• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SPECIES TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA

(Buffer Zone) DI PERKEBUNAN SAWIT PT. GMP

KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN

PASAMAN BARAT

Riri Rahmawati, Abizar, Rizki

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email : ririrahmawati00@gmail.com ABSTRACT

Fern is one group of plants which be used human life. Such us decorativate plants, vegetable and medicines. Fern provide benefits in maintain the forest ecosystems include soil formation, secure land from erotion and help to decompotion in forest. Fern also serve to maintain soil moisture and environment around the buffer zone. Buffer zone is an area that is not built and left as the original such us, forest, swamps, lakes, and bush. Buffer zone in oil palm plantation PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat is of conservation are with extensive ±6,19 Ha. Located in the midle of oil palm plantation with are ±6.000 Ha. This reseach conducted on February 2017 using descriptive method with field observation and direct collection. The identification laboratory has continued in Botany Department of Biology Education STKIP PGRI West Sumatera. It found 13 species fern 6 species of terresterial fern and 7 species of epiphytic fern. Include into the 1 classis, 1 ordo, 9 familia, and 12 genera with temperature 31-32ºC, moisture 72-73%, and pH 6,6-7,0.

Keyword: Fern, Buffer Zone, Terresterial, Epiphytic PENDAHULUAN

Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang mempunyai banyak species. Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak langsung paku ikut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan (Arini dan Kinho, 2012). Tumbuhan paku juga berfungsi menjaga kelembaban tanah dan lingkungan sekitar kawasan penyangga (Buffer Zone).

Kawasan penyangga merupakan sebuah lahan yang tidak dibangun dan dibiarkan sebagaimana aslinya seperti

hutan, rawa, danau, dan semak. Fungsi utama kawasan penyangga sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (Anggraini, 2015). Kawasan penyangga yang berada di perkebunan sawit memiliki banyak jenis tumbuh-tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan paku. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak pengelola lahan konservasi yang mengatakan di kawasan penyangga ini terdapat banyak tumbuhan yang belum diketahui jenisnya, salah satunya adalah tumbuhan paku, maka diharapkan untuk diinventarisasi dan di data kekayaan alam yang ada didalamnya, sehingga apabila nanti kawasan penyangga

(2)

mengalami perubahan ekosistem, sudah tersedia data keragaman floranya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis telah melakukan penelitian tentang Species Tumbuhan Paku Pada Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Perkebunan Sawit PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di kawasan penyangga (Buffer Zone) perkebunan sawit PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat tulis, kamera digital, gunting tanaman, parang, pisau cutter, karung, kertas koran, spidol permanen, label gantung, karung plastik, lakban, triplek, tali rafia, benang jahit, kertas mounting, kertas kalkir, hygrometer,

termometer raksa, soil tester, oven. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan spesimen herbarium adalah Spiritus.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara observasi lapangan dan pengoleksian langsung dengan mengelillingi lokasi penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Perkebunan Sawit PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat diperoleh 13 species yang terdiri dari 1 classis, 1 ordo, 9 familia, dan 12 genus, dimana tumbuhan paku tersebut terbagi 6 species tumbuhan paku teresterial dan 7 species tumbuhan paku epifit.

Tabel 1. Species tumbuhan paku teresterial dan epifit yang ditemukan di Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Perkebunan Sawit PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat.

Classis-Ordo-Familia Genus Species H

Filicopsida

Filicales

Pteridaceae Adiantum 1. Adiantum terminatum Kunze Miq. T

Vittaria 2. Vittaria lineata Sw. E

3. Vittaria scolopendria (Bory) Schkuhr Thwaites. E Aspleniaceae Asplenium 4. Asplenium nidus L. E Blechnaceae Stenochlaena 5. Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd. T Nephrolepidaceae Nephrolepis 6. Nephrolepis biserrata (Sw) Schott. T Davalliaceae Davallia 7. Davallia denticulata (Burm. F.) Mett Kuhn. E Athyriaceae Diplazium 8. Diplazium ceneifolium Rosent. T Polypodiaceae Drynaria 9. Drynaria sparsisora (Desv.) T. Moore. E Crypsinus 10. Crypsinus taeniatus (Sw.) Copel. E Campyloneurum 11. Campyloneurum phyllitidis (L.) C. Presl. E Thelypteridaceae Thelypteris 12. Thelypteris abrubta (Desv.) Proctor. T Schizaeaceae Lygodium 13. Lygodium scendens (L.) Sw. T

(3)

Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan di kawasan penyangga PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat di dapatkan tumbuhan paku sebanyak 13 species. Kawasan penyangga di PT. GMP ini berupa hutan yang disekelilingnya terdapat rawa yang ditutupi serasah. Tumbuhan paku yang didapatkan pada kawasan penyangga ini jumlahnya sangat sedikit hanya 13 species, hal ini dikarenakan lokasi kawasan penyangga yang berupa hutan dengan rawa, sehingga tidak memungkinkan banyaknya tumbuhan paku pada kawasan penyangga tersebut. Hal ini juga bisa dikarenakan faktor fisika kimia berupa suhu udara pada kawasan penyangga yang berkisar antara 31-32ºC, kelembaban udara 72-73% dan pH tanah 6,6-7,0. Penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian Anggraini (2015) mengenai Inventarisasi Tumbuhan Paku Pada Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung yang memperoleh 25 species tumbuhan paku. Pada penelitian Anggraini (2015) mendapatkan 25 species paku dikarenakan pada kawasan penyangga di Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao berupa hutan saja yang tidak disertai rawa, sehingga sangat memungkinkan banyaknya tumbuhan paku pada kawasan penyangga tersebut. Hal ini juga bisa dikarenakan faktor fisika kimia berupa suhu udara di kawasan penyangga Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao yang berkisar antara 28-30ºC dan kelembaban udara 62-76%. Dari penelitian di kawasan penyangga PT. GMP species terbanyak yang didapatkan yaitu dari familia Pteridaceae dan Polypodiaceae, untuk familia Pteridaceae didapatkan 3 species paku yaitu Adiantum terminatum Kunze Miq, Vittaria lineata Sw. dan Vittaria scolopendria (Bory) Schkuhr Thwaites.

Jenis familia Pteridaceae banyak ditemukan pada lokasi penelitian karena Pteridaceae memiliki jumlah jenis yang cukup banyak, serta didukung juga dengan lokasi penelitian yang merupakan lahan konservasi dengan suhu 31-32ºC, kelembaban 72-73% dan pH tanah 6,6-7,0. Species dari familia Pteridaceae juga ditemukan tumbuh pada daerah yang ternaung dan menghindari matahari langsung. Hal ini sesuai dengan Holtum, (1967) dalam Betty, J., Linda, R & Lovadi, I, (2015) yang menyebutkan bahwa tumbuhan paku familia Pteridaceae hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah pada daerah terbuka. Banyaknya species tumbuhan paku yang termasuk kedalam familia Pteridaceae juga sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Darma, I.D.P & Peneng, I.N (2007) di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT menemukan 21 familia termasuk di dalamnya familia Pteridaceae yang terdiri dari 4 species dari 2 genus.

Familia Polypodiaceae juga didapatkan sebanyak 3 species yaitu Drynaria sparsisora (Desv.) T. Moore, Crypsinus taeniatus (Sw.) Copel, dan Campyloneurum phyllitidis (L.) C. Presl. Jenis familia Polypodiaceae banyak ditemukan pada lokasi penelitian ini karena Polypodiaceae memiliki jumlah jenis yang cukup banyak, serta didukung juga dengan lokasi penelitian yang merupakan lahan konservasi dengan suhu 31-32ºC, kelembaban 72-73% dan pH tanah 6,6-7,0, selain itu species dari familia Polypodiaceae ini ditemukan tumbuh pada daerah yang ternaung dan menghindari matahari langsung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gazali, (1998) dalam Anggraini, (2015) bahwa tumbuhan akan dapat mempertahankan kehidupannya dengan aktivitas pertumbuhan yang normal pada kisaran suhu antara 10ºC sampai 40ºC. Menurut Kalkman, C & H.P Noteboom

(4)

(1998) familia Polypodiaceae tersebar luas di seluruh dunia dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi terutama di Asia dan tumbuh baik epifit maupun teresterial. Banyaknya species tumbuhan paku yang termasuk kedalam familia Polypodiaceae juga sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Darma, I.D.P & Peneng, I.N (2007) di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT menemukan 21 familia termasuk di dalamnya familia Polypodiaceae yang terdiri dari 10 species dari 6 genus.

Species tumbuhan paku yang ditemukan paling sedikit yaitu dari familia Aspleniaceae, Blechnaceae, Nephrolepidaceae, Davalliaceae, Athyriaceae, Thelypteridaceae, dan Schizaeaceae masing-masing familia hanya ditemukan satu species. Kondisi Lingkungan penelitian yang kurang mendukung dengan suhu 31-32ºC, kelembaban 72-73% dan pH tanah 6,6-7,0 mengakibatkan species dari familia ini ditemukan sedikit. Seperti familia Aspleniaceae, Nephrolepidaceae, Davalliaceae, Athyriaceae, dan Thelypteridaceae yang hanya ditemukan satu species ini dikarenakan familia ini hidup pada daerah terbuka yang cenderung panas dan daerah yang lembab dan juga familia ini memiliki subfamilia yang sedikit dan sebagian besar species yang ditemukan berasal dari jenis yang sama (Betty, J., Linda, R & Lovadi, I, 2015). Familia Blechnaceae dan Schizaeaceae juga ditemukan satu species saja, ini dikarenakan menurut Sastrapradja (1980) tumbuhan paku familia Schizaeaceae hanya dapat hidup ditempat yang terbuka karena paku jenis ini menyukai sinar matahari. Sesuai dengan pendapat Iswandi, (2012) dalam Anggraini, (2015) bahwa cuaca, iklim dan suhu serta lingkungan merupakan faktor penunjang yang penting untuk mendukung kelangsungan hidup suatu organisme.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai species tumbuhan paku pada Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Perkebunan. Sawit PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat maka diperoleh kesimpulan didapatkan 13 species tumbuhan paku teresterial dan epifit dengan 6 species paku teresterial dan 7 species paku epifit yang di Kawasan Penyangga (Buffer Zone) PT. GMP Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat yang termasuk kedalam 1 classis, 1 Ordo, 9 familia, dan 12 genus dengan suhu udara 31-32ºC, kelembaban udara 72-73%, dan pH 6,6-7,0. Familia yang paling dominan adalah Pteridaceae dan Polypodiaceae.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R.M. 2015. Inventarisasi Tumbuhan Paku Pada Kawasan Penyangga (Buffer zone) Di Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Kabupaten Sijunjung. Skripsi: Jurusan Pendidikan Biologi, STKIP PGRI SUMBAR.

Arini, D.I.D,. Kinho, J. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurnal Info BPK Manado. Vol. 2 No 1. 2012. Betty, J., Linda, R., dan Lovadi, I. 2015.

Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) Teresterial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Jurnal Probiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102.

Darma, I.D.P & Peneng, I.N. 2007. Inventarisasi Tumbuuhan Paku di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT. Jurnal Biodiversitas. Vol. 8 No.2. 2007. Hlm. 242-248.

(5)

Kalkman, C and H.P. Noteboom. 1998. Flora Malesiana Series II Vol. 3. Foundation Flora Malesiana.

Sastrapradja, S. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional-LIPI: Bogor.

Gambar

Tabel  1.      Species  tumbuhan  paku  teresterial  dan  epifit  yang  ditemukan  di  Kawasan   Penyangga  (Buffer  Zone)  di  Perkebunan  Sawit  PT

Referensi

Dokumen terkait

karena multimedia dapat menyajikan informasi secara bersamaan berupa teks, gambar, suara, video, dan animasi. Sementara AR merupakan perkembangan dari teknologi

Mengimplementasikan metode transformasi wavelet dan metode klasifikasi dengan LVQ dalam mendeteksi penyakit diabetes melalui ciri yang ada pada retina.. Menganalisis

Hasil yang diperoleh dari perbandingan nilai MPE (Mean Percentage Error) dan MAPE (Mean Absolute Percentage Er- ror) jumlah produksi Mamdani dengan Forecasting perusahaan

Fokus penelitian penulis dalam topik jual beli ini adalah tentang analisis hukum Islam terhadap praktek jual beli pohon dengan sistem ijohan (Studi Kasus di Desa

Da‟i adalah mereka yang menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam baik secara individu ataupun kelompok dengan tujuan membangun masyarakat yang menjalankan nilai-nilai

Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam suatu perusahaan, baik

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

Dari hasil percobaan reheating didalam tungku Hofmann pada billet tipe B dengan waktu penahanan yang sama yaitu 120 menit, dilihat berdasarkan urutan temperatur