• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh ZULFA HIDAYAH ISKANDAR NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh ZULFA HIDAYAH ISKANDAR NIM"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

ZULFA HIDAYAH ISKANDAR NIM.171000227

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZULFA HIDAYAH ISKANDAR NIM.171000227

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Kepatuhan Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Nama Mahasiswa : Zulfa Hidayah Iskandar Nomor Induk Mahasiswa : 171000227

Departemen : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui, Pembimbing:

(Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes.) NIP. 196909221994032002

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 11 Mei 2021

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 11 Mei 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Lita Sri Andayani, M.Kes.

Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S.

2. Drs. Tukiman, M.K.M.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Kepatuhan Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2021

Zulfa Hidayah Iskandar

(6)

iv Abstrak

COVID-19 adalah penyakit gangguan pernafasan yang disebabkan oleh virus SARS-Cov 2 dan telah dinyatakan sebagai pandemi di seluruh negara terutama di Indonesia. Penularan COVID-19 terjadi sangat cepat yang berasal dari droplet seseorang ketika batuk, bersin, dan berbicara. Untuk memutus rantai penularan COVID-19 harus diutamakan tindakan pencegahan, salah satunya dengan menggunakan masker. Penggunaan masker dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari menularkan dan tertular virus COVID-19. Pengetahuan dan sikap mengenai COVID-19 mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional dilaksanakan di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi. Populasi berjumlah 37.169 orang dengan rumus Slovin mendapat sampel sebanyak 100 orang menggunakan Simple Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan wawancara langsung. Analisis data diperoleh melalui analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square yang hasilnya digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur, pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat untuk selalu patuh dalam menggunakan masker guna melindungi diri sendiri dan orang lain dari tertular maupun menularkan virus serta meminimalisir penularan COVID-19 disertai penerapan protokol kesehatan lainnya.

Kata kunci : COVID-19, masker, kepatuhan, pencegahan COVID-19

(7)

v Abstract

COVID-19 is a respiratory disease caused by the SARS-Cov 2 virus and has been declared as pandemic in all countries, especially in Indonesia. The transmission of COVID-19 occurs very quickly, originating from droplets of person when coughing, sneezing and talking. To break the chain transmission of COVID-19, preventive measures must be prioritized, one of them is using a masks. The use of masks can protect yourself and others from transmitting and contracting the COVID-19 virus. Knowledge and attitudes regarding COVID-19 affect obedience of person in using masks as an effort to prevent COVID-19. The purpose of this research is to analyse the correlation between community knowledge and attitude with obedience of using masks as an effort to prevent COVID-19. This type of research is quantitative with Cross Sectional design implemented at Padang Hilir District, Tebing Tinggi City. The population amounted to 37.169 people with the formula Slovin sampled as many as 100 people using Simple Random Sampling.

Data was collected by using question naires with live interviews. Data analysis was obtained through the analysis of univariate and bivariate using the Chi Square test, and the result were depicted in the frequency distribution table. The results showed that there was a correlation between age, knowledge, and attitude with obedience of using masks as an effort to prevent COVID-19. There was no correlation between gender, last education, and work with obedience of using masks as an effort to prevent COVID-19. Based on the results of this research, it expected that the community would always obey of using face masks to protect themselves and others from contracting or transmitting the virus and minimizing the transmission of COVID-19 along with the application of other health protocols.

Key words : COVID-19, masks, obedience, COVID-19 prevention

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan kasih saying yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Kepatuhan Menggunakan Masker Sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Lita Sri Andayani, M.Kes., selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku Dosen Penguji I Skripsi dan Drs. Tukiman, M.K.M., selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis

(9)

vii

5. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah diajarkan kepada penulis

7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus pegawai Departemen PKIP, Pak Warsito yang telah banyak membantu penulis

8. Berbagai pihak di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi khususnya Ramadhan Barqah Pulungan, S.IP., M,Si. selaku Camat Padang Hilir, Fariz Handika Putra, S.STP, M.SP selaku Kasi Pemerintahan Kecamatan Padang Hilir, dan seluruh Lurah di Kecamatan Padang Hilir yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan kemudahan selama melakukan penelitian

9. Teristimewa untuk orang tua penulis, AKP Enda Iwan Iskandar, S.H., dan Hj.

Nurhafni Lubis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya yang sangat besar kepada penulis sehingga penulis mampu memperoleh gelar sarjana. Tanpa doa dari Mama dan Papa, Upa bukanlah apa-apa.

10. Kepada saudara dan saudari penulis (Kak Ovie dan Aan) terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis

11. Teman-teman tercinta peminatan PKIP 2017 (Nathania Anjani, Febri Maulida Sari Hasibuan, Melisa Fitria Daharo, Shintya Novita Sinurat) serta sahabat jauh penulis, Dara Gading Andari yang telah menyemangati dan memberikan banyak motivasi, kenangan indah, dan berbagai saran kepada penulis

(10)

viii

12. Kepada Bangtan Sonyeondan yang selalu menginspirasi dan menyemangati penulis melalui lagu, kegiatan, kalimat motivasi, dan banyak hal lainnya.

Kepada Bright Vachirawit Chivaaree yang selalu memotivasi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik, untuk menjadi orang yang selalu belajar dan bekerja keras setiap harinya.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2021

Zulfa Hidayah Iskandar

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Pesetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xv

Daftar Lampiran xvi

Daftar Istilah xvii

Riwayat Hidup xviii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 8

Tujuan umum 8

Tujuan khusus 8

Manfaat Penelitian 9

Manfaat teoritis 9

Manfaat praktis 9

Tinjauan Pustaka 10

Perilaku 10

Perilaku kesehatan 11

Pengetahuan 12

Sikap 14

Masyarakat 14

Definisi 14

Tipe-tipe masyarakat 15

Ciri-ciri masyarakat Indonesia 18

Ciri-ciri masyarakat sehat 20

COVID-19 20

Gejala COVID-19 20

Penularan COVID-19 21

Pencegahan 22

Pencegahan COVID-19 22

Masker 24

Jenis masker 24

(12)

x

Manfaat dan kekurangan berbagai jenis masker 26

Penggunaan masker di masyarakat 28

Cara memakai masker dengan benar 29

Cara mencuci masker kain dengan benar 30

Kepatuhan 30

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan 31

Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan 32

Cara meningkatkan kepatuhan 35

Cara mengurangi ketidakpatuhan 35

Landasan Teori 37

Kerangka Konsep 39

Hipotesis 39

Metode Penelitian 41

Jenis Penelitian 41

Lokasi dan Waktu Penelitian 41

Lokasi penelitian 41

Waktu penelitian 41

Populasi dan Sampel 42

Populasi 42

Sampel 42

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 45

Variabel penelitian 45

Definisi operasional 45

Metode Pengumpulan Data 46

Uji Validitas dan Reliabilitas 47

Uji Validitas 47

Uji Reliabilitas 50

Metode Pengukuran 50

Instrumen 50

Aspek pengukuran 51

Metode Analisis Data 54

Hasil Penelitian 56

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 56

Analisis Univariat 56

Analisis Bivariat 70

Pembahasan 78

Karakteristik Responden 78

Pengetahuan masyarakat dalam menggunakan masker sebagai 80 upaya pencegahan COVID-19

Sikap masyarakat dalam menggunakan masker sebagai 84 upaya pencegahan COVID-19

Kepatuhan masyarakat dalam menggunakan masker sebagai 87 upaya pencegahan COVID-19

(13)

xi

Hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis 98 kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan) dengan

kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Hubungan pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan 104 Menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19

di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Hubungan sikap masyarakat dengan kepatuhan menggunakan 106 masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Keterbatasan Penelitian 108

Kesimpulan dan Saran 110

Kesimpulan 110

Saran 111

Daftar Pustaka 113

Lampiran 119

(14)

xii Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Perbandingan Fitur, Manfaat, dan Kekurangan dari 26 Berbagai Jenis Masker yang Digunakan

2 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan 42 Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2017

3 Distribusi Sampel Menggunakan Proportional 44 Random Sampling

4 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian 48

5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian 50 6 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan 57

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di 58 Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

8 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di 58 Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

9 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di 59 Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dalam Menggunakan 60 Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

11 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat 61 Pengetahuan dalam Menggunakan Masker sebagai Upaya

Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

12 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Menggunakan Masker 62 sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

(15)

xiii

13 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap 63 dalam Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan

COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

14 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menggunakan Masker 64 Medis sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di

Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

15 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat 65 Kepatuhan Menggunakan Masker Medis sebagai Upaya

Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

16 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menggunakan Masker 66 Kain sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

17 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat 67 Kepatuhan Menggunakan Masker Kain sebagai Upaya

Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

18 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menggunakan Masker 68 Medis dan Masker Kain sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

19 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat 69 Kepatuhan Menggunakan Masker Medis dan Masker Kain

sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

20 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat 69 Kepatuhan Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan

COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

21 Hubungan Umur dengan Kepatuhan Masyarakat Menggunakan 70 Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19 di Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

22 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Masyarakat 71 Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19

di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

(16)

xiv

23 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan 73 Masyarakat Menggunakan Masker sebagai Upaya

Pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

24 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Masyarakat 74 Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan

COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

25 Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan 75 Kepatuhan Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan

COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

26 Hubungan Tingkat Sikap Masyarakat dengan Kepatuhan 76 Menggunakan Masker sebagai Upaya Pencegahan COVID-19

di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi Tahun 2021

(17)

xv

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Skema Modifikasi Teori Freustein dalam Niven (2002), 38 Notoatmodjo (2010), dan Azwar (2013)

2 Kerangka konsep penelitian 39

(18)

xvi

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 119

2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian 120

3 Kuesioner Penelitian 121

4 Master Data 130

5 Output SPSS 155

6 Dokumentasi 172

(19)

xvii Daftar Istilah

APD Alat Pelindung Diri COVID-19 Coronavirus Disease

ECDC European Centre for Disease Prevention and Control FFR Filtering Facepiece Respirator

Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KKMMD Kedaruratan Kesehatan Masyarakatan

yang Meresahkan Dunia

MERS Middle East Respiratory Syndrome

PHEIC Public Health Emergency of International Concern SAR-Cov SARS-associated coronavirus

SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 WHO World Health Organization

(20)

xviii Riwayat Hidup

Penulis bernama Zulfa Hidayah Iskandar berumur 21 tahun, dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 2 Maret 2000. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak AKP. Enda Iwan Iskandar, S.H. dan Ibu Hj. Nurhafni Lubis.

Pendidikan formal dimulai di TK Swasta Ir. H. Djuanda tahun 2003.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Ir. H. Djuanda tahun 2005-2011, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Ir. H. Djuanda tahun 2011-2014, sekolah menengah atas di SMAN 1 Tebing Tinggi tahun 2014-2017, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2021

Zulfa Hidayah Iskandar

(21)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Coronavirus Disease (COVID-19) menurut Badan Kesehatan Dunia (2020) merupakan penyakit yang disebabkan oleh jenis virus baru yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan virus dari jenis beta coronavirus yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan ringan hingga berat. Virus COVID-19 memiliki tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan dengan SARS-associated coronavirus (SAR-Cov) ataupun Middle-East respiratory syndrome (MERS) (Atmojo dkk, 2020)

Pada tanggal 31 Desember 2019, virus ini ditemukan pertama kali dan dilaporkan sebagai kasus pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi sejak tanggal 11 Maret 2020 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Virus COVID-19 masih menjangkit dan menyebar secara luas ke 223 negara di dunia. Data World Health Organization (WHO, 2021) di tanggal 18 Februari 2021 menunjukkan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di seluruh dunia sebanyak 109.594.835 kasus dengan 2.424.060 kasus kematian (2,21% dari kasus terkonfirmasi) (https://covid19.who.int). Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan

(22)

menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah Indonesia. Hingga tanggal 18 Februari 2021, Indonesia menduduki peringkat ke-19 negara dengan jumlah kasus COVID- 19 tertinggi di dunia. Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia per tanggal 18 Februari 2021 sebanyak 1.252.685 kasus dan 33.969 kasus kematian (2,7% dari kasus terkonfirmasi) (https://covid19.go.id). Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia dan mengalami peningkatan kasus COVID-19 setiap harinya. Jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Sumatera Utara per tanggal 15 Februari 2021 sebanyak 22.999 kasus dengan 786 kasus kematian (3,4% dari kasus terkonfirmasi) (https://covid19.go.id)

Penularan COVID-19 terjadi dengan sangat cepat dan luas dikarenakan adanya kontak antarmanusia terutama dari orang terdekat. Sumber penularan COVID-19 berasal dari cipratan air liur (droplet) yang dikeluarkan seseorang dari mulut atau hidung ketika batuk, bersin, bahkan berbicara. Droplet dapat terjatuh dan menempel pada permukaan benda-benda di sekitar kita. Menyentuh permukaan benda dengan virus diatasnya, mengakibatkan tangan berpotensi menjadi jalur transmisi jika langsung menyentuh hidung, mulut, dan mata.

(Satuan Tugas Penanganan Covid-19, 2020).

Handayani dkk. (2020) menyebutkan penularan terjadi dikarenakan virus masuk ke dalam mukosa yang terbuka Hasil analisis laju penularan virus COVID- 19 berdasarkan masa inkubasi, didapati bahwa satu pasien menularkan ke sekitar tiga orang di sekitarnya. Namun kemungkinan penularan pada masa inkubasi menyebabkan pasien memiliki masa kontak lebih lama ke orang sekitar sehingga

(23)

risiko jumlah kontak yang tertular dari satu pasien kemungkinan dapat lebih besar.

Masa inkubasi virus ini adalah 0 – 24 hari dengan rata-rata dari gejala pertama hingga kematian adalah 3 – 14 hari. Akan tetapi masa ini bervariasi dan akan semakin cepat bila usia penderita semakin tua. (Atmojo dkk, 2020).

Kementerian Kesehatan RI (2020) menyatakan bahwa infeksi COVID-19 menimbulkan gejala umum berupa demam, batuk kering, dan sesak napas. Gejala ringan yang dialami yaitu pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus COVID-19 dapat pulih tanpa perlu perawatan yang khusus. Sekitar satu dari setiap enam orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah.

Kelompok lansia dan orang dengan penyakit menahun (kronis) seperti penyakit jantung, diabetes dan penyakit paru-paru menjadi kelompok yang lebih berisiko untuk mengalami sakit yang lebih serius. (https://covid19.go.id). Siagian (2020) juga berpendapat bahwa terdapat beberapa kelompok orang tertentu yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terpapar virus COVID-19 hingga dapat mengalami kematian. Kelompok orang tersebut yaitu kelompok lansia, penderita penyakit kronis, perokok dan penghisap vape, kaum pria, dan orang dengan golongan darah A. Namun WHO (2020) menyebutkan bahwa siapa saja

(24)

dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit parah serta pada usia berapapun dapat mengalami kematian.

Adanya tanda dan gejala yang tidak spesifik pada kasus COVID-19 maka untuk menekan jumlah kasus COVID-19 adalah dengan melakukan pencegahan penularan dan menerapkan protokol pencegahan COVID-19. (Quyumi, E. &

Alimansur, R., 2020). Untuk memutus rantai penularan, masyarakat harus mengutamakan tindakan penularan yaitu dengan menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, melakukan etika batuk/bersin, pembatasan aktivitas di luar rumah, dan menggunakan masker. (Kemenkes RI, 2020). Upaya program kesehatan penanggulangan pandemi membutuhkan partisipasi masyarakat yang dimana masyarakat berperan penting untuk kegiatan pencegahan (Wu dkk., dalam Sitohang, dkk. 2020)

World Health Organization (2020) menyatakan bahwa penggunaan masker adalah bagian dari rangkaian komprehensif pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang dapat membatasi penyebaran penyakit. Penggunaan masker sangat penting sebab masker dapat melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain. Masker mencegah dan menahan masuknya droplet yang keluar saat batuk, bersin, dan berbicara sehingga tidak tertular maupun menularkan virus kepada orang lain. Risiko penularan yang terjadi ketika ora ng sakit dan orang sehat tidak menggunakan masker ialah 100%. Ketika orang sakit tidak menggunakan masker dan orang sehat menggunakan masker, risiko penularannya sebesar 70%. Risiko penularan yang terjadi ketika orang sakit menggunakan masker dan orang sehat tidak menggunakan masker ialah 5%. Ketika keduanya yaitu orang sakit dan

(25)

orang sehat menggunakan masker, maka risiko penularan sebesar 1,5% (Satgas Penanganan COVID-19, 2020)

Menurut Dwirusman (2020) ada berbagai jenis masker yang dapat digunakan yaitu masker N95 atau respirator, masker medis/bedah, dan masker kain. Setiap jenis masker memiliki kemampuan yang berbeda dalam melindungi (filtrasi) virus maupun debu. Hasil studi menunjukkan bahwa masker N95 memiliki efikasi filtrasi lebih besar dibanding masker jenis lain. Oleh karena itu, penggunaan masker N95 lebih tepat digunakan di fasilitas kesehatan terutama petugas kesehatan, sedangkan masker medis dan masker kain dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pencegahan transmisi COVID-19. Penggunaan masker kain sesuai panduan Kementerian Kesehatan jauh lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan masker sama sekali. (Putri, 2020)

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan seseorang atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya. Setiap individu memiliki pengetahuan dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. (Listiani dalam Sukesih dkk., 2020). Pengetahuan yang baik mengenai pencegahan COVID-19 akan meningkatkan tingkat kewaspadaan dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya melakukan pencegahan penularan penyakit ini. (Riyaldi &

Larasaty, 2020).

Hasil penelitian Sari dan Atiqoh (2020), terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker. Responden yang memiliki pengetahuan dan baik sebanyak 36 responden, responden yang memiliki pengetahuan yang baik dan tidak patuh sebanyak 10 responden, dan

(26)

responden yang memiliki pengetahuan tidak baik dan tidak patuh sebanyak 6 responden. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Warmuni dan Rusminingsih (2020) bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian APD.

Pengetahuan yang baik akan mendorong sikap yang baik pula dalam pencegahan COVID-19 (Peng, et al. dalam Sukesih dkk., 2020). Sikap adalah pendapat seseorang mengenai suatu situasi ataupun keadaan tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang tersebut. (Afrianti & Rahmiati, 2021). Sikap memiliki hubungan dengan kepatuhan seseorang, hal ini sejalan dengan penelitian Saliha dkk., (2018) bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD (p < 0,05). Penelitian oleh Kurusi dkk., (2020) juga mendapat hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD pada petugas penyapu jalan dimana responden yang memiliki sikap baik dan patuh sebesar 63,2% dan responden yang tidak patuh sebesar 36,8%.

Kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan perintah agar sesuai dengan peraturan yang ada. (Sarwono, 2001). Kepatuhan seseorang dalam menggunakan masker dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Mushidah dan Muliawati (2021) dimana didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang COVID-19 terhadap tingkat kepatuhan pemakaian masker pada pedagang. Hal ini sejalan dengan penelitian Andriani dan Kurwiyah

(27)

(2019) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan penggunaan masker pada pekerja ojek online.

Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, salah satu kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah Kota Tebing Tinggi. Luas wilayah Kota Tebing Tinggi relatif kecil, hanya 0,05% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kota Tebing Tinggi merupakan kota lintasan yang menghubungkan lintas timur dan lintas tengah Provinsi Sumatera Utara.

Kota Tebing Tinggi memiliki 5 kecamatan dan 35 kelurahan. Jumlah kasus COVID-19 di Kota Tebing Tinggi setiap harinya terus meningkat. Jumlah kasus COVID-19 per tanggal 17 Februari 2021 sebanyak 44 kasus dengan kasus meninggal sebanyak 16 kasus kematian. (https://covid19.tebingtinggikota.go.id)

Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu 11.411 km2 atau 29,76% dari luas keseluruhan. Sebagai kecamatan dengan luas wilayah terbesar, Kecamatan Padang Hilir memiliki jumlah kasus COVID-19 tertinggi diantara kecamatan lainnya. Jumlah kasus COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir per tanggal 17 Februari 2021 sebanyak 14 kasus terkonfirmasi positif dan 1 kasus suspec. Berdasarkan survei awal yang dilakukan, terdapat 6 dari 10 masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai COVID-19, hanya 5 dari 10 masyarakat yang patuh dalam menggunakan masker.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah mengeluarkan peraturan mengenai disiplin menggunakan masker serta sanksi yang didapat jika tidak patuh menggunakan masker yang tertulis dalam Peraturan Wali Kota Tebing Tinggi Nomor 44 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum

(28)

Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

Namun hasil survei pendahuluan dengan observasi langsung mendapatkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker dan berkerumun tanpa menjaga jarak.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat Kecamatan Padang Hilir dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

(29)

3. Untuk mengetahui sikap masyarakat tentang COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

4. Untuk mengetahui kepatuhan masyarakat dalam menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi 5. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan masyarakat terhadap kepatuhan

menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

6. Untuk menganalisis hubungan sikap masyarakat terhadap kepatuhan menggunakan masker sebagai upaya pencegahan COVID-19 di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini mampu menjadi sumbangsih bagi pengembangan ilmu bidang Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku khususnya Universitas Sumatera Utara dalam memperkaya pemahaman dan menambah literatur mengenai kepatuhan menggunakan masker.

Manfaat praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar masyarakat selalu mematuhi penggunaan masker terutama dalam upaya pencegahan COVID-19 khususnya masyarakat Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

(30)

10

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Skiner dalam Notoatmodjo (2010) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, kemudian stimulus berproses menjadi organisme, dan organisme tersebur merespons, maka teori Skiner ini disebut juga teori

“S-O-R” atau stimulus organisme respon. Ada dua jenis respon yang dijelaskan oleh Skiner (Notoatmodjo, 2010)

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan (stimulus) tertentu. Stimulus tertentu ini disebut eliciting stimulus sebab menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan terakhir ini berfungsi untuk memperkuat respon.

Berdasarkan teori “S-O-R” perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua:

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus masih tertutup dan belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons tersebut masih dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang diberikan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus sudah berupa kegiatan tindakan dalam

(31)

bentuk nyata atau dalam bentuk praktik, dan dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

Menurut Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya tiga domain perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Seiring dengan perkembangannya untuk kepentingan pendidikan kesehatan, domain perilaku Bloom dikembangkan menjadi pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Perilaku Kesehatan. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan dalam perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo, 2010)

1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya Perilaku sehat ini baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka mencakup hal- hal mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab penyakit, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif) serta upaya meningkatkan kesehatannya (perilaku promotif).

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan

Perilaku ini mencakup tindakan pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior) bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan dan terlepas dari masalah kesehatan.

Menurut Beckler (1979) perilaku kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (Notoatmodjo, 2010)

(32)

1. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku atau kegiatan yang berupaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

2. Perilaku sakit (illness behavior)

Tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan pencarian penyembuhan untuk mengatasi masalah kesehatannya, baik untuk dirinua sendiri maupun keluarganya.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit memiliki hak dan kewajiban yang merupakan peran orang sakit, antara lain:

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan

3. Melakukan kewajiban sebagai pasien seperti mematuhi nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhan

4. Tidak mekakukan sesuatu yang merugikan bagi proses kesembuhan 5. Melakukan kewajiban agar penyakit tidak kambuh, dan sebagainya.

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil “tahu” seseorang setelah ia melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda. Secara garis besar, pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2010)

1. Tahu (Know)

(33)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali (recall) memori yang ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan dengan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang lain ataupun kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksudkan menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk memberikan penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek.

(34)

Sikap. Sikap merupakan respon tertutup seseorang yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan terhadap stimulus atau objek tertentu. (Notoatmodjo, 2010).

Ada 4 tingkatan sikap, yakni:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikaan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2010) Masyarakat

Definisi. Menurut Effendy (1995: 223) kata masyarakat berasal dari bahasa Arab „musyaraka‟ yang berarti ikut serta berpartisipasi. Beberapa para ahli memutuskan batasan masyarakat dalam Effendy (1995: 223) sebagai berikut:

1. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang saling bergaul dan berinteraksi. Manusia berinteraksi menurut suatu

(35)

sistem adat istiadat yang bersifat kontinyu serta terikat oleh suatu rasa kebersamaan untuk kesatuan hidup manusia.

2. Soerdjano Soekanto berpendapat bahwa masyarakat adalah komunitas yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batasan tertentu dimana interaksi yang lebih besar dari para anggotanya dibandingkan dengan penduduk luar.

3. Hassan Shadily mengemukakan bahwa masyarakat dikelompokkan sebagai manusia bergolongan besar atau kecil yang karena atau dengan sendirinya saling mempengaruhi satu sama lainnya.

4. Maciaver mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang mendiami territorial tertentu dan saling bergantung, memiliki pembagian kerja dan kebudayaan bersama.

5. Linton berpendapat bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang dapat mengorganisasikan diri dan berpikir bahwa dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dikarenakan sudah cukup lama hidup dan bekerja sama dengan batas- batas tertentu.

Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri yaitu berinteraksi sesama anggota masyarakat, menempati suatu wilayah dengan batasan tertentu, saling ketergantungan satu sama lain, memiliki suatu adat maupun kebudayaan masing-masing, dan memiliki identitas bersama.

Tipe-tipe masyarakat. Gilin dan Gilin dalam Effendy (1995: 225) mengklasifikasikan lembaga masyarakat sebagai berikut:

(36)

1. Dilihat dari sudut perkembangannya

Lembaga masyarakat berdasarkan sudut perkembangannya terdiri dari:

a. Cresive Institution

Merupakan lembaga masyarakat yang paling utama (primer) dan secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat, seperti yang menyangkut tentang perkawinan, agama, hak milik, dan sebagainya

b. Enacted Institution

Lembaga kemasyarakatan ini sengaja dibentuk untuk tujuan tertentu berdasarkan pengalaman kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Pengalaman kebiasaan-kebiasaan tersebut disistematisasi, kemudian dibentuk lembaga lembaga yang disahkan negara. Misalnya, lembaga perdagangan, pertanian, utang-piutang, pendidikan, dan sebagainya.

2. Dilihat dari sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat

Lembaga masyarakat berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat yaitu:

a. Basic Institution

Suatu lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan ketertiban di masyarakat, seperti keluarga, sekolah-sekolah sebagai institusi dasar pokok

b. Subsidiary Institution

Merupakan lembaga kemasyarakatan yang ada untuk memenuhi kegiatan tertentu saja sehingga dianggap kurang penting. Misalnya pembentukan panitia rekreasi, acara pelantikan, acara wisuda bersama, dan sebagainya.

(37)

3. Dari sudut penerimaan masyarakat

a. Approved atau Social Sanctioned Institution

Suatu lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah, perusahaan, koperasi, dan lainnya

b. Unsanctioned Institution

Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak masyarakat meskipun terkadang masyarakat tidak dapat memberantasnya, seperti kelompok penjahat, pemeras, pengemis, dan sebagainya.

4. Dari sudut penyebarannya a. General Institution

Lembaga masyarakat ini didasari oleh faktor penyebarannya, seperti agama.

b. Restricted Institution

Merupakan lembaga- lembaga agama yang dianut masyarakat tertentu saja, contohnya agama Buddha banyak dianut oleh Vietnam, agama Kristen Katolik banyak dianut masyarakat Itali, agama Islam banyak dianut masyarakat Arab, dan sebagainya

5. Dari sudut fungsi a. Operative Institution

Suatu lembaga masyarakat yang menghimpun pola atau tata cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti lembaga industri.

(38)

b. Regulative Institution

Lembaga ini bertujuan untuk mengawasi adat istiadat ataupun tata kelakukan yang bukan bagian mutlak dari lembaga itu sendiri, misalnya lembaga hokum.

Ciri-ciri masyarakat Indonesia. Berdasarkan struktur sosial dan kebudayaan, masyarakat Indonesia dibagi menjadi 3 kategori dengan ciri-ciri:

(Effendy, 1995: 227) 1. Masyarakat desa

Masyarakat desa memiliki ciri-ciri hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat sebab hubungannya didasari oleh adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial, yang menyebabkan masyarakat ini percaya akan kekuatan- kekuatan gaib. Dalam masyarakat desa berlaku hukum tidak tertulis yang isinya sudah diketahui dan dipahami setiap orang. Masyarakat desa tidak memiliki lembaga pendidikan khusus di bidang teknologi dan tingkat buta huruf relatif tinggi. Biasanya keterampilan orangtua diwariskan langsung kepada keturunannya. Sebagian besar sistem ekonomi ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual di pasar untuk memenuhi kenbutuhan lainnya, uang berperan sangat terbatas. Masyarakat desa memiliki semangat gotong royong yang sangat kuat dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Masyarakat madya

Masyarakat madya memiliki ciri-ciri dimana hubungan keluarga masih tetap kuat namun hubungan kemasyarakatan mulai kendor. Masyarakat madya

(39)

masih menghormati adat istiadat namun sudah mulai terbuka dengan pengaruh luar, sehingga timbul cara berpikir yang rasional dan kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang. Kepercayaan akan kekuatan gaib akan muncul kembali ketika sudah kehabisan akal. Pada masyarakat madya, tingkat buta huruf sudah mulai menurun sebab sudah timbul lembaga pendidikan formal seperti pendidikan dasar dan menengah. Penggunaan uang semakin meningkat sebab ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran. Kegiatan gotong royong tradisional dilakukan untuk keperluan sosial di kalangan keluarga dan tetangga dan kegiatan umum lainnya didasarkan upah. Masyakat madya sudah menggunakan hukum tertulis yang mendampingi hukum tidak tertulis.

3. Masyarakat modem

Ciri-ciri masyarakat modern yaitu hubungan antar manusia didasari oleh kepentingan pribadi, dilakukan secara terbuka, dan saling mempengaruhi.

Untuk meningkatkan kesejahteraan, masyarakat memiliki kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tingkat pendidikan formal pada masyarakat modern tinggi dan merata. Strata masyarakat digolongkan berdasarkan profesi dan keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga ketrampilan dan kejuruan. Hukum yang berlaku pada masyarakat modern adalah hukum tertulis yang kompleks.

Ekonomi masyarakat modern hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar berdasarkan penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

(40)

Ciri-ciri masyarakat sehat. Adapun ciri-ciri masyarakat sehat yaitu:

(Effendy, 1995: 229)

1. Adanya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

2. Untuk mengatasi masalah kesehatan dilakukan upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama ibu dan anak

3. Penyediaan sanitasi dasar yang dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan peningkatan upaya kesehatan lingkungan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup

4. Peningkatan status gizi masyarakat berhubungan dengan peningkatan status sosial masyarakat

5. Adanya penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai penyebab dan penyakit

COVID-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV- 2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). (Kemenkes, 2020)

Gejala COVID-19. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering dan kelelahan. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami

(41)

beberapa pasien meliputi kehilangan indera rasa atau penciuman, konjungtivitis (mata merah), sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam pada kulit, mual atau muntah, diare, dan menggigil atau pusing. Gejala penyakit COVID-19 yang lebih parah meliputi sesak napas, kehilangan selera makan, kebingungan, rasa nyeri yang terus menerus di dada, temperatur tubuh tinggi (di atas 38° C). Adapun gejala lain yang kurang umum seperti sifat lekas marah, kebingungan, kesadaran berkurang (terkadang berhubungan dengan kejang), merasa gelisah, depresi, gangguan tidur. Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang terjadi seperti stroke, radang otak, delirium, dan kerusakan saraf.

(WHO, 2020)

Penularan COVID-19. COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS- Cov2 menyebar dari orang ke orang lain, terutama orang yang terinfeksi COVID- 19 melakukan kontak erat dengan orang lain. Virus dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi COVID-19 dalam bentuk partikel cairan kecil saat mereka batuk, bersin, berbicara, atau bernapas dengan berat. Partikel cairan kecil ini memiliki ukuran yang berbeda, mulai dari yang lebih besar „droplet (tetesan)‟ hingga yang lebih kecil „aerosol‟.

Orang lain dapat tertular COVID-19 ketika virus masuk ke mulut, hidung, atau mata yang lebih mungkin terjadi ketika melakukan kontak langsung atau dekat (jarak kurang dari 1 meter) dengan orang yang terinfeksi. Penularan aerosol dapat terjadi dengan hal-hal tertentu, yaitu di dalam ruangan, ramai, dan ruangan dengan ventilasi tidak memadai, dan orang yang terinfeksi melakukan kontak

(42)

dengan orang lain dalam waktu yang lama, seperti di restoran, tempat latihan paduan suara, ruang olahraga, klub malam, kantor, dan tempat ibadah.

Virus juga dapat menyebar jika orang yang terinfeksi bersin dan batuk kemudian menyentuh permukaan atau benda, seperti meja, gagang pintu, dan sandaran tangan. Orang lain dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan benda yang sudah terkontaminasi ini, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. (WHO, 2020)

Pencegahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencegahan berasal dari kata cegah. Pencegahan dapat diartikan sebagai proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Pencegahan merupakan tindakan dan indentik dengan perilaku.

Pencegahan COVID-19. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitias Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada tempat- tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:

(43)

1. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID 19). Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.

2. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan antisepti berbasis alkohol/handsanitizer.

Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.

4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit autoimun,

(44)

kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas umum. (Kemenkes, 2020)

Masker

Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus yang ada di udara, dan zat- zat kimia yang digunakan. (Kemenkes, 2018). Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin.

Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung). (Kemenkes, 2017)

Jenis masker. Jenis masker yang dapat digunakan:

1. Masker medis (masker bedah atau prosedur)

Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah atau prosedur yang datar atau memiliki lipatan. Masker jenis ini dikencangkan pada kepala dengan tali yang mengitari telinga atau kepala atau keduanya. Karakteristik kinerjanya diuji menurut serangkaian metode uji terstandar (ASTM F2100, EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan untuk menyeimbangkan filtrasi yang tinggi, kemudahan bernapas yang memadai, dan (opsional) resistansi penetrasi cairan.

(WHO, 2020). Masker medis menjadi pembatas antara petugas rumah sakit dan pasien dengan cara menutupi mulut, hidung, dan dagu. Masker ini digunakan oleh petugas kesehatan untuk mencegah tetesan dan cipratan pernapasan yang lebar dalam mencapai mulut dan hidung pemakainya. Masker ini juga

(45)

mengurangi dan atau mengontrol penyebaran tetesan pernapasan yang lebar dari orang yang memakainya. (ECDC, 2020)

2. Masker nonmedis (masker komunitas)

Masker ini mencakup berbagai bentuk masker buatan sendiri atau masker komersial. Penutup wajahnya terbuat dari kain, tekstil lain atau bahan lain, misalnya kertas. Masker ini tidak terstandarisasi dan tidak ditujukan untuk digunakan dalam perawatan kesehatan atau oleh profesional petugas kesehatan.

(ECDC, 2020). Masker kain yang digunakan harus berlapis 3 dan penggunaannya harus diganti setiap 4 jam sekali. Dalam pemakaian masker kain, tidak dapat berbagi menggunakannya dengan orang lain. (Kemenkes, 2020)

3. Filtering facepiece respirator (FFR) atau respirator

Respirator diklasifikasikan sebagai alat pelindung diri yang dibuat untuk melindungi pemakainya dari paparan kontaminasi airbone (penularan melalui udara). Respirator digunakan oleh petugas kesehatan, terutama kegiatan yang menghasilkan aerosol. Respirator tidak sesuai jika digunakan sebagai alat pengendalian infeksi dikarenakan tidak mencegah pelepasan partikel pernapasan pemakainya ke lingkungan. (ECDC, 2020). Respirator juga memberikan keseimbangan filtrasi dan kemudahan bernapas. Respirator memfiltrasi partikel padat berukuran 0,075 mikrometer, dibandingkan masker medis yang memfiltrasi droplet berukuran 3 mikrometer. Respirator yang tersertifikasi juga memastikan pernapasan tidak terhalang dengan resistansi inhalasi dan ekshalasi maksimum. (WHO, 2020)

(46)

Manfaat dan kekurangan berbagai jenis masker. Masker memiliki manfaat dan kekurangannya masing-masing dalam proteksi virus sesuai jenisnya.

(Tirupathi, 2020) Tabel 1

Perbandingan Fitur, Manfaat, dan Kekurangan dari Berbagai Jenis Masker yang Digunakan

Jenis Masker Fitur Manfaat Kekurangan

N95 Respirator

Powered Air-Purifying Respirators (PAPRs)

- Desain tergolong ketat. (tingkat filtrasi >95%) - Digunakan untuk petugas kesehatan

- Tutup kepala longgar dengan blower untuk menyaring udara bertenaga baterai -Untuk digunakan selama prosedur aerosol generasi (AGP)

- Perlindungan yang lebih baik terhadap aerosol dan tetesan

- Perlindungan lebih baik

dibandingkan N95 - Tidak

membutuhkan kesesuaian untuk bentuk dan ukuran wajah

- Lebih nyaman

- Memerlukan uji kesesuaian dan pemeriksaan segel secara teratur - Persediaan terbatas

- Harga yang lebih mahal dari masker bedah

- Mahal - Ketersediaan terbatas

- Biaya tinggi dan perawatan yang sulit

Masker Bedah - Bentuk tergolong sedikit longgar, memberikan penghalang fisik - Untuk digunakan oleh petugas kesehatan

- Lebih murah, lebih mudah didapat

- Dapat dilapisi dengan masker N95

- Kemungkinan masih dapat terjadi kebocoran udara (tidak dapat digunakan selama prosedur yang menghasilkan aerosol) - Sekali pakai

(bersambung)

(47)

Tabel 1

Perbandingan Fitur, Manfaat, dan Kekurangan dari Berbagai Jenis Masker yang Digunakan

Jenis Masker Fitur Manfaat Kekurangan

Masker Kain - Pemasangannya longgar, biasanya terbuat dari

polester atau katun - Dapat dilapisi dengan kertas saring

- Untuk digunakan oleh masyarakat umum

- Dapat dibuat sendiri, dicuci, dan digunakan kembali - Penggunaan dapat mencegah penimbunan masker medis

- Tidak memberikan perlindungan yang memadai dari aerosol

WHO (2020) menyebutkan beberapa manfaat penggunaan masker yang di dapat masyarakat, meliputi:

1. Menurunnya penyebaran droplet pernapasan yang mengandung partikel virus yang infeksius, termasuk dari orang yang terinfeksi yang belum mengalami gejala

2. Menurunnya kemungkinan stigmatisasi dan meningkatnya penerimaan atas pemakaian masker untuk mencegah penyebaran infeksi ke orang lain

3. Pemakaian masker oleh orang yang merawat pasien COVID-19 di lingkungan nonklinis meningkat

4. Munculnya rasa berperan dalam kontribusi menghentikan penyebaran virus 5. Terdorongnya perilaku pencegahan transmisi lain yang bersamaan dengan

mencuci tangan pakai sabun dan tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut 6. Tercegahnya transmisi penyakit pernapasan lain seperti tuberkulosis dan

influenza serta menurunnya beban penyakit-penyakit tersebut selama pandemi.

(48)

Penggunaan masker sangat penting sebab masker dapat melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain. Masker mencegah dan menahan masuknya droplet yang keluar saat batuk, bersin, dan berbicara sehingga tidak tertular maupun menularkan virus kepada orang lain. Risiko penularan yang terjadi ketika ora ng sakit dan orang sehat tidak menggunakan masker ialah 100%. Ketika orang sakit tidak menggunakan masker dan orang sehat menggunakan masker, risiko penularannya sebesar 70%. Risiko penularan yang terjadi ketika orang sakit menggunakan masker dan orang sehat tidak menggunakan masker ialah 5%.

Ketika keduanya yaitu orang sakit dan orang sehat menggunakan masker, maka risiko penularan sebesar 1,5% (Satgas Penanganan COVID-19, 2020)

Penggunaan masker di masyarakat. Penggunaan masker di masyarakat dapat mencegah penularan COVID-19 terutama melalui droplet. Masyarakat harus menggunakan masker meskipun tidak sakit ataupun tidak mengalami gejala apapun. Hal ini disebabkan beberapa penelitian menemukan bahwa orang yang tidak pernah menunjukkan atau belum mengalami gejala apapun dapat menularkan virus COVID-19 (CDC, 2021). Penggunaan masker di masyarakat harus digunakan:

1. Di luar ruangan

a. Di semua tempat di tengah masyarakat, terutama di daerah yang diketahui atau diduga telah terjadinya transmisi COVID-19 ataupun tidak ada transmisi COVID-19 yang terdokumentasi

(49)

b. Jika jarak fisik minimal 1 meter tidak dapat dilakukan terutama kepada orang yang lebih berisiko mengalami komplikasi berat akibat COVID-19 (kelompok lansia dan orang dengan kondisi penyakit penyerta).

2. Di dalam ruangan

Masyarakat juga harus menggunakan masker ketika berada di dalam rumah jika terdapat:

a. Anggota keluarga yang terinfeksi COVID-19, terutama jika sedang melakukan isolasi mandiri

b. Anggota keluarga berpotensi terkena COVID-19 karena beraktivitas di luar rumah

c. Anggota keluarga merasa terjangkit atau mengalami gejala COVID-19 d. Adanya tamu atau orang dari luar rumah yang berada di dalam rumah dan

jaga jarak minimal 1 meter tidak dapat dilakukan

e. Ruangan sempit dan tidak bisa menjaga jarak minimal 1 meter f. Ventilasi ruangan yang tidak memadai (WHO, 2020)

Cara memakai masker dengan benar. Kementerian Kesehatan (2020) menyebutkan pemakaian masker harus dengan benar dan tepat untuk meminimalisir penyebaran virus serta melindungi diri virus. Cara menggunakan masker dengan benar yaitu:

1. Cuci tangan pakai sabun sebelum menggunakan masker

2. Masker harus menutup mulut, hidung dan dagu dengan sempurna. Pastikan bagian masker yang berwarna berada di sebelah depan

(50)

3. Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung dan tarik ke belakang ke bagian bawah dagu

4. Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang tali dan langsung buang ke tempat sampah tertutup

5. Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah digunakan ke dalam tempat sampah

6. Biar bersih, ganti masker anda secara rutin apabila kotor atau basah.

7. Masker harus diganti jika sudah digunakan selama 4 jam pemakaian (masker medis maupun masker kain)

Cara mencuci masker kain dengan benar. Adapun cara mencuci masker kain dengan benar, yaitu:

1. Siapkan air, bila mungkin air panas dengan suhu 60 – 65 °Celcius 2. Tambahkan deterjen dan rendam masker beberapa saat

3. Kucek masker hingga kotoran luruh

4. Bilas di bawah air mengalir hingga busa hilang

5. Keringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan pengering panas 6. Setrika dengan suhu pemanas agar bakteri dan virus mati

7. Masker siap digunakan. (Kemenkes, 2020) Kepatuhan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 837), kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan.

Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan.

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya

(51)

interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI., 2011). Dalam ranah psikologi kesehatan, Sarafino dalam Smet (1994: 250) mengatakan bahwa kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Sacket dalam Niven (2002: 192) beranggapan bahwa kepatuhan ialah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh professional kesehatan. Notoadmojo (2012) mendefinisikan kepatuhan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

Reaksi ini terjadi dikarenakan adanya proses stimulus terhadap organisme yang kemudian organisme tersebut merespon.

Adapun kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan, kemauan, dan kerelaan masyarakat dalam menggunakan masker. Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan masyarakat saat masyarakat menggunakan masker.

(Devi dkk, 2020).

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Kozier (2010) dalam Afrianti dan Rahmiati (2021) menyebutkan faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Motivasi klien untuk sembuh

b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan c. Persepsi keparahan masalah kesehatan

d. Pengetahuan

e. Dampak dari perunahan

(52)

f. Budaya

g. Tingkat kepuasan serta kualitas pelayanan kesehatan yang diterima.

Menurut Andreas dalam Andriani dan Kurwiyah (2019) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari pengetahuan, kemampuan, dan motivasi.

Faktor eksternal terdiri dari peraturan-peraturan, pengawasan, dan sikap terhadap peraturan. Kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap seseorang untuk patuh pada suatu hal atau tindakan. Kepatuhan juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosio demografi, sosio ekonomi, karakteristik pasien, psikososial, karakteristik obat, karakteristik penyakit, karakteristik fasilitas dan petugas kesehatan, komunikasi, modal sosial, dan intervensi. (Edi, 2015)

Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan. Adapun faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan antara lain: (Smet, 1994: 254)

1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan

Perilaku ketaatan akan lebih rendah untuk penyakit kronis, sebab dampak buruk yang akan dirasakan tidak ada, saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatannya kompleks dengan efek samping, dan perilaku yang tidak pantas. Tingkat ketaatan untuk penyakit kronis dengan tingkat rata-rata penyakit akut menurun sampai 54%. Sarafino dalam Smet (1994: 254) menyebutkan bahwa banyaknya variasi serta rendahnya ketaatan terhadap perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

(53)

2. Komunikasi pasien dengan dokter

Komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi ketidaktaatan, seperti informasi dan pengawasan yang kurang, pasien tidak puas akan aspek hubungan emosional dengan dokter, tidak puas akan pengobatan yang diberikan. Menurut Dickson dkk. dan Ley dalam Smet (1994: 254) bahwa frekuensi pengawasan pasien, dukungan atau tindakan lanjutan juga cukup penting dalam mempengaruhi ketidaktaatan.

3. Persepsi dan pengharapan pasien akan penyakit yang dideritanya

Dalam teori Health Belief Model (HBM) mengemukakan bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan-keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi, kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan, kerugian dan keuntungan. Seseorang akan lebih patuh jika ancaman akan dampak kesehatannya lebih serius, sedangkan seseorang cenderung mengabaikan permasalahan kesehatan jika keyakinan akan pentingnya menjaga kesehatan rendah. Menurut model Theory of Reasoned Action (TRA), sikap dan norma subjektif terhadap suatu penyakit akan mempengaruhi kepatuhan dan perilaku kepatuhan tersebut. Janis dalam Smet (1994: 256) berdasarkan Decision Theory menganggap pasien sebagai „pengambil keputusan‟ dan kepatuhan adalah hasil pengambilan keputusan. Pasien sendirilah yang harus memutuskan apakah pasien akan menjalani suatu operasi. Pasien juga harus diberitahu sebaik-baiknya mengenai prosedur operasi dan efektivitas suatu pengobatan agar pasien dapat mengambil keputusan yang tepat. Teori Pengaturan Diri oleh Leventhal dalam Smet (1994: 256) mengemukakan

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEPATUHAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENCEGAHAN COVID-19 DI RT 02 RW 05 KABANDUNGAN I DESA SIRNAGALIH BOGOR.

Artikel dengan judul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pencegahan COVID-19 Mahasiswa”, ditulis oleh Hasna Linawati, dkk bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan media informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penularan Covid-19 pada masyarakat Desain

Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Perumahan melalui Optimalisasi “Jogo Tonggo” dan Gerakan Memakai Masker dalam Upaya Pencegahan Penularan COVID-19 di Kabupaten Semarang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan Covid-19 pasca vaksinasi pada masyarakat Kecamatan Siak

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain peneliti Cross Sectional untuk

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) melalui edukasi pencegahan Covid-19 dan pembagian masker untuk kesehatan masyarakat dapat mengurangi kasus Covid-19 dengan

Tanggal : 6 Oktober 2021 LAPORAN PENYEBARAN COVID-19 BERDASARKAN LINGKUNGAN KOTA TEBING TINGGI.. Data Zonasi Penyebaran Covid-19 di Kota