BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan kekuatan pemicu (driver forces) pada semua aspek kehidupan. Konsep ini menciptakan paradigma borderless world, yaitu dunia yang tidak mengenal batas-batas teritorial kedaulatan sebuah negara/bangsa. Dampaknya turut menciptakan persaingan yang semakin tinggi pada semua aspek kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, dimana pengelolaanya tidak dapat dilakukan secara tradisional akan tetapi membutuhkan kemampuan khusus sehingga output pendidikan sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar baik nasional maupun internasional.
Pengelolaan pendidikan menjadi sangat penting, dimana pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan administrator dalam melakukan scanning lingkungan eksternal, competitor lembaga lain, memperhitungkan kompetensi internal, harus dapat menciptakan strategi yang mumpuni untuk memenangkan persaingan tanpa meninggalkan esensi dari pendidikan itu sendiri (Haryanto dan Rozza , 2012).
Jasa Pendidikan(sekolah) dianggap sebagai sarana utama dalam mencerdaskan manusia secara individu atau kelompok. Oleh karena itu, hampir di semua Negara pendidikan dijadikan prioritas dalam pembangunan bangsa dan penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Banyak lembaga- lembaga pendidikan di jalur formal dan non formal didirikan, dikelola, dan
dikembangkan oleh pemerintah dan swasta termasuk di Indonesia (Sarwono, 2011).
Lembaga pendidikan sebagai organisasi non profit sangat memerlukan informasi biaya. Tanpa informasi biaya, pihak manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga manajemen tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan sisa hasil usaha atau tidak.
Sisa hasil usaha ini sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi dalam jangka panjang sebuah lembaga pendidikan tersebut. Begitu juga sebaliknya tanpa informasi biaya, tidak akan dapat diketahui akurasi didalam penetapan biaya penyelenggara pendidikan itu apakah terlalu mahal atau terlalu murah. Selain itu pula, pihak manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi yang lain.
Di tengah fenomena tersebut, akuntabilitas keuangan oleh organisasi non profit dan salah satunya lembaga pendidikan menjadi sebuah tuntutan.
Upaya untuk menyampaikan kepada stakeholders (siswa, orang tua siswa, pemerintah ataupun badan penyelenggara) merupakan hal penting agar terjadi keseimbangan antara kepentingan pihak manajemen maupun stakeholders.
Lembaga dapat mengkomunikasikan secara transparan dan terbatas atas biaya penyelenggaraan pendidikan, disatu sisi masyarakat dapat menilai sekaligus mengevaluasi kinerja keuangan lembaga tersebut. Sehingga, akuntabilitas keuangan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan, yang akhirnya mampu mendorong kesadaran dan partisipasi yang lebih tinggi terhadap lembaga pendidikan.
Penyajian informasi biaya bisa dilaksanakan bila manajemen bisa mengidentifikasi biaya-biaya apa saja yang telah terjadi dalam melaksanakan aktivitasnya. Keterbatasan kemampuan pihak manajemen sekolah dalam penyajian informasi biaya bisa menyebabkan pengelolaan lembaga tersebut kurang profesional yang dapat memberi dampak buruk inefisiensi dan inefektivitas.
Faktor pendukung untuk mencapai mutu dan kualitas pendidikan diperlukan adanya sarana atau fasilitas yang memadai. Beberapa sumber pendapatan sekolah yang diatur didalam Perda Kabupaten Tulungagung Nomor 3 Tahun 2010 Pasal 110 yaitu Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat, Dana Bantuan Operasional Daerah dari pemerintah daerah, dan dana dari sumbangan masyarakat. Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah(Bimantara, 2014).
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (input) baik berupa barang (natural) atau jasa (non natural). Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan secara nasional merupakan tanggungjawab antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga (orang tua siswa) dan sumber bantuan lain. Didalam pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan belanja Sekolah (RAPBS) melibatkan beberapa unsur, diantaranya : pihak sekolah, orang tua
murid, dalam wadah komite sekolah atau komite sekolah dan Dinas Pendidikan.
ABC system merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi, dengan ABC system pengelolaan bisnis diubah menjadi pengelolaan berbasis aktivitas(Mulyadi, 2003). Keberhasilan implementasi ABC system dapat diukur dari perubahan orientasi pengelolaan ke pemuasan kebutuhan customer dan orientasi pengelolaan ke improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk melayani customer.
Penelitian terdahulu dengan menggunakan Activity Based Costing adalah penelitian dari Cindrawati, dkk dengan judul Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012). Pada Activity Based Costing, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam Activity Based Costing telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Penelitian dari Ruhanita Maelah, dkk dengan judul Cost per student using ABC approach: A case study. Menunjukkan bahwa saat ini, metode biaya tradisional digunakan dan jumlah siswa adalah pemicu biaya tunggal dalam mengalokasikan biaya. Biaya per siswa rata-rata oleh fakultas.
Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan ABC, informasi biaya yang lebih komprehensif dan rinci dapat dihasilkan pada program level untuk
sarjana dan pascasarjana, dan untuk siswa internasional dan lokal. Sistem ABC Model produk biaya tahunan yang lebih tinggi per siswa dibandingkan dengan biaya tahunan hadir tapi lebih rendah per siswa untuk program pascasarjana.
Penelitiandari Krishnan dengan judul An Application of Activity Based Costing in Higher Learning Institution: A Local Case Study. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Activity Based Costing dapat membantu universitas untuk memahami mana biayanya, apa yang mendorong mereka untuk terjadi, dan biaya yang mungkin rendah ditambahkan ke objek biaya. Sistem ini memungkinkan kepala departemen universitas untuk menganalisis dan melihat hal-hal, melalui lensa biaya dan aktivitas kerja.
SMK YPPM BOJA merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten Kendal yang ikut berperan serta mencetak tenaga professional muda dalam bidang akuntansi, administrasi perkantoran, busana butik dan rekayasa perangkat lunak. Sekolah ini dirintis sejak tahun 1987 dan bernaung dalam Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) Boja. SMK YPPM BOJA beralamat di Jl. Raya Bebengan No. 122 Boja Kendal.
SMK YPPM BOJA mempunyai visi dan misi dalam mewujudkan siswa yang berkompeten. Visi dari SMK YPPM BOJA yaitu “Menjadi lembaga yang berstandar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kompetitif dan berakhlak mulia”. Sedangkan misi SMK YPPM BOJA yaitu: Melaksanakan sistem pendidikan yang berbasis kompetensi yang kondusif, meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, menjalin kemitraan dengan DU/DI, mengoptimalkan peran
serta masyarakat dalam pengembangan sekolah, meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan, dan meningkatkan kegiatan keagamaan.
Biaya pendidikan merupakan biaya penunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan. SPP merupakan salah satu pendapatan sekolah yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Strategi yang digunakan pada SMK YPPM BOJA dalam mengelola keuangan ini dinilai masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh menejemen sekolah. Kenaikan tarif SPP menimbulkan kekhawatiran pihak yayasan bila tarif tersebut terus meningkat, resiko yang dihadapi adalah berkurangnya murid. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif kepada SMK YPPM BOJA mengenai penentuan tarif SPP berdasarkan metode ABC system.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan Activity Based Costing di SMK YPPM BOJA sebagai tolok ukur menentukan tarif SPP di SMK YPPM BOJA dengan judul “ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM DI SMK YPPM BOJA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penentuan tarif SPP menggunakan Activity Based Costing System ?
2. Bagaimana membandingkan tarif SPP yang telah ditetapkan saat ini dengan metode Activity Based Costing?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menetapkan perhitungan tarif SPP di SMK YPPM BOJA menggunakan metode Activity Based Costing System.
2. Untuk menganalisis perbedaan perhitungan dengan menggunakan akuntansi yang telah ditetapkan saat ini dengan metode Activity Based Costing System.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang cara menentukan tarif SPP dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan metode Activity Based Costing sebagai tolok ukur manajemen dalam mengambil kebijakan penentuan tarif SPP dengan menggunakan metode Activity Based Costing di SMK YPPM BOJA.
b. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang penentuan biaya dengan menggunakan Activity Based Costing serta untuk menambah pembendaharaan perpustakaan.
c. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang penerapan Activity Based Costing menurut teori dan kondisi nyata di lapangan pada perusahaan jasa terutama di bidang pendidikan.
d. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca sebagai referensi atau bahan acuan untuk membuat penelitian yang lain dengan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa yang lain.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan dalam penulisan skripsi. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang landasan teori sebagai pedoman dalam pembahasan penulisan skripsi berupa konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai unsur-unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis serta prosedur analisis yang digunakan oleh penulis dalam memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Bab ini berisi profil objek penelitian, perhitungan taris spp SMK YPPM Boja, perhitungan tarif spp Activity Based Costing System, serta perbandingan antara perhitungan menurut SMK YPPM Boja dan perhitungan Activity Based Costing System.
BAB V PENUTUP
Merupakan kesimpulan dari perhitungan tarif spp pada SMK YPPM Boja dan saran dari penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yayasan dan SMK YPPM Boja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Biaya
2.1.1.1 Pengertian Biaya
Konsep biaya telah berkembang sesuai dengan kebutuhan akuntan, ekonom dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai “suatu nilai tukar , pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang” (Carter, 2009).
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang (Daljono, 2009).
2.1.1.2 Klasifikasi biaya
Klasifikasi biaya di entitas sekolah menurut sifatnya ini akan digunakan untuk mempertegas batasan, mempermudah perhitungan dan menambah keakuratan pelaporan.
Menurut Bastian, berdasarkan sifatnya biaya dikelompokkan menjadi 2(dua), yaitu :
1. Biaya Langsung
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses pencapaian hasil dan tujuan suatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri, biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa secara keseluruhan (Bastian, 2006). Contoh biaya langsung adalah biaya praktikum, biaya ujian, biaya pemakaian laboratorium, biaya peminjaman buku, dan sejenisnya. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa biaya langsung merupakan komponen utama dari biaya pendidikan(SPP), atau dapat dikatakan merupakan biaya sesungguhnya dari pendidikan itu sendiri.
2. Biaya Tidak Langsung
Adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan, biaya tidak langsung merupakan komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar.
Jadi, tujuan akhir sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih cepat dicapai. Contoh biaya serta langsung adalah bantuan dana kegiatan siswa, biaya keamanan dan kebersihan, dan biaya kegiatan sosial.
Klasifikasi biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas menurut Mulyadi (2010) yaitu:
1. Biaya Variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya Semivariabel
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsure biaya variabel.
3. Biaya Semifixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
4. Biaya Tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
Klasifikasi biaya lain yaitu Opportuniti cost. Opportunity cost merupakan biaya yang diukur dari manfaat yang hilang karena seseorang atau perusahaan memilih satu alternatif sehingga tidak dapat memilih alternatif yang lain.
2.1.1.3 Identifikasi Biaya
Identifikasi biaya yang terjadi di suatu sekolah di sesuaikan dengan APBS. Berikut adalah diagram penyusunan anggaran pendidikan sekolah menengah yang digunakan dalam sekolah:
Sumber: Indra Bastian, 2006
Activity Costing System Biaya
Aktivitas Anggaran
Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung
Pada awalnya komponen penyusunan anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terdiri dari dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam penyusunan biaya aktivitas , sekolah dibantu menggunakan Activity Costing System(ACS) yang merupakan salah satu alat perhitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan.dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat. Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi eksternal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
2.1.1.4 Activity Based Costing System (ABCS)
Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing system-ABC), pertama menelusuri biaya pada aktivitas, kemudian pada produk. Asumsi yang mendasari adalah aktivitas menggunakan sumber daya dan produk yang pada gilirannya menggunakan aktivitas (Hansen dan Mowen, 2009).
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) didefinisikan sebagai suatu system perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan
menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor) (Carter, 2009).
Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.
Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sebaliknya ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataanya dapat ditelusuri tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output.
2.1.1.5 Falsafah Yang Melandasi ABC System
Menurut mulyadi (2003), ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system, yaitu :
1. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
2. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya.
2.1.1.6 Proses pengolahan data Activity Based Cost System
Pengolahan data dalam ABC sistem dibagi menjadi dua tahap, yaitu : 1. Activity Based Process System
Pada tahap pertama ini, biaya di golongkan kedalam dua kelompok besar:
a. Biaya langsung produk/jasa
Yaitu biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke produk/jasa.
Biaya ini dibebankan sebagai kos produk/jasa melalui aktivitas yang menghasilkan produk/jasa yang bersangkutan.
b. Biaya tidak langsung produk/jasa
Yaitu biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke produk/jasa.
Biaya ini dibebankan ke aktivitas melalui salah satu dari dua cara berikut :
1. Driver tracing, dibebankan ke aktivitas melalui resource driver yaitu basis yang menunjukan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas.
2. Allocation, dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang.
2. Activity Based Object Costing
Pada tahap ke dua ini, berisi tiga kegiatan penting yaitu : 1. Pembentukan Activity Cost Pool
Activity Cost Pool adalah akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama- sama ke produk/jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver.
2. Pembebanan biaya antar aktivitas
Ada tiga tahap pembebanan biaya antar aktivitas :
a. Pembebanan biaya Direktur ke bagian-bagian yang berada dibawah wewenang Direktur.
b. Pembebanan biaya kepala bagian ke aktivitas yang berada dibawah wewenang kepala bagian yang bersangkutan.
c. Pembebanan biaya support activities ke result contributing dan result producing activities.
3. Pembebanan Biaya result contributing activities ke result producing activities.
2.1.1.7 Keuntungan Penggunaan ABC System
Menurut Daljono(2009) keuntungan penggunaan ABC berkaitan dengan 3 hal, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
Penerapan sistim ABC akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan karena penentuan harga pokok yang lebih informatif. Sistim ABC mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk.
2. Aktivitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurangi BOP
Penurunan BOP dilakukan dengan cara menerapkan perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menerapkan ABC manajer akan memahami bahwa aktivitas akan memicu timbulnya biaya. Oleh karena itu aktivitas-aktivitas yang tidak ada nilai tambahnya (nonvalue Added) harus dihilangkan.
3. Memudahkan menentukan relevant cost
Penerapan ABC akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru meningkatkan aktifitas yang berlevel batch, maka pembuat keputusan dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi.
2.1.1.8 Perbandingan ABC dengan Sistem Perhitungan Biaya Tradisioal
Beberapa perbandingan antara ABC dengan sistem perhitungan biaya tradisional dalam Carter(2009) yaitu :
1. Sistem ABC mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tetapi tidak setiap system dengan tempat penampungan biaya lebih dari satu merupakan system ABC. Tetapi jika setiap unit memerlukan proses sendiri-sendiri secara rinci , maka sistem perhitungan biaya tersebut adalah sistem berbasis unit dan bukan ABC.
2. Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak di sistem ABC, tetapi hal ini sebagian besar disebabkan karena banyak sistem tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya.
3. Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya dari suatu aktivitas, maupun identifikasi atas suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Hasil yang bisa ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional.
4. Perbedaan lain sistem ABC dengan sistem tradisional adalah bahwa semua sistem ABC merupakan perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap.
2.1.1.9 Tingkatan Biaya dan Pemicu Biaya
Dalam Activity Based Costing, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (Driver). Pemicu sumber daya (Resource Driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Jika suatu sistem ABC mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan kaki persegi atau jumlah karyawan yang didedikasikan untuk setiap aktivitas, maka kaki persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai pemicu sumber daya.
Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final (final cost object) lainnya. Kata final mengacu pada langkah terakhir dalam alokasi biaya. Sifat dan ragam pemicu aktivitas membedakan ABC dari perhitungan biaya tradisional (carter, 2009).
ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (levels of aggregation) yang berada dalam satu lingkungan produksi. Menurut Carter(2009) dalam bukunya, mengidentifikasi tingkatan pemicu aktivitas menjadi 4, yaitu :
1. Tingkat Unit
Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang pasti akan meningkat ketikaa saat unit produksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume.
Pemicu tingkat unit (unit-level driver) merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang di produksi dan dijual. Pemicu tingkat unit merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam ABC.
2. Tingkat Batch
Biaya tingkat batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual.
Pemicu tingkat batch (batch level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual.
3. Tingkat produk
Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan dari satu batch atau satu unit lebih banyak.
Pemicu tingkat produk (product level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual.
4. Tingkat pabrik
Biaya tingkat pabrik (plant level cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas di loksai produksi.
Pemicu tingkat pabrik (plant level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dalam memelihara kapasitas di lokasi produksi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan metode Activity Based Costing System , adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Pengarang
(tahun)
Judul Metode analisis Hasil
1. Ruhanita Maelah, Amizawati Mohd Amir,dan Sofiah Md Auzair(20 11)
Cost per student using ABC
approach: A case study
Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus tunggal untuk menentukan biaya per siswa untuk semua program akademik di Universitas Negeri Malaysia, dengan menggunakan pendekatan ABC.
Menunjukkan bahwa menggunakan ABC , informasi biaya yang lebih komprehensif dan rinci dapat dihasilkan pada program level untuk sarjana dan pascasarjana , dan untuk siswa internasional dan lokal.ABC Model produk biaya tahunan yang lebih tinggi per siswa
dibandingkan dengan biaya tahunan hadir tapi lebih rendah per siswa untuk program pascasarjana . 2. Anbalagan
Krishnan(
2006)
An Application of Activity Based Costing in Higher Learning Institution: A Local Case Study
Metode analisis
penelitian studi kasus ini adalah kombinasi deskriptif dan analisis kuantitatif analisis deskriptif Sebuah studi tentang Laporan Tahunan Universitas Sebuah studi dari anggaran
Departemen dan barang- barang buku besar analisis kuantitatif Perhitungan tarif Overhead Saran biaya Model Baru
Menunjukkan bahwaActivity Based Costing dapat
membantu universitas untukmemahami mana biayanya , apa yang mendorong mereka untuk terjadi , dan biaya yang mungkin rendah
ditambahkan ke objek biaya . Sistem inimemungkinkan kepala departemen
universitasuntuk
menganalisis dan melihat hal-hal , melalui lensa biaya dan aktivitas kerja .
3. Septya Dewi Cindrawat i, M.
Dzulkirom dan Zahroh Z.A(2014)
Penerapan Activity Based Costing Sebagai Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012)
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu analisis harga pokok hotel saat ini, menetapkan metode biaya berdasarkan activity based costing, kemudian
membandingkan harga pokok kamar hotel berdasarkan activity based costing dengan realisasinya.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada activity based costing, biaya overhead pada masing- masing produk dibebankan pada banyak cost driver.
Sehingga dalam activity based costing, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Aktivitas adalah peristiwa atau tugas dengan tujuan tertentu. Aktivitas yang terjadi di SMK YPPM BOJA ditunjukkan untuk menghasilkan jasa
SMK YPPM BOJA
SPP SMK YPPM BOJA
Activity Based Costing (ABC) System
Product sustaining Act
Batch level Act Unit
level Act
Mengidentifikasi biaya berdasarkan aktivitas
Membebankan biaya berdasarkan cost driver
Perhitungan SPP berdasar ABC System Mengidentifikasi cost pool
Facility sustaining Act
Mengidentifikasi cost driver
Hasil Perbandingan Tarif SPP
SMK YPPM BOJA
pendidikan. Untuk mendukung jasa pendidikan, sekolah perlu tunjangan dana berupa SPP, sehingga terjadi hubungan positif antara aktivitas yang terjadi dengan tarif SPP yang berlaku. Bila aktivitas semakin banyak, maka tarif SPP juga meningkat. Peningkatan tarif SPP mempengaruhi perilaku konsumen(siswa).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah swasta yang bernaung dalam sebuah yayasan yaitu SMK Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) BOJA yang beralamat di Jl. Raya Bebengan No. 122 Boja , Kab. Kendal.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dicatat bukan dengan angka-angka tetapi dengan menggunakan klasifikasi-klasifikasi (Soeratno dan Arsyad, 2008).
Data kualitatif dari penelitian ini adalah keterangan-keterangan yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak keuangan SMK YPPM BOJA.
Sedangkan data kuantitatif merupakan kumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran(Soeratno dan Arsyad, 2008). Data kuantitatif dari penelitian ini berupa data laporan keuangan yang diperoleh dari SMK YPPM BOJA.
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo , 2002).
Data sekunder yang diperoleh peneliti berupa biaya-biaya yang terjadi dalam periode tertentu yang diperlukan, jumlah siswa, jumlah guru dan karyawan, dan informasi terkait perhitungan tarif SPP.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara
Penulis mengumpulkan data dan dokumen yang dibutuhkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian kepada informan atau orang yang ahli di bidangnya, dalam hal ini adalah bagian keuangan dan kepala sekolah SMK YPPM BOJA dengan tujuan memperoleh informasi yang akurat. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan dan juga menggunakan media elektronik (email, pesan singkat , atau telepon).
2. Observasi
Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan melakukan dokumentasi yang dianggap penting. Dalam hal ini adalah SMK YPPM BOJA untuk mengamati kondisi saat ini yang berkaitan dengan pembelajaran, biaya operasional berupa kelengkapan sarana dan prasarana, dan fasilitas yang diperoleh siswa.
3. Studi Pustaka
Penulis mengumpulkan data melalui sumber bacaan, media teknologi, dan dokumen internal perusahaan yang berkaitan dengan SMK YPPM BOJA dan Activity Based Costing System.
3.4 Metode Analisis 3.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan agar peneliti mengetahui dan mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang sedang diteliti.
3.4.2 Analisis Perhitungan Tarif SPP di SMK YPPM BOJA Menggunakan Metode Activity Based Costing
1. Menganalisis Tarif SPP SMK YPPM BOJA saat ini 2. Mengidentifikasi Biaya berdasarkan aktivitas 3. Mengidentifikasi Cost Driver
4. Mengidentifikasi Cost Pool
5. Membebankan biaya ke produk menggunakan cost driver dan aktivitas.
Sumber: Hansen dan Mowen (2009)
6. Hasil dari penelitian ini berupa data-data pendukung perhitungan tarif SPP SMK YPPM BOJA.Pembahasan penelitian ini berupa perhitungan, perbandingan dan analisis tarif SPPmenggunakan Activity Based Costing System.
Tarif per cost driver = Jumlah Aktivitas Cost driver
7. Setelah melakukan perhitungan, perbandingan dan analisis maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran kepada yayasan berdasarkan kesimpulan dari perhitungan tarif SPP di SMK YPPM BOJA dengan perhitungan Activity Based Costing System.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1 Gambaran Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang pendidikan yaitu SMK YPPM BOJA. SMK YPPM BOJA merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten Kendal yang ikut berperan serta mencetak tenaga professional muda dalam bidang akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, busana butik dan programmer. Sekolah ini dirintis sejak tahun 1987 dan bernaung dalam Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) Boja. SMK YPPM BOJA beralamat di Jl.
Raya Bebengan No. 122 Boja Kendal.
SMK ini memiliki 4 jurusan atau kompetensi keahlian yang masing- masing jurusan atau keahlian tersebut menggunakan jumlah ruang kelas sebagai berikut:
Table 4.1
Tabel kompetensi keahlian/Jurusan dan jumlah kelas No Kompetensi keahlian/jurusan Jumlah kelas
1 Akuntansi 5
2 Administrasi Perkantoran 4
3 Busana Butik 3
4 Rekayasa Perangkat Lunak 4
Sumber: Data yan Diolah
4.1.2 Visi dan Misi SMK YPPM BOJA Visi:
“Menjadi lembaga yang berstandar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kompetitif dan berakhlak mulia.”
Misi:
1. Melaksanakan sistem pendidikan yang berbasis kompetensi yang kondusif 2. Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan
3. Menjalin kemitraan dengan DU/DI
4. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan sekolah 5. Meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan
6. Meningkatkan kegiatan keagamaan.
4.1.3 Kompetensi Keahlian SMK YPPM BOJA
Kompetensi keahlian/jurusan di SMK YPPM BOJA terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a. Akuntansi
Kompetensi keahlian/jurusan akuntansi mempelajari siklus pembuatan laporan keuangan secara teori, selain itu siswa juga melakukan praktik kerja lapangan (PKL) di perusahaan.
b. Administrasi Perkantoran
Kompetensi keahlian/jurusan administrasi perkantoran ini mempelajari membuat arsip data, pembuatan surat perjalanan dinas, komunikasi melalui telephon.
c. Busana Butik
Kompetensi keahlian/jurusan busana butik mempelajari cara menjahit, dari mulai menyusun pola hingga bisa finishing membuat sebuah busana.
d. Rekayasa Perangkat Lunak
Kompetensi keahlian/jurusan rekayasa perangkat lunak mempelajari bagaimana mendesign sebuah program hingga membuat suatu program serta mengaplikasikan program tersebut.
4.1.4 Struktur Organisasi SMK YPPM BOJA
Struktur organisasi SMK YPPM BOJA adalah sebagai berikut:
Sumber: SMK YPPM Boja
Gambar 4.1
Struktur organisasi SMK YPPM BOJA
KETUA YAYASAN KADIN DIKPORA
HARLINA KURNIANIN
KEPSEK SUHARTO
K.A TATA USAHA KOR BP
SRI SUHARYATI DWI PUJI
WKS. KURIKULUM WKS. KESISWAAN WKS. HUMAS
DRS.SUPRIYATNO SIH KARYAWANTI SP. PURWANTO
LAB.KOMP LAB.JHT PRAKERIN
MUCHLASIN EKO WAHYU, S.Pd
LAB.BHS LAB.PENJ
UMI KUDZAIFAH ANA NUR B
KAPROG A.P KAPROG AKT KAPROG P.E KAPROG B.B
SRI MARHAENIS DRA. SRI HARTATI DODY HARYONO NIKEN PITASARI
WALI KELAS X.AP WALI KELAS AK X.BB
ROFIATUN, S.Pd NGAPRI HERINA
WALI KELAS XI.AP WALI KELAS XI.AK XI.BB
PUJI MINDANI EKO WAHYU, SS DUROTUL A
WALI KELAS XII.AP WALI KELAS XII.AK XII.BB
RETNO W, S.Pd UMI KHUDZAIFAH OENAWATI UDI H
X.RPL SURANTI
XI.RPL ROSYIH XII.RPL
WKS. SARPRAS DRA. RETNO INDRATI
WALI KELAS
4.2 Penentuan Tarif SPP SMK YPPM BOJA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan dalam BAB III Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara atau Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat, Pendanaan Biaya Investasi Satuan Pendidikan, Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, Biaya Operasi Satuan Pendidikan dan Biaya Operasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan dapat bersumber dari:
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat b. Pemerintah
c. Pemerintah Daerah
d. Orang Tua/Wali Peserta Didik
e. Pemangku Kepentingan diluar Peserta Didik dan Orang Tua/walinya f. Bantuan Pihak Asing yang Tidak Mengikat
g. Sumber lainnya yang sah
Dengan adanya dana subsidi pemerintah untuk lembaga pendidikanyang sangat besar anggarannya ini merupakan salah satu dari misi sosial yang dilakukan pemerintah. Sehingga kebijakan ini diharapkan dapat mengembangkan system pendidikan nasional yang berstandar.
Tarif SPP SMK YPPM BOJA ditentukan melalui rapat Yayasan dan Komite Sekolah. Dari rapat Yayasan dan Komite Sekolah tersebut diambil kebijakan tarif SPP SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp 100.000 dengan perincian untuk masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Tarif SPP SMK YPPM BOJA
No. Jurusan Tarif SPP
1. Akuntansi Rp 100.000
2. Administrasi Perkantoran Rp 100.000
3. Busana Butik Rp 100.000
4. Rekayasa Perangkat Lunak Rp 100.000
Sumber: Data yang Diolah
Tarif SPP sebesar Rp 100.000 tersebut didapat dari perhitungan tarif SPP tahun sebelumnya yaitu Rp 90.000 ditambah dengan kenaikan sebesar Rp 10.000 untuk setiap jurusan.
4.3 Penentuan Tarif SPP Menggunakan Metode Activity Based Costing 4.3.1 Mengidentifikasi Aktivitas
Dari biaya-biaya tidak langsung dalam penyediaan jasa pendidikan oleh SMK YPPM Boja tersebut, diidentifikasi aktivitas-aktivitasnya sebagai berikut:
Tabel 4.3 Identifikasi aktivitas
No Aktivitas Level Aktivitas
1 Penggajian pegawai Fasilitas
2 Pemakaian Listrik Fasilitas
3 Pemakaian Internet Batch
4 Pemakaian Telepon Batch
5 Pengadaan Perlengkapan Unit
6 Pengadaan Kegiatan Pembelajaran Unit
7 Kegiatan Ekstrakurikuler Unit
8 Ulangan dan Evaluasi Unit
9 Ujian Nasional Unit
10 Operasional Rutin Fasilitas
11 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas
12 Kegiatan Kunjungan Batch
13 Penyusutan Laboratorium Fasilitas
14 Penyusutan Ruang Kelas Fasilitas
Sumber: Data yang Diolah
Perhitungan tarif SPP dengan menggunakan Activity Based Costing System menurut Mulyadi (2003) dilakukan melalui dua tahap, yaitu Activity- Based Process Costing dan Activity-Based Object Costing.
4.3.2 Activity-Based Process Costing
Tahap pertama Activity Based Costing System ini dilakukan dengan cara menggolongkan biaya dalam dua kelompok, yaitu biaya langsung produk atau jasa dan biaya tidak langsung produk atau jasa. Biaya langsung jasa pendidikan untuk masing-masing jurusan di SMK YPPM BOJA terdiri dari beberapa jenis biaya , yaitu:
Tabel 4.4
Biaya Langsung SMK YPPM BOJA
Sumber: Data yang Diolah
Sedangkan biaya tidak langsung jasa pendidikan terdiri dari biaya-biaya sebagai berikut:
Tabel 4.5
Biaya tidak langsung SMK YPPM BOJA
Biaya Aktivitas Dasar
Pembebanan
Keterangan Biaya gaji pegawai Penggajian pegawai Allocation Jumlah gaji/tahun Biaya Listrik Pemakaian Listrik Driver Tracing KWH
Jenis Biaya Akuntansi Administrasi
Perkantoran Busana Butik Rekayasa Perangkat Lunak
Alokasi 33%
Siswa 154
Alokasi 27%
Siswa 127
Alokasi 17%
Siswa 80
Alokasi 23%
Siawa 110 Gaji Guru 61.596.514 399.977 50.397.147 399.977 31.731.537 399.977 42.930.903 399.977 Guru DPK
(Swasta) 6.581.520 41.701 5.384.880 41.701 3.390.480 41.701 4.587.120 41.701 Guru Honorer 41.669.591 264.022 34.093.301 264.022 21.466.152 264.022 29.042.442 264.022 Kesra Guru 8.466.480 54.544 6.927.120 54.544 4.361.520 54.544 5.900.880 54.544 Total 118.314.105 760.244 96.802.448 760.244 60.949.689 760.244 82.461.345 760.244
Biaya Internet Pemakaian Internet Driver Tracing GB Biaya Telepon Pemakaian Telepon Driver Tracing Menit Biaya Pengadaan
Perlengkapan
Pengadaan Perlengkapan
Allocation Jumlah pembelian/tahun Biaya Kegiatan
Pembelajaran Pengadaan Kegiatan
Pembelajaran Allocation Jumlah pembelian/tahun Biaya Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler
Allocation Jumlah
Pembayaran/tahun Biaya Ulangan dan
Evaluasi
Ulangan dan Evaluasi Direct Tracing Jumlah Kegiatan/tahun Biaya Ujian Nasional Ujian Nasional Direct Tracing Jumlah kegiatan/tahun Biaya Operasional Operasional Rutin Allocation Jumlah
Pembayaran/tahun Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
Driver Tracing Luas (m2)
Biaya Kunjungan Kegiatan Kunjungan Direct Tracing Jumlah kegiatan/tahun Biaya Penyusutan
Laboratorium
Penyusutan Laboratorium
Direct Tracing Penyusutan Laboratorium/tahun Biaya Penyusutan
Ruang Kelas
Penyusutan Ruang Kelas
Direct Tracing Penyusutan ruang kelas/tahun
Sumber: Data yang diolah
Sumber daya yang secara langsung di konsumsi oleh suatu aktivitas dibebankan kepada aktivitas yang bersangkutan dengan direct tracing.
Sumber daya tidak langsung aktivitas dikonsumsi oleh suatu aktivitas dibebankan dengan 2 cara yaitu:
a. Driver Tracing yaitu apabila aktivitas tersebut mempunyai hubungan sebab akibat.
b. Alokasi yang bersifat sembarang yaitu apabila aktivitas tersebut tidak mempunyai hubungan sebab akibat.
Biaya aktivitas yang dikeluarkan oleh sekolah dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya Gaji Pegawai
Biaya gaji pegawai merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga administrasi, satpam, petugas kebersihan dibayar 13 kali(termasuk THR dan tunjangan lain) dalam 1 tahun.
Biaya gaji pegawai tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp 62.030.760. Biaya gaji pegawai dibebankan ke masing-masing jurusan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Biaya gaji pegawai
Jurusan Jumlah siswa Biaya Aktivitas Penggajian Pegawai
Akuntansi 154 20.470.151
Administrasi Perkantoran 127 16.748.305
Busana Butik 80 10.545.229
Rekayasa perangkat Lunak 110 14.267.075
Total 471 62.030.760
Sumber: Data yang Diolah 2. Biaya Listrik
Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar pemakaian listrik pada sekolah. Biaya listrik dibebankan berdasarkan jumlah listrik yang dipakai (KWH) dan berapa kali dalam 1 tahun membayar listrik(12 kali).
Biaya listrik yang dikeluarkan oleh sekolah selamam tahun ajaran 2013/2014 adalah Rp 10.602.643. Dari biaya tersebut diketahui pemakaiannya sebesar 6.920,79 KWH.
Dari 6.920,79 KWH tersebut, pemakaian masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Pemakaian listrik
Jurusan Pemakaian listrik (KWH)
Akuntansi 2.004,23
Administrasi Perkantoran 1.462,84
Busana Butik 531,24
Rekayasa Perangkat Lunak 2.922,48
Total 6.920,79
Sumber: Data yang Diolah
3. Biaya Internet
Biaya Internet timbul diukur dengan seberapa banyak GB kuota internet yang digunakan. Oleh sebab itu, cost driver dari biaya internet adalah GB kuota internet.
Biaya internet yang dibayarkan oleh sekolah adalah Rp 13.285.750.
Penggunaan internet oleh masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Pemakaian internet
Jurusan Penggunaan internet (GB)
Akuntansi 1.780
Administrasi perkantoran 2.340
Busana batik 1.580
Rekayasa perangkat lunak 5.100
Total 10.800
Sumber: Data yang Diolah 4. Biaya Telepon
Biaya telepon merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian telepon yang digunakan oleh para siswa. Biaya ini di bebankan berdasarkan menit pemakaian telepon. Dalam 1 tahun membayar telepon (12 kali). Biaya telepon selama tahun ajaran 2012/2013 adalah Rp 2.345.426. Pemakaian telepon (menit) masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Pemakaian telepon
Jurusan Pemakaian telepon (menit)
Akuntansi 1.150
Administrasi perkantoran 5.173
Busana butik 1.150
Rekayasa perangkat lunak 1.150
Total 8.623
Sumber: Data yang Diolah
5. Biaya Pengadaan Perlengkapan
Biaya pengadaan perlengkapan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi perlengkapan sekolah dan kelas. Biaya pengadaan perlengkapan pada tahun pelajaran 2012/2013 sebesar Rp 82.074.500. Dari biaya pengadaan perlengkapan sebesar Rp 82.074.500 tersebut dialokasikan ke setiap jurusan berdasarkan jumlah siswa sebagai berikut:
Tabel 4.10
Biaya pengadaan perlengkapan
Jurusan Jumlah siswa Biaya aktivitas pengadaan perlengkapan
Akuntansi 154 27.084.585
Administrasi Perkantoran 127 22.160.115
Busana butik 80 13.952.665
Rekayasa Perangkat Lunak 110 18.877.135
Total 471 82.074.500
Sumber: Data yang Diolah 6. Biaya Kegiatan Pembelajaran
Biaya kegiatan pembelajaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembelajaran siswa. Biaya pembelajaran tahun 2012/2013 sebesar Rp 12.398.500. Biaya pembelajaran bagi masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Biaya kegiatan pembelajaran
Jurusan Jumlah siswa Biaya pembelajaran
Akuntansi 154 4.091.505
Administrasi Perkantoran 127 3.347.595
Busana Butik 80 2.107.745
Rekayasa perangkat Lunak 110 2.851.655
Total 471 12.398.500
Sumber: Data yang Diolah
7. Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler
Biaya kegiatan ekstrakurikuler merupakan biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa yaitu pramuka, PMR, PASPAMSEK, PASKIBRA, voly, dan tari. Biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler selama tahun ajaran 2012/2013 adalah sebesar Rp 44.608.000.
Alokasi biaya kegiatan ekstrakurikuler ke masing-masing jurusan berdasarkan jumlah siswa adalah:
Tabel 4.12
Biaya kegiatan ekstrakurikuler
Jurusan Jumlah siswa Biaya kegiatan
ekstrakurikuler
Akuntansi 154 14.720.640
Administrasi perkantoran 127 12.044.160
Busana batik 80 7.583.360
Rekayasa perangkat lunak 110 10.259.840
Total 471 44.608.000
Sumber: Data yang Diolah
8. Biaya Kegiatan Ulangan dan Evaluasi
Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi merupakan biaya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Ulangan Harian Terprogram(4 kali), Mid Semester(2 kali), dan Ujian Akhir Semester(2 kali). Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi dibebankan setiap kali pengadaan kegiatan yaitu sebesar Rp. 55.000.
Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi Jurusan Biaya
unit
Jumlah kegiatan
Jumlah siswa
Biaya aktivitas kegiatan ulangan dan evaluasi
Akuntansi 55.000 4 154 33.880.000
Administrasi perkantoran
55.000 4 127 27.940.000
Busana butik 55.000 4 80 17.600.000
Rekayasa perangkat lunak
55.000 4 110 24.200.000
Sumber: Data yang Diolah 9. Biaya Kegiatan Ujian Nasional
Biaya kegiatan ujian nasional merupakan biaya yang digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan ujian nasional 1 tahun(1 kali). Biaya ini dibebankan kepada tiap siswa yang akan melakukan ujian nasional tahun 2012/2013 sebesar Rp. 900.000.
Biaya kegiatan ujian nasional untuk tahun ajaran 2012/2013 masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Biaya kegiatan ujian nasional Jurusan Biaya
unit
Jumlah kegiatan
Jumlah siswa
Biaya aktivitas kegiatan ujian nasional
Akuntansi 900.000 1 65 58.500.000
Administrasi
perkantoran 900.000 1 37 33.300.000
Busana butik 900.000 1 28 25.200.000
Rekayasa
perangkat lunak 900.000 1 51 45.900.000
Sumber: Data yang Diolah
10. Biaya Operasional Rutin
Biaya operasional rutin adalah biaya yang digunakan rutin sehari-hari, seperti membeli alat tulis dan media pembelajaran lain. Dibeli dalam 1 tahun sebanyak 12 kali(setiap bulan).
Biaya operasional rutin selama tahun ajaran 2012/2013 adalah Rp 19.960.188. biaya operasional rutin tersebut dialokasikan ke setiap jurusan berdasarkan jumlah siswa, sebagai berikut:
Tabel 4.15 Biaya operasional rutin
Jurusan Jumlah siswa Biaya operasional rutin
Akuntansi 154 6.586.862
Administrasi perkantoran 127 5.389.251
Busana butik 80 3.393.232
Rekayasa perangkat lunak 110 4.590.843
Total 471 19.960.188
Sumber: Data yang Diolah
11. Biaya Pemeliharaan sarana dan Prasarana
Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan gedung sekolah dan aktiva tetap. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp 69.660.574. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana dibebankan berdasarkan luas lantai dari masing-masing jurusan:
Tabel 4.16
Biaya Pemeliharaan sarana dan Prasarana
Jurusan Biaya Aktivitas Pemeliharaan
Akuntansi 405 m2
Administrasi Perkantoran 324 m2
Busana Butik 243 m2
Rekayasa Perangkat Lunak 324 m2
Total 1.296 m2
Sumber: Data yang Diolah
12. Biaya Kunjungan
Biaya kunjungan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan kegiatan kunjungan. Dibebankan berdasarkan berapa kali kegiatan dilakukan. Biaya kunjungan tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp 180.000.
Biaya kunjungan untuk masing-masing jurusan pada tahun 2012/2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Biaya kunjungan Jurusan Biaya unit Jumlah
kegiatan
Jumlah siswa
Biaya aktivitas kunjungan
Akuntansi 180.000 1 42 7.560.000
Administrasi
perkantoran 180.000 1 57 10.260.000
Busana butik 180.000 1 29 5.220.000
Rekayasa
perangkat lunak 180.000 1 28 5.040.000
Sumber: Data yang Diolah 13. Biaya Penyusutan Laboratorium
Biaya penyusutan laboratorium sekolah menggunakan metode garis lurus untuk ruangan dan setiap fasilitas yang terdapat pada laboratorium masing- masing jurusan di sekolah.
Perhitungan penyusutan laboratorium tersebut dapat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
a. Penyusutan Laboratorium Jurusan Akuntansi
Tabel 4.18
Penyusutan Laboratorium Jurusan Akuntansi Fasilitas Harga
Perolehan
Jumlah Harga Perolehan
Fasilitas
Umur ekonomis
Penyusutan
Ruangan 120.000.000 1 120.000.000 20 6.000.000
Komputer 4.500.000 41 184.500.000 8 23.062.500
LCD 4.000.000 1 4.000.000 8 500.000
Meja 100.000 41 4.100.000 20 205.000
Kursi 75.000 41 3.075.000 20 153.750
White board
150.000 1 150.000 4 37.500
Total 128.825.000 315.825.000 29.958.750
Sumber: Data yang Diolah
b. Penyusutan Laboratorium Jurusan Administrasi Perkantoran Tabel 4.19
Penyusutan Laboratorium Jurusan Administrasi Perkantoran Fasilitas Harga
Perolehan
Jumlah Harga Perolehan Fasilitas
Umur ekonomis
Penyusutan
Ruangan 120.000.000 1 120.000.000 20 6.000.000
Mesin Ketik
1.775.000 30 53.250.000 10 5.325.000
Meja 100.000 40 4.000.000 20 200.000
Kursi 75.000 40 3.000.000 20 150.000
White Board
150.000 1 150.000 4 37.500
Telephon 200.000 1 200.000 8 25.000
LCD 4.000.000 1 4.000.000 8 500.000
Total 126.300.000 184.600.000 12.237.500
Sumber: Data yang Diolah
c. Penyusutan Laboratorium Busana Butik Tabel 4.20
Penyusutan laboratorium Busana Butik Fasilitas Harga
Perolehan
Jumlah Harga perolehan
Fasilitas
Umur ekonomis
Penyusutan
Ruangan 120.000.000 1 120.000.000 20 6.000.000
Mesin Jahit 3.500.000 40 140.000.000 10 14.000.000
Mesin Obras
3.300.000 40 132.000.000 10 13.200.000
Kursi 75.000 40 3.000.000 20 150.000
White Board
150.000 1 150.000 4 37.500
LCD 4.000.000 1 4.000.000 8 500.000
Total 131.025.000 399.150.000 33.887.500
Sumber: Data yang Diolah
d. Penyusutan Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak Tabel 4.21
Penyusutan Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak Fasilitas Harga
Perolehan
Jumlah Harga Perolehan
Fasilitas
Umur ekonomis
Penyusutan
Ruangan 120.000.000 1 120.000.000 20 6.000.000
Komputer 4.500.000 41 184.500.000 8 23.062.500
Meja 100.000 41 4.100.000 20 205.000
Kursi 75.000 41 3.075.000 20 153.750
LCD 4.000.000 1 4.000.000 8 500.000
White Board 150.000 1 150.000 4 37.500
Black Board 130.000 1 130.000 4 32.500
Total 128.955.000 315.955.000 29.991.250
Sumber: Data yang Diolah 14. Penyusutan Ruang Kelas
Ruang kelas teori perlu disusutkan dan akan menghasilkan biaya penyusutan ruang kelas. Penyusutan ruang kelas dihitung menggunakan metode garis
lurus. Biaya penyusutan ruang kelas dibebankan ke aktivitas penyusutan ruang kelas melalui direct tracing.
Biaya penyusutan ruang kelas masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.22 Penyusutan Ruang Kelas Jenis Kelas Harga
Perolehan
Jumlah Kelas
Harga Perolehan
Kelas
Umur ekonomis
Penyusutan
Akuntansi 127.455.000 5 637.275.000 20 79.659.375
Administrasi
Perkantoran 127.455.000 4 509.820.000 20 63.727.500 Busana Batik 127.455.000 3 382.365.000 20 47.795.625 Rekayasa
Perangkat Lunak
127.455.000 4 509.820.000 20 63.727.500
Sumber: Data yang Diolah 4.3.2 Activity Based Object Costing 4.3.2.1 Mengidentifikasi Cost Pool
Aktivitas-aktivitas yang terkumpul di kelompokkan ke dalam satu kelompok biaya(cost pool) berdasarkan penyebab biaya(cost driver) yang sama. Dari penelitian yang dilakukan di SMK YPPM Boja, tiap aktivitas memiliki cost driver yang berbeda, sehingga kelompok biaya (cost pool) tidak efisien untuk digunakan.
4.3.2.2 Penentuan Tarif Aktivitas
Tarif aktivitas (activity rate) dihitung dengan membagi biaya aktivitas dengan jumlah cost driver-nya. Tarif aktivitas untuk masing-masing aktivitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.23
Tarif aktivitas (activity rate)
Aktivitas Biaya Cost driver Activity rate
Pemakaian listrik 10.602.643 6.920,79 1.532
Pemakaian internet 13.285.750 10.800 1.230
Penggunaan telepon 2.345.426 8.623 272
Pemeliharaan 69.660.574 1.296 53.750,5
Sumber: Data yang Diolah 4.3.2.3 Pembebanan Biaya ke Objek Biaya
Biaya yang telah dibebankan ke aktivitas selanjutnya dibebankan ke masing-masing jurusan berdasarkan pemakaian aktivitasnya.
Pembebanan biaya ke masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
1. Pembebanan biaya pada jurusan Akuntansi Tabel 4.24
Pembebanan biaya pada jurusan Akuntansi Biaya aktivitas Activity
rate
Cost driver
Biaya dibebankan ke jurusan
Biaya
dibebankan ke seorang siswa Pemakaian listrik 1.532 2.004,23 3.070.480 19.938,18 Pemakaian internet 1.230 1.780 2.189.400 14.216,88
Penggunaan telepon 272 1.150 312.800 2.031,17
Pemeliharaan 53.750,5 405 21.768.953 141.356,83
Gaji pegawai 20.470.151 132.923,10
Pengadaan
perlengkapan 27.084.585 175.873,90
Kegiatan
pembelajaran 4.091.501 26.568,19
Kegiatan
ekstrakurikuler 14.720.640 95.588,57
Kegiatan ulangan
dan evaluasi 33.880.000 220.000,00
Kegiatan ujian
nasional 58.500.000 379.870,10
Operasional rutin 6.586.862 42.771,83
Kegiatan kunjungan 7.560.000 49.090,91
Penyusutan
laboratorium 29.958.750 194.537,30
Penyusutan kelas 79.659.375 517.268,70
Total 309.853.497 2.012.035,3
Sumber: Data yang Diolah
2. Pembebanan biaya pada jurusan Administrasi Perkantoran Tabel 4.25
Pembebanan biaya pada jurusan Administrasi Perkantoran Biaya aktivitas Activity
rate
Cost driver
Biaya dibebankan ke jurusan
Biaya
dibebankan ke seorang siswa Pemakaian listrik 1.532 1.462,84 2.241.071 17.646,23 Pemakaian internet 1.230 2.340 2.878.200 22.662,99
Penggunaan telepon 272 5.173 1.407.056 11.079,18
Pemeliharaan 53.750,5 324 17.415.162 13.7127,30
Gaji pegawai 16.748.305 131.876,40
Pengadaan
perlengkapan 22.160.115 174.489,10
Kegiatan
pembelajaran 3.347.595 26.359,02
Kegiatan
ekstrakurikuler 12.044.160 94.835,91
Kegiatan ulangan
dan evaluasi 27.940.000 220.000,00
Kegiatan ujian
nasional 33.300.000 262.204,70
Operasional rutin 5.389.251 42.435,05
Kegiatan kunjungan 10.260.000 80.787,40
Penyusutan
laboratorium 12.237.500 96.358,27
Penyusutan kelas 63.727.500 501.791,30
Total 231.095.915 1.819.653
Sumber: Data yang Diolah
3. Pembebanan biaya pada jurusan Busana Butik Tabel 4.26
Pembebanan biaya pada jurusan Busana Butik Biaya aktivitas Activity
rate
Cost driver
Biaya dibebankan ke
jurusan
Biaya dibebankan
ke seorang siswa
Pemakaian listrik 1.532 531,24 813.860 10.173,3
Pemakaian internet 1.230 1.580 1.943.400 24.292,5
Penggunaan telepon 272 1.150 312.800 3.910,0
Pemeliharaan 53.750,5 243 13.061.371,5 163.267,1
Gaji pegawai 10.545.229 131.815,4
Pengadaan
perlengkapan 13.952.665 174.408,3
Kegiatan
pembelajaran 2.107.745 26.346,8
Kegiatan
ekstrakurikuler 7.583.360 94.792,0
Kegiatan ulangan
dan evaluasi 17.600.000 220.000,0
Kegiatan ujian
nasional 25.200.000 315.000,0
Operasional rutin 3.393.232 42.415,4
Kegiatan kunjungan 5.220.000 65.250,0
Penyusutan
laboratorium 33.887.500 423.593,8
Penyusutan kelas 47.795.625 597.445,3
Total 183.416.787,5 2.292.709,5
Sumber: Data yang Diolah
4. Pembebanan biaya pada jurusan Rekayasa Perangkat lunak Tabel 4.27
Pembebanan biaya pada jurusan Rekayasa Perangkat lunak Biaya aktivitas Activity
rate
Cost driver
Biaya dibebankan ke jurusan
Biaya
dibebankan ke seorang siswa Pemakaian listrik 1.532 2.922,48 4.477.239 40.702,17 Pemakaian internet 1.230 5.100 6.273.000 57.027,27
Penggunaan telepon 272 1.150 312.800 2.843,64
Pemeliharaan 53.750,5 324 17.415.162 158.319,70
Gaji pegawai 14.267.075 129.700,70
Pengadaan
perlengkapan 18.877.135 171.610,30
Kegiatan
pembelajaran 2.851.655 25.924,14
Kegiatan
ekstrakurikuler 10.259.840 93.271,27
Kegiatan ulangan
dan evaluasi 24.200.000 220.000,00
Kegiatan ujian
nasional 45.900.000 417.272,70
Operasional rutin 4.590.843 41.734,94
Kegiatan kunjungan 5.040.000 45.818,18
Penyusutan
laboratorium 29.991.250 272.647,70
Penyusutan kelas 63.727.500 579.340,90
Total 248.183.499 2.256.214
Sumber: Data yang Diolah
Tarif SPP untuk per bulan pada tahun ajaran 2012/2013 masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28
Tarif SPP activity based costing
Jurusan SPP setahun SPP per bulan
Akuntansi 2.012.035,3 167.313,7
Administrasi
perkantoran 1.819.653 151.638,0
Busana butik 2.292.709,5 191.059,1
Rekayasa perangkat
lunak 2.256.214 188.017,8
Sumber: Data yang Diolah
4.4 Perbandingan Tarif SPP yang Ditetapkan oleh SMK YPPM Boja dan Tarif SPP yang ditetapkan menggunakan Activity Based Costing
Perbandingan tarif SPP yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah SMK YPPM Boja dan tarif SPP yang ditetapkan dengan menggunakan activity based costing adalah sebagai berikut:
Tabel 4.29
Perbandingan tarif SPP SMK YPPM BOJA dan ABC
Jurusan SPP SMK
YPPM Boja
SPP ABC
System Selisih Keterangan
Akuntansi 100.000 167.313,7 67669,6 Lebih
Administrasi
perkantoran 100.000 151.638,0 51.638,0 Lebih
Busana butik 100.000 191.059,1 91.059,1 Lebih
Rekayasa perangkat
lunak 100.000 188.017,8 88.017,8 Lebih
Sumber: Data yang Diolah
Dari tabel 4.28 tersebut dapat diketahui bahwa tarif SPP yang ditentukan dengan menggunakan activity based costing menghasilkan tarif SPP yang lebih tinggi untuk masing-masing jurusan. Selisih lebih bagi masing-masing jurusan Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Busana Butik, dan Rekayasa Perangkat Lunak adalah sebesar Rp 67.669,6, Rp 51.638 , Rp 91.059,1 dan Rp 88.017,8. Selisih tersebut dikarenakan dalam perhitungan
tarif SPP activity based costing seluruh biaya yang dikeluarkan oleh sekolah diperhitungkan dan dibebankan ke SPP sesuai dengan pemakaian aktivitasnya, sedangkan tarif SPP yang ditetapkan oleh SMK YPPM BOJA, tidak semua biaya dimasukkan kedalamnya, dan siswa masih membayar biaya-biaya lain, seperti biaya ulangan dan evaluasi, biaya ujian nasional, dan biaya kunjungan, serta SPI.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keseluruhan dana yang harus dibayarkan oleh orang tua siswa ke SMK YPPM BOJA setiap bulannya untuk jurusan Akuntansi adalah sebesar Rp 165.313,7. Sedangkan SPP yang dibayarkan oleh orang tua siswa tiap bulan ke SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp 100.000.
2. Keseluruhan dana yang harus dibayarkan oleh orang tua siswa ke SMK YPPM BOJA setiap bulannya untuk jurusan Administrasi Perkantoran adalah sebesar Rp 151.638. Sedangkan SPP yang dibayarkan oleh orang tua siswa tiap bulan ke SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp 100.000.
3. Keseluruhan dana yang harus dibayarkan oleh orang tua siswa ke SMK YPPM BOJA setiap bulannya untuk jurusan Busana Butik adalah sebesar Rp 195.594,4. Sedangkan SPP yang dibayarkan oleh orang tua siswa tiap bulan ke SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp 100.000.
4. Keseluruhan dana yang harus dibayarkan oleh orang tua siswa ke SMK YPPM BOJA setiap bulannya untuk jurusan Rekayasa Perangkat Lunak adalah sebesar Rp 188.017,8. Sedangkan SPP yang dibayarkan oleh orang tua siswa tiap bulan ke SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp 100.000.
5. Metode activity based costing memberikan hasil perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan SPP yang dibayarkan oleh orang tua siswa tiap