• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

A. Aspek Geografi Dan Demografi

1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pekalongan memiliki wilayah dengan luas 836,13 Km² yang terbagi menjadi 19 kecamatan, dan terdiri dari 272 desa dan 13 kelurahan. Dari total luas tersebut 30,36% (253,86 Km²) diantaranya berupa tanah basah atau sawah, dan sisanya 69,64% ( 582,27 Km²) merupakan tanah kering. Kabupaten Pekalongan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan di sebelah timur, dengan Kabupaten Pemalang di sebelah barat, berbatasan langsung dengan laut Jawa dan Kota Pekalongan di sebelah utara, serta dengan Kabupaten Banjarnegara di bagian selatan.

b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Pekalongan mempunyai bentuk yang memanjang dari utara ke selatan. Di bagian utara termasuk wilayah pantura dan merupakan jalur utama di Pulau Jawa. Secara astronomis letak Kabupaten ini berada di antara 6º - 7º 23’ Lintang Selatan dan antara 109º - 109º 78’ Bujur Timur. Karena sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa maka dari 285 desa/kelurahan yang ada, terdapat 6 desa pantai.

c. Topografi

Wilayah Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah dataran rendah di bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan yang termasuk dalam kawasan dataran tinggi Dieng. Kawasan dataran tinggi di kabupaten ini berada pada 1.294 meter dari permukaan laut. Secara topografis, ada 60 desa/kelurahan (20%) berada di kawasan dataran tinggi dan 225 desa/kelurahan (80%) berada di kawasan dataran rendah.

d. Geologi

Dilihat dari jenis tanah, Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi Sembilan (9) kategori yaitu:

a. Latosal Coklat, berada di wilayah Kecamatan Paninggaran, Kandangserang dan Doro

b. Aluvial Kelabu Tua, di wilayah Sragi dan Kedungwuni.

c. Komplex Gromosal Mediteran di wilayah Kecamatan Kandangserang.

d. As Alatosal Coklat, di Kecamatan Paninggaran, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni.

e. As Aluvial Kelabu, di kawasan wilayah Sragi, Bojong, Kajen, Kesesi, Buaran, Tirto, dan Wiradesa.

f. As Aluvial Coklat, berada di Kecamatan Sragi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni, Buaran, dan Tirto.

g. Aluvial Hidromorf, antara lain di wilayah Kecamatan Sragi, Wiradesa, dan Tirto.

h. Komplex Latosal merah kekuning-kuningan dan Latosal Coklat kemerahan di wilayah Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, dan Petungkriyono. i. As Adrosal Coklat di wilayah Kandangserang.

e. Hidrologi

Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Pekalongan dapat digambarkan sebagai berikut:

(2)

Sumber air permukaan di Kabupaten Pekalongan adalah sungai-sungai yang termasuk dalam DAS Comal (sub DAS Genteng), DAS Sengkarang, DAS Kupang dan DAS Sragi.

2) Mata Air

Mata air di Kabupaten Pekalongan terletak di beberapa kecamatan, sebagai berikut :

a) Kecamatan Kandangserang, terdiri dari mata air: Wedang Atas, Wedang Bawah, Rancah, Longsong, Watesan, Poh, Sumurup l, Sumurup ll, Bubakan dan Seruni;

b) Kecamatan Doro, yaitu mata air Rogoselo;

c) Kecamatan Kesesi, terdiri dari mata air Mejarum dan Gersali;

d) Kecamatan Karanganyar, terdiri dari mata air Pedawang, Paseh/Beluk/Soga, Ontobogo dan Sido Sukmo;

e) Kecamatan Kajen, yaitu mata air Banyu Mudal; dan

f) Kecamatan Bojong, terdiri dari mata air Sendang, Sumur Watu, Pancuran, Santen dan Grugak.

3) Air Tanah

Kabupaten Pekalongan memiliki cadangan air tanah yang berada di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah Pekalongan-Pemalang yang terdapat di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

f. Klimatologi

Kondisi iklim dan cuaca di wilayah Kabupaten Pekalongan menurut data daerah dalam angka tahun 2009 yaitu curah hujan mencapai 2.415 mm, dengan rata-rata hari hujan adalah 147 hari. Sedangkan wilayah yang mempunyai curah hujan tertinggi adalah Kecamatan Lebakbarang dengan curah hujan sebesar 6.246 mm. Rata-rata hari hujan terbanyak juga berada di wilayah ini, yaitu sebesar 321 hari.

2. Potensi Pengembangan Wilayah a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Pekalongan terbagi atas : 1) Kawasan Hutan lindung

Kawasan yang termasuk disini adalah kawasan hutan lindung yang dikelola negara. Kawasan hutan lindung ini terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang dan Kecamatan Petungkriyono dengan luasan kurang lebih 1.932 ha (seribu sembilan ratus tiga puluh dua hektar).

2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Adalah wilayah/kawasan resapan air. Kawasan Resapan air Kabupaten Pekalongan memiliki luas kurang lebih 28.494 ha (dua puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh empat hektar) yang tersebar di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

3) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan setempat terdiri atas kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan RTH Perkotaan.

a) Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan ini meliputi sungai-sugai yang termasuk dalam DAS Comal (sub DAS Genteng), DAS Sengkarang, DAS Kupang dan DAS Sragi. b) Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, dan Kecamatan Tirto

(3)

dengan jarak 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

c) Kawasan sekitar mata air

Kawasan sekitar mata air merupakan kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter yang tersebar di Kecamatan Kandangserang (10 mata air), Kecamatan Doro (1 mata air), Kecamatan Kesesi (2 mata air), Kecamatan Karanganyar (4 mata air) Kecamatan Kajen (1 mata air) dan Kecamatan Bojong (5 mata air). d) RTH Perkotaan

RTH Perkotaan meliputi:

 luas seluruh RTH Perkotaan kurang lebih 9.897,16 ha (sembilan ribu delapan ratus sembilan puluh tujuh koma enambelas hektar), minimal 57,42 % (lima puluh tujuh koma empat dua persen) dari rencana luas perkotaan sebesar kurang lebih 17.236,11 ha (tujuh belas ribu dua ratus tiga puluh enam koma satu satu hektar) yang terletak di Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Buaran, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong Kecamatan Doro, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wonokerto;  jalur hijau;

 lahan-lahan berupa taman;

 lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum; dan

 tempat pemakaman. 4) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya meliputi: a) Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau terletak di kawasan pantai, yaitu Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto seluas kurang lebih 600 ha (enam ratus hektar).

b) Cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Termasuk dalam kawasan ini yaitu hutan wisata Linggoasri, Kecamatan Kajen serta situs purbakala di Kecamatan Kesesi dan Kecamatan Petungkriyono seluas kurang lebih 880 Ha.

5) Kawasan Rawan Bencana

a) Kawasan Rawan Longsor, yaitu terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Doro.

b) Kawasan Rawan Banjir, terletak di wilayah Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Buaran, Kecamatan Karangdadap dan Kecamatan Wonopringgo.

c) Kawasan Rawan Abrasi dan Gelombang Pasang, antara lain wilayah Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Siwalan. d) Kawasan Rawan Kekeringan, yaitu daerah Kecamatan Siwalan,

Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun.

6) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah Pekalongan-Pemalang yang terdapat di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

(4)

7) Kawasan Lindung Lainnya

Adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menciptakan jenis tumbuhan maupun hewan dan jasad renik. Kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang, dan Kandangserang.

b. Kawasan Budidaya

Adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, yang termasuk dalam kawasan budidaya ini yaitu : kawasan peruntukan hutan produksi; kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; kawasan peruntukan hutan rakyat; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; dan kawasan peruntukan lainnya.

1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas memiliki luasan kurang lebih 25.361 Ha, terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Kajen.

2) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan produksi tetap. Kawasan ini mempunyai luasan sekitar 1.200 Ha, yang meliputi wilayah-wilayah yang ada di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Kesesi, dan Kecamatan Bojong.

3) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud adalah yang memiliki luasan sebesar kurang lebih 2.280 Ha dan terdapat di : Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Bojong, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Buaran, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto.

4) Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian terbagi atas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Kawasan peruntukan pertanian lahan sawah sebesar 24.749,37 ha dan luas peruntukan pertanian pangan berkelanjutan sebesar 24.195 ha. Sedangkan Kawasan peruntukan pertanian lahan holtikultura sebesar 18.640 ha.

5) Kawasan Peruntukan Perikanan

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

a) Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto. Sedangkan kawasan perikanan tangkap di perairan umum, terletak di semua sungai yang mengalir di Kabupaten Pekalongan.

b) Kawasan perikanan budidaya dibagi menjadi budidaya air tawar di kolam dan embung dengan total luasan 408,48 dan budidaya ikan air payau dikonsentrasikan di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto seluas kurang lebih 645 Ha.

(5)

c) Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dibagi atas sentra pengolahan di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto, dan Sentra Pemasaran di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa.

d) Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana perikanan, yang terdiri atas:

 Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang tersebar di seluruh kecamatan;  Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Karanganyar di

Kecamatan Karanganyar;

 Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Jambean di Desa Jambean, Kecamatan Wonokerto dan Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto;

 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Wonokerto di Desa Wonokerto Kulon, Kecamatan Wonokerto; dan

 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Api-Api di Desa Api-Api, Kecamatan Wonokerto.

6) Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan yaitu mineral logam, batuan, dan mineral bukan logam, panas bumi, serta minyak dan gas bumi. Penyebarannya meliputi:

a) Pertambangan mineral logam di wilayah Kecamatan Lebakbarang, Doro, Petungkriyono, Kandangserang dan Paninggaran.

b) Pertambangan batuan dan mineral bukan logam tersebar di beberapa wilayah seperti Desa Lambur, Desa Klesem dan Desa Bodas di Kecamatan Kandangserang berupa andesit, batu gamping, diorit, serta kalsit di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kandangserang; Desa Windurojo, Kecamatan Kesesi berupa andesit, diorit dan tanah urug; Desa Pododadi di Kecamatan Karanganyar berupa andesit, lempung/tanah liat dan tanah urug; Desa Randusari di Kecamatan Doro berupa andesit, kaolin serta lempung/tanah liat di Desa Larikan dan Desa Kolimojosari di Kecamatan Doro; Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang berupa andesit; Desa Paninggaran, Kecamatan Paninggaran berupa oker serta Desa Domiyang dan Desa Tenogo, Kecamatan Paninggaran berupa trass; Desa Mulyorejo, Desa Sidosari, Desa Krandon, Desa Watupayung dan Desa Kwasen, Kecamatan Kesesi berupa lempung/tanah liat; Desa Wangandowo dan Desa Kalipancur, Kecamatan Bojong berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; Desa Kalirejo, Kecamatan Talun berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; dan Desa Langkap, Kecamatan Kedungwuni berupa lempung/tanah liat. c) Pertambangan panas bumi berada di wilayah Kecamatan Lebakbarang

dan Petungkriono.

d) Sedangakan pertambangan minyak dan gas bumi terletak di wilayah kerja migas di Kabupaten Pekalongan.

7) Kawasan Peruntukan Industri

Rencana pengembangan industri di Kabupaten Pekalongan, yaitu:

a) kawasan industri besar terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonokerto

b) kawasan industri menengah terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Buaran, Kecamatan Bojong, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Wonopringgo

c) kawasan industri kecil dan mikro terdapat di sentra-sentra industri di seluruh kecamatan.

8) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan yang dikonsentrasikan untuk pariwisata di Kabupaten Pekalongan terbagi atas:

(6)

a) Kawasan wisata alam terdapat di :

 Pantai Depok di Desa Depok, Kecamatan Siwalan;

 kawasan hutan wisata Linggoasri di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen;

 Kabalong (Karanggondang, Limbangan, Lolong) di Kecamatan Karanganyar;

 Pantai Wonokerto di Kecamatan Wonokerto; dan

 wisata air Kali Pencongan di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto (sepanjang 5 km aliran Sungai Sengkarang).

b) Kawasan wisata buatan/rekreasi terdapat di :

 kolam renang Langkap Indah di Kecamatan Kedungwuni;

 kolam renang Banyu Biru di Kecamatan Wiradesa;

 kolam renang Kulu Asri di Kecamatan Karanganyar;

 kolam renang Tirta Alam di Kecamatan Karanganyar; dan

 kolam renang Prima Graha Wisata di Kecamatan Karanganyar. c) Kawasan wisata belanja terdapat di :

 Kampung Batik di Desa Kemplong, Desa Kepatihan, Desa Gumawang dan Desa Kauman di Kecamatan Wiradesa;

 Pasar Grosir Pantura di Kecamatan Wiradesa;

 International Batik Centre di Kecamatan Wiradesa;

 Sentra alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan di Kecamatan Buaran;

 Sentra kerajinan tempurung kelapa di Kecamatan Wonopringgo; dan

 Sentra bordir di Kecamatan Kedungwuni.

d) Kawasan ekowisata terdapat di Desa Gumelem, Desa Kayupuring, Desa Yosorejo dan Desa Curugmuncar, Kecamatan Petungkriyono.

e) Kawasan wisata budaya meliputi :

 Seni kuntulan, terdapat di seluruh kecamatan;

 Sintren, terdapat di seluruh kecamatan;

 Seni rebana, terdapat di seluruh kecamatan;

 Kuda kepang, terdapat di seluruh kecamatan; dan

 Seni ketoprak, terdapat di seluruh kecamatan. f) Kawasan wisata religius terdapat di :

 Makam Siti Ambaryah di Desa Bukur, Kecamatan Bojong;

 Makam Ki Ageng Rogoselo di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro;

 Makam Atas Angin di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro;

 Makam Mbah Gendhon di Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi;

 Makam Mbah Faqih di Desa Kauman, Kecamatan Wiradesa;

 Makam Syekh Siti Jenar di Desa Lemahabang, Kecamatan Doro;

 Makam Habib Abdurrahman di Desa Lolong, Kecamatan Karanganyar;

 Makam Syekh Abu Bakar Bin Toha Bin Yahya di Desa Kayugeritan, Kecamatan Karanganyar;

 Masjid Wonoyoso di Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran;

 Benda cagar budaya lingga yoni di Desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono; dan

 Makam Wali Tanduran di Kecamatan Paninggaran. 9) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan Permukiman dibagi atas kawasan perdesaan dan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. Sedangkan Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan

(7)

pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi: penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang kota.

10)Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya ini diperuntukan bagi rencana pengembangan kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan yang merupakan kewenangan pemerintahsesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berupa:

 Batalyon Infanteri 407/Padma Kusuma Kompi Senapan - C di Kecamatan Wonopringgo

 Komando Distrik Militer (Kodim) di Kecamatan Kajen

 Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh kecamatan  Pos Angkatan Laut (Posal) Wonokerto di Kecamatan Wonokerto  Kepolisian Resort (Polres) Pekalongan di Kecamatan Kajen  Kepolisian Sektor (Polsek) di seluruh kecamatan.

3. Kondisi Demografi

Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan adalah sebesar 838.621 jiwa mengalami peningkatan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada sensus tahun 2000 yaitu 798.922 jiwa. Berdasarkan data BPS pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan sebesar 973.889 jiwa, dengan demikian jumlah penduduk tahun 2010 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009, hal ini dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk tahun 2009 tidak diperoleh dari sensus namun hasil perhitungan prediktif berdasarkan data sensus penduduk sebelumnya (SP 1990 dan SP 2000) dan data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005.

Grafik 2. 1

Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan 2006-2010 (jiwa)

Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Grafik diatas kita pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Persentase penduduk perempuan pada tahun 2010 sebesar 50,23% dan laki-laki sebesar 49,77%. Sex rasio penduduk pada tahun 2010 adalah 99.

Berdasarkan data BPS tahun 2009 distribusi penduduk Kabupaten Pekalongan tidak merata, distribusi penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Kedungwuni (9,6%), kemudian Kecamatan Kesesi (7,94%) dan Kecamatan Bojong

(8)

(7,63%). Sedangkan sebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Lebakbarang dengan persentase sebesar 1,14%. Selain distribusi penduduk, tingkat kepadatan penduduk juga tidak merata. Tahun 2010 menurut hitungan jumlah penduduk hasil sensus, kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan adalah 1.002,54 jiwa per km². Tingkat kepadatan tertinggi berada di wilayah Kecamatan Wiradesa, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Petungkriono.

B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Domestik (PDRB) Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006-2010 mengalami peningkatan. Berdasarkan harga konstan tahun 2000 PDRB pada tahun 2006 sebesar Rp. 2,71 trilyun meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp.3,23 trilyun. Sedangkan PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 sebesar Rp.4,57 triliyun, meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp.6,99 triliyun.

Tabel 2. 1

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

No Lapangan Usaha PDRB (jutaan rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 914.243,43 1.051.610,20 1.193.380,19 1.281.111,66 1.497.434,35 2 Pertambangan dan Penggalian 53.108,61 56.177,83 62.987,37 67.005,40 69.565,01 3 Industri Pengolahan 1.285.506,27 1.406.101,45 1.604.945,23 1.753.695,72 1,941,608,02 4 Listrik, Gas

dan Air Bersih 57.313,58 63.903,41 76.654,90 88.718,90 98.014,90 5 Bangunan 258,318,87 287.445,58 349.402,01 399.146,84 443.000,55 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 878.530,17 969.155,62 1.112.328,75 1.207.587,29 1.346.669,37 7 Pengangkutan dan Komunikasi 197.006,79 218.244,18 241.884,96 244.663,86 277.842,52 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 211.093,39 229.778,72 276.795,77 308.713,40 343.383,51 9 Jasa-jasa 713.349,89 811.878,61 945.967,44 1.085.539,94 1.209.199,31 J U M L A H 4.568.471,00 5.094.295,61 5.864.346,61 6.436.183,01 7.226.717,53

Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Tabel 2. 2

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Pekalongan 2006-2010

No Lapangan Usaha PDRB (jutaan rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 599.481,87 621.845,08 644.614,84 675.343,08 699.703,08 2 Pertambangan dan Penggalian 30.660,35 31.622,71 32.878,30 33.828,85 32.965,19 3 Industri Pengolahan 740.214,60 769.242,63 792.563,25 803.973,24 837.955,07

(9)

No Lapangan Usaha 2006 2007 PDRB (jutaan rupiah) 2008 2009 2010

4 Listrik, Gas

dan Air Bersih 27.123,08 29.528,67 32.886,89 35.121,76 37.167,24 5 Bangunan 151.093,09 161.822,67 177.833,97 194.255,53 202.363,53 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 522.413,23 542.272,26 562.807,43 577.030,99 601.882,22 7 Pengangkutan dan Komunikasi 106.530,19 111.928,87 118.866,32 120.838,71 127.791,58 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 117.861,01 119.665,03 126.210,79 134.449,44 141.124,51 9 Jasa-jasa 414.400,90 446.757,09 481.553,20 523.23,52 549.398,81 Jumlah 2.710.378,32 2.834.685,01 2.970.214,98 3.098.073,12 3.230.351,23

Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 2006-2010 berkisar antara 4,19% - 4,78%, termasuk pertumbuhan ekonomi yang moderat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan dari tahun 2006 – 2010. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,21% menurun pada tahun 2010 menjadi 4,19%. Apabila diperbandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan lebih rendah. Secara rinci perbandingan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006 – 2010 sebagai berikut :

Grafik 2. 2

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan BPS Kabupaten Pekalongan(2006-2010)

Berdasarkan analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006–2010, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi selama waktu perencanaan akan berkisar antara 4,3 – 4,7%. Prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan beberapa perkiraan meningkatnya iklim usaha yang semakin kondusif dan berkembangnya pertumbuhan sektor riil, stabilitas politik nasional semakin baik, menurunnya suku bunga kredit dan menguatnya nilai Rupiah terhadap valuta asing. Disisi lain, berlakunya kebijakan pasar bebas ASEAN (C-AFTA) dapat menjadi pendorong bagi meningkatnya sektor perdagangan skala kecil dan menengah, industri UMKM dan agroindustri di Kabupaten Pekalongan.

(10)

b. Laju Inflasi

Tingkat inflasi di Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai 10,61 % dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 6,54 %. Inflasi di Kabupaten Pekalongan masih dibawah 2 digit, kecuali pada tahun 2008.

Grafik 2. 3

Laju Inflasi di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah 2006-2010 (%)

Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 c. PDRB per Kapita

Pertumbuhan pendapatan per kapita menurut harga berlaku sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 10,62%.

Tabel 2. 3

Perkembangan Pendapatan Perkapita (ADHB) Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

No Tahun Pendapatan Perkapita

Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) 1 2006 4.454.203 10,62 2 2007 4.915.043 10,35 3 2008 5.250.098 6,81 4 2009 5.713.854 8,83 5 2010 6.182.022 8,19 Rata-rata pertumbuhan 8,96

Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Dari tingginya pendapatan per kapita penduduk tersebut dapat digambarkan mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro di Kabupaten Pekalongan.

d. Indeks Gini

Indeks Gini adalah tolok ukur untuk melihat tingkat kesenjangan kemakmuran penduduknya. Kian kecil angkanya, kian baik tingkat pemerataannya. Nilai koefisien Gini dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1 berarti ketidakmerataan sempurna. Berdasarkan data dari BPS Jawa Tengah tahun

(11)

2009, indeks gini di Kabupaten Pekalongan adalah 0,2008. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan indeks gini di beberapa wilayah kabupaten di sekitarnya dan juga Provinsi Jawa Tengah. Indeks gini Kabupaten Pekalongan dibandingkan dengan wilayah sekitarnya secara lengkap adalah sebagai berikut.

Grafik 2. 4

Perbandingan Indeks Gini Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten/Kota di Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

e. Indeks Williamson

Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian adalah ketimpangan/kesenjangan ekonomi antar wilayah. Untuk menghitung kesenjangan ini memakai perhitungan pendapatan per kapita pada masing-masing kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan. Kriteria pengukuran kesenjangan antar wilayah berdasarkan metode Williamson adalah antara 0 – 1. Jika indeks mendekati nol (0) maka tingkat kesenjangan ekonomi antar daerah rendah dan pemerataan telah tercapai, begitu juga sebaliknya jika indeks mendekati satu (1) maka pemerataan belum tercapai di daerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

(12)

Grafik 2. 5

Indeks Williamson di Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009

Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Apabila dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesenjangan di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. f. Persentase Penduduk Miskin.

Salah satu masalah dihadapi dalam pembangunan daerah adalah masalah kemiskinan, yang perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap pemangku kepentingan pembangunan daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan darri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Jika diperbandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, persentase penduduk miskin Kabupaten Pekalongan sejak tahun 2006-2009 selalu lebih rendah, namun berbeda dengan tahun 2010, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin Jawa Tengah. Data penduduk miskin Kabupaten Pekalongan secara lengkap adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 4

Persentase Jumlah Penduduk Miskin

No Tahun Jumlah penduduk

Jumlah penduduk

miskin % Penduduk Miskin Jawa Tengah Jumlah (jiwa) % 1 2006 891.442 170.300 19,10 22,19 2 2007 955.902 190.000 19,88 20,43 3 2008 967.246 170.000 17,58 19,23 4 2009 977.711 164.300 16,80 17,72 5 2010 838.621*) 151.630 18,08 16,11 *) jumlah penduduk berdasarkan hasil SP 2010

Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan dan BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

g. Angka Kriminalitas Yang Tertangani

Jenis kriminalitas yang terjadi di wilayah Kabupaten Pekalongan antara lain pencurian, penipuan, penyalahgunaan narkoba, perjudian, dan lain sebagainya. Angka kriminalitas yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten Pekalongan selama tahun 2010 dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang sebanyak 643 kasus.

(13)

Dari 643 kasus tersebut 77,76% (500 kasus) diantaranya telah tertangani dan terselesaikan oleh kepolisian.

2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat a. Angka Melek Huruf

Jumlah penduduk yang mampu baca tulis (melek huruf) di Kabupaten Pekalongan relative lebih baik dibandingkan dengan angka melek huruf penduduk di kabupaten sekitarnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah di bawah ini menunjukkan perbandingan angka melek huruf di Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten di sekitarnya.

Tabel 2. 5

Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Pekalongan dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2007 – 2009

No. Wilayah Angka Melek Huruf (%)

2007 2008 2009 1. Kabupaten Pekalongan 89,39 89,94 90,60 2. Kabupaten Tegal 88,46 89,09 89,21 3. Kabupaten Pemalang 87,34 87,34 87,75 4. Kabupaten Brebes 84,85 84,85 85,21 Jawa Tengah 88,62 89,24 89,46

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf Kabupaten Pekalongan tertinggi dibandingkan dengan tiga kabupaten lain di sekitarnya.

b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Sedangkan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pekalongan menurut data BPS Provinsi Jawa Tengah dibandingkan dengan Kabupaten lainnya dan juga Provinsi dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.

Grafik 2. 6

Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan

dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2007 – 2009 (th)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

Grafik di atas menunjukkan bahwa angka rata-rata lama sekolah kabupaten Pekalongan berada pada peringkat kedua setelah Kota Pekalongan namun angka tersebut masih sedikit dibawah angka rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Tengah.

(14)

c. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.

Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 % karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, atau berasal dari luar wilayah kabupaten. APK juga digunakan, mengingat masih tingginya siswa berusia lebih tua dari kelompok usia yang semestinya (over-age), sehingga APM di tingkat SD, SLTP dan SMU lebih rendah dibandingkan dengan APK.

Angka Partisipasi Kasar berbagai jenjang pendidikan yang ada di Kabupaten Pekalongan secara rinci adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 6

Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

No Uraian

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1. Angka Partisipasi Kasar

SD/MI 108,45 106,30 103,28 102,57 102,57

2. Angka Partisipasi Kasar

SMP/MTs 85,93 89,93 94,68 99,43 99,43

3. Angka Partisipasi Kasar

SMA/MA dan SMK 36,97 39,81 43,57 61,11 61,13 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Tabel di atas menunjukkan APK SD/MI cenderung menurun selama kurun waktu 2006 – 2010. Sedangkan untuk APK SMP/MTS dan SMA/MA/SMK selama kurun waktu yang sama cenderung meningkat.

d. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai.

Semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu, Nilai ideal APM = 100%. Adapun angka partisipasi murni di Kabupaten Pekalongan untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK secara rinci adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 7

Angka Partsipasi Murni (APM) Di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

(15)

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 1. Angka Partisipasi Murni

SD/MI 97,35 98,24 87,94 86,80 87,26

2. Angka Partisipasi Murni

SMP/MTs 81,42 83,74 72,37 73,15 75,55

3. Angka Partisipasi Murni

SMA/MA dan SMK 26,73 28,78 31,45 40,94 40,95 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Tabel di atas menunjukkan APM SD/MI cenderung menurun selama kurun waktu 2006 – 2010. Sedangkan untuk APM SMP/MTS fluktuatif dan APM SMA/MA/SMK selama kurun waktu yang sama cenderung meningkat.

e. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 dan 2007 angka kelangsungan hidup bayi mencapai 995 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 angkanya meningkat menjadi 996, kemudian turun menjadi 992 pada tahun 2009, dan terakhir tahun 2010 angka kelangsungan hidup bayi per 1.000 kelahiran hidup turun menjadi 989.

f. Angka Usia Harapan Hidup

Sebagai salah satu indikator meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat dari meningkatnya angka usia harapan hidup (UHH). Peningkatan UHH sejak tahun 2007 di Kabupaten Pekalongan belum signifikan dan bahkan menurun pada tahun 2009. UHH penduduk Kabupaten Pekalongan menurut data BPS adalah 68,13 pada tahun 2007, 68,45 pada tahun 2008, dan menjadi 68,73 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebesar 69,01. g. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita yang mengalami gizi buruk mengalami fluktuasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Angka tersebut berada di kisaran antara 2,2% sampai 2,5%. Lebih detailnya angka persentase balita gizi buruk di Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut.

Grafik 2. 7

Grafik Angka Persentase Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

(16)

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 h. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Apabila dilihat dari tingkat rasio penduduk yang bekerja, Kabupaten Pekalongan mempunyai angka yang cukup baik. Jumlah kelompok usia produktif (15-64 tahun) tahun 2010 menurut BPS Kabupaten Pekalongan adalah sebanyak 549.102 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan yang bekerja tahun 2010 adalah 409.524 jiwa. Rumus rasio penduduk yang bekerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja (usia produktif), sehingga diperoleh angka sebesar 0,75.

3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Kebudayaan

Potensi sosial budaya masyarakat Kabupaten Pekalongan yang bersifat majemuk yang dapat menjadi potensi bagi pengembangan keswadayaan dan pengembangan perekonomian rakyat. Sebagian besar penduduk Kabupaten Pekalongan terdiri dari Suku Jawa dan lainnya terdiri dari Keturunan Arab dan Tionghoa. Sebagian besar masyarakat menganut agama Islam, sehingga kultur masyarakat Kabupaten Pekalongan sangat dipengaruhi oleh tradisi masyarakat Jawa dan Agama Islam, seperti pengajian, sholawat, nyadran, sedekah bumi bagi petani dan sedekah laut bagi masyarakat pesisir. Kesenian rebana dan pendidikan pesantren serta tradisi sosial lainnya.

Berdasarkan perincian penduduk berdasarkan pemeluk agama diketahui sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam sebanyak 794.456 orang (99,50%) dan sebagian kecil lainnya penganut Agama Kristen Protestan sebanyak 1.802 orang (0,21%), Katolik sebanyak 1.230 orang (0,16%), Hindu sebanyak 518 orang (0,01%), dan Agama Budha sebanyak 135 orang (0,01%) serta penganut Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebanyak 45 orang. Dukungan sarana peribadatan yang terdapat di Kabupaten Pekalongan sebagian besar tentunya sarana peribadatan bagi pemeluk Agama Islam yaitu Mushola sebanyak 2.064 unit dan Mesjid sebanyak 560 unit yang tersebar di 19 kecamatan. Banyaknya Gereja Kristen sebanyak 10 unit dan Gereja Katolik sebanyak 3 unit. Namun demikian kerukunan hidup dan toleransi antar umat beragama cukup baik, di Kabupaten Pekalongan tidak pernah terjadi konflik antar suku, agama dan antar golongan, sehingga kondisi ini sangat kondusif bagi pembangunan daerah dan pengembangan dunia usaha.

Di Kabupaten Pekalongan pendidikan pesantren memadukan pendidikan keagamaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan cukup menonjol. Pendidikan pesantren banyak diselenggarakan oleh yayasan/lembaga keagamaan dan mendapatkan dukungan/fasilitasi pemerintah Kabupaten Pekalongan. Jumlah

(17)

pesantren tahun 2010 sebanyak 115 unit dengan jumlah Ustad sebanyak 1.280 orang, atau rata-rata setiap unit pesantren diasuh oleh 11 orang Ustad. Banyaknya santri yang belajar di pesantren tahun 2010 diketahui sebanyak 12.607 orang, atau setiap unit pesantren rata-rata mengasuh lebih kurang sebanyak 110 orang santri.

b. Pemuda dan Olahraga

Dari sisi pembangunan kepemudaan, di Kabupaten Pekalongan terdapat banyak wadah organisasi yang bisa dimanfaatkan oleh para pemuda. Organisasi tersebut sifatnya beragam, mulai dari organisasi kepemudaan yang berbasis keagamaan seperti Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Muhamadiyah, IPNU, IPPNU, Fatayat NU, Nasiyatul Aisiyah (NA). Selain itu juga organisasi kepemudaan yang bersifat nasionalis misalnya KNPI, Pemuda Pancasila, Karang Taruna, PKK remaja dan sebagainya. Semua organisasi tersebut tentunya harus mendapatkan pembinaan yang berkelanjutan karena potensi pemuda tersebut bisa dimanfaatkan dalam berbagai proses pembangunan.

Sedangkan pembinaan bidang olahraga belum menunujukan prestasi yang optimal, untuk mencapai prestasi yang optimal harus dibutuhkan kinerja yang keras membina atlet sejak dini dan membina klub-klub olahraga secara berkesinambungan dan kerjasama dengan dinas terkait dan pihak lain yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi olahraga Kabupaten Pekalongan yang lebih optimal.

C. Aspek Pelayanan Umum 1. Pelayanan Urusan Wajib

a.

Pendidikan

Pendidikan merupakan urusan strategis di Kabupaten Pekalongan untuk menciptakan insan yang cerdas, berkualitas dan berbudipekerti luhur. Dengan demikian urusan pendidikan harus memperoleh perhatian yang cukup dari pemerintah kabupaten. Pemerintah Kabupaten Pekalongan memiliki kewajiban meningkatkan kualitas pendidikan di wilayahnya serta meningkatkan pelayanan pendidikan ke semua kelompok masyarakat dan ke seluruh pelosok wilayah. Pembangunan pendidikan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional memiliki 5 aspek yang disebut dengan 5K. Aspek tersebut adalah Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan, dan Keterjaminan. Pelayanan tersebut mencakup semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Secara umum gambaran kondisi pendidikan Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut:

1) Gambaran Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK)

a) Ketersediaan

Jumlah TK di Kabupaten Pekalongan cukup besar. Pada tahun 2009 Jumlah TK /RA di Kabupaten Pekalongan sebesar 391 unit dengan perincian 388 TK/RA swasta dan 3 TK negeri. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebanyak 386 unit. Jumlah guru TK/RA pada tahun 2010 sebesar 1.488 orang, jumlah guru tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah guru TK pada tahun 2009 sebesar 1.343 orang. Secara lebih rinci jumlah TK, murid dan guru terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 8

Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK) dan RA di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2009

(18)

TK

(unit) (unit) kelas (orang) (%) (orang) (%) Guru: Murid

1 2006 333 634 16.972 1.259 1: 13,48

2 2007 348 724 18.064 9,83 1.366 8,50 1: 12,86 3 2008 360 713 18.693 5,78 1.384 1,32 1: 13,60 4 2009 368 795 20.704 12,82 1.343 -2,96 1: 16,12 5 2010 385 812 20.444 -1,26 1.488 10,80 1: 13,74

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah TK di Kabupaten cenderung meningkat. Pada tahun 2006 jumlah TK sebanyak 333 unit meningkat pada tahun 2010 menjadi 385 unit. Sedangkan jumlah murid TK juga cenderung meningkat dari 16.972 murid tahun 2006 menjadi 20.444 pada tahun 2010. Jumlah guru TK juga mengalami peningkatan dari 1.259 orang pada tahun 2006 menjadi 1.488 orang. Demikian juga untuk rasio guru terhadap murid juga cenderung mengalami peningkatan dari 1:13,48 pada tahun 2006 menjadi 13,74 pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan sarana dan prasarana TK termasuk guru di Kabupaten Pekalongan semakin baik.

b) Keterjangkauan

Angka Partisipasi Kasar PAUD dan TK di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebesar 16,89%. Kondisi ini lebih besar dibandingkan tahun 2009 sebesar 14,67%. Selama kurun waktu 2006 – 2010 APK PAUD cenderung meningkat. Perkembangan APK PAUD/TK terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 9

APK PAUD/TK pada tahun 2006 - 2010 Tahun

APK PAUD

Total Laki-laki Perempuan

2006 0,43 0,44 0,42

2007 1,33 1,33 1,32

2008 2,17 2,66 1.66

2009 15,77 16,67 14,67

2010 17,54 18,89 16,89

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 c) Kualitas

Kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan PAUD dan TK diukur melalui jumlah guru layak mengajar dan persentase guru layak mengajar. Guru TK yang layak mengajar di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebesar 7,39%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 6,64%. Sedangkan Jumlah Guru PAUD layak mengajar pada tahun 2010 sebesar 77,81% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 70,31%. Perkembangan guru layak mengajar TK/RA dan PAUD terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 10

Jumlah Guru Layak Mengajar Jenjang Pendidikan TK/RA dan PAUD Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010

(19)

Tahun Jumlah Guru TK/RA Layak Mengajar Jumlah Guru PAUD Formal Jumlah Guru PAUD Formal Layak Mengajar

Total L P Total L P Total L P

2006 44 (3,84%) 6 (20,00%) 38 (3,41%) 24 3 21 24 (100%) 3 (100%) 21 (100%) 2007 63 (5.29%) 9 (28,13%) 54 (4,66%) 82 4 78 82 (100%) 4 (100%) 78 (100%) 2008 (5.33%) 70 (27,03%) 10 (4,70%) 60 122 6 116 122 (100%) (100%) 6 116 (100%) 2009 (6.64%) 92 (27,50%) 11 (6,02%) 81 916 11 905 (70,31%) 644 (6,02%) 11 (69,94%) 633 2010 (7.39%) 110 (34,88%) 15 (6,57%) 95 1,226 12 1,214 (77.81%) 954 (100%) 12 (77,59%) 942

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 2) Gambaran Pelayanan Pendidikan Dasar 9 Tahun

a) Ketersediaan a.1. Jumlah SD/MI

Jumlah SD/MI di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu 2006 – 2010 cenderung meningkat. Gambaran perkembangan jumlah SD/MI selama kurun waktu 2006 – 2010 terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 11

Jumlah SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010 No Tahun Jumlah SD (unit) % pertumbuhan

1 2006 638

2 2007 643 0,78 %

3 2008 643 0,00 %

4 2009 644 0,00 %

5 2010 647 0,15 %

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 a.2. Jumlah Guru dan Murid SD/MI

Jumlah murid SD/MI selama kurun waktu 2006 – 2010 menurun. Jumlah Murid SD/MI di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebesar 107.809 orang lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 110.010 orang. Sedangkan jumlah guru SD/MI cenderung meningkat. Jumlah guru SD/MI pada tahun 2010 sebesar 6.780 orang. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009. Gambaran Jumlah Murid dan Guru SD/MI serta rasio guru terhadap murid terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 12

Jumlah Murid dan Guru SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010

No Tahun (orang) Murid r (%) (orang) Guru r % Guru: Rasio Murid 1 2006 125.566 5.729 1: 22 2 2007 115.213 -8,25 5.959 4,01 1: 21 3 2008 113.068 -1,86 6.199 4,03 1: 19 4 2009 110.010 -2,70 6.572 6,02 1: 17 5 2010 107.809 -2,00 6.780 3,16 1: 16

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 a.3. Kondisi Ruang kelas SD/MI

Kondisi ruang kelas SD/MI pada tahun 2006 – 2010 untuk ruang kelas dalam kondisi baik, mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 ruang kelas

(20)

dalam kondisi baik sebesar 65,50% meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 56,94%. Gambaran kondisi ruang kelas terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 13

Perkembangan Kondisi Ruang Kelas SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

Persentase ruang kelas SD/MI dalam

kondisi baik 47,59 51,69 48,41 56,94 65,50

Persentase ruang kelas SD/MI dalam

kondisi rusak ringan 27,39 25,05 25,65 20,39 19,61

Persentase ruang kelas SD/MI dalam

kondisi rusak berat 25,02 23,26 25,94 22,67 14,89

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 a.4. Jumlah SMP/MTs

Jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan sebanyak 110 unit dengan jumlah murid sebanyak 40.759 orang.

Tabel 2. 14

Jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010 No Tahun SMP/MTs Jumlah (unit) Jumlah kelas (unit) Murid

(orang) (%) r (orang) Guru (%) r Guru: Rasio Murid 1 2006 89 666 27.037 2.023 1: 13,48 2 2007 93 707 28.373 4,94 2.144 5,98 1: 12,86 3 2008 103 802 29.618 4,39 2.252 5,04 1: 13,60 4 2009 108 848 30.534 3,09 2.374 5,42 1: 16,12 5 2010 110 856 40.759 33,49 2.428 2,27 1: 16,78

Sumber: BPS kabupaten Pekalongan tahun 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sekolah dan jumlah murid serta jumlah guru pada jenjang pendidikan SMP selama kurun waktu tahun 2006 – 2010 mengalami peningkatan. Rasio sekolah terhadap murid pada tahun 2010 sebesar 1:370,54 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 1: 277,58, kondisi ini menunjukkan bahwa daya tampung sekolah meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk usia sekolah SMP yang masuk ke jenjang pendidikan SMP/MTs. Apabila dilihat rasio kelas terhadap murid terlihat bahwa pada tahun 2010 sebesar 1: 36,01, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 1: 36,93, kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah siswa per kelas sudah sesuai dengan Standar pelayanan Minimal Bidang Pendidikan yaitu 36 siswa per kelas.

b) Keterjangkauan

Keterjangkauan diukur melalui indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka putus Sekolah (APS), Angka melanjutkan (AM). Kondisi tingkat keterjangkauan pendidikan jenjang pendidikan dasar terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 15

Gambaran Capaian APK, APM, APS, Angka Melanjutkan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010

(21)

NO URAIAN Tahun (%)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Angka Partisipasi Kasar (APK) a. SD/MI 108,45 106,30 103,28 102,57 102,57 Laki-laki 112,46 109,62 108,34 105,40 104,34 Perempuan 104,46 106,37 103,21 99,78 98,90 b. SMP/MTs 85,93 89,93 94,68 99,43 99,43 Laki-laki 72,35 74,66 78,52 79,14 83,93 Perempuan 80,96 85,05 87,31 87,95 93,93

2 Angka Partisipasi Murni (APM) a. SD/MI 97,35 98,24 87,94 86,80 87,26 Laki-laki 100,06 98,81 100,62 90,35 89,12 Perempuan 92,94 95,88 95,86 85,53 84,48 b. SMP/MTs 81,42 83,74 72,37 73,15 75,55 Laki-laki 73,82 76,12 79,30 68,55 69,04 Perempuan 82,60 86,72 88,18 76,19 77,26

3 Angka Putus Sekolah

a. SD/MI 0,6 0, 7 0, 6 0,5 0, 4 Laki-laki 0,86 0,82 0,99 0,77 0,42 Perempuan 0,45 0,36 0,58 0,40 0,21 b. SMP/MTs 1,90 1,80 1,50 1,40 1,20 Laki-laki 2,20 2,76 2,49 2,05 2,00 Perempuan 1,36 1,32 1,16 1,00 0,85

4 Angka Melanjutkan dari

SD/MI ke SMP/MTs 71,50 80,49 80,68 93,76 80,41

Laki-laki 70,84 74,48 79,36 79,91 85,87

Perempuan 72,06 76,31 78,47 82,08 87,40

5 Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke

SMA/SMK/MA

52,38 58,68 68,28 83,90 74,41

Laki-laki 52,29 64,55 71,80 76,69 77,02

Perempuan 44,65 54,37 58,24 67,38 65,39

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa APK SD/MI cenderung mengalami penurunan dan APK SMP/MTs menunjukkan kecenderungan meningkat. Sementara itu, APM SD/MI dan SMP/MTs cenderung mengalami penurunan. Sedangkan angka melanjutkan baik dari SD/MI ke SMP/MTs, maupun dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK mengalami penurunan pada tahun 2010. Rendahnya angka melanjutkan bukan berarti banyak lulusan SD atau SMP yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, namun banyak lulusan SD ataupun SMP yang melanjutkan sekolah ke Kabupaten atau Kota lain seperti ke Batang, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang. Sehingga angka melanjutnya tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai gambaran kondisi yang sesungguhnya.

Gambaran kondisi ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi baik dari tahun 2006 – 2010 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 83,27% mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 77,82% dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 82,14%, secara lengkap terlihat pada tabel berikut:

(22)

Tabel 2. 16

Perkembangan Kondisi Ruang Kelas SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010

No. Uraian 2006 2007 Tahun 2008 2009 2010

1 Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi baik 83,24 89,72 77,82 81,39 82,14 2 Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi rusak ringan 13,38 8,29 14,82 14,91 14,96 3 Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi rusak berat 3,37 1,99 7,36 3,70 2,90

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 c) Kualitas

Gambaran kualitas pendidikan dasar 9 tahun terlihat dari Angka kelulusan, dan jumlah guru layak mengajar. Gambaran capaian angka kelulusan dan jumlah yang memenuhi kualifikasi serta rata-rata nilai UASBN dan UN terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 17

Perkembangan Angka Kelulusan, Guru Berkualifikasi dan Nilai rata-rata UASBN dan UN Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs

Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010

NO URAIAN 2006 2007 Capaian Kinerja 2008 2009 2010

1 Angka Kelulusan (%) a. SD/MI 100,00 99,71 99,85 99,89 99,90 Laki-laki 100,00 99,28 99,79 99,72 96,66 Perempuan 100,00 99,73 99,11 99,91 95,98 b. SMP/MTs 97,57 81,57 84,29 84,21 87,14 Laki-laki 97,32 80,44 84,84 83,12 85,56 Perempuan 98,48 82,59 85,88 85,96 88,04

2 Guru Yang memenuhi

kualifikasi S1/D-IV (%) 58,00 63,00 67,53 72,65 78,28 a. SD/MI 15,74 17,35 17,47 19,81 24,58 Laki-laki 17,45 19,07 19,18 20,73 25,21 Perempuan 14,03 15,62 15,76 18,90 23,95 b. SMP/MTs 76,27 76,92 79,23 82,32 86,22 Laki-laki 76,30 76,88 71,88 76,16 81,25 Perempuan 76,24 76,95 86,58 88,48 91,19 3 Guru bersertifikasi (%) SD/MI 0,82 4,92 8,31 13,28 19,00 SMP/MTs 1,09 5,69 18,69 24,22 29,70

4 Pencapaian Nilai Rata-rata UASBN dan UN

a. Pencapaian Nilai

Rata-rata UASBN SD/MI 6,53 6,88 6,86 6,74 6,78

b. Pencapaian Nilai

Rata-rata UN SMP/MTs 6,63 6,68 6,23 6,34 6,36

(23)

d) Kesetaraan

Pada pendidikan dasar kesetaraan gender dalam APK SD/MI cenderung meningkat mulai dari kondisi timpang pada tahun 2006 menjadi setara pada tahun 2010. Sedangkan Indeks Paritas Gender pada angka partisipasi Kasar SMP/MTs, angka putus sekolah dan guru layak mengajar menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender. Pada partisipasi penduduk usia SMP untuk menempuh studi di jenjang pendidikan SMP/MTs, keterlibatan penduduk perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Sedangkan guru layak mengajar untuk jenjang pendidikan SD/MI dan angka putus sekolah penduduk laki-laki lebih dominan dibandingkan penduduk perempuan.

Tabel 2. 18

Indeks Paritas Gender APK, APM, APS, Angka Kelulusan dan Guru Layak Mengajar Pada Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan

Tahun 2006 - 2010

NO URAIAN Indeks Paritas Gender (%)

2006 2007 2008 2009 2010 1 Partisipasi Sekolah APK SD/MI 92,89 97,04 95,26 94,67 94,79 APM SD/MI 92,88 97,03 95,27 94,67 94,79 APK SMP/MTs 111,90 113,92 111,19 111,13 111,91 APM SMP/MTS 111,89 113,93 111,20 111,15 111,91 2 Angka Putus Sekolah

SD/MI 51,86 43,92 58,53 52,38 50,58 SMP/MTs 61,62 47,70 46,66 48,75 42,70 3 Angka Kelulusan SD/MI 100,00 100,46 99,32 100,19 99,30 SMP/MTs 101,19 102,67 101,23 103,42 102,91 4 Guru Layak Mengajar SD/MI 80,37 81,91 82,16 91,20 95,03 SMP/MTs 99,92 100,10 120,46 116,18 112,23

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 (diolah) e) Keterjaminan

Keterjaminan pelayanan pendidikan diukur melalui jumlah sekolah yang terakreditasi. Jumlah SD/MI dan SMP/MTs yang terakreditasi terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 19

Jumlah SD/MI, SMP/MTs Terakreditasi Tahun 2007 - 2010

No Uraian 2007 2008 Tahun 2009 2010

1 Jumlah SD/MI terakreditasi A 39 42 49 49 2 Jumlah SD/MI terakreditasi B 329 432 468 482 3 Jumlah SD/MI terakreditasi C 74 99 91 92

4 Jumlah SD/MI belum terakreditasi 24

5 Jumlah SMP/MTs terakreditasi A 2 7 18 19 6 Jumlah SMP/MTs terakreditasi B 45 46 46 48

7 Jumlah SMP/MTs terakreditasi C 7 7 7 8

(24)

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 3) Gambaran Pelayanan Pendidikan Menengah

a) Ketersediaan

Jumlah sekolah, murid dan guru SMA/SMK/MA di Kabupaten Pekalongan terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 20

Jumlah SMA/SMK/MA di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 - 2010 No Tahun SMA/SMK/MA Jumlah

(unit)

Jumlah kelas (unit)

Murid

(orang) (%) r (orang) Guru (%) r

Rasio Guru: Murid 1 2006 28 314 13.683 889 1: 14 2 2007 36 336 14.500 28,57 924 5,97 1: 13 3 2008 37 395 15.671 2,78 1.323 8,08 1: 14 4 2009 44 443 17.177 18,92 1.155 9,61 1: 15 5 2010 47 489 19.004 6,82 1.417 10,64 1: 14

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sekolah SMA/SMK/MA pada kurun waktu tahun 2006 - 2010 cenderung meningkat. Jumlah SMA/SMK/MA pada tahun 2010 sebesar 47 unit, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 44 unit. Penggambaran ketercukupan ketersediaan sarana prasarana di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA dilihat dari indikator rasio sekolah terhadap murid dan rasio kelas terhadap murid. Pada tahun 2010 rasio sekolah terhadap murid sebesar 1 : 392,54 sedangkan pada tahun 2009 rasio sekolah terhadap murid sebesar 1: 437,45. Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah ideal dalam satu sekolah yaitu 1:360 sudah terlampaui. Oleh karena itu perlu dilakukan satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SMA/SMK/MA, khususnya SMK untuk mengejar target provinsi vokasi, menuju perbandingan SMK : SMA sebesar 70:30.

b) Keterjangkauan

Tingkat keterjangkauan pendidikan diukur dari APK dan APM masing- masing jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan menengah APK dan APM menunjukkan kecenderungan rendah. Kondisi APK dan APM semua jenjang pendidikan di Kabupaten Pekalongan telihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 21

APK, APM, dan APS SMA/SMK/MA Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010.

NO URAIAN Tahun (%) 2006 2007 2008 2009 2010 1 APK SMA/SMK/MA 36,97 39,81 43,57 61,11 61,13 Laki-laki 33,58 35,49 38,25 41,78 54,14 Perempuan 36,36 38,44 41,42 45,42 56,00 2 APM SMA/SMK/MA 26,73 28,78 31,45 40,94 40,95 Laki-laki 24,78 25,66 27,63 30,14 40,06 Perempuan 26,84 27,80 29,93 32,76 41,44 3 APS SMA/SMK/MA 2,80 1,54 1,92 1,20 1,50 Laki-laki 4,05 2,47 2,73 1,66 2,13 Perempuan 1,56 0,61 1,10 0,74 0,87

(25)

Tabel di atas menggambarkan bahwa tingkat partisipasi anak usia 15 – 17 tahun untuk melanjutkan dan menempuh studi pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA mengalami peningkatan namun masih dalam kategori rendah. APK dan APM tersebut rendah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anak pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, banyak anak usia sekolah SMA/SMK/MA yang menempuh studi di luar Kabupaten Pekalongan, sehingga mereka tidak terhitung sebagai siswa SMA/SMK/MA Kabupaten Pekalongan, namun tetap menjadi pembagi dalam jumlah penduduk. Angka Putus sekolah SMA/SMK/MA relatif rendah.

c) Kualitas

Kualitas pendidikan diukur dari angka kelulusan dan rata-rata nilai Ujian Nasional. Perkembangan angka kelulusan SMA/SMK/MA terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 22

Angka Kelulusan dan perkembangan capaian Nilai rata-rata UN Kabupaten Pekalongan tahun 2006 - 2010

NO URAIAN Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Angka Kelulusan

SMA/SMK/MA (%) 97,98 85,51 82,21 90,12 99,10

2 Pencapaian Nilai Rata-rata

UN SMA/MA dan SMK 7,10 7,14 6,64 6,44 7,07

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010

Tabel di atas terlihat bahwa angka kelulusan SMA/SMK/MA mengalami fluktuasi selama kurun waktu 2006 -2010. Prastasi tertinggi dicapai pada tahun 2010 dengan tingkat kelulusan mencapai 99,10%. Demikian juga dengan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN). Nilai UN juga mengalami fluktuasi, dengan nilai rata-rata UN terbaik pada tahun 2007, yaitu mencapai 7,14.

d) Kesetaraan

Indeks Paritas Gender menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender pada angka partisipasi Kasar (APK), APM dan angka putus sekolah. Pada partisipasi penduduk usia SMA untuk menempuh studi di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, penduduk perempuan lebih dominan dibandingkan penduduk laki-laki. Angka putus sekolah didominasi oleh siswa laki-laki. Kondisi ini menunjukkan bahwa laki-laki putus sekolah lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 2. 23

Indeks Paritas Gender APK, APM, APS, Angka Kelulusan dan Guru Layak Mengajar pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA

Kabupaten Pekalongan tahun 2006 - 2010

NO URAIAN 2006 Indeks Paritas Gender (%) 2007 2008 2009 2010 1 Partisipasi Sekolah

APK SMA/SMK/MA 108,28 108,31 108,29 108,71 108,28 APM SMA/SMK/MA 108,31 108,34 108,32 108,69 108,31

2 Angka Putus Sekolah 38,49 24,64 40,09 44,27 38,49

3 Angka Kelulusan 100,05 96,58 98,66 95,09 100,05

4 Guru Layak Mengajar 99,71 99,90 104,52 109,19 99,71

(26)

e) Keterjaminan

Keterjaminan pelayanan pendidikan diukur melalui jumlah sekolah yang terakreditasi. Jumlah SMA/SMK/MA yang terakreditasi terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 24

Jumlah SMA/SMK/MA yang Terakreditasi Di Kabupaten Pekalongan Tahun 2007-2010 No Uraian

Tahun

2007 2008 2009 2010 1 Jumlah SMA/SMK/MA terakreditasi A 8 12 14 17 2 Jumlah SMA/SMK/MA terakreditasi B 6 9 11 12 3 Jumlah SMA/SMK/MA terakreditasi C 3 3 5 8 4 Jumlah SMA/SMK/MA belum terakreditasi 4 6 10 14

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010

Jumlah SMA/SMK/MA yang terakrediatasi A dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat keterjaminan kualitas sekolah SMA/SMK/MA semakin meningkat.

4) Gambaran Pelayanan Pendidikan Non Formal

Gambaran pendidikan non formal di Kabupaten Pekalongan terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 25

Gambaran pendidikan Non Formal Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010

No Uraian

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah Kelompok Belajar Masyarkat

(KBM) (Unit) 195 183 223 209 194

2 Jumlah peserta didik Paket A (orang)

Laki-laki 199 184 168 153 122

Perempuan 163 144 133 134 103

3 Jumlah peserta didik Paket B (orang)

Laki-laki 1.395 1.293 1.594 1.484 1.312

Perempuan 1.326 1.233 1.534 1.405 1.272

4 Jumlah peserta didik Paket C (orang)

Laki-laki 882 998 1.173 1.247 1.652

Perempuan 762 898 974 1.048 1.453

5 Jumlah Tutor Paket A (orang) 36 32 30 28 22

Jumlah Tutor Paket A yang Layak

Mengajar (orang) 36 32 30 28 22 6 Jumlah Tutor Paket B (orang) 816 756 936 864 798 Jumlah Tutor Paket B yang Layak

Mengajar (orang) 768 712 885 823 724 7 Jumlah Tutor Paket C (orang) 369 378 468 459 621 Jumlah Tutor Paket C yang Layak

Mengajar (orang) 324 337 429 428 592 8 Jumlah Tutor Paket KBM (orang) 1.221 1.166 1.434 1.351 1.441 Jumlah Tutor Paket KBM yang Layak

Mengajar (orang) 1.173 1.097 1.387 1.269 1.278 9 Angka Melek Huruf (%) 94,48 95,62 96,24 99,66 99,97 10 Jumlah Lembaga Kursus (unit) 12 21 28 46 49

(27)

No Uraian

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

11 Jumlah Lembaga Kursus yang

bersertifikasi (unit) - - - 32 32 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa perkembangan jumlah KBM selama kurun waktu 2006 – 2010 fluktuatif. Sedangkan angka melek huruf pada tahun 2010 hampir mendekati 100%. Kondisi ini menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk Kabupaten Pekalongan sudah melek huruf.

b.

Kesehatan

Prestasi pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 – 2010 mengalami peningkatan. Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat seperti pada uraian Aspek Kesejahteraan Masyarakat, mengalami peningkatan, dari 67,70 tahun di tahun 2006 menjadi 69,01 tahun di tahun 2010. Namun demikian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami peningkatan (semakin jelek). Pada tahun 2006 AKI sebesar 149 per 100.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2010 menjadi 162 per 100.000 kelahiran hidup.

Kesadaran masyarakat Kabupaten Pekalongan dalam rangka meningkatkan angka cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan cukup baik. Pada tahun 2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan telah mencapai 100,9%. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani juga telah mencapai 100%. Data ini memperkuat bahwa kematian ibu sebagian besar terjadi di Rumah Sakit.

Sedangkan AKB pada tahun 2006 sebesar 5 per 1.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tiga penyebab kematian bayi tertinggi adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), asfiksia (gagal nafas), dan lahir prematur. Ketiga kasus ini tidak bisa diselesaikan dengan baik di tingkat Bidan dan Puskesmas, sehingga keterlambatan penanganan rujukan ke rumah sakit menjadi faktor utama. Kasus terbesar AKB terjadi di daerah pegunungan yaitu Kandangserang, Paninggaran dan Petungkriono, dimana akses menuju pelayanan rujukan cukup sulit.

Persentase gizi buruk mengalami penurunan, pada tahun 2006 sebesar 2,49 menjadi 2,40 pada tahun 2010. Cakupan penanganan gizi buruk dari tahun 2006 sampai 2010 telah mencapai 100%. Artinya semua balita dengan gizi buruk telah mendapat perawatan dengan baik.

Pencapaian indikator kesehatan yang lain berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan, telah mencapai kondisi yang lebih baik dan sebagian besar telah tercapai dan akan tercapai di tahun 2015 sebagaimana target di dalam SPM Bidang Kesehatan (Permenkes 741/2008). Namun demikian indikator cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin masih dibawah target. Pada tahun 2010 cakupan kesehatan rujukan masyarakat miskin baru mencapai 42,93 %, sementara target SPM pada tahun 2015 sebesar 90%.

Tabel 2. 26

Capaian Indikator Bidang Kesehatan di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006-2010

No Indikator Kesehatan 2006 2007 Tahun 2008 2009 2010

1 Cakupan komplikasi kebidanan

Gambar

Tabel di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf Kabupaten Pekalongan  tertinggi dibandingkan dengan tiga kabupaten lain di sekitarnya
Tabel  di  atas  menunjukkan  APM  SD/MI  cenderung  menurun  selama  kurun  waktu  2006  –  2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah TK di Kabupaten cenderung  meningkat.  Pada  tahun  2006  jumlah  TK  sebanyak    333  unit  meningkat  pada  tahun  2010  menjadi  385  unit
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  jumlah  sekolah  SMA/SMK/MA  pada  kurun  waktu  tahun  2006  -  2010  cenderung  meningkat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Waduk yang merupakan perairan berbentuk bendungan, maka debit air yang muat di waduk pun biasanya sangat banyak. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi

Pertumbuhan ekonomi secara alami akan menghasilkan pula ketimpangan ekonomi, meski besarannya bersifat relatif. Perbedaan sumber daya antarwilayah, akses, dan tingkat

1) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan melalui peningkatan mutu pembelajaran, peningkatan pemerataan pendidikan pengembangan dan pemberdayaan ekosistem pendidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

Kondisi daerah Kabupaten Bogor terkait dengan urusan perpustakaan salah satunya dapat dilihat dari jumlah koleksi buku yang tersedia. Indikator ini bertujuan untuk menggambarkan

Koperasi merupakan salah satu sarana perekonomian yang difungsikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat kalangan menengah ke bawah. Oleh karena

Menurut analisis geologis Penekoek (1969), Kabupaten Merangin termasuk dalam kategori cekungan semangko. Oleh karena itu, di kabupaten Merangin banyak terdapat

pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan. Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga