• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa, (Hamzah, 2009: 83). Dalam hal ini pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya membelajarkan siswa. Oleh karena itu, dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru saja, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal untuk mencapai tujuan tersebut adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar berfungsi optimal.

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2009: 17).

Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antaranya kedua terjadi komunikasi intens dan terarah menuju suatu taget yang telah ditentukan sebelumnya.

Pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam (Trianto, 2009: 19) adalah (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Dalam hal ini siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa.

Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa melalui keseluruhan sumber belajar di mana siswa terlibat aktif dalam belajarnya dan

(2)

mengaitkan informasi sebelumnya dengan informasi yang baru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan alam saja, walaupun pengertian tersebut kurang pas dan bertentangan dengan etimologi, Jujun Suriasumantri (Trianto 2010:136).

Menurut H.W Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Wahyana mengatakan bahwa IPA ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Kardi dan Nur mengatakan IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera, (Trianto, 2010:136).

Menurut beberapa pengertian IPA di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, penerapannya secara umum hanya terbatas pada gejala-gejala alam yang berkembang melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/ MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, (Standar Isi 2006:161).

(3)

2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/ MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.

(Standar Isi 2006:162).

2.1.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan Standar Isi (2006:162), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

(4)

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Sesuai dengan Standar Isi (2006:168), berikut ini disajikan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA di Sekolah Dasar Kelas IV Semester II.

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

8.4. Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik.

2.1.2. Model Pembelajaran Group Investigation 2.1.2.1. Model Pembelajaran

Joyce (Trianto 2009:22) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Adapun Soekamto dkk (Trianto 2009:22) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman merencanakan pembelajaran di kelas yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

(5)

2.1.2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Hamruni (2012:224) dalam bukunya mengatakan bahwa ide model pembelajaran kooperatif tipe group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends,1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.

Hamruni (2012:224) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, 1996) adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing, (2) belajar hendaknya didasari motivasi instrinsik, (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap, (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting, (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.

Trianto (2012:78) dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajran group investigation dikembangkan pertama kali oleh Herbert Thelen. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Hamruni, 2012: 225).

Model group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang mendalam. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill).

Group investigation atau investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa secara heterogen kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik tertentu untuk diselidiki

(6)

dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutmya kelompok menyiapkan dan mempresentasikannya di depan kelas.

Guru dalam model pembelajaran group investigation lebih berperan sebagai fasilitator yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu siswa dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok), Bruce Joyce (2009:323). Selain sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai konselor, konsultas, maupun sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengaan proses pemecahan masalah adalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.

Pengelolaan ditampilkan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengoganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan pengorganisasian oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Group investigation adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran.

Sarana penunjang model group investigation adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruang kelas yang sudah ditata untuk pembelajaran dengan model group investigation.

2.1.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Hamruni (2012:225) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif group investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin,1995), yaitu :

1. Grouping

Grouping adalah menetapkan jumlah anggota kelompok secara heterogen, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan pemasalahan. Tahapan ini menekankan pada permasalahan di mana siswa mengajukan atau memilih topik dan saran. Kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi

(7)

satu kelompok. Dalam hal ini peran guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturannya.

2. Planning

Planning yaitu menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimaa mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya. Pada tahap ini anggota kelompok menentukan topik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk menyelesaikan masalah.

3. Investigation

Invetigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalis data, dan menarik kesimpulan. Peran guru pada tahap ini secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan membimbing kelompok jika diperlukan.

4. Organizing

Organizing yaitu mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji, moderator, dan notulis. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil akhir penyelidikannya. Peran guru di sini sebagai penasehat membantu memastikan setiap kelompok ikut andil di dalamnya.

5. Presenting

Presenting yaitu salah satu wakil kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan, atau memberi tanggapan.

6. Evaluating

Evaluating, yakni setiap siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan,

(8)

melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.

2.1.2.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Tujuan pembelajaran kooperatif model group investiagtion adalah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPA khususnya karena siswa dituntut untuk menemukan dan menyelidiki topik masalahnya. Selain itu juga dapat melatih siswa untuk berpikir kritis sehingga pengetahuan yang ada dalam diri siswa berkembang. Pembelajaran dengan model group investigation dapat melatih siswa untuk saling memahami dan menghormati satu sama lain dan meningkatkan solidaritas siswa.

2.1.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Model group investigation mempunyai kelebihan dibandingkan dengan model lainnya yaitu :

1. Siswa menjadi lebih mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajarinya.

2. Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi.

3. Siswa mempunyai kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesiis dan menganalis.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran group investigation adalah : 1. Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka

akan menghambat dari pada tujuan pembelajaran.

2. Siswa yang tidak cocok denga anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi maupun menyelesaikan tugas.

3. Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.

(9)

2.1.3. Hasil Belajar

Anni (2006:5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Sedangkan Mulyasa (2009:208), menyatakan bahwa penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Menurut Prawiradilaga (2008, 69-70) salah satu tujuan dari penilaian hasil belajar adalah mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan. Dalam hal ini, penilaian bukan untuk menentukan tingkat kepintaran seseorang peserta didik, tetapi cenderung untuk memberi masukan kepada peserta didik. Penilaian dapat bersifat kognitif, dalam bentuk pertanyaan yang harus mereka jawab di atas kertas atau harus melakukan sesuatu hal.

Menurut Sarwiji (2009:47-48), aspek kognitif belajar dapat diukur dengan assesmen bersifat objektif dan subjektif. Assesmen bersifat objektif seperti berbagai jenis tes (isian singkat, pilihan ganda), sedangkan assesmen subjektif diterapkan jika kemampuan yang akan diukur terkait dengan pendapat yang diuraikan dalam bentuk pertanyaan essay. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melalui pengamatan. Pengamatan juga dapat diselenggarakan untuk mengantisipasi perilaku belajar mereka yang tidak dapat diukur melalui penilaian kognitif. Pengamatan dengan menggunakan berbagai format instrument seperti daftar cek, skala sikap, skala likert, dan sebagainya digunakan untuk mengukur aspek belajar afektif dan psikomotor.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ella (2004:59)

1. Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif terdapat enam aspek, yaitu :

a. Pengetahuan, didefinisikann sebagai ingatan terhadap hal-hal yan telah dipelajari sebelumnya. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda-benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.

(10)

b. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memaham materi bahan. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.

c. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret, nyata, atau baru. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.

d. Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan lebih materi ke dalam bagian-bagian atau yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan.

e. Sintensis, merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif denagn mengutamakan perumusan pola atau struktur baru dan unik.

f. Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria.

2. Ranah afektif

Menurut Ella(2004:62) ada 5 tingakatan dalam ranah afektif ini, yaitu :

a. Penerimaan, yaitu kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.

(11)

b. Respon atau jawaban, merupakan kemampuan menerima tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan penerimaan.

c. Penilaian, merupakan kemampuan memberikan penilaian terhadap gagasan, benda, bahan, atau gejala. Hasil belajar penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitugkan, dan dinilai orang lain.

d. Pengelolaan atau pengaturan, merupakan kemampuan mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

e. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Ella (2004:63), hasil belajar psikomorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill). Tingkatan ranah psikomotorik yaitu :

a. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus.

b. Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks.

c. Gerakan tanggapan (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

(12)

d. Kegiatan fisik,merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara.

e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini meretang dari ekspresi mimik muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit.

Beberapa pengertian hasil belajar dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada diri peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan.

Penilaian hasil belajar mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1. Penilaian Formatif

Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian formatif berorientasi pada proses, yang akan memberikan informasi kepada guru apakah program atau proses belajar mengajar masih perlu diperbaiki.

2. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit rogram misalnya penilaian yang dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester atau akhir tahun. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh siswa telah mencapai kompetesi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian ini berorientasi pada produk atau hasil. Di antara penilaian formatif dan penilaian sumatif, terdapat Tes Sub Sumatif. Penilaian ni bisa dilaksanakan di akhir bab pelajaran (ujian blok).

3. Penilaian Selektif

Penilain yang dilaksanakan dalam anga menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba- lomba tertentu termask jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi penerimaan

(13)

mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekrutmen tenaga kerja.

4. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain- lain.

5. Penilaian Penempatan

Penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain penilaian ini berorientasi ada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan yang telag dimiliki siswa.

Teknik penilaian sebagai alat evaluasi hasil belajar terdapat 2 macam, yaitu :

1. Teknik Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan), Sudjana (2010:35). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Suharsimi Arikunto (2001:32) mengatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Sudjana (2010:35) ada dua jenis tes, yakni tes uraian atau tes esai dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk

(14)

pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik penilaian tes adalah suatu alat penilaian yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan, tulisan, atau perbuatan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Teknik Nontes

Menurut Sudjana (2010:104) alat-alat penilaian hasil dan proses belajar mengajar, di samping berupa tes, bisa digunakan juga teknik wawancara, kuisioner, observasi, skala, sosiometri, studi kasus, dll. Alat-alat penilaian tersebut sering dikategorikan ke dalam istilah bukan tes atau nontes. Sementara Suharsimi Arikunto (2001:32) menyebutkan teknik penilaian non tes terdiri dari skala bertingkat (rating scale), kuesioner (questionair), daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation), riwayat hidup.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik penilaian nontes meliputi:

a. Wawancara (interview)

Suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

b. Kuesioner (questionair)

Kuesioner juga sering dikenal dengan angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).

c. Pengamatan (observation)

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

(15)

d. Sosiometri

Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial siswa di kelasnya atau di dalam kelompoknya.

e. Studi kasus

Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi siswa secara mendalam dalam kurun waktu tertentu.

f. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang diletakkan secara bertingkat dari rendah ke yang tinggi dengan jarak yang sama.

g. Daftar cocok (check list)

Daftar cocok atau check list adalah deretan pernyataan singkat dimana responden memberika tanda cek (v) di tempat yang sudah disediakan.

h. Riwayat Hidup

Riwayat hidup adalah gambaran keadaan seseorang dalam masa hidupnya.

2.2. Kajian Hasil Penelitian

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh beberapa peneliti menggunakan model pembelajaran group investigation.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 147 Palembang (Vera Sandria:2012). Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas IVA SD Negeri 147 Palembang pada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 40 orang siswa. Keberhasilan penelitian ini diamati berdasarkan presentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai ujian setiap akhir siklus. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai ≥60 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apaila telah mencpai angka 85% siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Hasil penelitian

(16)

tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan nilai rata-rata hasil ujian setiap akhir siklus dan ketuntasan hasil belajar siswa secara berturut-turut sebelum diberi tindakan, setelah diberi tindakan siklus 1 dan siklus 2 adalah 41,02%, 80%, dan 92,5%. Nilai rata-rata hasil ujian akhir siklus secara berturut-turut yaitu 43,58;

70,25; dan 79,5. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah dengan menggunakan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Kelemahan dari penelitian tersebut adalah siswa yang pasif akan mengalami kesulitan jika menggunakan model group investigation. Tindak lanjut dari penelitian tersebut adalah meningkatkan keaktifan siswa yang hasil belajarnya kurang sehingga dapat seimbang dengan siswa yang hasil belajarnya tinggi.

Penelitian menggunakan model pembelajaan group investigation juga dilakukan oleh Taufiq, Ahmad (2011) dengan judul Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Group Investigation di SDN Klampok 03 Singosari. Subjek yang dilakukan pada penelitian tersebut adalah siswa kelas IV SDN Klampok 03 Singosari yang berjumlah 41 siswa yang terdiri dari 26 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Berdasarkan hasil obsevasi yang ditemukan bahwa di SDN Klampok 03 Singosari, khususnya pada kelas IV guru belum pernah menggunakan model group investigation dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajarannya guru hanya berceramah, tanya jawab, dan memberikan tugas sehingga kurang mengaktifkan siswa. Dari nilai siswa pada materi gaya gesek diperoleh rata-rata 55,75 dan ketuntasan kelas 39,02%. Sedangkan SKM yang ditentukan adalah 65%

untuk ketuntasan kelas. Setelah peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation terjadi peningkatan keaktifan siswa dari 53,33 pada awal siklus I menjadi 63,17 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 55,75 dan ketuntasan kelas 39,02% sebelum tindakan menjadi rata-rata 67,05 dan ketuntasan kelas mencapai 65% pada akhir siklus II. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah dengan menggunakan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Kelemahan dari penelitian tersebut adalah jumlah siswa yang terlalu banyak menyebabkan pembagian kelompok kurang efektif. Tindak lanjut dari penelitian tersebut adalah melakukan

(17)

persiapan yang matang dalam mengorganisasi kelompok mulai pada tahap pertama yaitu pemilihan topik berdasarkan minat dan kesukaan sampai pada tahap terakhir yaitu evaluasi. Pembagian juga harus dilakukan secar heterogen dengan jumlah anggota kelompok tidak terlalu banyak untuk menghindari ketidakefektifan pembelajaran dalam kelompok.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang pada pembelajaran IPA di Kelas 4 masih bersifat teacher centered dan sulit bagi siswa sehingga menyebabkan hasil beajar IPA siswa masih di bawah KKM yang telah ditentukan.

Hal tersebut dapat diatasi, peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaan melalui model kooperatif group investigation. Pembelajaran group investigation merupakan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan model group investigation yaitu siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kemudian melaksanakan investigasi materi dan mempresentasikan hasil investigasi.

Pemanfaatan model group investigation diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kabupaten Temanggung. Dari uraian di atas dapat digambarkan alur pemikiran yang menggambarkan secara singkat konsep penelitian yaitu sebagai berikut :

(18)

Gambar 1 Kerangka Pikir

materi energi panas menggunakan metode ceramah (teacher centered).

Siswa

 Siswa jenuh dalam pembelajaran.

 Siswa pasif dalam pembelajaran.

melibatkan keaktifan siswa.

Model pembelajaran group investigation

 Hasil Belajar siswa belum maksimal.

 Hasil belajar di bawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 67.

Investigation Siswa melakukan investigasi kelompok tentang bunyi, dimana

setiap kelompok menginvestigasi topik

yang berbeda.

Presenting Perwakilan siswa tiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi kelompok tentang bunyi.

Organizing Siswa mengatur dan menyiapkan presentasi

laporan tentang bunyi.

Planning Siswa merencanakan

tugas dan melakukan pembagian tugas

kelompok.

Grouping Siswa menetapkan anggota kelompok dan memilih topik tentang bunyi.

Melakukan pengamatan

Evaluating

 Siswa dan guru berkolaborasi

mengevaluasi

pembelajaran tentang bunyi.

 Siswa mengerjakan tes evaluasi secata tertulis.

 Siswa aktif dalam pembelajaran.

 Hasil belajar siswa meningkat.

Tindak lanjut kagiatan guru: guru melakukan tes perbaikan, pengayaan, dan tugas rumah (PR).

(19)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA tentang bunyi dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produk adalah segala sesuatu baik berupa produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan kelebihan model pembelajaran kontekstual adalah Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa

Berdasarkan pengertian diatas, Pembelajaran dengan teknik probing prompting adalah teknik pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali

yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

dimaksud mempelajari hal-hal sesuai den gan apa yang diteskan”. Tes Prestasi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes dilakukan untuk mengukur kemampuan

Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu ( tes formatif ). Guru memberi pengarahan kepada setiap kelompok untuk

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan suatu balas jasa yang berupa uang yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya tanpa melihat