• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1 Pembelajaran IPA

Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu nature, artinya ilmu pengetahuan alam. Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science, artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam atau science itu pengertianya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajarai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Menurut Trianto (2010: 141) Menyatakan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah, yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai suatu produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara umum.

Menurut Usman (2010: 3) Menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Sedangkan menurut Sulistyorini (2007: 39) Menyatakan IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam semesta dengan segala isinya melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah yang dan hasilnya terwujud sebagai suatu produk ilmiah.

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

(2)

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan secara langsung.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci yaitu: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dapat membuat siswa mampu memahami lingkungan alam yang ada di sekitar dengan kesadaran untuk bisa menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan alam sekitar. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru kepada siswa, siswa juga dapat diharapkan mampu untuk memahami arti dari pada cinta akan lingkungan. Siswa juga dituntut untuk bisa dan mampu mengatasi masalah-masalah yang ada dilingkungan alam ini dengan pengetahuan yang telah di dapat baik dari lingkungan formal maupun dari lingkungan informal. Dengan adanya pembelajaran IPA siswa dapat menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(3)

2.1.3 Fungsi Pembelajaran IPA di SD

Fungsi pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut : (1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam, lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari (2) Mengembangkan keterampilan proses (3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. (4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi, dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari (5) Mengembangkan keterampilan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari- hari, maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD

Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup kajian IPA di SD meliputi beberapa aspek secara terperinci lingkup materi dalam kurikulum KTSP yaitu : (1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.2. Hakekat Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009: 6) hasil belajar dapat mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh) aplicasion (menerapkan),analysis (menguraikan, menentukan hubungan ) evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),responding (memberikan respons),valving (nilai), organization

(4)

(organisasi), characterization (karakterisasi). Sedangkan Domain psikomotor meliputi intiatory, pre-routine, dan rountinized. psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,fisik, sosial,manajerial, dan intelektual. Yang perlu diingat bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009: 5) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar dapat dilihat sebagai berikut: Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkana prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif. Stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap ojek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai- nilai sebagai dasar perilaku.

Mudjiono (2009) mengatakan bahwa hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Sedangkan Menurut Rusman (2012) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan,

(5)

persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar sendiri merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif kemudian disebut dengan proses belajar.

Sedangkan hasil belajar juga Proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap dan Perubahan perilaku mencakup kemampuan kognitif, afektik, dan psikomotor pada seseorang yang melakukan proses belajar.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munadi dalam Rusman (2012: 124) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal meliputi:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis secara umum seperti kondisi kesehatan yang prima tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya karena hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor Psikologis.

Pada dasarnya siswa memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

2. Faktor eksternal a. Faktor Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu dan kelembapan. Belajar pada tengah hari di runag yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentu akan berbeda suasana

(6)

dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

b. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

Dengan adanya factor ini diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor instrumental meliputi kurikulum, sarana, dan guru.

2.3. Hakekat Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Menurut Slavin (2007: 201), menyatakan bahwa pembelajaran Kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati 2002:25). Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian oleh Slavin (1995) menyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam

(7)

berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Sedangkan menurut ( sanjaya, 2006) Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual, guru mengkehendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif dan kontstruktivis salah satu teori dari Vygotsky yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu. Salah satu implikasi dari teori ini adalah pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pentingnya usaha bersama siswa dengan berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Serta meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Serta melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

2. Prinsip Dasar Dalam Model pembelajaran Kooperatif

1. Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup dan sepenanggungan

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada di dalam kelompok 3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota yang ada di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama

4. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya

5. Siswa akan dikenakan evaluasi dan di berikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

(8)

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar

7. Siswa akan diminta pertanggung jawaban tentang materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

3. Ciri – ciri Model pembelajaran kooperatif

1) Siswa bekerja dalam sebuah kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

3) Setiap anggota kelompok dapat berasal dari suku, budaya, jenis kelamin dan ras yang berbeda

4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu 4. Tujuan pembelajaran Kooperatif

1) Belajar akademik

2) Penerimaan terhadap adanya keragaman 3) Pengembangan adanya keterampilan sosial 5. Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Pembelajaran yang aktif dalam Model pembelajaran kooperatif mengharuskan setiap siswa aktif berinteraksi antar satu sama lain

2) Keterampilan sosial, siswa belajar berinteraksi dengan siswa lain, mengembangkan keterampilan interpersonal, komunikasi kepemimpinan, berkompromi dan serta berkolaborasi

3) Saling adanya ketergantungan baik ketergantungan yang positif maupun kepercayaan kelompok dikembangkan dengan adanya interaksi siswa mencapai tujuan yang sama

4) Akuntabilitas individu. Apabila kelompok mencapai keberhasilan dan sukses adalah akibat dari input setiap individu yang ada dalam kelompok.

Setiap siswa belajar untuk mendapatkan pengakuan dari apa yang mereka lakukan. Pada model pembelajaran kooperatif ini selalu digunakan suatu adanya mekanisme untuk menguji siswa secara individu maupun secara kelompok

(9)

6. Manfaat Model pembelajaran Kooperatif

Mendokumentasikan hasil-hasil pembelajaran termasuk peningkatan hasil belajar pada siswa, perbaikan terhadap tingkah laku dan kehadiran siswa meningkatkan selfconfidience dan motivasi serta meningkatkan kedekatan antara teman sekelas dan teman satu sekolah. Pembelajaran kooperatif juga mudah untuk diimplementasikan dan tidak terlalu sulit.

7. Menurut pandangan para pakar dalam pembelajaran Kooperatif Dewey (1916) dan Arends ( 1977) memliki pandangan yaitu :

1) Guru harus menciptakan suatu sistem sosial dalam lingkungan belajar yang di cirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah

2) Guru juga bertanggung jawab untuk memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk memikirkan masalah sosial penting yang muncul pada hari itu

3) Siswa memecahkan masalah di dalam kelompok mereka juga belajar prinsip demokrasi melalui interaksi satu sama lain

Model pembelajaran Kooperatif juga dapat melatih siswa untuk dapat mendengarkan pendapat orang lain sekaligus menghargai pendapat orang lain dan merangkum pendapat sendiri maupun orang lain dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran IPA dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif serta membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantaranya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model pembelajaran kooperatif guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain berpengaruh terhadap hasil belajar, pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan proses pembelajaran. Beberapa keuntungan dari pembelajaran kooperatif antara lain :

1) Dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

3) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

(10)

4) Meningkatkan rasa saling percaya.

5) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

Selain beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif juga memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima informasi tidak hanya dari guru tetapi lingkungan juga berperan besar dapat membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian terhadap lingkungan, jika pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada lingkungan sekeliling sebagai pusat kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran siap merespon pertanyaan maupun perdebatan. Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang bermakna dari kegiatan yang telah mereka amati melalui pembelajaran.

Ada enam tahapan kemajuan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe group investigation menurut Slavin (2005: 218) yaitu:

Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan mengatur murid ke dalam kelompok 1. Para siswa meneliti beberapa sumber

2. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang telah mereka pilih

3. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen

4. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaruran

Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan mereka pelajari

1. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang kita pelajari 2. Bagaimana kita mempelajarinya

3. Untuk tujuan apa atau kepentingan apa kita menginvestigasi topic Tahap 3 : Melaksanakan investigasi

1. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan

(11)

2. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya

3. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistensi semua gagasan

Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir

1. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka 2. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

3. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi

Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir

1. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk 2. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara

aktif

3. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnnya oleh seluruh anggota kelas

Tahap 6 : Evaluasi

1. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topic tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

2. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa 3. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Santyasa mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di dasari oleh gagasan dari John dewey tentang pendidikan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah- masalah sosial dan pribadi. Menurut Rusman (2010) Model pembelajaran

(12)

Kooperatif tipe Group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.

Menurut Winataputra (1992: 39) sifat demokrasi dalam pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation di tandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh adanya pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan siswa memiliki status yang sama di hadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung, sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini yaitu segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para siswa untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah dalam kelompok.

Ibrahim (2000: 23) Menyatakan dalam pembelajaran kooperatif tipe Group investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa dapat memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa. Group investigation dirancang untuk melatih kemampuan berfikir yang lebih tinggi seperti menganalisis dan mengevaluasi. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan suatu proyek atau tugas yang dapat dipilih sendiri oleh siswa.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran group investigation menurut Kurniasih (2015 : 74) yaitu sebagai berikut:

1. Menyeleksi topik

Tahap pertama siswa memilih berbagai subtopik dalam materi yang akan dipelajari atau dari gambaran yang diberikan oleh guru. Kemudian

(13)

mengorganisir siswa menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6 orang

2. Merencanakan kerjasama

Bersama –sama dengan siswa, guru merencanakan berbagai prosdur belajar, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topic dan subtopic yang telah dipilih dari langkah 1 diatas

3. Pelaksanaan

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah ( merencanakan kerjasama) diatas. Proses pelaksanaan melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun diluar sekolah. Dan guru harus memastikan setiap kelompok tidak mengalami kesulitan.

4. Analisis dan Sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah (pelaksanaan) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Dengan pengawas guru, setiap kelompok mempresntasikan berbagai topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topic tersebut

6. Melakukan evaluasi

Bersama – sama siswa, guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Referensi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian dari Penelitian lain yang juga menjadi acuan adalah penelitian dari Sutanto (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gejayan

(14)

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation (GI) adapun hasilnya yaitu pada pra siklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58/ sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66% dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31% dengan nilai rata- rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian dari Vera Sandria (2012) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 147 Palembang”. Subjek Penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 147 Palembang semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswi perempuan. Keberhasilan penelitian ini diamati berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai ujian setiap akhir siklus. Siswa dinyatakan tuntas belajar bila mencapai nilai

60 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai angka 85%

siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan nilai rata-rata hasil ujian setiap akhir siklus dan ketuntasan hasil belajar siswa secara berturut-turut sebelum diberi tindakan, setelah diberi tindakan siklus I dan siklus II adalah 41,02%, 80%, dan 92,5%. Nilai rata-rata hasil ujian akhir siklus secara berturut-turut yaitu 43,58; 70,25; dan 79,5. Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas, disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

(15)

Group Investigation, dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 147 Palembang.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menjadi acuan peneliti untuk menggunakan Model Kooperatif tipe group investigation. Dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa terutama pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe group investigation.

2.5 Kerangka Berpikir

Pada penelitian di kelas 5 SD Negeri 2 Lamuk Wonosobo, pembelajaran yang digunakan dengan metode ceramah kurang menarik bagi siswa terutama pada mata pelajaran IPA sehingga siswa mudah jenuh dan bosan ketika mengikuti pembelajaran. Siswa hanya duduk diam dan mendengarkan tetapi tidak dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa lebih memilih ngobrol dengan teman dibandingkan untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru serta siswa sibuk sendiri ketika pembelajaran berlangsung.

Dengan menerapkan model group investigation yang terdapat 2 siklus dalam satu siklus dua kali pertemuan. Pembelajaran yang menggunakan model group investigation siswa menjadi lebih aktif, kreatif selama proses pembelajaran berlangsung dan siswanya dituntut untuk lebih aktif dari pada gurunya. Siswa bisa belajar berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, dan bisa menumbuhkan rasa percaya diri ketika pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa secara aktif dan menyeluruh diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi akhir dengan menggunakan model group investigation hasil belajar siswa meningkat pada mata pelajaran IPA karena keterlibatan siswa secara aktif dan siswa lebih memperhatikan pembelajaran pada saat guru menyampaikan materi sehingga membuat hasil belajar siswa meningkat.

Dari uraian mendasarkan pada kajian teori maka peneliti memiliki pendapat atau gagasan, Gagasan tersebut peneliti sampaikan dalam bentuk bagan alur berfikir sebagai berikut:

(16)

Gambar 2.2 Kerangka berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian

Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaram IPA kelas 5 SD Negeri 2 Lamuk Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kondisi Awal

Kondisi Akhir Tindakan

Pembelajaran IPA dengan menggunakan Model group investigation

Proses pembelajaran secara konvensional

Pra Siklus hasil belajar siswa kelas 5 dalam mata pelajaran IPA masih rendah.

Siklus I: pembelajaran IPA dengan

menerapkan Model group investigation.

Siklus II :pembelajaran IPA dengan

menerapkan Model group investigation

Dengan menerapkan Model group investigation pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Lamuk Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan KKM 70.

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

hafazan adalah tidak terdapat kesan interaksi yang signifikan antara jantina dan kumpulan terhadap persediaan para pelajar program ulul albab di maktab rendah sains

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

Namun ternyata hal itu pun tidak cukup bagi telkomsel untuk menjadi internet service provider yang terbaik diantara pesaingnya, karena dapat dilihat dari hasil survei di

Yang ingin kami tanyakan adalah apakah dalam pengajuan minat tersebut mesti include ke dua (2) program tersebut atau bisa satu point saja.. There are two categories under this

Landasan Psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah dalam bidang psikologi yang menjadi sandaran, tumpuan atau titik tolak studi dan

Tim yang masuk 10 nilai tertinggi dari keseluruhan tim yang mengikuti babak semifinal, maka akan dinyatakan lolos menuju babak final. Tim dengan nilai praktikum

Komposisi kandungan zat gizi yang terkandung dalam coklat sangat banyak sekali, Biji coklat memiliki kandungan alkanoid yang menyebabkan rasanya menjadi pahita. Selain itu biji