ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PIUTANG DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENAGIHAN PIUTANG
PADA PDAM TIRTA LANGKISAU PAINAN SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
NADILA KASNANDA 3417.019
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2021 M / 1442 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing skripsi atas nama Nadila Kasnanda, Nim 3417019 dengan judul
“Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan” memandang bahwa skripsi yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke siding Munaqasah.
Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat digunakan seperlunya.
Bukittinggi, Juli 2021 Pembimbing
Novera Martilova, SE.,ME NIDN. 2008118401
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan” yang disusun oleh Nadila Kasnanda, NIM 3417.019 telah diuji dalam sidang Munaqasah jurusan Akuntansi Syariah pada hari dan tanggal……… Dan telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada jurusan Akuntansi Syariah. Bukittinggi, tanggal, bulan tahun
TIM PENGUJI
Ketua Sekretaris
Nama Nama
NIP NIP
Anggota
Penguji Utama Penguji Utama
Nama Nama
NIP NIP
Penguji Pendamping Penguji Pendamping
Nama Nama
NIP NIP
Mengetahui Dekan Fakultas…..
Nama NIP
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : NADILA KASNANDA
NIM : 3417.019
Tempat/Tanggal Lahir : Kambang, 31 Agustus 1998 Fakultas/Jurusan : FEBI / S1 Akuntansi Syariah
Judul Skripsi : “Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan”
Menyatakan dengan sesungguhnya karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul diatas adalah benar hasil karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicopot sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, Juli 2021 Yang menyatakan,
NADILA KASNANDA NIM. 3417.019
ABSTRAK
Skripsi yang diberi judul “Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan”. Penyusunan skripsi tersebut disusun oleh Nadila Kasnanda dengan NIM 3417.019, jurusan S1 Akuntansi Syariah, Fakulatas Ekonomi Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Skripsi tersebut dilatarbelakangi dengan perusahaan yang melakukan penjualan kredit yang mana akan mempengaruhi penerimaan kas pada perusahaan, tentunya sangat memperhatikan sistem pengendalian piutang. Sistem pengendalian piutang termasuk dari kebijakan perusahaan untuk mengelola piutang dari penjualan kredit dan menimalisir banyaknya terjadi piutang tak tertagih.
Tujuan dari skripsi ini yaitu untuk menganalisis sistem pengendalian piutang dalam meningkatkan efektivitas penagihan piutang pada PDAM Tirta Langkisau Painan. Adapun metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu rasio aktivitas yang mana dari rasio aktivitas yang hanya dipakai yaitu analisis rasio perputaran piutang, analisis rata-rata umur piutang, rasio penagihan dan rasio tunggakan.
Hasil dari penelitian ini yaitu PDAM Tirta Langkisau Painan menggunakan sistem pengendalian piutang secara manual dan tidak ada sistem terstruktur (aplikasi) dalam hal ini PDAM melakukan peningkatan pelayanan terhadap pelanggan, namun sistem yang diterapkan secara manual oleh PDAM Tirta Langkisau Painan tersebut belum dapat dikatakan efektif, hal ini ditunjukkan dari perhitungan rasio perputaran piutang, rata-rata umur piutang, rasio penagihan piutang dan rasio tunggakan piutang.
Kata Kunci: Sistem Pengendalian Piutang, Efektivitas
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Piutang Tak Tertagih Pada PDAM Tirta Langkisau Painan Tabel 1.2 Laporan Laba Rugi 2016-2020 PDAM Tirta Langkisau Painan Tabel 4.1 Profil Pegawai Berdasarkan Status
Tabel 4.2 Profil Pegawai Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Umur Piutang Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Tunggakan Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rasio Penagihan
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...
PERNYATAAN ORISINALITAS ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR ISI ...
KATA PENGANTAR ...
ABSTRAK ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Identifikasi Masalah ...
C. Batasan Masalah ...
D. Rumusan Masalah ...
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
F. Penjelasan Judul ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...
1. Piutang ...
2. Sistem Pengendalian Piutang ...
3. Piutang Tak Tertagih ...
4. Estimasi Piutang Tak Tertagih ...
5. Efektivitas ...
6. Landasan Syariah ...
B. Kajian Terdahulu ...
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...
1. Jenis Penelitian ...
2. Jenis dan Sumber Data ...
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...
C. Teknik Pengumpulan Data...
D. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaa ...
1. Umum ...
2. Sejarah dan Profil Perusahaan ...
3. Visi dan Misi PDAM Tirta Langkisau Painan ...
4. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ...
B. Hasil Pembahasan / Analisis ...
1. Sistem Pengendalian Piutang ...
2. Sebab Terjadinya Piutang PDAM ...
3. Pengelolaan dan Pengendalian Piutang PDAM ...
4. Perlakuan Piutang Usaha dan Perlakuan Jika Terjadi
Piutang Tak Tertagih ...
5. Piutang Macet/ Tak Tertagih Pada PDAM ...
6. Kebijakan Terhadap Kredit/Piutang PDAM ...
7. Efektivitas Penagihan Piutang PDAM ...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
KATA PENGANTAR
Alahmdulillah puji beserta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Dan tidak lupa pula penulis ucapkan shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, para sahabat, sampai kepada umat manusia hingga akhir zaman, Aamiin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program studi Akuntansi Syariah, yang mana skripsi ini berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan”.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat skripsi ini, tapi dengan semangat dan kegigihan serta dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Namun penulis menyadari tentunya masih banyak kekurangan sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terkhusus kepada ayahanda tercinta dan ibunda tersayang yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan karena berkat do‟a, dorongan dan motivasi beiau penulis selalu semangat beraktivitas terutama dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan beliau keberkahan kesehatan dan selalu melindungi beliau, Aamiin. Pada kesempatan kali ini penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terimakasi kepada:
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukittinggi.
2. Ibu Tartila Devy, SE, M.Ak selaku ketua prodi S1 Akuntansi Syariah sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan bimbingannya demi kelancaran proses belajar penulis.
3. Ibu Novera Martilova, SE., ME selaku pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang telah Ibu berikan selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak/Ibuk staf pengajar, Karyawan/karyawati Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat melanjutkan sampai ketahap penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
6. Bapak Rasyiddin Ras selaku wakil pimpinan PDAM unit Kambang dan Kak Afriani Lioni selaku pegawai PDAM yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk kelancaran skripsi penulis.
7. Rekan-rekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya Akuntansi Syariah Ak-A dan Ak-B angkatan 2017 atas kebersamaan, kehebohan, kekompakan, dukungan, semangat dan masukannya.
8. Ayah tercinta dan mama tersayang yang tidak pernah lelah dan bosan memberikan do‟a, kasih sayang dan semangat serta dorongan setiap saat.
terimaksih mendidik, merawat , menyayangi dan memperhatikan hingga sekarang.
9. Maitil Kasri dan Feby Triakasnanda selaku saudara kandung penulis yang telah memberikan motivasi dan dorongan. Sepupu-sepupu dan kerabat yang telah membantu saya dalam kelancaran penulisan skripsi ini,
terutama ucapan terimakasih kepada Resfani Febria Ananda, Restu Patria Ananda dan Sri Shinta Agustin yang telah berkontribusi dalam memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku Mairisa Elvia, Elingga Putri dan Vegya Ardyusri selain ilmu, gelar, canda tawa, duka dan pengalaman, kalianlah hal terbaik yang penulis dapatkan semasa kuliah ini. Kak Endang Karmila, Bang Ahmad Fakhri dan Bang Jefry yang telah memberikan arahan dan masukkan serta motivasi kepada penulis.
11. Warga Wisma Kos Putri Surau Kubang yang selalu memberikan keceriaan serta semangat dan masukkan kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua dalam rangka menambah wawasan pengetahuan dan pemikiran kita.
Atas bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terimakasih. Semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga karya sederhana ini bermanfaat, Aamiin Ya Rabbal’alamin.
Bukittinggi, Juli 2021 Penulis
Nadila Kasnanda Nim: 3417.019
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah perusahaan, terutama yang melakukan penjualan dengan cara kredit tentunya akan memaksimalkan dalam pengendalian piutang, dalam hal ini tentunya di butuhkan sebuah sistem pengendalian piutang yang berupa kebijakan-kebijakan terhadap penjualan kredit.
Sistem Pengendalian merupakan cara untuk mencapai suatu usaha dalam menghimpun beberapa bagian yang berkaitan sehingga memperoleh tujuan dan perilaku yang diharapkan secara bersama. Sedangkan piutang merupakan penjualan kredit yang diberikan oleh perusahaan baik berupa barang/jasa maupun pinjaman uang kepada pelanggan atau konsumen dengan catatan waktu jatuh tempo yang telah ditentukan dalam pelunasan piutang kepada perusahaan. piutang merupakan tagihan kepada pihak lain dengan menerima uang tunai dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi penjualan produk secara kredit ataupun peminjaman kredit. Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan kredit, demikian pula sebaliknya kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyaknya piutang yang tidak dapat ditagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang.1
1 Gusti Ayu Purnama Wati, Akuntansi Dan Implementasinya Dalam Koperasi Dan UMKM, (Depok: Rajawali Pers, 2018), hal. 166
Sistem pengendalian piutang adalah suatu cara untuk memperoleh kebijakan-kebijakan yang disusun atas penjualan kredit sehingga tercapainya suatu target dan tujuan dari perusahaan dalam mengelola piutang. Jadi sistem pengendalian piutang yang dimaksud adalah strategi-strategi yang dilakukan perusahaan untuk mengelola piutang sehingga dapat memantau perkembangan piutang bagi perusahaan dan menimalisir piutang tak tertagih dengan terus menyusun suatu perencanaan dengan matang agar piutang tak tertagih akan berkurang pada tiap periodenya, sebab resiko yang nantinya akan ditimbulkan akibat piutang yang tidak dapat ditagih secara terus-menerus akan berdampak pada beban-beban yang terabaikan oleh perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus mempunyai sistem yang tepat dalam semua aspek yang dijalankannya meskipun setiap perusahaan memiliki sistem yang berbeda- beda dalam menjalankan bisnis namun sistem dapat dikatakan berjalan dengan baik ketika semua target dan tujuan dari sebuah perencanaan tersebut dapat tercapai. Sistem pengendalian piutang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai target penagihan piutang dalam memperoleh keuntungan.
Penagihan piutang yang lebih aktif akan mempercepat pemasukan piutang sehingga memperkecil jumlah piutang, sebaliknya jika penagihan kurang aktif maka akan akan memperlambat pemasukan piutang sehingga jumlah piutang akan semakin menumpuk.2 Jadi ketika pengendalian piutang baik pada
2 M.Fuad, Edy Sukarno,dkk, Anggaran Perusahaan: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2020), hal. 163
perusahaan maka penagihan piutang juga akan berjalan dengan efektif dan sistem adalah salah satu kunci dalam pengendalian piutang.
PDAM adalah sebuah perusahaan daerah yang termasuk melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan maka sebagian pendapatan terbesar adalah dari piutang yang telah dibayar oleh pelanggan ke perusahaan, sebab piutang merupakan suatu bagian terbesar dalam aktiva lancar dan total aktiva dan juga akan mempengaruhi pendapatan pada laporan laba/rugi, ketika pendapatan perusahaan lebih kecil dari pada beban maka akan mengalami kerugian begitu juga sebaliknya jika pendapatan besar dari pada beban maka perusahaan akan memperoleh keuntungan.
PDAM yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan air bagi masayarakat daerah yang mana PDAM termasuk dalam Bidang Usaha Milik Daerah (BUMD) tentunya juga ikut serta dalam mengembangkan perekonomian untuk menunjang pembangunan daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan No. 2 Tanggal 8 Januari Tahun 1993 maksud dan tujuan pendirian PDAM Tirta Langkisau Painan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan penyediaan air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi masyarakat. Artinya disini PDAM adalah salah satu sumber utama penyaluran air bersih bagi setiap daerah- daerah yang berada di kabupaten pesisir selatan, yang mana pada kabupaten pesisir selatan terdapat dua belas unit PDAM yang tersebar di masing-masing kecamatan. Namun meskipun PDAM merupakan sumber utama air bersih di Kabupaten pesisir selatan, tidak memungkiri kemungkinan banyaknya
pelanggan yang telat membayar kewajibannya bahkan ada juga yang tidak membayar sama sekali selama tiga bulan lebih berturut-turut, hal ini PDAM akan mengambil kebijakan untuk memutuskan pendistribusian air kepada pelanggan tersebut.
Adapun upaya yang dilakukan oleh PDAM untuk melakukan penagihan piutang yaitu dengan cara mengirim surat pemberitahuan kepada pelanggan dan juga dengan cara door to door, namun upaya penagihan piutang yang telah dilakukan tersebut adapun permasalahan yang berasal dari faktor-faktor keluhan pelanggan sendiri yaitu terutama kondisi ekonomi pelanggan yang tidak mampu untuk membayar tagihannya dan juga pelayanan pendistribusian air yang terjadi gangguan akibat faktor alam seperti banjir dan curah hujan tinggi yang mengakibatkan air kurang lancar, air keruh dan pelanggan yang tidak sadar akan kewajibannya.
Pada PDAM tentunya sangat memperhatikan pengelolaan piutang karena PDAM melakukan penjualan kredit yang mana pendapatan terbesarnya adalah dari penerimaan piutang yang dibayar oleh pelanggan ke perusahaan.
Piutang terbagi menjadi dua bagian berdasarkan asal terjadinya yaitu piutang dagang dan piutang nondagang, piutang dagang merupakan piutang yang timbul akibat penjualan kredit barang dagangan, barang hasil produksi atau jasa yang dihasilkan, sedangkan piutang nondagang adalah piutang yang
transaksi yang tidak secara langsung misalkan piutang kepada karyawan, piutang pendapatan bunga atau piutang kepada pemegang saham.3
Pada PDAM Tirta Langkisau Painan, hendaknya membuat pengelompokkan piutang berdasarkan umur piutang (aging schedule) dan umur piutang (aging schedule) harus dibuat terlebih dahulu seperti belum jatuh tempo 0-30, telah jatuh tempo 1-30 hari, telah jatuh tempo 31-60 hari, telah jatuh tempo 61-90 hari, telah jatuh tempo 91-180 hari, telah jatuh tempo 181-365 hari, dan telah jatuh tempo diatas 365 hari. Untuk penyisihan piutang ditentukan berdasarkan kelompok pelanggan dan persentase penyisihan piutang rekening air dihitung berdasarkan rekening tak terhingga selama 3 (tiga) tahun berdasarkan petunjuk teknis standar akuntansi SAK-ETAP.
Kelompok pelanggan yaitu Rumah Tanga (RT) persentase penyisihan sebesar 7,44%, Niaga persentase penyisihan sebesar 3,38%, Sosial Khusus persentase penyisihan sebesar 0,25%, Sosial Umum persentase penyisihan sebesar 0,95%
dan Instansi Pemerintah persentase penyisihan sebesar 0%. Piutang yang telah berumur diatas 1 - 3 tahun dikategorikan sebagai piutang ragu-ragu, sedangkan yang umurnya diatas 5 tahun dikategorikan sebagai piutang tak tertagih dan sudah bisa diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapus serta dikeluarkan dari pembukuan,akan tetapi dicatat sebagai extra comptabel dan tetap diusahakan untuk melakukan penagihannya.
3 Hengki Irawan Setia Budi, Bijak Mengelola Piutang, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011), hal.3-4
Tabel 1.1 Jumlah Piutang Tak Tertagih Pada PDAM Tirta Langkisau Painan
Tahun Jumlah Piutang Tak Tertagih (Rp)
2016 3.224.027.400 2017 4.604.061.630 2018 5.921.479.904 2019 6.993.480.180 2020 7.606.860.723
Sumber:Laporan Keuangan 2016-2020 PDAM Tirta Langkisau Painan
Dari data jumlah piutang tak tertagih dari tahun diatas dapat terlihat bahwa jumlah piutang tak tertagih dari tahun 2016-2020 mengalami peningkatan, yang mana nantinya akan mempengaruhi aliran kas masuk pada perusahaan dan rendahnya perolehan keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan dan juga akan mempengaruhi total aktiva. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cathrina (2021) menjelaskan permasalahan sering muncul ketika saat angka penjualan kredit diperbanyak menjadi seirama dengan bertambahnya piutang ragu-ragu (bad debt) dan semakin tinggi piutang ragu- ragu maka semakin tinggi tingkat permasalahan perusahaan yang akan dipertanggungjawbkan di masa mendatang dan hal ini akan berakibat pada rendahnya perolehan keuntungan yang akan diterima.
Tabel 1.2 Laporan Laba Rugi 2016-2020 PDAM Tirta Langkisau Painan
Tahun Jumlah
Pendapatan
Jumlah Beban Laba/Rugi
2016 9.993.401.846,00 (9.898.768.197,75) 94.633.648,25 2017 11.728.443.458,00 (11.340.239.803,00) 471.112.116,00 2018 13.134.265.380,00 (13.887.727.251,00) (594.628.046,00) 2019 14. 056.367.845,00 (13.799.203.788,00) 257.164.057,00 2020 14.861.962.061,00 (17.389.196.587,00) (2.527.234.526,00) Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirta Langkisau Painan
Dapat dilihat dari laporan laba/rugi tersebut bahwa laba/rugi pada PDAM Tita Langkisau Painan mengalami Fluktuasi namun dilihat dari segi jumlah pendapatan yang diperoleh tiap tahunnya mengalami peningkatan. Dan dilihat pada tahun 2018 dan 2020, jumlah beban lebih besar dari pada pendapatan sehingga perusahaan pada tahun tersebut memperoleh kerugian sebesar 594.628.046,00 pada tahun 2018 dan 2.527.234.526,00 pada tahun 2020. Oleh karena itu piutang usaha bagi perusahaan yang melakukan penjualan kredit sangat mempengaruhi pendapatan dan beban-beban pada laporan laba rugi, karena jika piutang usaha dapat ditagih seluruhnya maka pendapatan akan meningkat dan dapat menutupi beban-beban, namun sebaliknya jika piutang usaha tidak dapat ditagih seluruhnya maka kecilnya pendapatan yang akan diperoleh tidak dapat membiayai beban-beban dan pada akhirnya mengalami kerugian pada laporan laba rugi.
Perusahaan tentunya memerlukan aliran kas yang memadai untuk menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan, jika semakin bertambahnya konsumen ataupun pelanggan maka volume pendistribusian air maupun penjualan juga akan meningkat dan akan mempengaruhi pendapatan untuk memaksimalkan peningkatan pendapatan maka perusahaan harus memperhatikan pengendalian piutang dan memaksimalkan penagihan piutang sehingga dapat mengurangi tunggakan yang naik pada tiap tahunnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul mengenai “Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut: Banyaknya terjadi piutang tak tertagih pada perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Langkisau Painan.
C. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas penulis akan membatasi masalah pada judul yaitu: Analisis Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah maka terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Sistem Pengendalian Piutang Dalam
Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu dilihat dari rumusan masalah diatas yaitu: Untuk Mengetahui dan menganalisis bagaimanakah Sistem Pengendalian Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Tirta Langkisau Painan.
2. Manfaat
Penelitian yang penulis lakukan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. Peneliti. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE), menambah pengalaman serta wawasan, dapat meningkatkan kerjasama antara pihak peneliti dengan perusahaanyang bersangkutan dan dapat bertanggungjawab dalam menambah keyakinan untuk pemecahan suatu masalah.
b. Perusahaan. Sebagai bahan evaluasi, pertimbangan dan masulkan bagi perusahaan untuk kelanjutan perusahaan pada masa yang akan datang dan sebagai pengambilan suatu tindakan bagi PDAM Tirta Langkisau Painan.
c. Akademis. Sebagai bahan bacaan maupun referensi untuk penulis karya ilmiah dan pengembangan wawasan serta menambah ilmu pengetahuan.
d. Peneliti selanjutnya. Sebagai bahan patokan / acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
F. Penjelasan Judul
Dari judul penulis tersebut maka penulis menguraikan masing-masing kata dari judul tersebut agar dapat dipahami lebih lanjut. Penjelasan judul adalah sebagai berikut:
1. Hall berpendapat bahwa sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.4
2. Pengendalian menurut Mockler (1972) dalam Soeharto (1997) dalam Sugianto (2020) menjelaskan bahwa pengendalian adalah suatu usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpanan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.5
3. Piutang usaha merupakan jumlah piutang yang akan ditagih kepada pelanggan dari proses transaksi penjualan barang dan jasa.6
4 Taufan Adi Kurniawan, Sistem Informasi Akuntansi Dengan Pendekatan Simulasi, (Yogyakarta:
Deepublish Publisher, 2020), hal. 1
5 Sugiyanto, MMT, Manajemen Pengendalian Proyek, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020), hal. 80
6 Hery, Akuntansi Pengantar: Bank Soal dan Solusi, (Jakarta: PT Grasindo, 2017), hal. 113
4. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produtivitas yaitu mengarah kepada pencapaian unjukn kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.7
7 Radita Arindya, Efektivitas Organisasi Tata Kelola Minyak Dan Gas Bumi, (Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019) hal. 65
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Piutang
a. Pengertian Piutang
Menurut Horngren (2012) piutang adalah klaim moneter terhadap pihak lainnya. Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia (2012) menjelaskan bahwa piutang adalah tuntutan (clams) terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk kas selama kegiatan normal perusahaan. Kieso, dkk (2018) mendefinisakan piutang usaha adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit. 8
Warren Reeve dan Fess menjelaskan bahwa piutang yaitu meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Sedangkan menurut Mohammad Muslich menjelaskan piutang yaitu terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan. Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang yang
8 Rahman Pura, Pengantar Akuntansi II: Pendekatan PSAK Berbasis IFRS, (Jakarta: Erlangga, 2019), hal. 40
prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada langganan, melakukan pengiriman, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran, piutang juga dapat timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promes atau wesel, melakukan suatu jasa atau transaksi lain yang menciptakan suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada yang lainseperti pinjaman kepada pimpinan atau karyawan.9
Subramanyam dan John J. Wild (2010:205) mengemukakan pendapat tentang piutang beserta bentuk-bentuknya, yaitu: Piutang (receivable) adalah nilai jatuh tempo yang berawal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian money loan. Piutang meliputi nilai jatuh tempo yang berawal dari kegiatan seperti rental dan interest.
Piutang usaha (account receivable) berdasar pada kesepakatan lisan untuk membayar yang berawal dari product sales dan jasa yang dilakukan secara kredit. Wesel tagih (notes receivable) berdasar pada janji tercatat untuk membayar.10 Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para pelanggan dan untuk memperluas pasar dan memperbesar
9 Yayah Pudin Shatu, Kuasai Detail Akuntansi Perkantoran,(Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta, 2016), hal. 113-115
10 Kariyoto, Manajemen Keuangan Konsep dan Implementasi, (Malang: UB Press, 2018), hal.105- 106
hasil penjualan, dengan kebijakan kredit ini akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau seluruh piutang tersebut, oleh karena itu diperhitungkan biaya atas risiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense dan kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan dalam bentuk kenaikkan hasil penjualan dan kenaikkan laba. Harngren dan Harison (1997) dalam Mia (2016) menjelaskan bahwa besar kecilnya piutang dipengaruhi beberapa faktor yaitu:11
1) Volume penjualan kredit, semakin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka semakin besar jumlah piutang, sebaliknya jika semakin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang maka semakin kecil jumlah piutang.
2) Syarat pembayaran bagi penjualan kredit. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka semakin besar jumlah piutang, sebaliknya jika semakin pendek batas waktu pembayarannya kredit maka semakin kecil besarnya jumlah piutang.
3) Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit. Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya besarnya piutang juga semakin besar.
11 Mia Lasmi Wardiyah, Akuntansi Keuangan Menengah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hal.
175
4) Kebiasaan membayar para pelanggan kredit. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
5) Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan. Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, sebaliknya apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
Piutang merupakan tuntutan kepada pelanggan atas pembayaran berupa uang, barang maupun jasa dengan tujuan untuk pelaporan keuangan, adapun piutang dimasukkan kedalam piutang lancar (piutang jangka pendek) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar diperkirakan dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun atau dalam siklus operasi dan semua piutang lainnya dimasukkan pada piutang tidak lancar. Piutang dimasukkan kedalam neraca baik itu piutang dagang maupun tidak piutang dagang.
Piutang usaha merupakan piutang yang terjadi atas penjualan barang atau jasa oleh pelanggan yang merupakan suatu bagian operasi dari suatu usaha. Sedangkan piutang dagang merupakan suatu ucapan lisan
atas janji dari pelanggan kepada perusahaan dalam pembayaran barang dagang atau jasa.12
Mulyadi (2002:87) dalam Hengki (2011) menjelaskan bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus kegiatan perusahaan. M. Munandar (2006:77) dalam Yayah (2016) menjelaskan bahwa piutang ialah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya apabila telah jatuh tempo.13
Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang menurut penulis ialah tagihan kepada pelanggan yang membeli barang atau jasa secara kredit kepada perusahaan yang telah jatuh tempo ataupun sesuai dengan jangka waktu kesepakatan antara perusahaan dengan pelanggan dalam pelunasan piutang.
b. Klasifikasi Piutang
Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan,
12 Agus Ismaya Hasanudin, Teori Akuntansi,(Yogyakarta: Cetta Media, 2018), hal.13-14 13 Yayah Pudin Shatu, Kuasai Detail Akuntansi Perkantoran, hal.113
piutang debitur yang biasanya lagsung dalam bentuk piutang wesel, dan piutang bunga) maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak). Dalam praktek, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi: 14
1) Piutang Usaha (Account Receivable). Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Setelah ditagih, secara pembukuan, piutang usaha akan berkurang disebelah kredit. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aset lancar (current asset).
2) Piutang Wesel (Notes Receivable). Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang.
Pihak yang berhutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diuntungkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu serta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
3) Piutang Lain-lain (Other Receivables). Piutang lain-lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca, yaitu
14 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Akuntansi Keuangan Menengah, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2017), hal. 62
piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investee sebagai hasil atas investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa restitusi atau pengambilan atas kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan.
c. Akuntansi Piutang Dagang
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk akuntansi terhadap piutang dagang yaitu:15
1) Pada saat timbulnya piutang. Dalam penjualan kredit jangka pendek dikenal adanya suatu syarat atau termyn yang menyatakan sebagai berikut: Jika debitur melunasi dalam jangka waktu tertentu, debitur diberi potongan dengan persentase tertentu dan jika melunasi diluar jangka waktu tersebut, debitur diharuskan membayar 100% dari hutangnya. Akan tetapi batas waktu debitur harus sudah melunasi adalah batas waktu kredit. Syarat demikian ditulis dengan symbol sebagai berikut: 2/10, n/30. Artinya debitur harus sudah melunasi hutangnya dalam waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal transaksi jual beli kredit. Dan jika debitur melunasi hutangnya dalam jangka waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan 2%.
15 Wasti Raviandani dan Budiyono Pristyadi, Pengantar Akuntansi Pendekatan Teoritis Praktis Dilengkapi Dengan Soal-Soal, (Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2019), hal. 247-253
2) Pada saat penerimaan kas dari pelunasan piutang. dalam keadaan yang normal, tagihan perusahaan yang berasal dari transaksi penjualan kredit akhirnya akan diterima pelunasannya berupa kas, paling akhir pada tanggal jatuh temponya. Akuntansi terhadap kas dari pelunasan piutang ini tergantung dari kapan debitur melunasi dan dengan metode apa piutang itu dicatat pada saat timbulnya. Jika debitur melunasi hutangnya dalam periode potongan, maka jumlah yang harus dibayar oleh debitur adalah jumlah bersihnya yaitu jumlah kotor dikurangi potongan yang disepakati dalam termyn.
Jumlah potong tersebut diakui oleh perusahaan sebagai potongan penjualan yaitu suatu pos yang mengurangi pos penjualan.
3) Akuntansi pada saat mengakui kerugian piutang. Akuntansi sebagai service activity terkait dalam kasus kerugian piutang. Ada dua metode akuntansi untuk memperlakukan kerugian piutang yaitu metode langsung dan metode cadangan.
d. Menaksir Kerugian Piutang
Ada dua pendekatan untuk menentukan jumlah kerugian piutang yaitu sebagai berikut:16
1) Pendekatan Rugi/Laba. Pendekatan ini menekankan pada berapa jumlah kerugian piutang yang akan dilaporkan dalam laporan laba/rugi. Jumlah tersebut akan dihitung dari berdasarkan
16 Wasti Raviandani dan Budiyono Pristyadi, Pengantar Akuntansi Pendekatan Teoritis Praktis Dilengkapi Dengan Soal-Soal, hal. 255-256
persentase tertentu dari penjualan, apakah penjualan total atau penjualan kredit saja. Namun yang paling logis tentunya penjualan kredit karena piutang berasal dari penjualan kredit.
2) Pendekatan Neraca. Pada pendekatan neraca, titik pandang ciew point ditekankan kepada berapa jumlah piutang yang tidak dapat ditagihdari saldo piutang yang ada pada akhir periode tersebut. Pada akhir periode piutang dikelompokkan berdasarkan umurnya, kemudian ditaksir berapa jumlah yang tidak dapat ditagih pada masing-masing kelompok umur tersebut.
e. Penilaian Piutang
Kerugian piutang terjadi akibat ketika pelanggan tidak ingin membayar tagihan ataupun kewajibannya. Kerugian piutang yang terjadi salah satu hal yang normal dalam sudut pandang manajemen karena dalam kerugian yang wajar merupakan suatu kebijakan perusahaan yang sudah tepat. Adapun metode pencatatan dalam kerugian piutang yaitu salah satunya adalah metode cadangan. Metode ini digunakan apabila jumlah kerugian piutang yang cukup besar.17 Mia Lasmi (2016) menjelaskan metode cadangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Metode penghapusan langsung
17 Arif Rahman, Panduan Akuntansi dan Perpajakan, (Jakarta Selatan: TransMedia Pustaka, 2013), hal.120
Metode penghapusan langsung mencatat piutang tak tertagih dalam tahun saat ditentukan bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Medote penghapusan langsung secara teoritis mempunyai kekurangan karena tidak mencocokkan biaya dengan pendapatan periode bersangkutan, ataupun menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat direalisasikan di neraca.
Akibatnya penggunaan tidak dipandang memadai, kecuali apabila jumlah yang tak dapat ditagih tidak material.
2) Metode penyisihan
Metode penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi dalam periode akuntansi saat penjualan kredit dilakukan. Pendukung metode penyisihan yakin beban piutang tidak tertagih harus dicatat dalam periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan nilai pencatatan yang tepat untuk piutang dagang. Meskipun estimasi digunakan persentase dari piutang yang tidak akan ditagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar sekarang, dan analisis atas saldo yang beredar. Piutang adalah arus masuk kas yang prospektif, dan kemungkinan penagihannya harus dipertimbangkan dalam menilai arus masuk ini. Estimasi ini dilakukan atas dasar:
a) Pendekatan persentase penjualan (perhitungan laba rugi) b) Pendekatan persentase piutang (perhitungan neraca).
d. Rasio Yang Berhubungan Dengan Piutang
Rasio yang berhubungan dengan piutang sebagai berikut:18
1) Perputaran piutang
Perputaran piutang yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu penagihan piutang selama satu periode. Receivable Turnover (RTO) atau rasio perputaran piutang adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola perputaran piutang dagang selama satu tahun dalam menghasilkan penerimaan penjualan pada tahun yang sama.19 Perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran piutang = Penjualan kredit Rata-rata piutang, atau Perputaran piutang = Penjualan kredit
Piutang
2) Hari rata-rata penagihan piutang
Dalam menghitung hari rata-rata penagihan piutang yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Days of receivable = Jumlah hari dalam satu tahun/365 hari Perputaran piutang
18 V. Wiratna Sujarweni, Manajemen Keuangan: Teori, Aplikasi dan Hasil Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), hal.195
19 Agus S. Irfani, Manajemen Keuangan dan Bisnis: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2020), hal. 199
e. Kebijakan Pengumpulan Piutang
Kebijakan pengumpulan piutang yaitu suatu kebijakan akhir dari pengumpulan kredit, yang mana melingkupi pemantauan piutang dan mendapatkan pembayaran atas piutang yang telah jatuh tempo.
1) Pemantauan piutang
Pemantauan piutang dilakukan untuk menjaga supaya pelanggan membayar kewajibannya tepat waktu, kebanyakan perusahaan akan memantau piutang yang telah jatuh tempo. Pertama perusahaan perlu memperhatikan ACP dari waktu ke waktu. Jika terjadi peningkatan ACP maka perusahaan perlu memperhatikan lebih serius. Kedua perusahaan dapat menyusun aging schedule untuk salah satu alat memantau piutang.20
2) Analisis umur piutang
Mia Lasmi (2016) menjelaskan bahwa analisis umur piutang merupakan cara penentuan jumlah taksiran piutang tidak tertagih yang dilakukan dengan menganalisis masing-masing piutang pada buku pembantu. Caranya dengan mengelompokkan piutang tersebut dalam tingkatan umur atau lamanya piutang. Apabila setelah diketahui umurnya baru ditemukan persentase tidak tertagih setiap kelompok umur piutang. Metode umur piutang, pertama akan
20 I Made Sudana, Manajemen Keuangan Teori dan Praktik, (Surabaya: Airlangga University Press, 2009), hal.107
dikelompokkan berdasarkan pada masing-masing karakteristik umurnya, yakni adanya pengelompokkan piutang usaha berdasarkan tanggal jatuh tempo piutang usaha. Karakteristik piutang tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: belum jatuh tempo, telah jatuh tempo 1-30 hari, telah jatuh tempo 31-60 hari, telah jatuh tempo 61-90 hari, telah jatuh tempo 91-180 hari, telah jatuh tempo 181-365 hari, dan telah jatuh tempo diatas 365 hari. Lamanya umur piutang yang telah jatuh tempo disini yaitu lamanya hari mulai saat piutang tersebut jatuh tempo hingga laporan umur piutang (aging schedule) disiapkan. Berdasarkan umur piutang yaitu piutang yang sudah lama jatuh tempo sangat kecil kemungkinan untuk dapat ditagih.21
2. Sistem Pengendalian Piutang
Copley (1978) pada J.G. Fisher (1998), menjelaskan pengendalian yaitu hal yang utama dalam ilmu manajemen. Perlunya prinsip operasional pada sistem pengendalian manajemen memberikan implikasi bahwa sistem pengendalian yang terbaik dapat memaksimalkan efektivitas manajemen dan bagian dari kontingensi. Penjelasan dari Anthony dan Govindarajan (2007:3) yaitu sistem pengendalian manajemen yaitu alat atau cara terstruktur yang digunakan oleh manajer dalam memastikan orang-orang yang diawasinya mengimplementasikan
21 Hery, Akuntansi Keuangan Menengah, (Jakarta: PT Grasindo, Anggota IKAPI, 2020), hal. 76
strategi yang dimaksudkan. Sedang Soobaroyen (2006) menjelaskan bahwa yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen yaitu kinerja dan perilaku manajer dalam mengelola perusahaan yang akan dipertanggungjawabkan kepada stakeholder. Wheleelen dan J.David Hunger (2008:11) menjelaskan tentang model manajemen strategi yaitu perumusan strategi mencakup empat langkah utama environmental scanning, perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan control.22
Dalam pengendalian piutang maka diperlukan manajemen piutang untuk mengendalikan piutang yang terjadi pada sebuah perusahaan.
Adapun tiga langkah utama yang dijalankan oleh manajemen piutang usaha yaitu:23
a. Penetapan Kebijakan Kredit
Ruang lingkup dalam kebijakan kredit adalah sebagai berikut:
1) Standar Kredit, merupakan berguna untuk mengungkapkan kemampuan minuman pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit.
2) Syarat Kredit, dalam hal ini syarat kredit terdapat dua hal yaitu periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas
22 Karsam Sunaryo, Sistem Pengendalian Manajemen dan Perilaku Difungsional, (Bogor: Cergas Publika, 2018), hal. 37-40
23 Handono Mardiyanto, Inti Sari Manajemen Keuangan, (Jakarta: Grasindo, 2011), hal.128-130
waktu penagihan) dan berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
3) Kebijakan Penagihan, merupakan prosedur yang meliputi waktu serta cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu.
Adapun langkah-langkah penagihan yang dilakukan perusahaan, sebagai berikut:
a) Menegur via telepon kepada pelanggan pada satu hari setelah akhir batas penagihan.
b) Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan.
c) Menyerahkan urusan penagihan kepada penagih utang (debt collector) di luar perusahaan bagi pelanggan yang belum juga membayar setelah satu bulan pada batas akhir penagihan.
b. Dampak Kebijakan Kredit
Dampak dari kebijakan kredit yaitu:24 1) Dampak terhadap penjualan
Kebijakan kredit yang diharapkan sanggup dalam meningkatkan pendapatan perusahaan. kebijakan kredit berakibat pada penundaan pembayaran kas sehingga penerimaan kas perusahaan sedikit
24 Sumiati dan Nur Khusniyah Indrawati, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Malang: UB Press, 2019), hal. 233-234
tertunda. Kondisi ini dapat diatasi oleh perusahaan dengan membebankan pada perolehan keuntungan dari penawaran kredit dan pemberian kredit oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan.
2) Berdampak terhadap biaya atas utang. Manajer keuangan harus mempertimbangkan dan merencanakan pembiayaan piutang, sebab ini terkait dengan sumber pendanaan jangka pendek, oleh karena itu pembiayaan jangka pendek ini penting diperhitungkan perusahaan terkait kebijakan kredit.
3) Berkemungkinan adanya piutang yang tidak dibayar.
4) Potongan tunai. Ketika perusahaan menerapkan pembelian dengan potongan tunai maka sebagian pelanggan akan lebih awal dalam melakukan pembayaran agar mendapatkan potongan. Perusahaan perlu mempertimbangkan terhadap besarnya potongan tunai dan pembiayaan potongan tuani.
5) Berdampak terhadap biaya. Penundaan terhadap penjualan penerimaan terhadap penjualan kredit akan berdampak pada operasional perusahaan, yang mana perusahaan harus tetap membeli dan memproduksi barang, dan perusahaan harus segara menanggung biaya atas penjualan.
c. Pengendalian Internal Atas Piutang Usaha
Pengendalian internal atas piutang usaha diawali dengan melakukan evaluasi atas kelayakan kredit debitur. Setiap pengajuan
kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Manajer penjualan tidaklah memiliki otoritas atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit pelanggan. Harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit, bagian penjualan, bagian pencatatan (akuntansi), dan bagian penagihan. Fungsi persetujuan kredit dan fungsi pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan.25
3. Piutang Tak Tertagih
Hery (2014:186) piutang tak tertagih terjadi karena adanya pelanggan yang tidak bisa membayar kewajibannya karena mengalami penurunan perekonomian dan kebangkrutan dari pihak debitur.
Faktor-faktor piutang tak tertagih. Menurut Rivai et al., (2013:238- 239), kredit macet atau piutang tak tertagih dapat terjadi atau disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari pihak pemberi pinjaman dan Faktor Eksternal atau pihak yang menerima pinjaman. Piutang tak tertagih adalah situasi dimana
25 Hery, Istilah-Istilah Akuntansi dan Auditing, (Jakarta: PT Grasindo, 2019), hal. 55
pelanggan tidak mampu membayar kewajibannya untuk melunasi utang-utangnya.26
a. Hubungan Piutang dengan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt)
Penjualan produk yang dilakukan dengan cara kredit dan dijalankan untuk tujuan peningkatan penjualan supaya tercapai harapan yang diingingkan. Namun permasalahan sering mucul ketika saat angka penjualan kredit diperbanyak menjadi seirama dengan bertambahnya piutang ragu-ragu (bad debt) dan semakin tinggi piutang ragu-ragu maka semakin tinggi tingkat permasalahan perusahaan yang akan dipertanggungjawbkan di masa mendatang dan hal ini akan berakibat pada rendahnya perolehan keuntungan yang akan diterima. Hal ini diperkuat oleh pendapat Subramanyam dan John J. Wild (2010:275) yang menjelaskan pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menagih semua piutangnya. Maka dengan demikian perusahaan harus menyediakan cadangan piutang tak tertagih. adapun dua hal yang selalu dikhawatirkan yang berkaitan dengan piutang, yaitu peningkatan piutang yang pesat, lebih pesat dari penjualan dan cadangan piutang tak tertagih yang relatif tidak berubah.27
26 Budi „Kelik‟ Herprasetyo, Berani Utang Pasti Untung, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2009), hal. 58
27 Catharina Vista Okta Frida,Akuntansi Aktiva, Utang, Modal, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2021), hal. 106
4. Estimasi Piutang Tak Tertagih
Dengan metode cadangan estimasi terhadap besarnya piutang tak tertagih dapat ditentukan:28
a) Sebesar persentase tertentu dari jumlah penjualan
Cara ini dinamakan metode laporan laba rugi (income statement method). Berdasarkan pada data histori, sebuah presentase tertentu dari total penjualan atau total penjualan kredit ditentukan dan digunakan untuk menghitung besarnya estimasi beban kredit macet.
Metode ini fokus pada pertandingan yang layak atas beban piutang tak tertagih terhadap besarnya pendapatan penjualan terkait.
b) Sebesar presentase tertentu dari jumlah piutang usaha
Cara ini menekankan penilaian piutang usaha pada nilai bersihnya yang dapat direalisas, yang nantinya akan dilaporkan dalam neraca.
Cara ini terbagi menjadi 2 (dua) metode yaitu dapat berdasarkan persentase tertentu dari jumlah saldo akhir piutang usaha atau dapat juga berdasarkan pada klasifikasi atau pengelompokkan umur piutang. Berdasarkan data historis, sebuah persentase tertentu dari jumlah piutang usaha ditentukan dan digunakan untuk menghitung besarnya estimasi. Besarnya estimasi ini akan menjadi saldo akhir akun cadangan piutang tak tertagih.
28 Hery, Istilah-Istilah Akuntansi dan Auditing, hal. 55-56
5. Efektivitas
Efektivitas merupakan asal kata dari “efektiv” yaitu suatu pencapaian atas keberhasilan pada tujuan yang telah ditetapkan. Kata yang terkandungan dari kata efektivitas yaitu keefektivan yang mengandung arti pengaruh keberhasilan dan kemanjuran. Hidayat (1986) dalam Sisca, dkk (2019) menjelaskan bahwa efektivitas ialah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Yang mana semakin tinggi persentasi target yang dicapai maka semakin tinggi efektivitasnya.
Efektivitas merupakan tercapainya suatu tujuan dengan cepat dan tepat. Efektivitas selalu beriorientasi kepada output (hasil dan tujuan) tanpa harus mempersoalkan input. Handayaningrat (1994) dalam Sisca, dkk (2019) mengungkapkan efektivitas merupakan suatu pengukuran dalam artinya yaitu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.29
Schemerhon John. R. Jr. (1986:35) menjelaskan efektivitas ialah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS), disebut efektiv.
Prasetyo Budi Saksono (1984), efektivitas ialah seberapa besar tingat
29 Sisca, dkk, Teori-Teori Sumber Daya Manusia, (Yayasan Kita Menulis, 2020), hal. 61
kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.30
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu, pertama karakteristik organisasi termasuk struktur dan teknologi, kedua karakteristik lingkungan termasuk lingkungan intern dan ekstern, ketiga karakteristik karyawan, keempat kebijakan praktik manajemen.31 Menciptakan efektivitas merupakan melalui proses yang didalam pelaksanaanya bukan masalah estimasi waktu pelaksanaannya akan tetapi memaknai nilai dalam setiap prosesnya. Buddy Ibrahim (2000) dalam Mukhtar (2020) menjelaskan kata efektivitas memiliki kata kunci yang berkaitan dengan mutu antara lain sesuai standar (fitnessto standard, sesuai harapan pelanggan (fitnessto use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai tuntunan globalisasi (fitness to global environmental requirements).32
Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Pengendalian yang efektif berarti pengendalian yang tepat sesuai dengan proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang dianut sehingga tahapan yang dilaluinya benar. Menurut Siwanto
30 Lisa Angrayni dan Yusliati, Efektivitas Rehabilitas Pecandu Narkotika Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kejahatan di Indonesia, (Kab. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hal.13- 14
31 Mahyuddin, dkk, Teori Organisasi, (Yayasan Kita Menulis, 2021), hal. 223
32 Mukhtar, dkk, Pesantren Efektiv Model Teori Integratif Kepemimpinan-Komunikasi-Konflik Organisasi, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal. 31
(2007) pengendalian yang efektif memilikiu karakteristik sebagai berikut:33
1) Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat. ketidakakuratan data dari suatu sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan atau menciptakan permasalahan baru.
2) Tepat Waktu (Timely)
Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil tindakan tepat waktunya guna menghasilkan perbaikan.
3) Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya, semakin objektif sistem pengendalian maka semakin besar kemungkinannya individu merespon informasi yang diterima dengan sadar dan efektif, dan sebaliknya. Sistem informasi yang sulit dipahami akan menghasilkan bias yang tidak perlu dan kebingungan atau frustrasi diantara para karyawan.
4) Ditempatkan pada Tempat Pengendalian Strategi (Fokused on Strategic Control Points)
33 Arif Yusuf Hamali, dkk, Pemahaman Administrasi, Organisasi, Dan Manajemen, (Yogyakarta:
CAPS (Center For Academic Publishing Service, 2019), hal.185-187
Sistem pengendalian strategi sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar.
Sistem pengendalian strategi sebaiknya dipusatkan pada tempat tindakan perbaikan dilaksanakan seefektif mungkin.
5) Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
Usaha untuk meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan.
6) Secara Organisasi Realistis (Organizationally Realistic)
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi, contohnya individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja yang harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian. Semua standar untuk kinerja harus realistis dan perbedaan status diantara individu harus dihargai juga
7) Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the Organization’s Work Flow)
Informasi pengendalian perlu untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan diseluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk menerimanya.
8) Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluan baru.
9) Preskriptif dan operasional (Prescriptive and Operational)
Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
10) Diterima para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members)
Pengendalian harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisas. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.
6. Landasan Syariah
a. Al-Quran Surah Al-Baqarah Ayat 282
Allah SWT berfirman:
ۡىُكَُ َّۡٛت ةُت ۡكَٛۡن َٔ ُُُِٕۚثُت ۡكٱَف ٗ ًَّّٗسُّي ٖمَجَأ َٰٓ َٗنِإ ٍٍَۡٚذِت ىُتَُٚاَذَت اَرِإ ْا ََُُٰٕٓياَء ٍَِٚزَّنٱ آََُّٚأَٰٓ َٚ
َلَ َٔ ُِۚلۡذَعۡنٱِت ُُۢةِتاَك
ۡةُت ۡكَٛ ۡهَف َُُّۚللّٱ ًََُّّهَع اًََك َةُت ۡكَٚ ٌَأ ٌةِتاَك َبۡأَٚ
ۡس َخ ۡثَٚ َلَ َٔ ۥَُّّت َس َ َّللّٱ ِقَّتَٛۡن َٔ ُّقَحۡنٱ َِّۡٛهَع ِ٘زَّنٱ ِمِه ًُۡٛۡن َٔ
َۡٛش ُّ ُِۡي ّٗ
ُُِّّٛن َٔ ۡمِه ًُۡٛۡهَف َُْٕ َّمًُِٚ ٌَأ ُ ِٛيَت ۡسَٚ َلَ َۡٔأ ا يِٛعَع َۡٔأ ا ِٓٛيَف ُّقَحۡنٱ َِّۡٛهَع ِ٘زَّنٱ ٌَاَك ٌِنَف ُۚا ۥ
َِٓش ْأُذِٓ ۡشَت ۡفٱ َٔ ُِۚلۡذَعۡنٱِت ٌَ َٕۡع ۡشَت ًٍَِّي ٌِاَتَأ َش ۡيٱ َٔ ٞمُج َشَف ٍَِۡٛهُج َس إََُكَٚ ۡىَّن ٌِنَف ۡۖۡىُكِناَج ِّس ٍِي ٍَِۡٚذٛ
ُعُد اَي اَرِإ ُءَٰٓاَذَُّٓشنٱ َبۡأَٚ َلَ َٔ ُۚ ٖ َش ۡخُ ۡلۡٱ آًَُ ىَذ ۡحِإ َشِّكَزُتَف آًَُ ىَذ ۡحِإ َّم ِضَت ٌَأ ِءَٰٓاَذَُّٓشنٱ ٍَِي َلَ َٔ ُْۚإ
ۡسَت َت ٌَأ ْا ًَُٰٕٓ
َّلََأ َٰٓ ََٗۡدَأ َٔ ِجَذ ََّٓشهِن ُو َٕۡقَأ َٔ ِ َّللّٱ َذُِع ُطَسۡقَأ ۡىُكِن َر ُۚۦِِّهَجَأ َٰٓ َٗنِإ ا شِٛثَك َۡٔأ ا شِٛغَص ُُِٕثُت ۡك
َُْٕثُت ۡكَت َّلََأ ٌحاَُُج ۡىُك َۡٛهَع َسَۡٛهَف ۡىُكََُۡٛت آَََٔ ُشِٚذُت ّٗج َش ِعاَح ج َش َجِت ٌَُٕكَت ٌَأ َٰٓ َّلَِإ ْا َُٰٕٓتاَت ۡشَت ْا َُٰٓٔذِٓ ۡشَأ َٔ ا
ََّۡۖللّٱ ْإُقَّتٱ َٔ ۡىُكِت ُُۢقُٕسُف ۥََُِّّنَف ْإُهَعۡيَت ٌِإ َٔ ُۚٞذَِٛٓش َلَ َٔ ٞةِتاَك َّسَٰٓاَضُٚ َلَ َٔ ُۚۡىُتۡعَٚاَثَت اَرِإ ُ َّللّٱ ُىُكًُِّهَعُٚ َٔ
ٞىِٛهَع ٍء َۡٙش ِّمُكِت ُ َّللّٱ َٔ
٢٨٢
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu.
Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang
laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi- saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
1) Tafsir Al-Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengadakan utang piutang), maksudnya muamalah seperti jua beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan lain-lain (secara tidak tunai), misalnya pinjaman atau pesanan (untuk waktu yang ditentukan) atau diketahui, (maka hendaklah kamu catat) untuk pengukuhan dan menghilangkan pertikaian nantinya. (Dan hendaklah ditulis) surat utang itu (di antara kamu oleh seorang
penulis dengan adil) maksudnya benar tanpa menambah atau mengurangi jumlah utang atau jumlah temponya. (Dan janganlah merasa enggan) atau berkeberatan (penulis itu) untuk (menuliskannya) jika ia diminta, (sebagaimana telah diajarkan Allah kepadanya), artinya telah diberi-Nya karunia pandai menulis, maka janganlah dia kikir menyumbangkannya. 'Kaf' di sini berkaitan dengan 'ya'ba' (Maka hendaklah dituliskannya) sebagai penguat (dan hendaklah diimlakkan) surat itu (oleh orang yang berutang) karena dialah yang dipersaksikan, maka hendaklah diakuinya agar diketahuinya kewajibannya, (dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya) dalam mengimlakkan itu (dan janganlah dikurangi darinya), maksudnya dari utangnya itu (sedikit pun juga. Dan sekiranya orang yang berutang itu bodoh) atau boros (atau lemah keadaannya) untuk mengimlakkan disebabkan terlalu muda atau terlalu tua (atau ia sendiri tidak mampu untuk mengimlakkannya) disebabkan bisu atau tidak menguasai bahasa dan sebagainya, (maka hendaklah diimlakkan oleh walinya), misalnya bapak, orang yang diberi amanat, yang mengasuh atau penerjemahnya (dengan jujur. Dan hendaklah persaksikan) utang itu kepada (dua orang saksi di antara laki- lakimu) artinya dua orang Islam yang telah balig lagi merdeka (Jika keduanya mereka itu bukan), yakni kedua saksi itu (dua