017 Oktober 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 136,03 139,78 2,76

- Padi 138,29 142,30 2,90

- Palawija 134,22 137,77 2,64

b. Indeks Dibayar Petani 127,68 127,82 0,11 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,03 130,18 0,12

- Indeks BPPBM 118,92 119,02 0,09

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 118,91 117,77 (0,96)

- Sayur-sayuran 119,66 117,83 (1,53)

- Buah-buahan 118,01 117,63 (0,32)

- Tanaman Obat 121,29 123,34 1,69

b. Indeks Dibayar Petani 125,28 125,45 0,14 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,48 129,65 0,13

- Indeks BPPBM 112,53 112,69 0,15

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 133,47 133,91 0,32 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 133,47 133,91 0,32 b. Indeks Dibayar Petani 127,17 127,43 0,21 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,70 129,88 0,14

- Indeks BPPBM 117,08 117,68 0,52

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 138,83 138,73 (0,07)

- Ternak Besar 143,85 144,50 0,45

- Ternak Kecil 134,34 132,74 (1,20)

- Unggas 131,31 130,64 (0,51)

- Hasil Ternak 123,95 121,63 (1,87)

b. Indeks Dibayar Petani 119,25 119,42 0,14 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,21 129,28 0,05

- Indeks BPPBM 111,89 112,12 0,21

5. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 134,57 136,61 1,52 - Penangkapan Perairan Umum 144,77 144,64 (0,09) - Penangkapan Laut 134,24 136,35 1,57 b. Indeks Dibayar Petani 122,37 122,81 0,36 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,04 131,52 0,36

- Indeks BPPBM 110,79 111,19 0,37

6. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 118,01 118,10 0,07 - Budidaya Air Tawar 130,86 131,01 0,12

- Budidaya Laut 100,00 100,00 0,00

- Budidaya Air Payau 123,75 123,75 0,00 b. Indeks Dibayar Petani 123,81 124,22 0,33 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,01 130,43 0,32

(5)

5

2.

Perbandingan Antar Provinsi

Dari 33 provinsi yang diamati perkembangan harganya pada Oktober 2017, ada 27 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 6 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi dengan peningkatan sebesar 1,52 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang turun sebesar 2,12 persen. (Tabel 3).

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Provinsi-Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi IT IB NTP NTUP

Indeks % Perb Indeks % Perb Rasio % Perb Rasio % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Aceh 120,60 0,22 128,21 0,33 94,07 (0,12) 101,72 (0,01) Sumatera Utara 129,68 0,80 130,32 0,14 99,51 0,66 107,33 0,74 Sumatera Barat 122,41 (0,04) 127,89 0,61 95,71 (0,65) 107,28 (0,14) Riau 132,01 1,42 128,17 0,14 103,00 1,28 114,80 1,24 Jambi 128,58 1,65 126,80 0,13 101,41 1,52 108,59 1,51 Sumatera Selatan 121,03 0,17 125,02 (0,24) 96,81 0,41 103,25 0,01 Bengkulu 122,90 0,93 129,20 0,12 95,12 0,81 104,56 0,84 Lampung 133,72 0,77 125,41 0,16 106.62 0,61 115,29 0,50 Bangka Belitung 114,29 (2,00) 122,02 0,11 93,67 (2,12) 101,45 (2,14) Kep. Riau 118,57 0,83 121,95 0,12 97,23 0,71 107,09 0,57 DKI Jakarta 118,46 0,02 121,21 (0,02) 97,73 0,04 109,20 0,03 Jawa Barat 141,05 1,32 131,38 0,01 107,36 1,30 117,16 1,23 Jawa Tengah 131,48 0,43 127,70 0,03 102,97 0,40 108,99 0,18 DI Yogyakarta 129,84 (1,08) 127,24 (0,12) 102,04 (0,96) 111,28 (1,08) Jawa Timur 138,15 0,38 129,18 (0,15) 106,94 0,54 114,85 0,17 Banten 131,01 1,15 129,70 0,82 101,01 0,32 106,73 0,69 Bali 129,86 0,24 124,27 0,20 104,49 0,03 110,92 0,05

Nusa Tenggara Barat 135,09 0,93 126,02 (0,35) 107,20 1,28 115,13 0,73 Nusa Tenggara Timur 130,55 0,14 126,35 (0,18) 103,32 0,32 112,99 (0,11) Kalimantan Barat 123,54 0,02 126,74 (0,24) 97,47 0,26 105,29 (0,27) Kalimantan Tengah 122,58 (0,40) 124,34 (0,45) 98,59 0,05 104,74 (0,56) Kalimantan Selatan 117,96 0,09 122,16 (0,40) 96,56 0,49 103,74 (0,01) Kalimantan Timur 121,75 0,47 125,83 (0,14) 96,75 0,61 107,78 0,47 Sulawesi Utara 118,97 0,95 126,20 (0,42) 94,27 1,38 103,96 0,87 Sulawesi Tengah 122,00 (0,02) 128,25 (0,75) 95,13 0,73 105,34 (0,07) Sulawesi Selatan 129,83 0,62 128,85 (0,12) 100,76 0,74 111,14 0,40 Sulawesi Tenggara 120,86 0,70 126,87 (0,62) 95,26 1,33 104,77 0,53 Gorontalo 133,42 (0,61) 125,59 (1,32) 106,23 0,71 119,36 (0,78) Sulawesi Barat 133,18 0,09 122,12 (1,27) 109,05 1,38 119,93 0,00 Maluku 130,56 (0,39) 128,88 (0,36) 101,30 (0,03) 122,17 (0,43) Maluku Utara 129,02 (0,14) 126,78 (0,26) 101,77 0,12 113,15 (0,11) Papua Barat 129,06 0,82 127,65 0,01 101,11 0,81 114,32 0,73 Papua 119,74 (0,37) 127,77 (0,33) 93,71 -(0,04) 112,06 (0,24) Nasional 131,59 0,49 128,03 (0,05) 102,78 0,54 111,26 0,31

Beberapa wilayah Sumatera mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,52 persen dan kenaikan terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 2,12 persen. NTP Provinsi Lampung pada bulan Oktober 2017 sebesar 106,62 merupakan NTP tertinggi pertama di Sumatera. Sedangkan NTP terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 93,67. NTP Provinsi Lampung yang naik sebesar 0,61 persen menempati peringkat keenam di wilayah Sumatera dan peringkat ke-15 secara nasional. (Tabel 4).

(6)

6

Tabel 4

Perbandingan NTP dan Perubahan NTP Oktober 2017 Menurut Provinsi se-Sumatera (2012=100)

Provinsi NTP Ranking Perubahan

NTP (%) Ranking (1) (2) (3) (4) (5) Aceh 94,07 9 (0,12) 8 Sumatera Utara 99,51 4 0,66 5 Sumatera Barat 95,71 7 (0,65) 9 Riau 103,00 2 1,28 2 Jambi 101,41 3 1,52 1 Sumatera Selatan 96,81 6 0,41 7 Bengkulu 95,12 8 0,81 3 Lampung 106,62 1 0,61 6 Bangka Belitung 93,67 10 (2,12) 10 Kep. Riau 97,23 5 0,71 4

3.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Pada Oktober 2017, daerah perdesaan di Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 0,12 persen yang disebabkan adanya kenaikan indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,19 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,15 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,12 persen, dan kelompok kesehatan naik sebesar 0,33 persen dan turunnya indeks harga pada kelompok perumahan sebesar 0,01 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,07 persen.

Keterbandingan inflasi perdesaan di seluruh Indonesia pada Oktober 2017, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Banten yaitu sebesar 0,96 persen dan terendah di Provinsi Gorontalo sebesar -1,80 persen. Provinsi Lampung dengan inflasi perdesaan sebesar 0,12 persen menempati peringkat ke-9 secara nasional. (Tabel 5).

(7)

7

Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi Bahan Makanan

Makanan

Jadi Perumahan Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transportasi Dan Komunikasi Inflasi Perdesaan Ranking Inflasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 0,63 0,08 0,23 0,03 0,20 (0,09) 0,30 0,36 3 Sumatera Utara 0,22 0,13 0,19 0,12 (0,04) 0,03 0,16 0,17 5 Sumatera Barat 1,59 0,22 0,19 0,04 0,07 0,07 0,13 0,79 2 Riau 0,35 0,10 0,11 0,07 0,12 (0,02) (0,43) 0,14 6 Jambi 0,06 0,17 0,02 (0,06) 0,22 0,03 0,53 0,13 7 Sumatera Selatan (1,00) 0,25 0,25 (0,25) (0,08) 0,14 0,13 (0,39) 24 Bengkulu (0,13) 0,26 0,50 0,57 0,29 0,06 0,03 0,12 8 Lampung 0,19 0,15 (0,01) 0,12 0,33 (0,03) (0,07) 0,12 9 Bangka Belitung 0,13 0,22 (0,09) 0,36 0,01 0,01 0,03 0,11 10 Kep. Riau (0,41) 0,99 0,13 0,23 0,22 0,00 (0,02) 0,04 11 DKI Jakarta (0,21) 0,07 (0,03) 0,65 0,39 0,00 (0,09) (0,02) 14 Jawa Barat (0,36) 0,31 0,19 0,32 0,31 0,14 0,06 (0,01) 13 Jawa Tengah (0,40) 0,15 0,27 0,14 0,07 0,01 0,08 (0,09) 15 DI Yogyakarta (0,60) 0,23 0,39 0,09 (0,07) 0,01 0,00 (0,13) 16 Jawa Timur (1,11) 0,25 0,40 0,26 0,23 0,11 0,13 (0,32) 20 Banten 1,25 0,81 1,76 0,38 0,17 (0,14) 0,23 0,96 1 Bali (0,48) 0,51 1,02 (0,05) 0,41 0,28 0,91 0,21 4

Nusa Tenggara Barat (1,28) 0,00 0,00 0,13 0,20 0,01 0,19 (0,55) 26

Nusa Tenggara Timur (0,73) 0,10 0,38 0,50 0,12 0,05 0,01 (0,27) 18

Kalimantan Barat (0,96) (0,03) 0,06 0,10 0,11 1,55 0,27 (0,36) 22 Kalimantan Tengah (1,69) 0,18 0,47 0,22 0,17 0,11 0,49 (0,60) 29 Kalimantan Selatan (1,86) 0,12 0,11 0,13 0,24 0,86 1,11 (0,57) 28 Kalimantan Timur (0,46) 0,03 0,20 0,01 0,08 0,28 0,03 (0,17) 17 Sulawesi Utara (1,34) 0,20 0,14 0,01 0,07 0,13 0,15 (0,56) 27 Sulawesi Tengah (2,23) 0,01 (0,17) 0,04 (0,01) 0,01 (0,03) (1,01) 31 Sulawesi Selatan (0,91) 0,04 (0,09) 0,23 0,30 0,09 0,69 (0,28) 19 Sulawesi Tenggara (2,15) 0,26 0,09 0,07 0,02 0,26 0,04 (0,85) 30 Gorontalo (3,79) 0,34 0,17 0,07 0,08 0,05 0,07 (1,80) 33 Sulawesi Barat (3,65) 0,23 0,00 0,23 (0,08) (0,04) 0,13 (1,60) 32 Maluku (0,94) 0,05 0,06 0,01 (0,09) 0,00 0,00 (0,44) 25 Maluku Utara (0,78) (0,01) 0,38 (0,08) 0,09 0,03 (0,13) (0,34) 21 Papua Barat (0,17) 0,20 0,15 0,05 (0,04) 0,00 0,06 (0,01) 12 Papua 0,63 0,08 0,23 0,03 0,20 (0,09) 0,30 0,36 3

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir dengan judul “ Manajemen Paket Wisata di PT Rayniza Sumber Anugrah ( Rayniza Tour and Travel ) Guna Meningkatkan Pelayanan Terhadap Pelanggan ” yang disusun oleh Yoga

memiliki intense turnover selain berusaha mencari lowongan kerja dan merasa tidak betah bekerja diperusahaan juga memiliki gejala- gejala sering mengeluh, merasa

Secara singkat bilangan muncul akibat kebutuhan manusia. Bilangan yang pertama kali dikenal adalah bilangan asli. Bilangan ini muncul akibat kebutuhan manusia

Karakteristik masyarakat Desa Waluya adalah agamis atau Islami (nyantri) karena di daerah tersebut terdapat banyak sekali pesantren. Ada dua pesantren yang cukup terkenal

Konsumsi Rumah Tangga, yaitu, subkelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,02 persen, subkelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau turun sebesar 0,05 persen,

Pada atom dengan banyak elektron, pengertian ini sering disebut sebagai potensial ionisasi yang pertama, karena sesudah ionisasi yang pertama ini bisa terjadi ionisasi lebih

lebih mengakrabkan diri dalam pertemanan dengan cara belajar kelompok bersama, melakukan kegiatan ektrakurikuler bersama – sama serta melakukan kegiatan sharing

Kandou Manado periode januari sampai desember 2012, dapat disimpulkan jumlah pasien kasus baru pioderma pada anak sebanyak 53 kasus, dengan terbanyak kelompok umur 1-4