• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Memori

Memori merupakan proses mental yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan pengalaman dan persepsi untuk diingat kembali beberapa saat kemudian (Prihanti, 2015).

2.1.1 Jenis-Jenis Memori

Memori terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara penyimpanannya yaitu memeori segera, memori jangka pendek dan memori jangka panjang (Adams and Victor’s, 2019).

1. Memori segera(Immediate recall) atau pemanggilan segera merupakan pemanggilan setelah rentang waktu beberapa detik (Adams and Victor’s, 2019).

2. Ingatan Jangka Pendek berlangsung beberapa detik hingga jam (Sherwood, 2013). Ingatan jangka pendek dipengaruhi oleh beberapa keadaan yang dapat menjadikan stimulasi yang masuk dapat diterima atau di buang :

a. "Attention" adalah sejumlah proses yang melibatkan encoding (kemampuan untuk menyimpan informasi pada awalnya)

b. “Sustaining” (kapasitas untuk menangkap beberapa aspek lingkungan selama beberapa periode waktu dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas).

(2)

c. “Shifting” (kemampuan untuk berpindah dari satu aspek lingkungan ke aspek penting yang lain)

d. “Focusing executing” (kemampuan untuk mengalokasikan perhatian pada tugas spesifik dan mengabaikan stimulus yang mengganggu secara bersamaan).

e. “Stability” (reliabilitias kemampuan untuk berkonsentrasi) (Seta, 2018).

3. Ingatan jangka panjang adalah tempat penyimpanan informasi yang dipertahankan dalam hitungan harian hingga tahunan (Sherwood, 2013). Memori jangka panjang dibagi menjadi dua jenis, yaitu memori eksplisit(deklaratif) dan memori implisit(non-deklaratif) a. Memori implisit (non-deklaratif)

Memori yang sering kali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang, misalnya memukul bola, mengendarai mobil, dan keterampilan motorik kompleks lainnya (Guyton and Hall, 2014). Ada beberapa macam jenis memori dari memori implisit seperti kebiasaan, skill, prosedur, persiapan, dan kepribadian dasar (Prihanti, 2015)

b. Memori eksplisit (deklaratif)

Berhubungan denga akses kesadaran, yang kemudian disubklasifikasikan lagi menjadi:

(3)

 Memori episodik, misalnya menceritakan kembali detail

autobiografi, dan kejadian pengalaman pribadi lainnya yang berhubungan dengan waktu tertentu

 Memori sematik, misalnya penyimpanan pengetahuan dunia secara umum (Prihanti, 2015)

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Memori

2.1.2 Proses Memori

Proses memori sendiri terbagi menjadi tiga langkah, yaitu :

1. Langkah pertama informasi diterima oleh modalitas sensorik khusus misalnya raba, dengar, visual dan diregritas. Selanjutnya

Memori berdasarkan cara penyimpananya dibagi paling sedikit menjadi dua jenis, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka panjang terbagi menjadi dua jenis, yaitu memori implisit(contoh: prosedur dan skill) dan memori eksplisit(contoh: autobiografi dan pengetahuan umum) (Adams and Victor’s, 2019)

(4)

memori ini akan disimpan sebentar dalam memori jangka pendek (working memory) (Gage and Baars, 2018).

2. Langkah kedua terdiri dari menyimpan dan mempertahankan informasi dalam bentuk yang lebih permanen (long term memory).

Proses menyimpan ini dapat ditingkatkan melalui pengulangan (repetition) atau oleh penggabungan dengan informasi lain yang sudah disimpan sebelumnya (Gage and Baars, 2018).

3. Langkah terakhir pada proses memori adalah memanggil kembali (recall) informasi yang telah disimpan. Langkah menjemput merupakan proses yang akif, memobilisasi memori yang telah disimpan (Gage and Baars, 2018).

Tiap tahapan pada seluruh proses memori bertumpu pada integritas langkah-langkah sebelumnya. Bila terdapat interupsi atau gangguan dalam urutannya, hal ini dapat menghalangi penyimpanan atau penjemputan memori sehingga akan terjadi gangguan memori (Gage and Baars, 2018).

(5)

Gambar 2.2 Proses Memori

2.1.3 Fisiologi Memori

Memori disimpan di seluruh korteks serebrum dalam jalur-jalur yang disebut jejak memori. Beberapa komponen memori disimpan di korteks sensoris tempat memori tersebut diproses. Proses fisiologi memori dijelaskan dalam gambar 2.3 (Silverthron, 2014).

Proses memori dimulai dari penerimaan informasi melalui modalitas sensorik, lalu informasi disimpan sebentar di memori jangka pendek, apabiladilakukan pengulangan akan menjadi memori jangla panjang berupa memori eksplisit dan memori implisit (Gage and Baars, 2018)

(6)

Gambar 2.3 Fisiologi memori

Informasi yang baru diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangka-pendek, yang kapasitas penyimpanannya terbatas. Informasi dalam ingatan jangka-pendek mengalami salah satu dari dua nasib.

Informasi ini segera dilupakan, atau dipindahkan ke dalam mode ingatan jangka-panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif atau pengulangan (Sherwood, 2013). Penelitian menunjukkan bahwa latihan atau pengulangan informasi yang sama berkali-kali ke dalam pikiran, dapat mempercepat dan memperkuat tingkat pengalihan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang, dengan demikian mempercepat peningkatan konsolidasi (Guyton and Hall, 2014).

Salah satu gambaran terpenting konsolidasi adalah bahwa memori baru disusun menjadi bermacam-macm golongan informasi. Selama

Masukan Informasi

Memori jangka pendek

Keluaran Menempatkan dan memanggil

Memori jangka panjang

konsolidasi

Informasi disimpan sebentar di memori jangka pendek, apabiladilakukan pengulangan akan terjadi konsolidasi dan akan tersimpan lama pada memori jangla panjang (Silverthron, 2014)

(7)

proses ini berlangsung, jenis informasi yang serupa ditarik kembali dari tempat penyimpanan memori dan digunakan untuk membantu informasi baru. Perbedaan dan kesamaan informasi yang baru dan yang lama kemudian dibandingkan, dan sebagian proses penyimpanan ini lebih banyak dipakai untuk menyimpan kesamaan dan perbedaan informasi daripada untuk menyimpan informasi baru yang tidak diproses. Jadi, selama konsolidasi, memori yang baru tidak disimpan secara acak di otak tapi disimpan dalam kaitan langsung dengan memori lain yang macamnya sama (Guyton and Hall, 2014).

1. Memori Jangka Pendek

Ingatan jangka-pendek melibatkan modifikasi transien fungsi sinaps-sinaps yang sudah ada, misalnya perubahan temporer jumlah neurotransmiter yang dibebaskan sebabagai respons terhadap rangsangan atau peningkatan temporer responsivitas sel pascasinaps terhadap neurotrans- miter di jalur-jalur saraf yang terlibat. Modifikasi ini, pada gilirannya, menimbulkan perubahan pada pelepasan neurotransmitter berupa habituasi dan sensitisasi.

Habituasi adalah penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu stimulus biasa yaitu, rangsangan yang tidak menghasilkan penghargaan atau hukuman. Sensitisasi adalah peningkatan responsivitas terhadap rangsangan ringan setelah rangsangan yang kuat atau merusak. Mekanisme habituasi dan sensitisasi akan dijelaskan pada gambar 2.4 (Sherwood, 2013).

(8)

Gambar 2.4 Mekanisme Habituasi dan Sensitisasi

Para peneliti telah menunjukkan bahwa pada keong laut Aplysia, dua bentuk memori jangka pendek,habituasi dan sensitisasi, disebabkan oleh perubahan berlawanan dalam pelepasan neurotransmiter dari neuron prasinaps yang sama, yang disebabkan oleh modifikasi kanal sesaat yang berbeda (Sherwood, 2013).

(9)

2. Memori Jangka Panjang

Pada potensiasi jangka-panjang (PJP), modifikasi terjadi akibat peningkatan penggunaan pada suatu sinaps yang sudah ada yang meningkatkan kemampuan neuron prasinaps di masa mendatang untuk mengeksisitasi neuron pascasinaps yaitu, hubungan ini menjadi semakin kuat ketika semakin sering digunakan (Sherwood, 2013).

PJP dimulai ketika neuron prasinaps melepaskan neuro- transmiter eksitatorik glutamate sebagai respons terhadap potensial aksi. Glutamat berikatan dengan dua jenis reseptor di neuron pascasinaps: reseptor NMDA dan reseptor AMPA. Reseptor AMPA adalah kanal reseptor yang diperantarai secara kimiawi yang terbuka jika berikatan dengan glutamat dan memungkinkan masuknya ion Na+ neto sehingga terbentuk EPSP di neuron pascasinaps. Ini adalah reseptor biasa pada sinaps eksitatorik yang sudah Anda pelajari. Reseptor NMDA adalah kanal-reseptor yang memungkinkan masuknya Ca2+ ketika terbuka. Kanal-reseptor ini tidak biasa karena berpintu kimiawi dan bergantung listrik.

Reseptor ini ditutup oleh pintu dan ion magnesium (Mg2+) yang secara fisik menghambat kanal untuk membuka pada potensial istirahatnya. Ada dua kejadian yang harus terjadi hampir bersamaan untuk membuka kanal-reseptor NMDA: pelepasan glutamat prasinaps dan depolarisasi pascasinaps oleh masukan lain.

(10)

Pintunya terbuka jika berikatan dengan glutamat, tetapi aksi ini sendiri tidak mengizinkan masuknya Ca2+. Depolarisasi tambahan pada neuron pascasinaps selain yang dihasilkan oleh EPSP akibat pengikatan glutamat ke reseptor AMPA diperlukan untuk cukup mendepolarisasi neuron pascasinaps agar Mg2+ dapat dipaksa keluar dari kanal ini. Karena itu, meskipun glutamat terikat pada reseptor NMDA, kanal tidak akan terbuka kecuali sel pascasinaps sudah cukup terdepolarisasi oleh aktivitas eksitatorik lainnya. Sel pascasinaps dapat cukup terdepolarisasi untuk menge-luarkan Mg2+ melalui dua carat dengan masukan berulang dari neuron prasinaps eksitatorik tunggal ini untuk mengha-silkan penjumlahan temporal EPSP dari sumber ini atau dengan masukan eksitatorik tambahan dari neuron prasinaps lainnya pada waktu yang hampir sama. Ketika kanal-reseptor NMDA terbuka akibat pembukaan pintu dan pengeluaran Mg2+ secara bersamaan, Ca2+ memasuki sel pascasinaps. Ca2+ yang masuk mengaktifkan jalur caraka kedua Ca2+ pada neuron ini. Jalur caraka kedua ini menyebabkan penyisipan fisik reseptor AMPA tambahan pada membran pascasinaps. Karena adanya peningkatan ketersediaan reseptor AMPA ini, sel paca sinaps menghasilkan respons EPSP yang lebih besar terhadap pelepasan glutamat berikutnya dari sel prasinaps.

Peningkatan sensitivitas neuron pascasinaps terhadap glutamat dari sel prasinaps membantumempertahankan PJP. Jalur-jalur

(11)

potensiasi jangka panjang akan dijelaskan pada gambar 2.6 (Sherwood, 2013).

Gambar 2.5 Jalur-Jalur Potensiasi Jangka Panjang

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Memori 2.2.1 Usia

Kemunduran fungsi memori jangka pendek dapat berupa mudah lupa. Hal ini dialami oleh 39% orang berusia 50-59 tahun, meningkat 1) Glutamat dibebaskan dari neuron prasinaps yang teraktivS, 2) Glutamat ber katan dengan reseptor AMPA dan NMDA, 3) Pengikatan membuka kanal-reseptor AMPA, 4) Masuknya Na+ melalui kanal AMPA yang terbuka mendepolarisasi neuron pascasinaps sehingga terbentuk EPSP , 5) Pengikatan membuka pintu kanal-reseptor NMDA tetapi Mg2+ masih menghambat kanal. Depolarisasi yang memadai dari pembukaan AMPA ini disertai dengan EPSP lain membawa Mg2+ keluar, 6) Masuknya Ca2+ melalui kanal NMDA yang terbuka megaktifkan jalur caraka kedua Ca2+, 7) Jalur caraka kedua mendorong penyelipan receptor AMPA tambahan di membrane pascasinaps sehingga sensitivitasnya terhadap glutamat meningkat, 8) Jalur caraka kedua juga memicu pelepasan parakrin retrograd (mungkin nitrat oksida), 9) Nitrat oksida merangsan peningkatan pelepasan glutamat dalam jangka panjang dari neuron prasinaps

(12)

menjadi 85% pada usia lebih dari 80 tahun dan menjadi salah satu masalah utama pada usia lanjut usia (Firdaus, 2019).

Pada usia lanjut, suplai darah ke otak mulai berkurang karena terjadi kematian sel bagian white matter. Produksi dari zat-zat kimia endogen seperti neurotransmiter yang membawa sinyal ke otak juga berkurang sekitar sebanyak 50%. Dalam aspek seluler, penuaan mengakibatkan berkurangnya sel neuron di hipokampus sebanyak 5% hingga 20%

hingga usia 80 tahun. Kebanyakan ganggun daya ingat adalah efek dari penuaan yang merupakan faktor risiko terbesat dari penyakit neurodegeneratif (Firdaus, 2019)

2.2.2 Stres

Stres mempengaruhi terpecahnya perhatian terhadap informasi yang baru. Jika seseorang mengalami stress, sel-sel otak dalam belajar wilayah otak manusia kesulitan berkomunikasi satu sama lain. Jika sel- sel otak tidak dapat berkomunikas efektif, retensi dan ingatan sangat terpengaruh karena memori manusia sangat begantung pada saraf (Prihanti, 2015). Membaca Al-Quran sendiri dapat menurunkan tingkat stres dan depresi seseorang karena karena menenangkan, membuat rileks, memfokuskan kembali pikiran pada pikiran positif dan mengalihkan perhatian dari pikiran pikiran negatif (Babamohamadi, 2016).

Stres dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:

(13)

a. Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam.

Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

b. Stres sedang dan stres berat dapat memicu terjadinya penyakit.

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.

c. Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Mahmud dan Uyun, 2016).

Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian. Salah satu kuesioner yang bisa dipakai adalah Kessler Psychological Distress Scale (Kessler et al, 2003).

(14)

2.2.3 Kafein

Secara teori, konsumsi kafein dengan dosis sesuai dapat meningkatkan daya ingat karena berkaitan dengan perannya sebagai antagonis reseptor asetilkolin. Kafein merupakan suatu zat yang larut lemak. Hal tersebut memudahkan kafein menembus membran sel dalam tubuh. Secara singkat, kerja kafein dalam otak yaitu pertama dengan menembus membran sel otak (termasuk sawar darah otak yang sulit bahkan tidak bisa dilewati oleh zat-zat lainnya) dan akhirnya lebih mudah diserap dibandingkan zat lainnya selain alkohol. Kemudian, kafein dapat menggeser dan bahkan meningkatkan beberapa neurotransmitter dalam tubuh. Sebagai contoh, kafein dapat mengurangi penyerapan adenosin dimana membantu mengeksitasi hipokampus sehingga dapat meningkatkan daya ingat seseorang (Ferdinand, 2018).

Diketahui kadar kafein yang dapat meningkatkan daya ingat adalah pada kadar 100 sampai 144 mg. Dalam mengkonsumsi kafein, perlu juga diketahui kadar batas seseorang untuk menkonsumsi kafein. Untuk orang dewasa yang sehat, batasan kafein yaitu 300-400 mg dan jika melebihi batas dapat menimbulkan efek yang merugikan serta menimbulkan efek menurun terhadap daya ingat. Selain itu, harus diketahui waktu yang tepat untuk mengkonsumsi kafein tersebut (pada penelitian ini diberikan konsumsi kafein pada pagi hari). Kafein diketahui mengalami waktu paruh selama 3-10 jam dimana setengah

(15)

dari jumlah kafein yang dikonsumsi akan hilang dari aliran darah serta kadar puncak dalam tubuh yaitu 30 sampai 60 menit (Ferdinand, 2018).

2.2.4 Penyakit-Penyakit Neurologis

Kemampuan memori dapat terganggu akibat dari perubahan anatomis, vaskularisasi, aktivitas, aktivitas neotransmitter, jumlah dan fungsi neuron. Penyakit yang terjadi dapat permanen ataupun tidak, berikut penyakit yang berhubungan dengan memori :

1. Alzheimer. Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif progresif dengan gangguan kognitif, fungsional, dan perilaku (Cummings et al, 2018). Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia di seluruh dunia. Sedangkan demensia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif dalam dua atau lebih domain kognitif, termasuk memori, bahasa, fungsi eksekutif dan visuospatial, kepribadian, dan perilaku, yang menyebabkan hilangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas instrumental dan atau aktivitas dasar kehidupan sehari-hari (Weller, 2018).

2. Amnesia adalah kelainan pada fungsi memori, rentang waktu amnesia dapat singkat (beberapa detik) atau lama sampai bertahun- tahun. Kejadian ini sering terjadi pasca trauma kepala, stroke (Bahrudin, 2011).

3. Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan neuropsikiatrik yang ditandai dengan gangguan interaksi sosial,

(16)

penyimpangan dalam komunikasi, dan pola perilaku dan minat yang terbatas, berkelanjutan, stereotip, atau keduanya (Khalifeh et al, 2016).

4. Immunodeficiency Virus, Demensia yang berhubungan dengan HIV-positif dikenal dengan nama ADC (AIDS Dementia Complex).

Di percaya terjadinya ADC ini sebagai akibat dari sel otak yang terinfeksi virus. HIV sering kali mentarget sistem neural yang digunakan untuk daya ingat prosedural, yaitu striatum dan basal ganglia pada otak. Iregular white matter, dan atropi sobkortikal (Weller, 2018).

5. Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif kronis yang ditandai oleh fitur motorik dan nonmotor berupa tremor pada saat beristirahat di satu sisi badan, kemudian kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot akibat terjadi penurunan stimulasi dari korteks motorik oleh ganglia basalis, karena insufisiensi aktifitas neurotransmiter dopamin pada sel neuron pada substansia nigra. Prognosis penyakit ini dapat berupa penurunan daya ingat episodik dan ingatan kerja, dan me-recall informasi yang sudah ada (DeMaagd, 2016).

6. Skizofrenia, bisa didefinisikan sebagai penyakit yang mempengaruhi otak dan memiliki resiko untuk timbulnya pikiran, persepsi, emosi, dan gerakan yang aneh begitu pula perilaku yang mencerminkan kebiasaannya. Penderita Skizofrenia akan

(17)

mengalami penurunan fungsi kognitif atau disfungsi kognitif yang umumnya ditandai dengan gangguan memori dan fungsi eksekutif lainnya (Mahajudin, 2016).

7. Stroke adalah suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau global, yang timbul mendadal, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab yang jelas selain vascular. Jadi stroke adalah kelainan jaringan otak yang disebabkan oleh gangguan aliran darah (Bahrudin, 2017).

2.3 Intensitas Menghafal Al-Qur’an

2.3.1 Pengertian Intensitas Menghafal Al-Quran

Intensitas adalah keadaan pengukuran mengenai tingkat keseringan dalam melakukan sebuah aktivitas (Irmawati, 2018).

Menghafal Al-Qur'an dengan hati dapat dikatakan sebagai proses encoding, kemudian menyimpannya dan mengambil teks Al-Qur’an dengan cara berlatih dan membacanya secara berulang-ulang. Proses ini melibatkan, pertama pengkodean teks Al-Qur’an dengan memberi perhatian, kemudian menyimpannya dengan mempertahankan informasi yang telah dikodekan dan kemudian mengambil informasi dari toko memori apabila diperlukan (Nawaz, Syeda, Jahangir, 2015).

Sedangkan intensitas menghafal Al-Qur’an adalah sebuah keadaan yang menunjukkan sering atau tidaknya, bergeloranya, besarnya usaha-

(18)

usaha yang dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an dalam meresapkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam pikiran (Irmawati, 2018).

Pengukuran intensitas menghafal Al-Qur’an dapat dilihat dari skala pengukuran yang meliputi :

1. Frekuensi membaca yaitu seberapa sering membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-ulang.

2. Frekuensi menghafal yaitu seberapa sering menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang- ulang secara bin-nazhar tersebut.

3. Frekuensi mengulang hafalan yaitu seberapa sering mengulang hafalan atau men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan / sudah pernah di-sima’-kan kepada guru tahfizh.

4. Menyetorkan hafalan kepada guru yaitu memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur.

5. Pemahaman kandungan ayat yaitu memahami kandungan ayat yang satu ke ayat yang lainnya.

6. Aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengaplikasikan dengan cara memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jamaah (Sa’dulloh, 2008) 2.3.2 Metode menghafal Al-Qur’an

Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur’an.

(19)

Dan bisa juga membantu para penghafal Al-Qur’an dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an, metode-metode tersebut adalah:

1. Metode Wahdah

Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu per satu ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih. Sehingga dapat membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya. Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.

2. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalkannya pada selembar kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafal bisa dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.

3. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal tuna netra atau

(20)

anak-anak yang masih kecil dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur’an.

4. Metode Jama’

Cara menghafal yang digunakan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara bersama-sama (Suriansyah, 2018)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori Jangka Pendek dan Keterkaitannya dengan Intensitas Menghafal Al-Qur’an

2.4.1 Plastisitas

Plastisitas saraf, juga dikenal sebagai neuroplastisitas atau plastisitas otak, dapat didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya (Apirico dan Moreno, 2019).

Plastisitasi neural merupakan suatu perubahan yang diperoleh dengan proses learning dan ditemukannya neurogenesis yang diperankan oleh neural stem cell (NSC). NSC memiliki sifat “self- renew” yang berproliferasi dan berkembang menjadi neural progenitor cell (NPC) yang aktif berproliferasi. NPC kemudian bermigrasi dan akhirnya berdiferensiasi menjadi neuron ataupun glia.

(21)

Pada otak dewasa NSC memiliki sifat yang mampu untuk memperbarui dirinya sendiri, mampu berproliferasi dan berkembang menjadi sel-sel progenitor yang dapat berkembang menjadi neuron dan sel glial (Gu, et al, 2012). Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah proses learning dengan memasukkan informasi ayat ayat Al-Qur’an ke dalam memori jangka pendek (encoding), kemudian hafalan tersebut diulang beberapa kali (Nawaz, Syeda, Jahangir, 2015). Menurut teori Law of Exercise, praktik yang berulang akan meningkatkan kekuatan koneksi antara situasi yang merespon dengan stimulus dan koneksi akan melemah jika praktik tidak dilakukan (Prihanti, 2015).

Plastisitasi dapat terlihat pada dendrit maupun spina yang berada di dendrit yang berfungsi sebagai jaringan komunikasi dan berperan dalam proses integritas sinapsis atau sinaptogenesis. Sel saraf akan saling berhubungan lebih banyak, sehingga juga dapat menyebabkan peningkatan volume otak. Dendrit sel saraf lebih mampu untuk menerima rangsangan yang lebih kuat. Ini menunjukan bahwa seseorang yang menggunakan kemampuan otak untuk belajar dapat meningkatkan kemampuan memori bila dilakukan secara kontinyu (Numakawa, Odaka, Adachi, 2017).

Kebiasaan menghafal Al-Quran termasuk kegiatan pengayaan intelektual yang mempengaruhi plastisitasi hipokampus dan penuaan kognitif secara berbeda. Gaya hidup sehat dengan olahraga, pembatasan energi makanan dan pengayaan intelektual semuanya

(22)

meningkatkan pengaktifan masukan rangsang ke dendrit neuron granula pada gyrus dentate. Aktivitas sinaptik ini menginduksi ekspresi faktor neurotropika seperti brain derived neurotrophic factor (BDNF) yaitu protein yang berlimpah di otak dan saraf perifer, yang mempengaruhi perkembangan saraf, pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan fibroblast growth factor 2 (FGF-2) yang memiliki banyak peran pada sel induk saraf (neural stem cells / NSC), kemudian menjadi neuron yang terdeferensiasi yang meningkatkan kemampuan fungsional hipokampus (Liu and Nusslock, 2018). Sinyal BDNF meningkatkan kekuatan potensial sinapsis dan juga pada NSC bertindak untuk mendukung diferensiasi mereka ke menjadi neuron (Numakawa, Odaka, Adachi, 2017). FGF-2 membantu proliferasi sel induk untuk meningkatkan simpanan NSC yang tersedia untuk membentuk neuron dan sel glial baru (Kang dan Hebert, 2015)

2.4.2 Perhatian (Attenion)

Perhatian (attention) sangat berperan dalam proses memori. Hal ini karena dalam memahami masalah pikiran dapat saling berkompetisi dan menghasilkan perhatian yang terpecah (divided attention). Dalam kehidupan nyata, kemampuan memori seseorang terganggu karena perhatian yang terpecah. Kebalikan dengan divided attention, perhatian yang terfokus atau selective attention, tentunya akan meningkatkan kinerja memori. Apabila seseorang telah terfokus pada satu informasi maka informasi tersebut akan sedikit mendapat

(23)

gangguan dari informasi yang lain (Matlin, 2016). Menghafal dengan cara membaca Al-Quran sendiri dapat mempengaruhi fokus perhatian.

Seseorang yang membaca Al-Quran memerlukan proses yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan membaca buku bacaan biasa.

Dalam membaca Al-Quran, seseorang harus berkonsentrasi dan fokus pada apa yang dibaca. Mulai dari melihat huruf, tanda baca dan panjang pendeknya, harus diperhatikan dengan seksama. Hal ini dapat membuat seseorang bisa lebih fokus pada perhatian dan berkonsentrasi (Julianto dan Etsem, 2011).

2.5 Pemeriksaan Memori Jangka Pendek

Menurut skala intelegensi Wechsler Adult Intelligence Scale(WAIS), tes daya ingat jangka pendek yang bisa digunakan adalah digit symbol substitution test. Berupa tugas pengkodean yang diberi batas waktu dimana angka diasosiasikan dengan berebagai macam bentuk simbol. Selain mengukur ingatan jangka pendek, tes ini juga mengukur kecepatan dan koordinasi visual motorik dan kemampuan mempelajari materi visual yang baru (Jaeger, 2016).

2.5.1 Cara Pemeriksaan Digit Symbol Substitution Test

Tahapan dari digit symbol substitution test yang dilakukan untuk menilai memori jangka pendek adalah:

(24)

1. Siapkan lembar tes yang berisi seratus pasang kotak kosong dan sembilan kotak contoh berisi symbol yang sudah dipasangkan dengan sembilan angka mulai dari angka 1 sampai 9.

2. Mendemonstrasikan kepada subjek penelitian cara pengisian lembar tes dan meminta subjek penelitian untuk mencoba mengisi 10 kotak kosong pertama dengan simbol sesuai pasangannya.

3. Setelah mendemonstrasikan cara pengisian kepada subjek penelitian, subjek penelitian diminta untuk mengisi kotak kosong sisanya dengan diberi waktu 90 detik.

4. Setelah 90 detik, subjek penelitian diminta untuk berhenti mengerjakan tes dan mengumpulkan lembar tes kepada peneliti (Bettcher et al, 2015)

2.5.2 Penilaian Pemeriksaan Digit Symbol Substitution Test

Penilaian dilakukan dengan menjumlah berapa banyak kotak yang bisa diisi subjek penelitian. Hasil skor dari Digit Symbol Substitution Test kemudian disebut sebagai nilai raw score. Nilai raw score ini kemudian diterjemahkan lagi sesuai dengan aturan sehingga menjadi nilai scale score. Nilai scale score ini yang digunakan sebagai dasar interpretasi hasil pada masing-masing subjek (Kauffman, 2013).

Intepretasi hasil dari scale score dapat dilihat pada table 2.1

(25)

Scale Score Keterangan

73-90 Sangat baik

55-72 Baik

37-54 Rata-rata

18-36 Buruk

0-18 Sangat buruk

Tabel 2.1 Intepretasi Nilai Scale Score (Sattler, 2009)

2.6 Profil SMA IIBS(International Islamic Boarding School) Al-Izzah Batu

SMA IIBS(International Islamic Boarding School) Al-Izzah merupakan sekolah yang menerapkan konsep berasrama atau bisa disebut juga boarding school. SMA IIBS(International Islamic Boarding School) Al-Izzah terletak di

Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Sekolah ini memiliki dua program kelas unggulan yaitu kelas IPA dengan target hafalan Al-Qur’an 15 juz dan kelas IPS dengan target hafalan Al-Qur’an 15 juz.

Visi Misi dari SMA IIBS(International Islamic Boarding School) Al-Izzah adalah:

1. Visi

Terwujudnya sekolah islam modern yang menjadi rujukan ummat

(26)

2. Misi

 Menyelenggarakan sekolah dengan sistem integral yang memadukan aspek intelektual, mental-spiritual dan life-skills

 Membimbing siswa sehingga mampu menghafal al-Qur’an sebanyak 15 (lima belas) juz

 Menyiapkan siswa agar siap bersaing pada seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri

 Mewujudkan manajemen sekolah yang terintegrasi antara aspek

akademik dan kepesantrenan

Dalam menghafal Al-Qur’an santri SMA IIBS(International Islamic Boarding School) Al-Izzah diwajibkan menghafal sehari satu halaman Al- Qur’an yang disetorkan pada hari Senin-Jum’at setiap ba’da shubuh dan ba’da ashar dan pada hari Sabtu setiap ba’da shubuh. Sekolah ini juga memiliki program juz’iyah, yaitu membaca 1 juz Al-Qur’an yang telah dihafalnya selama 1 bulan dalam sekali duduk.

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Memori
Gambar 2.2 Proses Memori
Gambar 2.3 Fisiologi memori
Gambar 2.4 Mekanisme Habituasi dan Sensitisasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Galvanic Corrosion terjadi pada dua logam yang memiliki beda potensial listrik (logam berbeda jenis) terhubung secara fisik satu sama lain dan terletak dalam

Skenario interaksi adalah pengguna dapat memanipulasi buku secara fisik, misalkan memutar posisi buku untuk melihat obyek virtual dari berbagai sudut pandang atau membuka

Dengan adanya kerja obat antikolinergik yang menghambat perlekatan asetilkolin pada reseptor muskarinik-kolinergik saraf parasimpatis, maka akan terjadi gangguan sekresi

Tahap pertama aksi androgen adalah melalui ikatan dengan reseptor androgen yang termasuk kelompok reseptor hormon superfamily 2 intraseluler (antara lain

Sistem polder adalah suatu teknologi penanganan banjir dan air laut pasang dengan kelengkapan sarana fisik, seperti sistem drainase, kolam retensi, pintu dan pompa air, yang

Jika glutamate dilepaskan dari saraf presinaptik, pertama-tama glutamat akan berikatan dengan reseptor non-NMDA membuka kanal ion Na +.. Ion Na + akan masuk dan

intrasel sangat mempengaruhi aktifitas reseptor LDL, melalui reseptor ini kebutuhan kolesterol tubuh terpenuhi dan sebagai penghambat sintesis kolesterol di dalam

Kriska 2007 menyatakan mekanisme aktivitas fisik dapat mencegah atau menghambat perkembangan DM tipe II yaitu : 1 resistensi insulin 2 peningkatan toleransi glukosa 3 penurunan lemak