Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut daging ayam ras, mengetahui atribut yang menjadi preferensi konsumen, dan sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Kabupaten Karanganyar dengan mengambil 5 pasar tradisional sebagai sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling dengan jumlah responden 96 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis yang digunakan adalah analisi Chi Square dan analisis sikap Multiatribut Fishbein. Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa semua atribut yang diteliti berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada daging ayam ras. Daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah daging ayam ras memiliki warna daging merah kekuningan mengkilat, warna kulit putih kekuningan, kekenyalan kulit elastis, kebersihan kulit bersih, bau daging segar, dan bobot daging sedang (1-1,2 kg). Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein diketahui sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras yang paling dipertimbangkan dalam keputusan pembelian daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah warna daging ayam ras. Urutan atribut dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah warna daging, warna kulit, bau daging, kekenyalan kulit, kebersihan kulit dan bobot daging ayam ras..
Kata kunci : Daging Ayam Ras, Preferensi Konsumen, Analisis Chi Square, Analisis Multiatribut Fishbein.
Keterangan :
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI DAGING AYAM RAS
DI PASAR TRASISIONAL KABUPATEN KARANGANYAR Serafina Setia Ningrum1
Prof.Dr.Ir. Suprapri Supardi, MP 2 Erlyna Wida Riptanti, SP, MP 3
ABSTRAK
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0307081
The results of this study aims to determine whether there is difference in consumer preferences for attributes of broiler meat, understand the attributes of consumer preferences, and consumer attitudes toward various attributes of chicken meat in traditional markets Karanganyar Regency. The basic method of this research uses descriptive analytical method implemented with survey technique. Location of the study were purposively selected (purposive) in Karanganyar Regency by taking five traditional markets for the sample. The sample is determined with judgment method of sampling with the number of respondents 96 people. Types of data used are primary and secondary data with data collection method by observation, interviews, and recording. The analysis used was Chi square and Fishbein Multiattributeattitude. Chi square analysis results showed that all the attributes under study was significantly different in level of 95% which means that there are differences in consumer preferences for attributes that exist in chicken. Broiler meat preferences by consumers in traditional markets Karanganyar Regency are shiny yellowish red colored chicken meat, yellowish white colored chicken skin, elastic skin, clean skin, and freshly smell meat with meat weight between 1 to 1,2 kg. Based on the analysis of Fishbein Multiatribut, the most profound chicken meat attributes is the color of chicken meat while the less profound ones are skin color, the smell of flesh, skin elasticity, skin hygiene and weight of chicken meat.
Keywords : Chicken Meat, Consumer Preferences, Chi Square Analysis, Analysis Multiatribut Fishbein.
Informations :
1. Student of Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta NIM H 0307081
2. Main lecture 3. Assistant lecture
ANALYSIS OF CONSUMER BUYING PREFERENCES IN BROILER MEAT
AT TRADITIONAL MARKET KARANGANYAR REGENCY Serafina Setia Ningrum1
Prof.Dr.Ir. Suprapti Supardi, MP 2 Erlyna Wida Riptanti, SP, MP 3
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional
adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Penyediaan bahan
pangan menyangkut dimensi luas seperti jumlah, jenis dan kualitas, ruang
(distribusi), dan waktu. Dengan penyediaan bahan pangan yang cukup dan
stabil yang diperankan oleh sektor pertanian telah memberikan sumbangan
yang besar bagi stabilitas ekonomi, sosial, politik, sehingga secara
keseluruhan menyumbang pada terciptanya iklim kondusif bagi pembangunan
di segala bidang (Arda, 2010).
Pembangunan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting
untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, selain tanaman pangan,
holtikultura (sayuran dan buah-buahan), perkebunan, dan lain-lain,
pembangunan pertanian juga mencakup sub sektor lainnya yaitu peternakan
dan perikanan. Pembangunan yang semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat menimbulkan fenomena yang berkenaan
dengan konsumsi bahan makanan yaitu telah terjadinya kecenderungan
penurunan konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat. Disisi lain terjadi
kecenderungan peningkatan konsumsi bahan makanan sumber protein
khususnya dari protein hewani seperti produk perikanan dan peternakan.
Kecenderungan peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani
asal ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber
pertumbuhan baru bagi sektor pertanian.
Pembangunan sub sektor peternakan memegang peranan sebagai sumber
penghasil protein hewani (daging dan telur) untuk mencukupi/ melengkapi
kebutuhan gizi masyarakat. Salah satu jenis ternak penghasil daging dan telur
adalah ternak ayam. Namun, tidak semua keluarga ayam adalah penghasil
daging dan telur yang produktif. Di Indonesia, keluarga ayam digolongkan
menjadi dua golongan. Penggolongan keluarga ayam tersebut diawali dengan
commit to user
ayam domestik yang disebut ayam buras (bukan ras) dan kelompok ayam
negeri yang disebut ayam ras (Samadi, 2010:9).
Menurut Samadi (2010:9-10), ayam ras bertubuh besar, memiliki
pertumbuhan cepat, produksi daging yang tinggi dan tebal, serta memiliki
daya alih (konversi) pakan menjadi daging yang tinggi. Oleh karena itu ayam
ras merupakan salah satu jenis unggas penghasil daging dan telur yang
produktif. Ayam ras pedaging pada umur 42 hari bobot badannya mencapai
1,80 kg dan sudah bisa dikonsumsi dagingnya (dipotong).
Daging ayam ras sebagai hasil produksi peternakan ayam ras
kehadirannya dapat mensubstitusi protein hewani produk hasil ternak lainnya,
seperti daging sapi, daging kerbau, daging kambing dan domba, daging itik,
kelinci dan lain sebagainya. Dalam hal ini daging ayam ras pedaging
dikonsumsi jauh lebih banyak dibandingkan ayam lokal. Protein daging juga
lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan
nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam
amino esensialnya yang lengkap dan seimbang.
Daging ayam ras dikonsumsi masyarakat secara luas karena harganya
yang terjangkau untuk sebagian besar masyarakat. Sebagian besar masyarakat
juga sudah terbiasa untuk mengkonsumsi daging ayam ras untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani sehari-hari. Ketersediaan daging ayam ras di
pasar-pasar tradisional juga cukup banyak dan mudah ditemukan.
Salah satu kabupaten yang masyarakatnya mengkonsumsi daging ayam
adalah Kabupaten Karanganyar. Di Kabupaten Karanganyar daging ayam ras
banyak dipasarkan di pasar-pasar tradisional karena letak pasar tradisional
mudah dijangkau oleh masyarakat dan jarak pasar tradisional dekat dengan
perumahan-perumahan masyarakat. Kabupaten Karanganyar memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi, berdasarkan data BPS (2010b:57)
diketahui bahwa luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 773,78 km2
dengan jumlah penduduk 872.821 jiwa sehingga diperoleh kepadatan
penduduknya adalah sebesar 1.128 jiwa per km2, ini berarti setiap satu km2
commit to user
Dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi maka diperlukan produksi
daging ayam ras yang tinggi pula agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap produk daging ayam ras.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Tengah dalam BPS
(2010a:288) produksi daging ayam ras di Jawa Tengah mengalami
peningkatan pada tahun 2009 menjadi sebesar 94.520.496 kg dari tahun 2008
yaitu sebesar 16.652.496 kg. Produksi daging ayam ras di Kabupaten
Karanganyar tahun 2009 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar
2.276.795 kg, nilai ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata produksi daging
ayam ras per kabupaten di Jawa Tengah yaitu sebesar 2.700.586 kg. Dengan
tingkat produksi daging ayam ras yang tinggi di Kabupaten Karanganyar dapat
diketahui bahwa permintaan masyarakat terhadap daging ayam ras juga tinggi
sehingga Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu pasar yang cukup
potensial bagi pemasaran daging ayam ras. Permintaan masyarakat yang tinggi
akan produk daging ayam ras dapat dilihat dari besarnya rata-rata pengeluaran
untuk konsumsi daging oleh masyarakat seperti terlihat pada Tabel 1 dibawah
ini :
Tabel 1. Rata-Rata Pengeluaran Penduduk (per tahun per kapita) untuk Konsumsi Produk Daging dan Ikan di Kabupaten Karanganyar
Tahun Rata-Rata Pengeluaran (Rupiah)
2005 2006 2007
17.001,91 17.111,91 19.130,89
Sumber : BPS, 2007
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk yang digunakan untuk konsumsi produk daging dan ikan mengalami
peningkatan dari tahun 2005 sampai 2007 yaitu sebesar Rp 17.001,91 menjadi
Rp 19.130,89. Produk daging dan ikan, dalam hal ini daging ayam ras dapat
dijumpai dengan mudah oleh konsumennya hampir di setiap pasar tradisional
bahkan di warung-warung makan.
Daging ayam ras yang diinginkan konsumen adalah daging ayam yang
sesuai dengan selera dan keinginan konsumen sehingga atribut yang melekat
commit to user
maupun konsumen mulai dari penyediaan sampai proses pemasarannya.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan daging ayam ras di Kabupaten
Karanganyar adalah mutu atau kualitas daging ayam yang kurang baik.
Daging ayam ras yang dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar
merupakan daging ayam ras yang kurang segar. Warna daging ayam ras yang
dipasarkan terlihat putih kebiruan dan pucat. Masih ditemukan juga daging
ayam ras yang dipasarkan di pasar tradisional memiliki kandungan air yang
sedikit sehingga kekenyalan dagingnya sudah berkurang. Sering kali daging
ayam ras yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar masih
terdapat sisa bulu jarum di permukaan kulit dagingnya, hal ini menandakan
bahwa kebersihan daging ayam ras yang dijual kurang terjamin. Selain itu,
banyak juga pedagang daging ayam ras yang dengan sengaja memberikan
pewarna makanan pada daging ayam ras yang akan dipasarkan untuk
memberikan kesan bahwa daging ayam ras yang dijual adalah daging dengan
kualitas yang baik.
Berdasarkan data dari Dinas Pengelola Pasar Kabupaten Karanganyar
(2010), ada sekitar 3-30 pedagang daging ayam ras di tiap pasar tradisional,
hal tersebut mengakibatkan persaingan pemasaran antar pedagang semakin
ketat karena semakin banyak pedagang ayam ras maka peluang untuk setiap
pedagang mendapatkan lebih banyak konsumen akan semakin sedikit.
Persaingan dalam pemasaran yang semakin ketat mendorong para produsen
dan pemasar untuk memilih strategi pemasaran yang tepat dan efisien dalam
memasarkan produk yang dihasilkan. Strategi yang banyak dilakukan
pedagang daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah
dengan menjual daging ayam ras di pagi hari karena daging akan terlihat lebih
segar. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan
pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen.
Produsen dan pemasar perlu mengetahui selera konsumen dalam
menentukan pilihan suka atau tidak suka seorang konsumen terhadap suatu
produk. Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka
commit to user
fisik (atribut) produk sebelum membeli. Jika kenyataan yang mereka dapat
ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka tidak puas. Namun,
apabila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. Dalam
hal ini atribut produk menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan
oleh konsumen sebelum membeli sebuah produk. Begitu juga dalam
pembelian daging ayam ras, beberapa atribut menjadi pertimbangan konsumen
antara lain adalah bobot, warna daging, warna kulit pada daging, kekenyalan
kulit karkas, bau daging dan kebersihan daging ayam ras. Hal inilah yang
mendorong peneliti mengadakan penelitian mengenai preferensi konsumen
terhadap daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar.
B. Perumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini produsen dalam
memproduksi suatu barang atau produk harus berorientasi pada pasar. Jika
sebelumnya produsen hanya menjual apa yang dihasilkan maka sekarang ini
produsen menjual produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.
Oleh karena itu, produsen harus mampu mengetahui apa yang menjadi
kesukaan konsumen.
Daging ayam merupakan bahan pangan hewani yang digemari oleh
hampir seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga masyarakat di Kabupaten
Karanganyar karena rasanya lezat dan bergizi tinggi, selain itu harga daging
ayam ras juga terjangkau untuk sebagian besar masyarakat. Daging ayam ras
sebagian besar dipasarkan di pasar-pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
Daging yang dipasarkan di pasar tradisional memiliki berbagai karakteristik
atau ciri yang berbeda satu sama lain. Konsumen akan selalu
mempertimbangkan karakteristik daging ayam ras sebelum membeli dan
menyesuaikannya dengan kesukaan konsumen terhadap daging ayam ras.
Konsumen memiliki kesukaan yang berbeda pada tiap produk, hal ini sesuai
dengan informasi yang mereka terima tentang kriteria ideal suatu produk.
Oleh karena itu, agar bisa menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan
commit to user
ras untuk memahami perbedaan atau persamaan tingkat kesukaan (preferensi)
konsumen dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian daging
ayam ras.
Pengambilan keputusan berdasarkan atribut memerlukan pengetahuan
tentang apa saja atribut suatu produk dan bagaiman kualitas atribut tersebut.
Asumsinya, keputusan yang diambil secara rasional dengan mengevaluasi
atribut yang dipertimbangkan. Dari penjelasan tersebut maka
atribut-atribut daging ayam ras yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli
daging ayam ras yang akan diteliti adalah warna daging, warna kulit daging,
kekenyalan daging, kebersihan kulit, bau daging dan bobot daging ayam ras.
Selain tingkat kesukaan/ preferensi konsumen, sikap konsumen juga
perlu dipahami oleh produsen dalam proses pemasaran produknya. Sikap
terkait dengan adanya kepercayaan dan evaluasi konsumen terhadap produk
yang dibeli. Sikap konsumen daging ayam ras yang dijual di pasar tradisional
Kabupaten Karanganyar terkait juga dengan atribut yang melekat pada daging
ayam ras. Misalnya seorang konsumen akan mencari produsen yang menjual
daging ayam ras dengan kriteria kulit yang bersih seperti yang diinginkan dan
jika sudah mendapatkannya di pasar tertentu maka konsumen enggan untuk
berpindah tempat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui atribut apa saja
yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli daging ayam ras.
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diangkat
adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap daging ayam ras
di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar?
2. Atribut daging ayam ras yang bagaimanakah yang menjadi preferensi
konsumen di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimanakah sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut
daging ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui atribut daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di
pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui sikap konsumen terhadap berbagai atribut daging ayam ras di
pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, dan
wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi peternak serta pemasar daging ayam ras, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan tentang preferensi konsumen
terhadap daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mempermudah pemasaran daging ayam ras
sesuai dengan selera konsumen.
3. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar,
hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau
pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di Kabupaten
Karanganyar.
4. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk
commit to user
8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Mutiara (2007:xiii) yang berjudul Analisis Preferensi
Konsumen Terhadap Daging Ayam Ras di Kota Surakarta, dengan
menggunakan analisis chi-square menunjukkan bahwa semua atribut yang
diamati dalam penelitian ini berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95%. Hal
tersebut berarti terdapat perbedaan signifikan preferensi konsumen terhadap
atribut-atribut daging ayam ras, atribut yang dimaksud adalah warna, ukuran,
kekenyalan kulit karkas dan kebersihan daging ayam ras, sehingga dapat
diketahui bahwa preferensi konsumen terhadap daging ayam ras tersebut tidak
sama/ terdapat perbedaan preferensi konsumen dalam keputusan pembelian.
Dari analisis ini diketahui bahwa daging ayam ras yang disukai oleh
konsumen adalah daging ayam ras dengan atribut ukuran sedang dengan kulit
yang bersih, warna daging putih kekuningan, dan tingkat kekenyalan kulit
yang elastis. Dari analisis multiatribut Fishbein diketahui bahwa atribut daging
ayam ras yang paling dipertimbangkan sampai yang kurang dipertimbangkan
oleh konsumen secara berturut-turut adalah warna daging, kekenyalan kulit
karkas, kebersihan kulit dan ukuran daging ayam.
Penelitian Hayati (2009:449-450) yang berjudul Analisis Preferensi
Konsumen dalam Mengkonsumsi Buah Jeruk di Malang, dengan
menggunakan analisis chi-square bertujuan untuk mengetahui buah jeruk apa
yang menjadi preferensi konsumen berdasarkan atribut yang melekat pada
buah jeruk tersebut (rasa, kesegaran dan harga), urutan/ tingkat karakteristik
buah jeruk yang menjadi preferensi konsumen dan hubungan antara atribut
yang menjadi preferensi dengan karakter konsumen. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah buah jeruk yang menjadi preferensi konsumen adalah buah
dengan rasa manis, kondisi buah segar dan harga murah. Dan dari nilai
kepentingan ketiga atribut responden memilih kondisi kesegaran buah sebagai
pilihan nomor satu dengan nilai 0,405; pilihan kedua rasa dengan nilai 0,384
commit to user
karakteristik responden yang meliputi pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan, usia, pekerjaan respoden tidak mempunyai hubungan yang kuat
dengan atribut buah jeruk yang dipilih oleh konsumen.
Penelitian Sumarwan (2000:79-85) yang berjudul Analisis Sikap
Mulatiatribut Fishbein Terhadap Produk Biskuit Sandwich Coklat, bertujuan
untuk mengetahui sikap konsumen terhadap dua merek produk biskuit coklat
yang berbeda (OREO dan RODEO) di Kota Bogor. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah responden menganggap penting semua atribut biskuit
sandwich coklat. Adapun atribut biskuit sandwich coklat ini adalah
kerenyahan, tekstur, rasa coklat, warna produk, kemasan, dan krim isi.
Berdasarkan skor Fishbein, responden lebih menyukai produk merek OREO
dibandingkan RODEO. Semua atribut OREO memiliki skor sikap yang lebih
tinggi dari RODEO, yang berarti bahwa semua atribut OREO dianggap lebih
unggul atau lebih disukai konsumen dibandingkan RODEO.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2009:449-450) dan
Sumarwan (2000:79-85) dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada metode analisis yang digunakan.
Pada penelitian Hayati (2009:449-450) digunakan metode chi-square
sedangkan pada penelitian Sumarwan (2000:79-85) digunakan metode
Fishbein. Dengan metode chi-square dapat diketahui tentang apa yang
menjadi preferensi konsumen berdasarkan atribut suatu produk, sedangkan
untuk mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dapat
diketahui dengan menggunakan analisis Fishbein. Berdasarkan penelitian
Mutiara (2007:xiii) dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan adalah
sama dalam komoditas yang diteliti yaitu daging ayam ras. Perbedaan
penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Mutiara (2007:16) adalah
pada lokasi penelitian, pada penelitian ini dilakukan di pasar tradisional
Kabupaten Karanganyar sedangkan pada penelitian Mutiara (2007:16)
dilakukan di Kota Surakarta sehingga responden pada penelitian Mutiara
adalah para konsumen yang berasal dari berbagai daerah di Surakarta maupun
commit to user
pasar tradisional Kota Surakarta. Karena komoditas, atribut yang diteliti, dan
metode yang digunakan sama dengan penelitian yang akan dilakukan, maka
dapat dijadikan acuan dalam penulisan penelitian ini.
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditi Daging Ayam Ras
a. Ayam Ras
Ayam ras pedaging muda atau ayam “broiler” ini kemampuannya
dan keistimewaannya dibatasi oleh umur, sifat daging, cara memelihara,
pemberian makanan, bibit, pengolahan dan cara memasaknya.
Di Indonesia, ayam broiler dijual dengan umur sekitar 6-7 minggu
dengan berat kurang dari 1,7 kg. Sehingga ayam broiler itu adalah ayam
jantan atau betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual
dengan berat tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat,
mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik/
banyak (Rasyaf, 1993:3).
Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal oleh masyarakat
dengan nama ayam “broiler” adalah merupakan jenis ras unggul hasil
dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish
dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock dari Amerika.
Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang
memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi)
pakan menjadi produk daging yang tinggi. Artinya, dengan jumlah
pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat.
Ayam broiler lebih menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil
daging sebab dengan pakan yang hemat mampu menngubahnya
menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010:16-17).
b. Arti Ekonomi Daging Ayam Ras
Daging ayam merupakan komoditi ekonomi yang strategis.
Ketersediaan daging ayam yang cukup dalam jumlah dan
commit to user
menjadikan daging ayam banyak dicari dan dikonsumsi oleh
masyarakat. Dalam hal pemenuhan kebutuhan daging unggas maka
Indonesia telah mencapai swasembada sejak tahun 1995 lalu. Perlu
diingat bahwa permintaan akan daging unggas akan terus meningkat
dari tahun ke tahun dengan peningkatan yang cukup signifikan sebagai
akibat dari pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan gizi
(Thalib, 2007:3).
Di sisi penawaran daging ayam sangat dipengaruhi oleh harga
inputnya. Harga input pakan formula berpengaruh negatif terhadap
penawaran daging broiler. Dengan demikian upaya peningkatan
penawaran daging ayam dapat dilakukan dengan kebijakan
pengendalian harga input. Harga daging broiler sangat mempengaruhi
permintaan daging broiler. Permintaan daging responsif terhadap
perubahan harga daging. Berdasarkan informasi tersebut dan besarnya
kontribusi daging ayam broiler terhadap konsumsi daging masyarakat
karena harganya yang relatif terjangkau, maka industri daging sangat
strategis dikembangkan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat
(Ilham, 2002:17-18).
c. Kandungan Gizi Daging Ayam Ras
Daging adalah sumber utama zat-zat makanan yang dibutuhkan
untuk kesehatan manusia bagi yang mengkonsumsinya. Nilai nutrisi
daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam amino
essensial lengkap dan seimbang. Produk daging ayam merupakan
komoditas pangan yang unggul sebab daging ayam ras banyak
kegunaan dan manfaatnya untuk menunjang kebutuhan gizi manusia.
Daging ayam ras dapat dikonsumsi dan diterima oleh semua golongan
masyarakat dan agama sebagai makanan yang memiliki nilai gizi yang
tinggi. Kandungan gizi pada daging ayam ras dapat dilihat pada Tabel 2
commit to user
Tabel 2. Kandungan Gizi pada Daging Ayam Ras per 100 gram
No. Jenis Zat Gizi Jumlah Kandungan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg)
302,00 18,20 25,00 14,00 200,00 1,50
Sumber : Samadi, 2010:13
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dalam 100 gram
daging ayam mengandung kalori sebesar 302 Kal, lemak sebesar 25
gram, dan protein sebesar 18,20 gram. Selain itu juga mengandung
kalsium, fosfor dan besi masing-masing sebesar 14 mg, 200 mg dan
1,5 mg. Untuk menjaga kualitas daging ayam tetap baik dan kandungan
gizinya terjaga maka perlu dilakukan pemilihan daging dengan cermat.
Pemilihan daging yang tepat untuk dikonsumsi memerlukan
pengetahuan tentang ciri-ciri daging ayam yang baik. Ciri-ciri daging
ayam yang baik, antara lain:
a. Warna merah-kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak
kebiruan, tidak terlalu merah).
b. Warna kulit ayam putih-kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih.
c. Bila disentuh, daging terasa lembab dan tidak lengket (tidak kering).
d. Bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis,
tidak berbau busuk).
e. Konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak lembek).
(Anonim, 2010a).
Daging ayam ras merupakan produk pangan penting yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani selain dari golongan
ruminansia. Daging ayam ras juga dapat diolah menjadi berbagai
macam makanan olahan, sehingga perlu adanya pemasaran agar daging
ayam ras dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
commit to user
2. Pemasaran
Menurut Kotler (1996:5-6,19), pengertian pemasaran adalah suatu
proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan
produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Definisi
pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut:
kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai (value) dan kepuasan,
pertukaran atau transaksi, pasar, serta pemasaran dan pemasar. Pemasaran
berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial
dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Konsep pemasaran menurut Soekartawi (2002:23-24) beranggapan
bahwa produk yang dihasilkan harus berorientasi pada kebutuhan
konsumen. Karena selera dan kebutuhan konsumen terus berubah, maka
macam dan kualitas produk perlu ada pembaharuan-pembaharuan
sehingga muncul pengertian baru dalam konsep pemasaran, yaitu konsep
pemasaran strategis dan konsep pemasaran kemasyarakatan. Pada konsep
pemasaran strategis, konsumen individu bukan satu-satunya sasaran.
Sedangkan pada konsep pemasaran kemasyarakatan, bukan saja kebutuhan
pasar yang dipenuhi tetapi juga upaya bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan kemakmuran konsumen dan masyarakat. Dalam mendesain
konsep pemasaran, peranan konsumen, masyarakat dan lingkungan perlu
mendapatkan perhatian khusus. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam mendesain konsep pemasaran yaitu identifikasi keinginan
konsumen, identifikasi terhadap produk yang dipasarkan dan identifikasi
konsumen dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen.
Dalam suatu proses pemasaran akan terdapat jalur pemasaran. Jalur
pemasaran ini pada prinsipnya berfungsi sebagai lembaga distribusi atau
yang menyampaikan hasil produksi kita kepada konsumen akhir. Terdapat
beberapa jalur pemasaran daging ayam di Indonesia. Menurut Rasyaf
(1994:180) jalur pemasaran inilah yang akan menghantarkan ayam
commit to user
dapat pula pendek, tergantung kita dan juga macam unggas yang dijual.
Jalur pemasaran daging ayam di Indonesia dapat dilihat dalam Gambar 1.
Gambar 1. Jalur Pemasaran Daging Ayam di Indonesia (Rasyaf, 1993:148)
Pemasaran merupakan suatu proses kegiatan dari produsen ke
tangan konsumen. Karena merupakan suatu proses kegiatan dimana
kegiatan itu dilakukan, kapan kegiatan tersebut dilakukan dan bagaimana
cara melakukan kegiatan tersebut. Semua tujuan tersebut berhubungan
dengan pasar dimana produsen yang menawarkan barang akan bertemu
dengan konsumen yang membutuhkannya. Disinilah letak kegiatan
pemasaran dilakukan dan kegiatan pemasaran tersebut mencakup
strategi-strategi pemasaran perusahaan yang baik, cara-cara yang dilakukan
perusahaan maupun saat kapan kegiatan tersebut dilakukan. Jadi hubungan
antara pemasaran dan pasar sangat erat, karena pasar merupakan tempat
terjadinya transaksi jual beli, sedangkan pemasaran merupakan kegiatan
bagaimana agar produksi terjual dan dapat memuaskan keinginan pembeli
sehingga pembeli akan membeli produk yang bersangkutan
(Widyatmini, 1996:71-72).
Sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial dengan kebutuhan
atau keinginan tertentu yang mungkin mampu untuk ambil bagian dalam
jual-beli guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Karena itu,
Peternak sebagai Produsen
Pedagang Pengumpul
Rumah Potong Unggas Ayam Jual
Hidup
Pengecer
Daging Ayam Dimasak
Ayam Jual Hidup
commit to user
besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang
menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi
orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh
apa yang mereka inginkan (Kotler, 1999:11).
Pasar sebenarnya mengandung dua arti: arti fisik dan arti makna.
Sebenarnya keduanya tetap sama, yaitu pertemuan antara pembeli dengan
penjual atau lebih inti lagi pertemuan permintaan dan penawaran. Pasar
bertumpu pada konsumen dan penjual, sedangkan konsumen dan penjual
itu sendiri ada faktor yang mempengaruhi. Dari pihak konsumen faktor
tersebut meliputi selera, pendapatan, dan kesadaran mereka akan gizi. Dari
pihak penjual juga tergantung pada pasokan di tiap wilayah yang berbeda
(Rasyaf, 1994:177,179).
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan,
buah, sayur-sayuran, umbi-umbian, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan
barang-barang lainnya. Pasar ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan
umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli
untuk mencapai pasar (Anonim, 2010b).
Agar produsen dan pemasar dapat memasarkan produknya dengan
baik, maka produsen dan pemasar harus mampu menyediakan produk
dengan atribut yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
sehingga perlu adanya pemahaman mengenai perilaku konsumen.
3. Perilaku Konsumen
Menurut Sumarwan (2003:26) perilaku konsumen pada dasarnya
merupakan keputusan yang diambil oleh konsumen dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia yaitu waktu, uang dan upaya untuk ditukar
commit to user
meliputi keputusan tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa,
dimana, kapan dan seberapa sering dia membeli. Perilaku konsumen juga
dapat didefinisikan sebagai proses yang dilalui oleh seseorang dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca
konsumsi produk.
Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum
pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi
dan menghabiskan produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi
perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan,
dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli
dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati
seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi,
bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan
tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam
(Simamora, 2008:2).
Menurut Simamora (2003:5-11), perilaku konsumen dipengaruhi
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
antara lain :
1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan
paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami
peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.
a. Kultur
Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
perilaku seseorang sehingga sangat penting bagi pemasar untuk
melihat pergeseran kultur tersebut untuk dapat menyediakan
produk-produk baru yang diinginkan konsumen.
b. Subkultur
Tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil. Banyaknya
commit to user
menemukan manfaat dengan merancang produk yang disesuaikan
dengan kebutuhan subkultur tersebut.
c. Kelas sosial
Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan
tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan,
kekayaan, dan variabel lainnya. Kelas sosial memperlihatkan
preferensi produk dan merek yang berbeda.
2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kelompok, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen
a. Kelompok
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kelompok
kecil, salah satunya adalah kelompok rujukan. Kelompok ini dapat
mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup seperti
mempengaruhi pilihan produk dan merek yang akan dipilih oleh
seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli.
c. Peran dan status sosial
Posisi seseorang dalam suatu kelompok dapat ditentukan dari segi
peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan umum oleh masyarakat.
3. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap-tahap daur hidup pembeli, jabatan,
keadaan ekonomi, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan
a. Usia dan tahap daur hidup
Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang
hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai
commit to user
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya.
c. Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Jika
indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi,
pemasar dapat mencari jalan menetapkan posisi produknya.
d. Gaya hidup
Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat,
akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang
terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi
perilaku konsumen.
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku
konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merek.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran,
serta kepercayaan dan sikap.
a. Motivasi
Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu
telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang
cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.
b. Persepsi
Orang dapat memberikan persepsi yang berbeda terhadap rangsangan
yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu perhatian yang selektif,
gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif.
c. Kepercayaan dan sikap
Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku
commit to user
Menurut Sutisna (2001:4-5) ada dua alasan mengapa perilaku
konsumen perlu dipelajari. Pertama, konsumen sebagai titik sentral
perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh konsumen merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen
akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.
Kedua, perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan bahwa
lebih banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan
penawaran menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak
dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawaran tersebut bisa
disebabkan oleh faktor seperti kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen, atau mungkin juga karena konsumen
tidak mengetahui keberadaan produk tersebut. Oleh karena itu, sudah
selayaknya perilaku konsumen menjadi perhatian penting dalam
pemasaran.
Terkait dengan keputusan pembelian suatu produk, konsumen
memiliki perilaku pembelian yang menyangkut tentang bagaimana
konsumen memilih, membeli sampai dengan memakai suatu produk. Suatu
perilaku pembelian dipengaruhi oleh preferensi dan sikap konsumen
terhadap suatu produk. Sebelum melakukan perilaku pembelian, konsumen
terlebih dahulu mengambil keputusan akan produk mana yang mereka
suka dan yang tidak mereka suka. Setiap produk memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga konsumen dalam melakukan tindakan
pembelian suatu produk selalu mempertimbangkan karakteristik yang ada
pada produk atau objek tertentu yang sesuai dengan selera mereka. Sikap
konsumen terbentuk dari adanya kepercayaan dan evaluasi konsumen pada
suatu produk atau objek, sehingga terbentuknya sikap akan membentuk
niat seseorang untuk melakukan tindakan dengan adanya niat tersebut akan
commit to user
4. Preferensi
Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh
seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi
konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk
yang ada. Menurut Nicholson (2002:60), hubungan preferensi diasumsikan
memiliki tiga sifat dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah:
1. Kelengkapan (completeness)
Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang
selalu harus bisa menspesifikasikan apakah:
1) A lebih disukai daripada B
2) B lebih disukai daripada A, atau
3) A dan B sama-sama disukai.
Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam
menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana
yang lebih buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan
di antara dua alternatif.
2. Transitivitas (transitivity)
Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan
lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada
C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya
yang saling bertentangan.
3. Kontinuitas (Continuity)
Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini
berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di
bawah pilihan B.
Diasumsikan preferensi tiap orang mengikuti dasar diatas. Dengan
demikian tiap orang selalu dapat membuat atau menyusun rangking semua
situasi dan kondisi mulai dari yang paling disenangi hingga yang paling
tidak disukai dari bermacam barang/jasa yang tersedia. Seseorang yang
rasional akan memilih barang yang paling disenanginya. Dengan kata lain
commit to user
yang dapat memaksimalkan kepuasannya. Hal ini sejalan dengan konsep
barang yang lebih diminati menyuguhkan kepuasan yang lebih besar dari
barang yang kurang diminati.
Menurut Lilien et al dan Kotler dalam Simamora (2003:88-89), ada
beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk
preferensi, yaitu :
a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai
sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang
berbeda tentang atribut apa yang relevan.
b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki
penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling
penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar
akan memperhitungkan atribut harga sebagai yang utama.
c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang
letak produk pada setiap atribut.
d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam
sesuai dengan perbedaan atribut.
e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang
berbeda melalui prosedur evaluasi.
Menurut Simamora (2003:74,114) ada 2 metode analisis yang dapat
digunakan untuk mengukur preferensi, yaitu metode konjoin dan
compensatory model. Metode konjoin digunakan untuk mengetahui bahwa
kualitas setiap atribut berkorelasi positif dengan tingkat kepentingannya.
Metode compensatory model digunakan untuk mengetahui persepsi
kualitas masing-masing merek dan membantu produsen untuk mengetahui
pada faktor apa saja yang membuat mereknya unggul ataupun lemah
sehingga dapat dilakukan pembenahan. Kedua analisis tersebut sulit
dilakukan karena memerlukan perhitungan dan rumus yang rumit dan
commit to user
Sedangkan dalam Simamora (2008:64,82) terdapat 2 model
pengukuran preferensi yaitu analisis Chi square dan Spearman. Analisis
Spearman digunakan untuk menguji reliabilitas kuisioner yang bertujuan
untuk mengetahui atribut apa saja yang dipertimbangkan responden dalam
memilih sebuah produk. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi
square.
Analisis chi-square dengan menggunakan teknik goodness-of-fit
dapat digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara banyak
yang diamati (observed) dari objek atau jawab yang masuk dalam
masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan (expected) berdasarkan
hipotesis nol (frekuensi yang diharapkan adalah merata). Dalam Djarwanto
(1994:247) goodness of fit berarti perbandingan antara observed
frequencies dengan expected frequencies. Semua pengujian yang
menggunakan chi-square distribution adalah termasuk dalam persoalan
“goodness of fit”. Yang akan dibicarakan adalah “goodness of fit” suatu
distribusi frekuensi hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi teoritis
yang didasarkan pada mean dan deviasi standar dari distribusi frekuensi
pengamatan. Disini dilakukan pengujian apakah distribusi frekuensi hasil
pengamatan sesuai dengan expected normal curve frequencies dengan
menggunakan chi-square distribution. Analisis Chi-square dinyatakan
dalam rumus :
å
(
)
=
ú
û
ù
ê
ë
é
-=
ki
fe
fe
fo
x
1
2 2
Keterangan :
χ2
= Chi Square
fo = frekuensi yang diamati pada penelitian
fe = frekuensi yang diharapkan pada penelitian i…k = kategori atribut dalam variabel
Dimana :
å
=
Ri Ci x Ri
commit to user
Keterangan :
Ri = jumlah baris ke-1 Ci = Jumlah kolom ke-1
å
Ri=å
pengamatanKonsumen dapat memutuskan produk mana yang mereka suka dan
tidak suka, karena terbentuknya sikap konsumen terhadap suatu produk.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
melakukan tindakan pembelian, sehingga sikap konsumen merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian.
5. Sikap
Suatu sikap menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan
emosional, persepsi, dan proses kognitif kepada semua aspek. Lebih lanjut,
sikap adalah cara berfikir, merasa, dan bertindak melalui aspek
dilingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk. Sikap
menuntut orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek yang
sama (Simamora, 2003:11-12).
Ada banyak definisi mengenai sikap dalam berbagai versi menurut
Azwar (1995) dalam Anonim (2010c). Selanjutnya dikatakan oleh Azwar
bahwa sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran yaitu:
a. Pertama, yang berorientasi kepada respon. Orientasi ini diwakili oleh
para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood.
Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi
perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak terhadap objek.
b. Kedua, yang berorientasi kepada respon. Menurut pandangan orientasi
ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara teretntu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.
c. Ketiga, yang berorientasi pada skema triadik. Menurut pandangan
commit to user
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.
Menurut Kinnear (1995:304-306) sikap umumnya dianggap
mempunyai tiga komponen utama, yaitu :
a. Komponen kognitif, yaitu keyakinan seseorang mengenai suatu objek
seperti kecepatan atau keawetannya/ketahanannya. Komponen kognitif
mengacu kepada kesadaran responden dan pengetahuannya terhadap
beberapa objek atau fenomena.
b. Komponen afektif, yaitu perasaan seseorang tentang objek, seperti baik
atau buruk. Komponen afektif mengacu kepada preferensi dan
kesenangan responden terhadap objek atau fenomena.
c. Komponen perilaku, yaitu kesiapsiagaan seseorang untuk berperilaku
tanggap terhadap suatu objek. Komponen perilaku mengacu kepada
perilaku pembeli yang berupa niat membeli dan membeli. Niat
membeli merupakan tahap kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Menurut Simamora (2008:302-303), ada 3 metode pengukuran
sikap yaitu Model Point ideal, Rosenberg dan Multiatribut Fishbein.
Penelitian ini menggunakan model Multiatribut Fishbein, karena model ini
salah satu model yang terkenal untuk mengukur sikap terhadap objek
(Attitude toward object) dan model ini digunakan untuk memperoleh
konsistensi antara sikap dan perilakunya. Model Fishbein dalam Sutisna
(2001:111) memperlihatkan bahwa sikap terhadap suatu obyek (Ao)
bergantung pada probabilitas bahwa suatu obyek mempunyai
atribut-atribut tertentu (bi), dan pada tingkat diinginkannya atribut-atribut-atribut-atribut itu (ei).
Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:111), model multiatribut
Fishbein mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi sikap.
Faktor pertama adalah atribut utama atas sebuah objek oleh konsumen,
faktor kedua adalah tingkat kepercayaan konsumen bahwa objek memiliki
commit to user
atribut tersebut dievaluasi. Model Multiatribut Fishbein dirumuskan
sebagai berikut :
å
=
= n
i
ei bi A
1
0 .
Dimana :
A0 : Sikap konsumen terhadap objek
bi : tingkat keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut tertentu (atribut ke-i)
ei : dimensi evaluatif konsumen terhadap variabel ke-i yang dimiliki objek
Sikap konsumen menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut dan manfaat dari suatu produk. Setiap produk memiliki
berbagai macam atribut yang melekat. Konsumen dalam melakukan
pembelian selalu memperhatikan dan mempertimbangkan atribut-atribut
yang ada pada produk atau objek tertentu yang sesuai dengan kesukaan
mereka untuk memperoleh kepuasaan.
6. Atribut Produk
Atribut didefinisikan sebagai karakteristik yang membedakan merek
atau produk dari yang lain. Definisi lainnya menyebutkan bahwa atribut
merrupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori
produk, yang melekat pada produk atau menajdi bagian produk itu sendiri.
Kedua pengertian ini akan menghasilkan perbedaan atribut produk
(Simamora, 2008:79).
Atribut merupakan gambaran karakteristik spesifik dari produk
yang diharapkan dapat menimbulkan manfaat bagi konsumen, artinya
pembeli biasanya dapat menyimpulkan manfaat yang akan mereka terima
dari produk dengan meneliti atribut-atribut produk tersebut. Seringkali
beberapa produk sama dalam sejumlah besar atributnya. Dalam hal seperti
ini, adalah penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu,
yaitu atribut yang paling menentukan pilihan pembelli. Suatu atribut akan
dianggap penting jika memberikan manfaat yang sangat diinginkan, tetapi
commit to user
maka atribut yang lain akan menentukan pilihan merek (Guiltian dan
Gordon, 1992:78).
Atribut-atribut produk adalah sesuatu yang melengkapi manfaat
utama produk sehingga mampu lebih memuaskan konsumen. atribut
produk meliputi merk (brand), pembungkusan (packaging), label, garansi
atau jaminan (warranty) dan produk tambahan (service). Atribut produk
dapt dipandang secara obyektif (fisik produk) maupun secara subyektif
(pandangan konsumen). Atribut fisik belum tentu searah dengan atribut
menurut pandangan konsumen (Budiarto, 2010:68).
Atribut produk menjadi faktor yang dipertimbangkan konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian. Pengetahuan konsumen tentang
atribut suatu produk akan memudahkan konsumen mengenali dan memilih
produk yang dibelinya. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui
oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut
mana yang dianggap paling penting oleh konsumen.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Pembangunan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting
untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, selain tanaman pangan,
holtikultura (sayuran dan buah-buahan), perkebunan, dan lain-lain,
pembangunan pertanian juga mencakup sub sektor lainnya yaitu peternakan.
Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat berpengaruh juga terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan peningkatan pendapatan
masyarakat tersebut muncul fenomena yang berkenaan dengan penurunan
konsumsi bahan pangan sumber karbohidrat. Di sisi yang lain terjadi
peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein, terutama yang berasal
dari hewani.
Ayam ras pedaging (Broiler) merupakan salah satu jenis ternak yang
banyak diusahakan di Indonesia dari golongan unggas. Ternak ayam ras
pedaging banyak diusahakan di Indonesia dikarenakan harganya yang
commit to user
ras cenderung meningkat. Selain itu, kandungan gizi dari daging ayam ras juga
mengandung nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan
asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang sehingga mampu
memberikan keseimbangan gizi pangan masayarakat.
Konsumen sekarang ini mandiri dalam mengambil keputusan, bukan
karena pengaruh orang lain maupun promosi, maka konsumen akan memilih
produk yang paling sesuai (best fit) bagi mereka. Dengan kata lain, konsumen
akan memilih produk yang memberikan nilai tertinggi bagi mereka. Preferensi
konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk
yang ada. Atribut daging ayam ras merupakan preferensi konsumen yang akan
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk daging ayam.
Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan
atribut-atribut yang terdapat pada daging ayam ras. Atribut yang diteliti meliputi
warna daging, warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, bau
daging ayam ras, kebersihan kulit dan bobot daging ayam ras.
Berdasarkan atribut-atribut daging ayam ras tersebut dapat diketahui
tentang preferensi konsumen terhadap daging ayam ras dan sikap konsumen
terhadap daging ayam ras. Analisis mengenai preferensi daging ayam ras
dengan menggunakan analisis Chi-Square bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan preferensi konsumen daging ayam ras dan juga
mengetahui atribut yang menjadi preferensi konsumen daging ayam ras.
Sedangkan analisis mengenai sikap konsumen dengan menggunakan analisis
Fishbein bertujuan untuk mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan
oleh konsumen daging ayam ras.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat skema kerangka
commit to user
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
D. Hipotesis
1. Diduga terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut daging
ayam ras di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
2. Diduga atribut daging ayam ras yang menjadi preferensi konsumen di
pasar tradisional Kabupaten Karanganyar adalah warna daging ayam ras Pembangunan yang
semakin meningkat
Peningkatan Pendapatan
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Peningkatan Konsumsi Produk Pangan Hewani dari Daging Ayam Ras
Atribut Daging Ayam Ras :
1. Warna daging ayam ras
2. Warna kulit daging ayam ras
3. Kekenyalan kulit karkas ayam ras
4. Kebersihan kulit ayam ras
5. Bau daging ayam ras
6. Bobot daging ayam ras
Sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras Preferensi Konsumen
Daging Ayam Ras
Sikap Konsumen Daging Ayam Ras
Daging Ayam Ras
Analisis Chi Square Analisis Multiatribut Fishbein
Atribut yang menjadi preferensi
konsumen daging ayam ras Perbedaan
preferensi konsumen daging
commit to user
merah pucat mengkilat, warna kulit pada daging ayam ras putih
kekuningan, tingkat kekenyalan kulit karkasnya elastis, kulit daging ayam
yang bersih, bau daging ayam ras segar dan bobot daging ayam ras sedang.
3. Diduga sikap konsumen terhadap atribut daging ayam ras berturut-turut
dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang
dipertimbangkan adalah atribut warna daging ayam ras, warna kulit pada
daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit daging ayam
ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam ras.
E. Asumsi
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam melakukan pembelian
daging ayam ras di pasar tradisional yang mewakili rumah tangga
2. Keputusan pembelian diambil responden secara rasional berdasarkan
pertimbangannya terhadap berbagai atribut daging ayam ras
3. Harga daging ayam ras dianggap tidak mempengaruhi preferensi
konsumen
F. Pembatasan Masalah
1. Daging ayam ras yang diteliti adalah daging ayam ras yang dipasarkan di
pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
2. Atribut daging ayam ras yang diteliti meliputi : warna daging ayam ras,
warna kulit pada daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan
kulit daging ayam ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam ras.
3. Penelitian terbatas pada konsumen akhir yang membeli daging ayam ras
untuk dikonsumsi rumah tangga dan tidak bermaksud untuk menjual
kembali.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari Tahun 2011.
G. Definisi Operasioanl dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka konsumen
terhadap suatu produk, dalam hal ini adalah daging ayam ras.
commit to user
2. Daging ayam ras adalah bahan makanan yang dikonsumsi manusia yang
berasal dari ternak unggas yaitu ayam ras.
3. Atribut daging ayam ras adalah karakteristik yang terdapat pada daging
ayam ras yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan
keputusan. Atribut yang akan diteliti adalah atribut fisik yang melekat
pada daging ayam ras yang meliputi: warna daging ayam, warna kulit pada
daging ayam ras, kekenyalan kulit karkas, kebersihan kulit daging ayam
ras, bau daging ayam ras dan bobot daging ayam.
4. Warna daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen
terhadap warna daging ayam ras. Atribut warna daging ayam ras
dibedakan dalam kategori warna merah pucat mengkilat dan warna merah
kebiruan tidak mengkilat.
5. Warna kulit pada daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan
konsumen terhadap warna kulit pada daging ayam ras. Atribut warna kulit
pada daging ayam ras dibedakan dalam kategori warna putih, putih
kekuningan, dan kuning.
6. Kekenyalan kulit karkas adalah serangkaian anggapan dan kesan
konsumen terhadap kekenyalan kulit daging ayam ras yang
mengindikasikan baik atau tidak kualitas daging ayam ras. Atribut
kekenyalan kulit karkas ayam ras dibedakan dalam kategori elastis (jika
ditekan terasa kenyal dan mudah kembali ke kondisi semula), kategori
kurang elastis (jika ditekan sedikit terasa kenyal dan dapat kembali ke
kondisi semula), dan kategori tidak elastis (jika ditekan terasa keras).
7. Kebersihan kulit ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan
konsumen terhadap kebersihan kulit ayam ras yang mengindikasikan baik
tidaknya kualitas daging ayam ras. Atribut kebersihan kulit ayam ras
dibedakan dalam kategori kulit bersih (tidak ada memar, tidak sobek, tidak
ada goresan, bebas dari bulu-bulu jarum), kategori kulit agak bersih (ada
sedikit memar, sedikit sobek, ada sedikit goresan, ada sedikit bulu-bulu
jarum), kategori kulit kotor (ada memar, ada sobek, ada goresan, ada
commit to user
8. Bau daging ayam ras adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen
terhadap bau daging ayam ras yang dapat mengindikasikan baik tidaknya
kualitas daging ayam ras. Atribut bau daging ayam ras dibedakan dalam
kategori berbau segar (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak
berbau busuk), kategori agak segar (sedikit bau menyengat, sedikit berbau
amis, sedikit berbau busuk), dan kategori tidak segar (ada bau menyengat,
ada bau amis, ada bau busuk).
9. Bobot daging ayam adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen
tentang kepuasan yang didapat dari bobot atau berat daging ayam ras.
Atribut bobot daging ayam ras dibedakan dalam kategori besar (jika
beratnya 1,2-1,5 kg), kategori sedang (jika beratnya 1-1,2 kg), dan kategori
kecil (jika beratnya 0,8-1 kg).
10.Sikap terhadap objek (Ao) adalah sikap yang dinyatakan dalam indeks
sikap yang diukur dengan menjumlahkan perkalian antara kekuatan
kepercayaan bahwa objek mempunyai atribut-atribut dengan evaluasi
mengenai atribut-atribut tersebut.
11.Tingkat kepercayaan konsumen (bi) adalah kepercayaan konsumen bahwa
daging ayam ras memiliki atribut tertentu. Diukur dengan menggunakan
skala likert, yaitu 1 sangat tidak baik, 2 tidak baik, 3 netral, 4 baik, dan 5
sangat baik.
12.Evaluasi konsumen (ei) adalah evaluasi kebaikan/keburukan terhadap
atribut daging ayam ras oleh konsumen. Diukur dengan menggunakan
skala likert, yaitu 1 sangat tidak baik, 2 tidak baik, 3 netral, 4 baik, dan 5
sangat baik.
13.Responden merupakan pengambil keputusan dalam melakukan pembelian
daging ayam ras yang mewakili rumah tangga dengan tujuan untuk
commit to user
32
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1998:140), metode deskriptif adalah
metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah aktual
sedangkan analitis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan dan kemudian dianalisis.
Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan
Sofian Efendi, 1995:3).
B. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja yaitu pemilihan lokasi
penelitian diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten
Karanganyar. Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai daerah penelitian
dengan pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Tengah,
Kabupaten Karanganyar memproduksi daging ayam ras sebesar 2.274.500 kg
pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu sebesar
2.276.795 kg, nilai produksi ini tergolong cukup besar di Jawa Tengah. Data
commit to user
Tabel 3. Produksi Daging Ayam Ras Menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (kg)
No. Kabupaten di Jawa Tengah 2008 2009
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 2.838.000 7.783.140 2.994.495 2.739.820 5.719.083 1.031.996 2.200.435 6.383.907 3.806.880 408.370 2.041.406 1.042.684 2.274.500 2.935.001 318.854 1.156.313 57.293 613.811 3.552.279 479.328 2.759.500 302.657 2.892.286 2.199.751 3.534.027 596.078 2.178.393 2.713.241 3.147.526 259.041 117.408 582.138 4.661.861 1.292.151 254.347 284.300 5.631.261 3.916.849 - 4.796.965 4.258.290 1.813.883 8.738.574 1.945.488 609.448 2.754.987 2.029.078 2.276.795 3.414.314 776.736 996.382 449.407 552.927 4.293.258 482.695 2.610.713 5.776.437 4.804.478 1.484.429 7.863.010 840.710 224.958 2.322.330 4.964.917 1.488.118 527.512 3.703.040 5.974.129 1.400.850 513.227 Jumlah
Rata-rata per kabupaten
77.868.000 2.224.800
94.520.496 2.700.586
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2010
Secara umum produksi daging ayam ras di Jawa Tengah tahun 2009
mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2008
yaitu dengan peningkatan produksi sebesar 16.652.496 kg. Nilai produksi
daging ayam ras di Kabupaten Karanganyar juga mengalami peningkatan pada
tahun 2009 menjadi 2.276.795 kg sedangkan pada tahun 2008 sebesar
2.274.500 kg. Produksi daging yang besar dapat menunjukkan bahwa
[image:35.595.133.513.135.588.2]commit to user
tingginya permintaan daging ayam ras maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
konsumsi masyarakat terhadap daging ayam ras di kabupaten ini juga tinggi.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di
Kabupaten Karanganyar.
C. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Metode penentuan sampel lokasi penelitian adalah secara sengaja
(purposive sampling), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian (Singarimbun
dan Sofian Efendi, 1995:169). Penelitian ini dilaksanakan di pasar tradisional
di Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan bahwa daging ayam ras
pada umumnya banyak dijual di pasar tradisional Kabupaten Karanganyar.
Menurut data Dinas Pengelolaan Pasar tahun 2010, pasar tradisional di
Kabupaten Karanganyar terbagi dalam lima wilayah pasar, yaitu Wilayah I,
Wilayah II, Wilayah III, Wilayah IV, dan Wilayah V. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Daging Ayam Ras di Pasar Tradisional di Kabupaten Karanganyar
Wilayah Nama Pasar Jumlah Pedagang Daging
Ayam Ras I
(Utara)
1. Pasar Mojogedang
2. Pasar Jambangan
3. Pasar Kwadungan
4. Pasar Kebakramat
6 10 9 6 II (Barat)
1. Pasar Palur
2. Pasar Malangjiwan
3. Pasar Tuban
34
9 31 III
(Pusat)
1. Pasar Jungke
2. Pasar Tegalgede
3. Pasar Nglano
22
7 15 IV