• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH - BAB 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH - BAB 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geograf dan Demograf

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1. Letak Geografs dan Kondisi Administrasi Kota

Kota Tasikmalaya terletak antara 108008’38” BT-108024’02” BT dan

antara 7010’ LS-7026’32” LS, berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat,

berjarak ± 105 Km dari Kota Bandung dan ± 255 Km dari Kota Jakarta. Batas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya pasal 6 ayat (1) bahwa Kota Tasikmalaya mempunyai batas-batas wilayah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisayong dan Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Cihaurbeuti dan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis;

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya;

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatiwaras dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya; dan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singaparna, Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.

Luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya menurut Undang-Undang seluas 17.156,20 Hektar dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2012 tentang Batas Daerah Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2012 tentang Batas Daerah Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, terdeliniasi wilayah administrasi Kota Tasikmalaya seluas 18.422 Hektar (sumber Badan Informasi Geospasial, 2017). Secara administratif, Kota Tasikmalaya terbagi atas 10 Kecamatan dan 69 Kelurahan dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.1.

(2)

No Kecamatan Ibu Kota Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Kelurahan

1. Kawalu Talagasari 42,77 10

2. Tamansari Tamanjaya 35,99 8

3. Cibeureum Ciherang 19,04 9

4. Purbaratu Purbaratu 12,01 6

5. Tawang Kahuripan 7,07 5

6. Cihideung Argasari 5,49 6

7. Mangkubumi Mangkubumi 24,53 8

8. Indihiang Sukamaju Kidul 11,04 6

9. Bungursari Bungursari 16,90 7

10. Cipedes Nagarasari 8,96 4

Jumlah 183,85 69

Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031.

Untuk lebih jelasnya mengenai letak orientasi dan batas administrasi dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini.

Gambar 2.1.

Peta Orientasi dan Pembagian Wilayah Kota Tasikmalaya

2.1.1.2. Topograf

(3)

Gunung Galunggung) yaitu 503 mdpl sedangkan terendah berada di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu yaitu 201 mdpl.

Sumber : Data BIG (diolah) ,Tahun 2017. Gambar 2.2.

Peta Topograf Kota Tasikmalaya

Sumber : Data BIG (diolah) ,Tahun 2017.

Gambar 2.3.

Peta Morfologi Kota Tasikmalaya

(4)

ke tengah dan utara Kota Tasikmalaya. Pada bagian selatan wilayah Kota Tasikmalaya, di sekitar Kecamatan Kawalu dan Cibeureum, kondisinya cenderung berbukit-bukit dengan ciri hutan dan kebun campuran.

Kondisi kemiringan tanah di wilayah Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.2

Kondisi Kemiringan Lahan Kota Tasikmalaya

No. Kelas Lereng (%) Luas (Hektar) Luas (%)

1. 0 – 2 5.372,15 29,16

2. 2 – 5 4.574,18 24,83

3. 5 – 15 4.882,58 26,50

4. 15 – 25 1.543,24 8,38

5. 25 – 40 1.799,53 9,77

6. > 40 250,36 1,36

TOTAL 18.422,04 100,00

Sumber : Data BIG (diolah), 2017.

Sumber : Data BIG (diolah) ,Tahun 2017.

Gambar 2.4.

Peta Kemiringan Kota Tasikmalaya

(5)

Berdasarkan hasil kajian peta geologi lembar Tasikmalaya (T. Budhitrisna, 1982), struktur geologi Kota Tasikmalaya terbentuk dari material dasar berupa batuan induk vulkanik, yaitu susunan batuan yang terdiri dari breksi vulkanik termampat lemah dengan bongkah lava andesit yang dihasilkan pada tingkat gunung api tua. Batuan ini tersebar merata, menutupi hampir seluruh wilayah Kota Tasikmalaya. Pada tingkatan gunung api muda, susunan batuan yang dihasilkan mulai dari breksi gunung api, lahar, tufa berlapis, batuan andesit sampai basal yang tersebar secara terbatas di bagian tenggara. Sedangkan pada bagian utara, tengah dan selatan terdapat sesar normal, sesar naik, serta lipatan berupa antiklin dan siklin.

Pola struktur sesar normal akan menimbulkan pemotongan pada bagian tubuh batuan dan umumnya membentuk gawir, sedangkan sesar naik disamping dapat membentuk gawir juga perlapisan batuan menjadi berlipat-lipat dan hancur, bidang pemotongan ini merupakan bidang lemah yang biasanya membentuk gawir-gawir curam dan terjal dimana proses gerakan tanah ini dapat berkembang, hal ini sering terlihat pada bantaran sungai akibat pengikisan dan penyempitan.

2.1.1.4. Klimatologi

Pada tahun 2016 suhu udara rata-rata terendah sebesar 22,6 0C terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi sebesar 25,2 0C terjadi pada bulan April dengan kelembaban udara rata-rata 21,9% pada bulan Agustus dan 24,9% pada bulan April. Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3.

Rata-rata suhu dan kelembaban udara

Bulan Suhu Udara (ºC) Kelembaban Udara (%)

Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

Januari 28,0 20,7 24,6 26,4 21,0 23,7

Februari 27,9 22,5 24,9 26,1 22,8 24,4

Maret 28,0 22,2 25,0 26,2 22,8 24,5

April 28,2 22,8 25,2 26,6 23,2 24,9

Mei 27,9 19,6 24,6 26,0 19,8 22,9

Juni 26,8 18,8 23,5 25,2 19,0 22,1

Juli 26,4 20,3 23,4 24,9 20,7 22,8

Agustus 25,3 19,6 22,6 23,9 19,9 21,9

September 26,6 19,4 23,6 24,8 19,7 22,2

Oktober 27,3 21,6 23,8 25,7 21,8 23,7

November NA NA NA NA NA NA

Desember 28,1 22,9 24,5 26,4 22,1 24,3

(6)

Rata-rata penguapan air permukaan tahun 2016, tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 3,23 ml sedangkan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 2,36 ml secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 0.00

0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

Sumber : BPSDA WS Ciwulan Cilaki, Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2017

Gambar 2.5.

Rata-Rata Penguapan Air Permukaan Tahun 2016

Curah hujan paling tinggi selama tahun 2016 terjadi pada bulan Oktober yaitu 712,70 mm3 dan paling rendah terjadi pada bulan Desember

yaitu 119,90 mm3. Sedangkan hari hujan paling banyak terjadi pada bulan

September sebanyak 24 hari, pada bulan April, Juni dan Desember hari hujan paling sedikit sebanyak 13 hari. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4.

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

1 2 3

Januari 371,60 16

Februari 404,20 16

Maret 531,00 22

(7)

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

Mei 414,40 18

Juni 160,00 13

Juli 332,20 16

Agustus 373,40 15

September 567,50 24

Oktober 712,70 23

November NA NA

Desember 119,90 13

Sumber : BPSDA WS Ciwulan Cilaki, Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2017.

2.1.1.5. Hidrologi dan Hidrogeologi

Potensi sumber daya air dari air permukaan di Kota Tasikmalaya meliputi sungai dan air dalam cekungan (danau/situ). Di wilayah Kota Tasikmalaya mengalir 51 Daerah Irigasi yang termasuk dalam 2 (dua) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Citanduy dan DAS Ciwulan. DAS Citanduy memiliki limpasan air sungai rata-rata bulanan sebesar 17 m3/detik atau rata-rata harian sekitar 5,5 m3/detik, sedangkan DAS

Ciwulan memiliki limpasan air sungai rata-rata harian sebesar 13,7 m3/detik. Jumlah kedua limpasan adalah 1.658.880 m3/hari.

Sedangkan waduk/situ di Kota Tasikmalaya mempunyai potensi menyediakan air sebesar 1.646.750 m3. Situ-situ tersebut adalah Situ Gede

di Kecamatan Mangkubumi (6.000 m3/detik), Situ Cibeureum, Situ

Cibanjaran, Situ Malingping, Situ Bojong dan Situ Cicangri di Kecamatan Tamansari (6.000 m3/detik).

Selain potensi air permukaan, Kota Tasikmalaya memiliki potensi kandungan air tanah yang relatif dangkal, karena air tanah dapat diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara 3,00-10,00 m. Kedalaman sumur gali untuk bisa keluar air cukup dangkal, antara 1,50-7,00 m. Sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di Kecamatan Mangkubumi, Bungursari, Kawalu dan Tamansari.

Ditinjau dari kondisi hidrogeologi, Kota Tasikmalaya dikategorikan sebagai daerah akuifer, alirannya didasarkan melalui celahan dan ruang antara butir yang merupakan ciri dari lereng gunung api strato. Sistem akuifer di Kota Tasikmalaya yang dapat dimanfaatkan untuk pengambilan air dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu; sistem akuifer tunggal pada unit vulkanik, sistem akuifer pada celahan-celahan batuan sedimen tersier serta sistem akuifer rekahan-rekahan yang dibentuk oleh batu gamping

2.1.1.6. Penggunaan Lahan

(8)

penggunaan lahan sawah sebesar 34,73%, permukiman sebesar 27,19% dan hutan sebesar 19,85%.

Tabel 2.5.

Penggunaan Lahan Kota Tasikmalaya

Penggunaan Lahan Luas

Hektar %

Badan jalan 32,18 0,17

Bandar Udara 89,66 0,49

Bangunan Industri 93,18 0,51

Bangunan Pemerintahan 10,70 0,06

Danau/Situ 45,75 0,25

Empang 258,38 1,40

Fasilitas Peribadatan 0,84 0,00

Hutan 3657,52 19,85

Kawasan Pariwisata 8,94 0,05

Ladang 226,42 1,23

Lahan Tidak Terbangun 699,47 3,80

Lapangan 22,38 0,12

Pasar 14,18 0,08

Pemakaman 24,88 0,14

Permukiman 5008,58 27,19

sawah 6397,30 34,73

Semak Belukar 1743,49 9,46

Sungai 80,57 0,44

Terminal 7,64 0,04

Jumlah 18422,04 100,00

Sumber: Bappelitbangda, 2017.

2.1.1.7. Wilayah Rawan Bencana

Di Kota Tasikmalaya terdapat beberapa potensi rawan bencana, diantaranya bencana alam geologi aliran lahar dan rawan gerakan tanah skala menengah. Wilayah rawan bencana tersebut diantaranya:

1. Rawan bencana alam geologi aliran lahar

(9)

Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031

Gambar 2.6.

Peta Rawan Bencana Aliran Lahar Kota Tasikmalaya

2. Rawan bencana gerakan tanah skala menengah

Kawasan rawan bencana ini berada di daerah yang sering terjadi gerakan tanah, seperti daerah yang berbatasan dengan sungai, gawir, tebing jalan atau lereng yang aktif akibat curah hujan yang tinggi. Luas keseluruhan kawasan ini kurang lebih 1.588 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Kawalu di sekitar bantaran sungai Ciwulan, sebagian Kecamatan Purbaratu di sekitar bantaran sungai Citanduy dan sebagian Kecamatan Tamansari di sekitar bantaran sungai Cikembang.

2.1.2. Kondisi Kependudukan

1.

Jumlah Penduduk

(10)

Tabel 2.6 berikut ini menunjukkan jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kota Tasikmalaya dari tahun 2013 – 2017.

Tabel 2.6.

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2013 – 2017 mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

2013 2014 2015 2016 2017

630,000

Perkembangan Demograf Kota Tasikmalaya 2013 – 2017

Penduduk Kota Tasikmalaya tahun 2016 sebanyak 659.606 jiwa yang terdiri atas 331.885 jiwa penduduk laki-laki dan 327.721 jiwa penduduk

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%)

2013 651.676 0,54

2014 654.794 0,48

2015 657.477 0,41

2016 659.606 0,32

(11)

perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Kota Tasikmalaya mengalami pertumbuhan sebesar 0,32 persen dengan rasio jenis kelamin 101,27. Distribusi atau sebaran penduduk tertinggi pada kurun waktu tahun 2010-2016 berada di Kecamatan Mangkubumi kemudian Kecamatan Kawalu. Jumlah penduduk tertinggi bukan berarti kepadatan penduduk di Kecamatan Mangkubumi dan Kawalu juga tinggi. Kepadatan penduduk di Kota Tasikmalaya tahun 2016 mencapai 3.588 jiwa/km2 dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Cihideung sebesar 13.510 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Tamansari sebesar 1.830 jiwa/Km2. Dari distribusi atau sebaran penduduknya di 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya, kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Mangkubumi dengan penduduk sebanyak 88.605 jiwa pada tahun 2016 atau sekitar 13,44 persen dari total penduduk Kota Tasikmalaya, diikuti oleh Kecamatan Kawalu yang hampir setara yaitu sebanyak 88,255 jiwa 13,38 persen dan Kecamatan Cipedes 77.691 jiwa 11,78 persen. Sementara itu kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Purbaratu yaitu sebanyak 39.324 jiwa, atau 5,98 persen dari total penduduk Kota Tasikmalaya.

Tingginya jumlah penduduk di Kecamatan Mangkubumi dan Kecamatan Kawalu dikarenakan kedua kecamatan ini memang mempunyai wilayah yang lebih luas dibandingkan wilayah kecamatan lainnya. Berdasarkan kepadatannya, sebagian besar penduduk Kota Tasikmalaya terkonsentrasi di 3 (tiga) kecamatan yang berada di pusat kota. Hal ini terlihat dari kepadatan penduduknya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Tawang 9.244 Jiwa/Km² pada tahun 2016, Kecamatan Cihideung 13.510 jiwa/km2 dan

Kecamatan Cipedes 8.671 jiwa/km2. Sedangkan 7 (tujuh) kecamatan

lainnya memiliki kepadatan penduduk yang berkisar antara 1.830 Jiwa/Km² hingga 4.454 Jiwa/Km². Hal ini berarti terdapat ketimpangan sebaran penduduk yang mencolok antara 3 kecamatan kawasan pusat kota dan 7 kecamatan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016 Per-Kecamatan

1. Kawalu 42,77 2.056 2.048 2.057 2.063

2. Tamansari 35,99 1.821 1.814 1.822 1.830

3. Cibeureum 19,04 3.319 3.307 3.320 3.328

4. Purbaratu 12,01 3.271 3.258 3.272 3.274

(12)

No Kecamatan

Luas Wilayah

Kepadatan ( Jiwa/Km² )

(Km2) 2013 2014 2015 2016

6. Cihideung 5,49 13.462 13.412 13.467 13.510

7. Mangkubumi 24,53 3.601 3.587 3.602 3.612

8. Indihiang 11,09 4.438 4.421 4.460 4.454

9. Bungursari 16,9 2.804 2.279 2.805 2.816

10. Cipedes 8,96 8.642 8.610 8.646 8.671

Kota Tasikmalaya 183,85 3.575 3.562 3.577 3.588 Sumber: Suseda Kota Tasikmalaya Tahun 2016 (BPS Kota Tasikmalaya )

Gambar 2.8.

Peta Kepadatan Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2016

2.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Struktur Usia Ditinjau dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui bahwa Kota Tasikmalaya memiliki jumlah penduduk dengan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan (sex ratio) relatif konstan setiap tahunnya, yaitu berkisar antara 101,27 sampai dengan 101,58 untuk kurun waktu tahun 2013 – 2016. Hal ini berarti dari 100 penduduk perempuan di Kota Tasikmalaya terdapat 101 penduduk laki-laki. Tabel berikut memperlihatkan jumlah penduduk di Kota Tasikmalaya menurut jenis kelamin.

Tabel 2.8

(13)

Tahun 2010-2016

Tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki +

Perempuan Sex Ratio Laki-laki Perempuan

Jumlah % Jumlah %

2013 328.394 50,39 323.282 49,61 651.676 101,58 2014 329.821 50,37 324.973 49,63 654.794 101,49 2015 330.996 50,34 326.481 49,66 657.477 101,38 2016 331.885 50,32 327.721 49,68 659.606 101,27 Sumber: Suseda Kota Tasikmalaya tahun 2016- BPS Kota Tasikmalaya

Melihat tingginya angka sex ratio di beberapa kecamatan yang merupakan sentra bisnis, ditengarai kaum migran yang masuk ke Kota Tasikmalaya lebih didominasi oleh penduduk laki-laki berusia produktif (usia 15-64 tahun) yang bertujuan mencari nafkah/bekerja. Analisa ini didukung oleh lebih tingginya jumlah penduduk usia produktif laki-laki dibandingkan perempuan pada tahun 2016. Tidak dapat dipungkiri, tingginya laju pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya telah menjadi magnet bagi penduduk dari daerah lain untuk tinggal dan mencari nafkah di Kota Tasikmalaya. Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam pelaksanaan pembangunan di segala sektor, dengan harapan produktivitas dan efektivitas yang terjadi didukung pula dengan sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia merupakan tujuan dan pelaksana pembangunan. Keluasan pilihan bagi usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya secara kumulatif tentu akan mendorong naiknya angka IPM.

2.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan perkembangan dan karakteristik wilayah Kota Tasikmalaya, teridentifkasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perdagangan jasa, perumahan permukiman, industri dan lain-lain. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031 telah disahkan melalui Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2012 pengembangan struktur ruang Kota Tasikmalaya memiliki 3 (tiga) focus kebijakan yaitu :

a) pemantapan fungsi pusat pelayanan yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa;

b) peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan; dan

c) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana, sarana, dan utilitas umum.

(14)

a) Kebijakan pengelolaan kawasan lindung, meliputi:

 peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;  pelestarian kawasan cagar budaya; dan

 penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas

Wilayah Kota.

b) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi:

 pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan

 pengembangan ruang kota yang kompak dan efsien

Selain itu terdapat potensi pengembangan wilayah yang kemudian ditetapkan sebagai kawasan strategis sebagai berikut :

a) Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi, meliputi:

 kawasan pusat kota;

 kawasan peruntukan industri dan pergudangan;

 kawasan minapolitan di Kecamatan Indihiang dan Kecamatan

Bungursari;

 kawasan pendidikan terpadu di Kecamatan Tamansari;

b) Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek lingkungan, meliputi :

 kawasan Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi; dan  kawasan Wisata Alam Urug di Kecamatan Kawalu.

c) Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek pertahanan dan keamanan negara adalah kawasan Pangkalan Udara Wiriadinata.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar :

1. Umur panjang dan hidup sehat 2. Pengetahuan

3. Standar hidup layak

(15)

2013 2014 2015 2016

IPM Pendidikan Kesehatan Daya Beli

Gambar 2.8a.

Perkembangan IPM Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa IPM Kota Tasikmalaya terus mengalami kenaikan yatiu 68,63 poin pada tahun 2013 meningkat menjadi 70,58 poin pada tahun 2016 atau mengalami kenaikan 1,75 poin. Adapun untuk masing-masing unsur IPM, Indeks Pendidikan dari 63,91 poin pada tahun 2013 menjadi 65,99 pada tahun 2016. Indeks Kesehatan dari 78,36 poin pada tahun 2013 menjadi 79,03 poin. Serta Indeks Daya Beli dari 64,45 poin pada tahun 2013, menjadi 67,40 poin pada tahun 2016.

2. Kemiskinan

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan (2.100 kilo kalori) dan bukan makanan. Konsep yang dipakai oleh pemerintah (BPS) dan juga beberapa negara lain dalam menentukan kemiskinan adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Penduduk dikatakan miskin jika penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum akan makanan (2.100 kkal/kapita/hari) dan bukan makanan.

Tabel 2.9.

Data Kemiskinan Kota Tasikmalaya 2012-2017

(16)

Tingkat Kemiskinan

(%) (P0) 18,92 17,19 15,95 16.28 15.60 14.80

Penduduk Miskin

(orang) 123,400 112,163 105.440 106.78 102.79 97.85

Garis Kemiskinan

(Rp/bulan/kapita) 328.399 337.841 351.718 367,673 397,215 416,837 Kedalaman

Kemiskinan (P1) 3,97 2,57 3.12 2.85 2.37 2.01

Keparahan

Kemiskinan (P2) 1,25 0,63 0.86 0.69 0.57 0.42

Dari table di atas dapat dilihat bahwa kemiskinan di Kota Tasikmalaya masih berada pada angka yang masih tinggi yaitu 14,80% pada tahun 2017. Dengan tingkat kemiskinan 14,80 tentunya menjadi permasalahan dan isu strategis yang harus menjadi prioritas dalam pembangunan kedepan. Namun demikian jika dilihat dari tahun 2012 tingkat kemiskinan berada pada 18,92%, laju penurunan tingkat kemiskinan sudah menunjukan hasil yang positif, dimana rata-rata penurunan sekitar 0,8% pertahun.

3. PDRB Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga- (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (kategorial) maupun dari sisi penggunaan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp.13.623.802,82 juta pada tahun 2014 menjadi Rp.15.237.419,84 juta pada tahun 2015 dan menjadi Rp. 16.747.652,49 juta pada tahun 2016. Begitu pula dengan PDRB Kota Tasikmalaya atas dasar harga konstan tahun 2010 meningkat dari Rp. 11.637.308,26 juta pada tahun 2014 menjadi Rp. 12.370.666,55 juta pada tahun 2015 dan menjadi Rp.13.225.333,62 juta pada tahun 2016. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10. dan tabel 2.11.

Tabel 2.10.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014–2016 (Juta Rupiah)

Kategori 2014 2015 2016

(17)

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 795.768,65 856.151,97 931.435,26

B Pertambangan dan

Penggalian 1.586,71 1.696,02 1.712,87

II Sekunder 4.040.408,33 4.549.141,64 5.022.142,31

C Industri Pengolahan 2.030.566,89 2.194.570,95 2.355.897,03

D Pengadaan Listrik dan Gas 1.430,57 1.761,57 2.112,10

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

49.885,23 54.197,50 60.985,48

F Konstruksi 1.958.525,64 2.298.611,62 2.603.147,70

III Tersier 8.786.039,13 9.830.430,21 10.792.362,05

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3.228.236,34 3.570.343,55 3.819.262,51

H Transportasi dan

Pergudangan 1.211.381,90 1.427.977,71 1.610.342,40

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 643.847,08 709.608,05 782.088,28

J Informasi dan Komunikasi 402.136,53 451.207,64 510.766,81

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.487.715,67 1.664.486,41 1.835.250,51

L Real Estate 219.408,64 232.834,96 254.082,90

M,N Jasa Perusahaan 139.643,37 149.059,28 159.629,52

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

650.650,86 710.402,45 791.149,96

P Jasa Pendidikan 228.635,46 263.693,98 301.128,25

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 245.309,72 292.241,29 330.420,16

R,S,T,U Jasa lainnya 329.073,56 358.574,89 398.240,75

PDRB 13.623.802,82 15.237.419,84 16.747.652,49

Tabel 2.11.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2014-2016 (Juta Rupiah)

Kategori 2014 2015 2016

I Primer 617.400,68 619.573,92 642.627,07

A Pertanian, Kehutanan, dan D Pengadaan Listrik dan

(18)

Kategori 2014 2015 2016 J Informasi dan Komunikasi 389.072,8

4

440.613, 22

497.981, 18 K Jasa Keuangan dan

Asuransi Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial kategorial terhadap pembentukan PDRB sehingga terlihat struktur perekonomiannya. Semakin besar persentase suatu kategori semakin besar pengaruh kategori tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah, sehingga akan tampak kategori-kategori yang menjadi pemicu pertumbuhan di wilayah bersangkutan. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.12.

Tabel 2.12.

Peranan kategorial dalam PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2016(Persen)

Kategori 2014 2015 2016

I. Primer 5,85 5,63 5,57

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,84 5,62 5,56

B Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,01 0,01

II. Sekunder 29,66 29,86 29,99

C Industri Pengolahan 14,90 14,40 14,07

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,37 0,36 0,36

F Konstruksi 14,38 15,09 15,54

III. Tersier 64,49 64,52 64,44

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 23,70 23,43 22,80

H Transportasi dan Pergudangan 8,89 9,37 9,62

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

(19)

Kategori 2014 2015 2016

J Informasi dan Komunikasi 2,95 2,96 3,05

K Jasa Keuangan dan Asuransi 10,92 10,92 10,96

L Real Estate 1,61 1,53 1,52

M,N Jasa Perusahaan 1,02 0,98 0,95

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,78 4,66 4,72

P Jasa Pendidikan 1,68 1,73 1,80

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,80 1,92 1,97

R,S,T,U Jasa lainnya 2,42 2,35 2,38

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber : Bappeda dan BPS Kota Tasikmalaya, 2016.

Dari tabel 2.11, selama tahun 2014-2016 kategori yang paling besar kontribusinya adalah kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor kemudian kategori Konstruksi sebesar. Berdasarkan kelompok kategori, maka kategori-kategori yang produksinya bukan dalam bentuk fsik (Tersier) berkontribusi dominan dalam penciptaan nilai tambah di Kota Tasikmalaya, disusul kategori-kategori yang mengolah bahan baku menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya (Sekunder). Sedangkan kategori-kategori yang tidak mengolah bahan baku, melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam (Primer) kontribusinya semakin kecil.

5. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Umumnya, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) diukur dengan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. LPE Kota Tasikmalaya tahun 2013 sebesar 6,17 %, dan sebesar 6,16% pada tahun 2014. Pada tahun 2015 LPE Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yakni 6,29%. Hal itu menunjukkan perekonomian Kota Tasikmalaya dalam keadaan terkendali dan diperkuat oleh angka infasi yang berada dibawah 2 digit.

Gambar

2.9. Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tasikmalaya Tahun 2012-2016

6. PDRB Menurut Penggunaan

Dilihat dari PDRB menurut Penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen utama dari PDRB. Besarnya

2012 2013 2014 2015 2016

(20)

konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 sebesar Rp. 10,19 triliun, tahun 2015 sebesar Rp.11,32 triliun, meningkat menjadi Rp. 12,41 triliun pada tahun 2016. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini dipengaruhi tingkat harga (infasi), pertumbuhan penduduk serta pendapatan rumah tangga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12. berikut.

Tabel 2.13.

Persentase Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga BerlakuTahun 2014-2016

No. Uraian Tahun

2014 2015 2016

1. PDRB adh berlaku (juta

rupiah) 13,623,802.8 15,237,419.9 16,747,652.5

2. Pengeluaran Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga thd PDRB (persen)

74,82 74,31 74,11

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Selama tahun 2014-2016, konsumsi pemerintah mengalami penurunan. Persentase Konsumsi Pemerintah terhadap PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar 9,29%, tahun 2015 sebesar 9,98% dan tahun 2016 sebesar 9,83%. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan pemerintah dalam tiga tahun terakhir menurun proporsinya terhadap penggunaan dari dalam daerah dan penggunaan yang bersumber dari luar daerah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.14.

Tabel 2.14.

Persentase Konsumsi PemerintahTerhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlakudan Laju Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah Kota

TasikmalayaTahun 2014-2016

No. Uraian Tahun

2014 2015 2016

1. Konsumsi Pemerintah adh berlaku (juta rupiah)

1,265,874.

8 1,520,476.3 1,646,045.1

2. Konsumsi Pemerintah adh konstan 2010 (juta rupiah)

984,446.7 1,066,142.6 1,116,111.1

3. PDRB adh Berlaku (juta rupiah)

13,623,802

.8 15,237,419.9 16,747,652.5

Persentase Konsumsi Pemerintah adh berlaku terhadap PDRB adh berlaku (persen)

(21)

Laju Pertumbuhan Konsumsi

Pemerintah adh konstan (persen) 3,44 8,30 4,69

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

Kota Tasikmalaya memiliki potensi menarik investasi atau menurut istilah PDRB disebut Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Berdasar Tabel 2.13, PMTB atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp. 4,23 trilyun pada tahun 2014 menjadi Rp.4,63 trilyun pada tahun 2015 dan tahun 2016 menjadi Rp.4,88 trilyun. Pertumbuhan investasi/PMTB didorong meningkatnya investasi kategori bangunan, seiring meningkatnya kegiatan pembangunan kategori swasta dan pemerintah khususnya pembangunan infrastruktur.

Tabel 2.15.

Persentase Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Terhadap PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2016

Uraian Tahun

2014 2015 2016

PDRB adh Berlaku (Juta rupiah) 13,623,802.8 15,237,419.9 15.234.112,0

PMTB (Juta rupiah) 4,228,185.8 4,630,445.9 4,887,656.0

Persentase PMTB terhadap total PDRB (persen)

31,04 30,39 29,18

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

7. PDRB Perkapita

PDRB perkapita Kota Tasikmalaya terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Tahun 2014, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku di Kota Tasikmalaya sebesar Rp. 20,79 juta; tahun 2015 sebesar Rp. 23,17 juta; dan tahun 2016 menjadi Rp. 25,39 juta. Namun peningkatan PDRB perkapita ini, belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Kota Tasikmalaya karena masih tergantung pada faktor infasi.

Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat bisa digunakan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Tahun 2014 sebesar Rp. 17,77 juta menjadi sebesar Rp. 18,81 juta pada tahun 2015; sedangkan tahun 2016 sudah mencapai Rp. 20,05 juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16.

Tabel 2.16.

Pendapatan Perkapita Kota Tasikmalaya dan Laju Pertumbuhannya Tahun 2012-2016

(22)

Harga Berlaku

(Juta Rp.) (%)

Harga Konstan

2010 (Juta Rp.)

(%)

1. 2013 18,86 10,33 16,82 5,60

2. 2014 20,79 10,23 17,77 5,66

3. 2015 23,17 11,45 18,81 5,88

4. 2016 25,39 9,58 20,05 6,59

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

8. Inflasi

Penghitungan infasi sangat berguna untuk dapat memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga di suatu wilayah. Hal tersebut sangat penting, karena indikator tersebut dapat digunakan sebagai informasi awal/dasar untuk pengambilan keputusan atau kebijakan, baik di tingkat ekonomi makro ataupun mikro.

Angka infasi dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan kontrak bisnis oleh suatu perusahaan. Sedangkan pada konteks makro, angka infasi dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah. Faktor yang menyebabkan terjadinya infasi antara lain karena terjadi peningkatan permintaan pasar maupun adanya kenaikan biaya produksi yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga jual barang dan jasa yang diproduksinya.

(23)

Untuk tahun 2013 dan 2014 laju infasi Kota Tasikmalaya berada di angka 6,89 dan 8,09 yang dipicu oleh kenaikan Bahan bakar Minyak (BBM). Adapun untuk Tahun 2015 angka infasi mengalami penurunan yang sangat signifkan yaitu sebesar 3,53, capaian ini salah satunya oleh pernurunan harga BBM pada awal tahun 2015 yang berdampak pada menurunnya harga barang dan jasa dikarenakan biaya transportasi orang dan barang menjadi lebih murah. Angka infasi Kota Tasikmalaya tahun 2016 berada pada angka 2,75 angka ini merupakan angka terendah dalam kurun waktu 12 tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.16.

Tabel 2.17.

Laju Infasi Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2017 (Year on year) Tahun Kalender Laju Inflasi (%)

2013 6,89

2014 8,09

2015 3,53

2016 2,75

2017 3,98

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, Tahun 2017.

9. Indek Gini

Salah satu ukuran kesenjangan ekonomi yang biasa digunakan adalah Koefsien Gini. Kesenjangan ekonomi diukur dengan seberapa besar perbandingan distribusi dari pengeluaran dengan distribusi pemerataan ideal (uniform) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Kesenjangan tersebut diilustrasikan dalam bentuk Kurva Lorenz. Apabila kedua garis distribusi tersebut berimpit, berarti pemerataan pendapatannya sempurna, sedangkan apabila daerah antara kedua garis distribusi tersebut sangat lebar maka pemerataan pendapatannya sangat timpang. Koefsien Gini yang lebih besar dari 0,50 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang cukup serius.

(24)

2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, Tahun 2016.

Gambar 2.10.

Perkembangan Koefsien Gini di Kota Tasikmalaya Tahun 2005-2016

2.2.2. Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1. Pendidikan

1. Angka Melek Huruf

Parameter pembangunan pendidikan dapat dilihat dari tinggi rendahnya derajat pendidikan masyarakat dengan indikator antaralain tingginya angka melek huruf (AMH) dan tingginya angka rata-rata lama sekolah (RLS). Untuk mendapatkan angka yang tinggi pada kedua indikator tersebut tentu dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, seperti jumlah sekolah dan ruang kelas/rombongan belajar (rombel) yang mencukupi, banyaknya guru yang mengajar telah mencukupi untuk semua murid serta kualitas gurupun sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan (Gambar 2.9).

(25)

Gambar 2.11.

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Kota Tasikmalaya

Tahun 2006-2015

Gambar diatas mengilustrasikan perkembangan angka melek huruf Kota Tasikmalaya periode 2006-2015 yang terus bergerak naik mendekati angka 100, dari 98,80 persen pada tahun 2006, merangkak naik menuju 99,20 persen di tahun 2007, dan seterusnya sampai pada tahun 2015 mencapai 99,82 persen. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan hasilnya pun tidak dapat dilihat atau dirasakan secara instan. Belum tercapainya angka melek huruf sebesar 100 dikarenakan masih adanya penduduk usia tua (56 tahun ke atas) yang belum bisa membaca dan menulis karena memang belum pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Meskipun telah dilakukan berbagai program untuk memberantas buta aksara.

2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

(26)

2013 2014 2015 2016 8.30

8.35 8.40 8.45 8.50 8.55 8.60 8.65

8.44

8.51

8.56

8.63

RLS 2013 - 2016 Gambar 2.12.

Capaian Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2013 – 2016

Angka RLS dari tahun 2013 sampai dengan 2016 berkisar di angka 8,44 sampai 8,63. Meskipun angka RLS meningkat setiap tahunnya, Kota Tasikmalaya belum mencapai angka RLS 9 tahun, yang berarti belum mencapai Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 Tahun untuk semua penduduk. Hal ini menjadi tantangan bagi Pemerintahan Kota Tasikmalaya ke depannya sehingga Kota Tasikmalaya dapat mencapai Wajar Dikdas 9 tahun, bahkan dapat mencapai wajar dikdas 12 tahun.

3. Harapan Lama Sekolah

(27)

2013 2014 2015 2016 13.11

13.36 13.37

13.4

Gambar 2.13.

Capaian Harapan Lama Sekolah Tahun 2013 – 2016

4. Angka Partisipasi Kasar

Indikator lain dari pendidikan adalah angka partispasi kasar (APK) yang menggambarkan partisipasi peserta didik untuk masing-masing tingkatan pendidikan sesuai dengan usianya. Capaian APK Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu tahun 2013 – 2016 dapat dilihat pada Gambar berikut.

2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

80 90 100 110 120

Gambar 2.14.

Angka Partisipasi Kasar Kota Tasikmalaya Tahun 2013 – 2016

(28)

mencapai 113,8% meningkat di tahun 2014 menjadi 114,07. Pada tahun 2015 angka yang dicapai sebesar 114,67% dan tahun 2016 kembali meningkat dengan angka capaian sebesar 114,91%.

Pada tingkat SMP, APK di tingkat SMP sudah mencapai lebih dari 100% dan cenderung meningkat, kecuali di tahun 2015 mengalami penurunan pada angka 102,42%. Capaian APK tingkat SMA belum mencapai 100%, tertinggi baru mencapai 96,03% di tahun 2016. Namun angka capaiannya mengalami kenaikan setiap tahunnya. Melihat angka capaian APK Kota Tasikmalaya di tiap tingkatan yang mendekati atau bahkan melebihi angka 100%, hal ini dapat disampaikan bahwa tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di Kota Tasikmalaya termasuk tinggi.

5. Angka pendidikan yang ditamatkan

Persentase pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kualitas SDM di suatu wilayah. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah perbandingan jumlah penduduk yang mencapai jumlah pendidikan tingkat tertentu pada tahun bersangkutan dengan total jumlah penduduk pada tahun bersangkutan.

2 0 1 30 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

10 20 30 40 50

41.94 41.52 43.92

45.43

18.8319.8 19.1920.09 19.8320.1 20.1720.14

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2016.

Gambar 2.15.

Persentase Pendidikan yang ditamatkan Kota Tasikmalaya Tahun 2013 – 2016

(29)

tingkat SD/MI masih terbilang tinggi. Selain itu juga jumlah sekolah untuk tingkat SD/MI tersebar di wilayah Kelurahan sehingga memudahkan murid untuk bersekolah. Capaian angkanya berkisar antara 41,94-45,43%. Perolehan tertinggi di tahun 2016 yaitu mencapai 45,43%. Meskipun pada tahun 2014 terjadi penurunan dibanding tahun 2013 walaupun angkanya tidak signifkan, namun tahun selanjutnya yaitu 2015 dan 2016 terus meningkat.

Capaian persentase pada tingkat SMP/MTs, setiap tahunnya meningkat dari tahun 2013 mencapai 18,83, pada tiga tahun selanjutnya meningkat sampai dengan angka 20,17%. Belum tingginya capaian di tingkat SMP/MTs lebih dikarenakan jumlah sekolah SMP masih terbatas baru di tingkat kecamatan.

Persentase pada tingkat SMA/MA/SMK cenderung stabil walaupun dilihat dilihat dari angka per tahun terjadi peningkatan. Dari angka 19,8% pada tahun 2013, pada tahun 2016 capaiannya hanya 20,14%.

6. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur seberapa banyak anak usia sekolah yang bersekolah tepat waktu. APM didefnisikan sebagai jumlah siswa/penduduk kelompok usia tertentu yang bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk kelompok usia tertentu.

2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

99.32 99.47 99.62 99.69

93.7 94.23 95.41 95.56

74.98 75.48 76.21 76.51

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya,2016.

Gambar 2.16.

(30)

Tabel di atas menunjukkan APM Kota Tasikmalaya yang meningkat setiap tahunnya di setiap tingkatan. Untuk tingkat SD/MI, pada tahun 2013-2016 hampir seluruh anak usia sekolah bersekolah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya APM tingkat SD/MI yang berada pada kisaran 98-99%. Anak usia sekolah tingkat SMP/MTs, angka APM yang dicapai cukup tinggi di kisaran 90%. Sementara itu untuk capaian angka APM di tingkat SMA/MA/SMK, masih dapat dikatakan cukup tinggi dengan angka yang berkisar antara 74,98 sampai 76,51%.

2.2.2.2. Kesehatan

Gambaran umum indikator makro kesehatan Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu 2013 – 2016 adalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.18.

Gambaran Umum Kesehatan

No.

Bidang Urusan/

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja

2012 2013 2014 2015 2016

1. Kesehatan

2.1. Angka kelangsungan hidup bayi

(per 1.000) Registrasi

989,63 992,93 989,05 991,45 990,8

2.2. Angka kelangsungan hidup bayi

(per 1.000) Survai

965,57 971,76 971,99 972,37 973,59

2.3. Angka Usia Harapan Hidup(thn) 70,26 70,80 70,96 71,26 71,37

2.4. Persentase balita gizi buruk (%) 0,19 0,58 0,45 0,32 0,26

2.5. Angka Kematian Bayi (per 1.000) Registrasi

10,37 7,07 10,95 8,55 9,2

2.6. Kasus Kematian Bayi (per 1.000)

Survay

34,43 28,24 28,01 27,63 26,41

2.7. Angka Kematian Ibu (per 100.000) 182,2 117,88 158 142,57 134,7

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, 2016

2.2.2.3. Ketenagakerjaan

(31)

2012 2013 2014 2015 2016 88

89 90 91 92 93 94 95 96 97

90.87

93.48

94.62 94.54

95.78

Gambar 2.17.

Rasio Penduduk yang Bekerja

2.2.2.4. Seni Budaya dan Olahraga

Pembangunan bidang seni, budaya dan olahraga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Seni budaya merupakan wujud kearifan lokal yang keberadaannya harus dipertahankan masyarakat dan pemerintah daerah.

Tabel 2.19.

Jumlah Grup dan Gedung Seni Budaya

Uraian 2013 2014 2015 2016

Jumlah grup kesenian (buah) 175 177 188 188

Jumlah gedung (unit) 1 1 1 1

Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisat dan Kebudayaan, 2016

Sementara itu aktivitas masyarakat dalam menjaga kebugaran tubuhnya dan bersosialisasi, salah satunya ditunjukkan dengan banyaknya klub olahraga. Dari tahun 2013 sampai dengan 2016, jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk sekitar 2 sampai 3 klub. Sementara jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk hanya sekitar 0,6 gedung, artinya gedung olahraga masih kurang.

Tabel 2.20.

Perkembangan Olah Raga di Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016

Uraian 2013 2014 2015 2016

Jumlah klub olahraga (buah) 215 220 220 260

Jumlah gedung olahraga (unit) 47 54 54 71

(32)

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar 2.3.1.1. Urusan Pendidikan

1. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah (APS) merupakan perbandingan antara jumlah anak usia 7–12; 13–15 dan 16-18 tahun yang sedang bersekolah dibagi seluruh jumlah anak usia SD (7–12); usia SMP (13–15) dan usia SMA (16-18). Realisasi APS yang dicapai pada tahun 2013-2016 untuk usia SD/ MI sebesar 99,85 persen, artinya dari seluruh penduduk usia 7-12 tahun yang masih bersekolah sebesar 99,85 persen, sisanya 0,15 persen ada yang tidak/belum sekolah dan yang sudah tidak bersekolah lagi (putus sekolah). Sementara itu, angka partisipasi sekolah penduduk usia SMP/MTs sebesar 93,82 persen dan angka partisipasi penduduk usia SMA/MA/SMK sebesar 89,32 persen. Angka Partisipasi Sekolah di masing-masing tingkatan dari tahun 2013 mengalami kenaikan yang relatif stabil. Hal ini menandakan minat masyarakat untuk sekolah di Kota Tasikmalaya termasuk tinggi. Semakin tinggi tingkatan sekolahnya semakin turun tingkat partisipasi sekolahnya. Berbagai alasan yang melatarbelakangi antara lain kekurangan biaya, keterbatasan akses ke sekolah, keharusan untuk mencari nafkah, menikah dan lain-lain.

Tabel 2.21.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Tasikmalaya

Tahun 2013-2016

Indikator 2013 2014 2015 2016

1. APS usia 7-12 tahun (SD) 99,74 99,78 99,83 99,85

2. APS usia 13-15 tahun (SLTP) 93,61 93,70 93,79 93,82

3. APS usia 16-18 tahun (SMA/K) 89,17 89,26 89,30 89,32

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Tahun 2016

2. Ketersediaan Sekolah

(33)

jumlah sekolah diakibatkan minat peserta didik tingkat ini lebih mengutamakan SMA/SMK favorit sehingga SMA dengan kualitas kurang baik menjadi kurang diminati dan pada akhirnya membubarkan diri.

Tabel 2.22.

Jumlah Sekolah di Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016

No Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/MA

/SMK JUMLAH

1 2013 310 112 98 520

2 2014 300 105 93 498

3 2015 284 109 103 506

4 2016 276 111 99 486

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Tahun 2016.

Sebaran sekolah perkecamatan dapat terlihat pada tabel 2.23, untuk tingkat SD dan SMP relatif sebaran antarkecamatan cukup merata, namun sebaran SMA agak sedikit timpang, Kecamatan Tawang, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Cipedes dan Kecamatan Indihiang jumlahnya lebih banyak dibanding kecamatan lain. Persebaran ini dirasa masih kurang dalam menggambarkan ketersedian sarana pendidikan, rasio guru-murid dan rasio kelas-murid dapat melengkapinya.

Tabel 2.23

Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya

Tahun 2016

No Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK JUMLAH

1 Kawalu 41 18 10 69

2 Tamansari 26 15 14 55

3 Cibereum 27 11 8 46

4 Purbaratu 18 5 5 28

5 Tawang 28 12 18 58

6 Cihideung 30 15 13 58

7 Mangkubumi 32 10 7 49

8 Indihiang 19 6 10 35

9 Bungursari 24 10 5 39

10 Cipedes 31 9 9 49

Kota Tasikmalaya 276 111 99 486

(34)

Kondisi ruang kelas SD/SDLB di Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.24

Kondisi Ruang Kelas SD/SDLB Tahun 2016

No. KECAMATAN

Ruang kelas SD/SDLB

Baik Rusak

Ringan Rusak Berat Jumlah

Tasikmalaya 1.285 521 101 1.907 1 Bungursari 73 54 1 128 2 Cibeureum 73 63 3 139 3 Cihideung 123 29 25 177 4 Cipedes 157 59 12 228 5 Indihiang 116 38 - 154 6 Kawalu 171 91 22 284 7 Mangkubumi 169 54 11 234 8 Purbaratu 57 31 7 95 9 Tamansari 128 49 13 190 10 Tawang 218 53 7 278 Sumber : Dinas Pendidikan, data diolah Tahun 2017.

Tabel 2.25

Kondisi Ruang Kelas MIN/MIS Tahun 2016

No. Nama Sekolah

Ruang kelas MI Negeri/Swasta

Baik Rusak Ringan

Rusak

Berat Jumlah

Tasikmalaya 248 92 25 365

1 Bungursari 18 16 3 37

2 Cibeureum 51 25 5 81

3 Cihideung 26 7 - 33

4 Cipedes 13 6 2 21

5 Indihiang 5 1 - 6

6 Kawalu 52 4 1 57

7 Mangkubumi 18 12 1 31

8 Purbaratu 21 6 4 31

(35)

No. Nama Sekolah Ruang kelas MI Negeri/Swasta

10 Tawang 1 4 - 5

Sumber : Dinas Pendidikan, data diolah 2017.

Sedangkan untuk kondisi ruang kelas SMP/SMPLB adalah sebagai berikut :

Tabel 2.26

Kondisi Ruang Kelas SMP/SMPLB Tahun 2016

No. KECAMATAN

Kondisi Ruang Kelas SMP/SMPLB

Baik Rusak Ringan

Rusak

Berat Jumlah

Tasikmalaya 801 96 12 909

1 Bungursari 38 8 0 46

2 Cibeureum 71 13 0 84

3 Cihideung 103 13 7 123

4 Cipedes 103 11 2 116

5 Indihiang 89 13 1 103

6 Kawalu 89 14 2 105

7 Mangkubumi 55 8 0 63

8 Purbaratu 12 7 0 19

9 Tamansari 59 0 0 59

10 Tawang 182 9 0 191

Sumber : Dinas Pendidikan, data diolah 2017.

Tabel 2.27

Kondisi Ruang Kelas MTs Negeri/Swasta Tahun 2016

No

. KECAMATAN

Ruang Kelas MTs Negeri/Swasta

Baik Rusak Ringan

Rusak

Berat Jumlah

Tasikmalaya 282 60 28 370

1 Bungursari 28 3 0 31

2 Cibeureum 63 4 2 69

3 Cihideung 24 9 1 34

(36)

No

. KECAMATAN Baik

Rusak Ringan

Rusak

Berat Jumlah

5 Indihiang 11 9 2 22

6 Kawalu 45 15 8 68

7 Mangkubumi 26 4 5 35

8 Purbaratu 18 3 4 25

9 Tamansari 45 9 6 60

10 Tawang 0 4 0 4

Sumber : Dinas Pendidikan, data diolah 2017.

3. Rasio Guru-Murid

Salah satu penunjang peningkatan angka indikator rata-rata lama sekolah adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, seperti jumlah sekolah dan ruang kelas/rombongan belajar (rombel) yang mencukupi untuk semua penduduk usia sekolah, juga banyaknya guru yang mengajar mencukupi untuk semua murid. Selain jumlah guru yang mencukupi, kualitas guru pun sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan

Tabel 2.28

Rasio Guru-Murid dan Kelas-Murid

SD/MI di Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Tahun Jumlah Guru JumlahMurid Guru-MuridRasio Kelas-MuridRasio

2013 3.798 76.606 1 : 20 1 : 28

2014 3.640 84.313 1 : 23 1 : 32

2015 3.545 75.085 1 : 22 1 : 29

2015 3.672 74.839 1 : 20,33 1 : 33

Sumber: : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2016.

(37)

siswa usia sekolah untuk mengikuti pendididkan sekolah dasar di Kota Tasikmalaya tinggi, sementara belum ada penambahan ruang kelas baru lagi, sehingga rasio kelas-murid meningkat.

Tabel 2.29

Rasio Guru-Murid dan Kelas-Murid

SMP/MTs di Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016

Tahun Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio Guru-Murid

Rasio Kelas-Murid

2013 2.294 34.543 1 : 15 1 : 41

2014 2.682 38.679 1 : 14 1 : 30

2015 2.682 38.679 1 :14 1 : 30

2016 2.762 39.337 1:14,25 1:35,00

Sumber: : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2013-2016.

Rasio guru-murid SMP/MTs di Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016 berkisar antara 1:14 sampai 1:15. Di tahun 2013, rasionya mencapai 1:15, namun tahun berikutnya menurun sampai pada rasio 1:14. Namun di tahun 2016, rasionya meningkat kembali pada 1:14,25. Hal ini menunjukkan bahwa satu orang guru SMP/MTs di Kota Tasikmalaya melayani 14 atau 15 orang murid SMP/MTs. Sementara untuk rasio kelas-murid taun 2013-2016, tahun 2013 mencapai rasio yang paling tinggi mencapai 1:41. Hal ini bias diakibatkan karena minat siswa usia sekolah untuk mengikuti pendididkan SMP/MTs di Kota Tasikmalaya tinggi, sementara jumlah ruang kelas tidak bertambah, sehingga rasio kelas-murid meningkat. Namun di tahun selanjutnya terjadi penurunan sampai mencapai rasio 1:30. Dan di tahun 2016 meningkat kembali pada rasio 1:35. Hal ini mungkin disebabkan belum adanya penambahan ruang kelas baru.

4. Angka Kelulusan:

Angka kelulusan untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.30.

Angka Kelulusan Tahun 2013-2016

Jenjang pendidikan 2013 2014 2015 2016

SD / MI 100 100 100 100

SMP / MTs 100 100 100 100

SMA / MA / SMK 100 100 100 99,99

(38)

2.3.1.2. Urusan Kesehatan

Data capaian pelayanan umum urusan kesehatan dalam kurun waktu tahun 2013 – 2016 secara umum mengalami tren yang terus meningkat. Secara lengkap data capaian indikator kinerja pembangunan daerah urusan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.31.

Capaian Indikator Pelayanan Umum Urusan Kesehatan Tahun 2013 -2016

No.

Indikator Kesehatan Capaian Kinerja

2012 2013 2014 2015 2016

1. Kesehatan

2.1. Rasio posyandu per satuan balita (per 1.000)

14,86 15,17 15,47 22,6 16,24

2.2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk (per 1.000)

0,15 0,15 0,15 0,157 0,1

2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk (per 1.000)

0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

2.4. Rasio dokter per satuan penduduk (per 1.000)

0,55 0,55 0,51 0,63 0,56

2.5. Rasio tenaga kesehatan per satuan penduduk (per 1.000)

2,49 2,50 2,51 2,46 2,95

2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%)

74 86,04 103,16 9,49 98,17

2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (%)

86,85 92,94 104,42 95,3 92,82

2.8. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) (%)

90 100 100 100 100

2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%)

100 100 100 100 100

2.10.Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%)

85,01 85,1 90 100 90

2.11.Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%)

(39)

No.

Indikator Kesehatan Capaian Kinerja

2012 2013 2014 2015 2016

2.12.Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%)

100 100 100 100 100

2.13.Cakupan kunjungan bayi (%)

9,78 91,97 106,4 96,3 96,5

2.14.Cakupan puskesmas (per kecamatan) (%)

200 200 200 210 210

2.15.Cakupan puskesmas pembantu (per kelurahan) (%)

30,43 33,43 33,43 39,98 66,67

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2017.

2.3.1.3. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Perkembangan urusan pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan rakyat selama kurun waktu tahun 2012-2017 dijabarkan berdasarkan beberapa indikator yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.32

Capaian Indikator Pelayanan Umum Urusan Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat

No

Indikator Kinerja Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (point)

0,52 0,81 0,95 0,99 1,09 0.95

2 Panjang Jalan

Kota (km) - 399,160 400,360 402,229 402,229 450,742 3 Rasio Jaringan

Irigasi (point) 0,01 0,012 0,02 0,019 0,024 0.026 4 Luas areal

0 9.261,20 9.261,20 9.261,20 9.261,20 5 Panjang irigasi

dalam kondisi baik (km)

- 18,080 13,480 20,890 32,100 22,41

6 Panjang jalan

(40)

No

Indikator Kinerja Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

5 Persentase penanganan sampah (%)

38 39,8 33,11 52,01 54,10 56.43

6 Rumah tangga

ber-Sanitasi (%) 61,78 50 46 37,25 40,05 55,36

Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Total panjang jalan pada tahun 2013 dan 2014 merupakan hasil inventarisasi Dinas Bina Marga Pengairan Pertambangan dan Energi. Panjang jalan pada tahun 2015 dan 2016, berdasarkan Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor 541.3/Kep.282-DBMPPE/2015 tentang Penetapan Status Ruas Jalan di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai Jalan Kota yaitu sepanjang 402,229 km sebagai hasil tambahan pembangunan jalan baru. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di tahun 2016 melebihi panjang kota yang tercantum dalam Keputusan Walikota, hal tersebut dikarenakan masih terdapat ruas jalan yang belum terinventarisasi.

Pada tahun 2017 terdapat perubahan Keputusan Walikota Nomor 541.3/Kep.282-DBMPPE/2015 dengan diterbitkannya Keputusan Walikota Tasikmalaya nomor 541.03/Kep.136-DPUPR/2017 tentang Penetapan Status Ruas Jalan di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai Jalan Kota menyebutkan bahwa panjang jalan kota adalah 450,742 KM.

2.3.1.4. Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Pelaksanaan urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman salahsatunya adalah serah terima aset Prasarana Sarana Utilitas Perumahan Formal dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.33.

Prasarana Sarana Utilitas Perumahan Formal

No Indikator Kinerja

Tahun

Jumlah 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1

(41)

Meskipun belum tertangani seluruhnya, konsistensi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.34.

Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni

Kegiatan Satuan Tahun Juml

ah

2013 2014 2015 2016 2017

Rehabilitasi Rumah Tidak Layak huni

Unit 642 1.168 1.486 270 626 4.192

Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, 2017.

Berdasarkan Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2017, jumlah RTLH yang tersisa saat ini sebanyak 12.504 unit. Prioritas lain dalam pelaksanaan urusan perumahan dan permukiman adalah penanganan kawasan kumuh. Target nasional penanganan wilayah kumuh di Kota Tasikmalaya telah ditetapkan melalui Keputusan Walikota Tasikmalaya pada Tahun 2014 terdiri dari 18 (delapan belas) lokasi dengan luas total 276,17 hektar. Intervensi penanganan terhadap lokasi kawasan kumuh tersebut dilakukan dengan integrasi program antara pemerintah baik Kota, Provinsi maupun Pusat dan swasta, berhasil mengurangi luas kawasan kumuh menjadi 206,24 hektar berdasarkan identifkasi Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kota Tasikmalaya yang dilakukan pada Tahun 2016. Dan pada tahun 2017 hasil Updating RP2KP-KP Program KOTAKU, sisa luasan kawasan kumuh menjadi 152,99 hektar dengan rincian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.35.

Kawasan Kumuh di Kota Tasikmalaya Berdasarkan SK Walikota

No Nama Kelurahan Kriteria Kekumuhan

Luas Kawasan

Kumuh (Ha) Sisa L (Ha)

1 Talagasari Kumuh Ringan 15,95 8,26

2 Mulyasari Kumuh Ringan 33,18 3,57

3 Cipedes Kumuh Ringan 20,16 13,45

4 Gunung Tandala Kumuh Ringan 5,27 3,17

5 Panglayungan Kumuh Ringan 9,83 11,84

6 Kahuripan Kumuh Ringan 12,04 11,49

7 Lengkongsari Kumuh Ringan 23,98 4,2

8 Panyingkiran Kumuh Sedang 11,73 7,92

9 Sukamaju Kaler Kumuh Ringan 3,62 2,53

10 Sukamaju Kidul Kumuh Ringan 20,15 17,25

11 Cilembang Kumuh Ringan 35,77 32,06

12 Argasari Kumuh Ringan 3,78 3,78

No Nama Kelurahan Kriteria Kekumuhan

Luas Kawasan

(42)

No Nama Kelurahan Kriteria Kekumuhan

Luas Kawasan

Kumuh (Ha) Sisa L (Ha)

1 Talagasari Kumuh Ringan 15,95 8,26

13 Nagarawangi Kumuh Ringan 22,76 10,36

14 Mangkubumi Kumuh Ringan 20,17 3,64

15 Linggajaya Kumuh Ringan 22,7 7,05

16 Bantarsari Kumuh Sedang 7,32 6,58

17 Cipari Kumuh Ringan 2,78 1,9

18 Cipawitra Kumuh Ringan 4,98 3,94

JUMLAH 276,17 152,99

2.3.1.5. Urusan Keamanan, Ketertiban Umum dan Linmas

Urusan keamanan, ketertiban umum dan Linmas dilaksanakan oleh 2 (dua) perangkat daerah yaitu Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP Damkar), dan Kantor Kesatuan Bangsa. Data capaian indikator urusan keamanan, ketertiban umum dan linmas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.36.

Capaian Indikator Urrusan Keamanan, Ketertiban Umum dan Linmas

Uraian 2013 2014 2015 2016

Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk (per 10.000)

3,1 0,56 1,22 1,17

Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk (per 10.000)

39 33,77 59,01 56,42

Penegakan PERDA (%) 90 63,53 80 74,73

Cakupan patroli petugas Satpol PP (%) 12,5

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3

(ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kota (%)

84 85 85 85,71

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Wilayah Kota (%)

0,0039 0,0040 0,0059

Cakupan pelayanan bencana kebakaran kota (%)

59,6 59,6 59,6

Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) (%)

70 69,6 68,9

Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran, 2016.

(43)

merupakan kewenangan Satpol PP dalam pemantauannya, diantaranya disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2.37.

Perda yang dikawal oleh Satpol PP Kota Tasikmalaya

Tahun Perda

No.

Perda Nama Perda Sanksi Keterangan

2003 4 Penyelenggaraan Reklame adm & pidana

29 K3 pidana

2004 17 Irigasi pidana

2009 3 Penyelenggaraan Adm

Kependudukan

adm

4 Penataan Menara Telekomunikasi

adm & pidana diubah Perda 10/2013

11 Trantib adm & pidana

2010 2 Pengelolaan Air Tanah adm & pidana

2012 3 Retribusi Perizinan Tertentu Pidana

4 RTRW 2011-2031 adm & pidana

2013 1 Penyerahan PSU adm & pidana

3 Bangunan Gedung adm & pidana

2014 1 Penyelenggaraan PT, PP, TM adm & pidana diubah Perda 1/2015

6 Hutan Kota adm & pidana

7 Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius

adm

8 Penyelenggaraan Kepariwisataan

adm & pidana

2015 7 Pengawasan Minuman

beralkohol

adm & pidana

Dari data yang tersedia dan merupakan hasil pelaksanaan pengawasan dan penyelidikan di lapangan, baik secara langsung maupun sebagai bentuk tindak lanjut dari laporan masyarakat, tingkat penyelesaian penegakan Peraturan Daerah dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2.38.

(44)

No Jenis Perda Frekuensi Pelanggaran

Penanggulangan Keteranga n Selesai Tidak

1. Perda tentang Izin Gangguan 65 50 15

3. Perda tentang TDP 60 50 10

4. Perda tentang IMB 88 70 18

5. Perda tentang SIUP 62 45 17

6. Perda tentang Penataan Bangunan

50 35 15

8. Perda tentang Pasar Modern 3 - 3

10. Perda tentang RTRW 40 25 15

Jumlah 368 275 93 74,73 %

Sedangkan capaian rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk memang masih sangat rendah yang diakibatkan sangat kurangnya jumlah anggota Polisi Pamong Praja yang ada. Jika mengacu pada ketentuan Permendagri Nomor 60 Tahun 2012, maka jumlah pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tasikmalaya, di luar pegawai yang menangani administrasi/kesekretariatan, adalah sebanyak 351 sampai dengan 450 pegawai. Sedangkan jumlah anggota Polisi Pamong Praja yang ada pada saat ini hanya sejumlah 45 orang ditambah dengan jumlah staf yang diperbantukan dan ditugaskan sebagai anggota menjadi sejumlah 80 orang. Dengan jumlah kisaran penduduk Kota Tasikmalaya berdasarkan data profl pembangunan Kota Tasikmalaya Tahun 2016 adalah sebanyak 684.819 jiwa, maka rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk, adalah hanya sebesar 1,17, masih jauh dari target yang hendak dicapai yaitu sebesar 6,1.

Pada Tahun 2014, jumlah anggota Linmas adalah sebanyak 2.702 orang yang tersebar di 69 Kelurahan se Kota Tasikmalaya dengan jumlah RT sebanyak 3.335. Sebagai tindak lanjut dari Permendagri No. 84 Tahun 2014 tentang Perlindungan Masyarakat, maka di Kota Tasikmalaya telah dibentuk struktur Satlinmas di tiap Kelurahan sebanyak 56 orang, sehingga pada Tahun 2016 total jumlah anggota Linmas di Kota Tasikmalaya meningkat menjadi sejumlah 3.864 orang dengan rasio per 10.000 penduduk sebesar 56,42 melebihi target yang ditetapkan yaitu 42.

(45)

2.3.1.6. Urusan Sosial

Capaian layanan urusan sosial dapat diihat pada tabel berikut. Tabel 2.39.

Capaian Pelayanan Umum Urusan Sosial

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016

Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi (%) – bukan persentase, tp jumlah

102 96 85 79

PMKS yg memperoleh bantuan sosial

(%) 75,78 76,80 78,83 83,81 Penanganan penyandang masalah

kesejahteraan sosial

4,10 75,67 77,03 79,07

Sumber : Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, 2016.

2.3.2. Layanan Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar 2.3.2.1. Tenaga kerja

Pelayanan urusan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Sosial, tenaga kerja dan Transmigrasi dari kurun waktu 2013-2016 dan pada tahun 2017 seiring dengan pembentukan organisasi perangkat daerah, penanganan urusan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi. Berikut capaian pelayanan urusan tenaga kerja sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.40. Ketenagakerjaan

Uraian 2013 2014 2015 2016

Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 64,22 60,67 66,21 62,69 Angka sengketa pengusaha-pekerja per

tahun (%) 17,78 10,71 13,85 14,67

Pencari kerja yang ditempatkan (%) 5,25 7,04 5,32 7,32

Tingkat pengangguran terbuka (%) 6,52 5,38 5,46 *

Keselamatan dan perlindungan (%) 6 4,82 4,15 3,60

Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

(%) 0 0 0 0

*Tidak dilakukan perhitungan dan Survey Angkatan Kerja Nasional secara nasional

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan BPS Kota Tasikmalaya, 2017.

(46)

Gambaran umum pelayanan urusan pemberdayaan perempuan dan anak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.41.

Pelayanan Umum Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Anak

Uraian

Tahun

2013 2014 2015 2016

Persentase partisipasi PNS perempuan Pemkot per angkatan kerja perempuan

4,68 2,27 2,08 n/a

Jumlah KDRT yang dilaporkan 20 12 4 n/a

Partisipasi angkatan kerja perempuan 43,29 45,45 47,50 n/a

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

100 100 100 n/a

Sumber : BPMP3A Kota Tasikmalaya, 2016.

2.3.2.3. Pangan

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman,beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketahanan pangan di suatu daerah mencakup empat komponen, yaitu: (1) kecukupan ketersediaan pangan; (2) stabilitas ketersediaan pangan tanpa fuktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun; (3) aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan; dan (4) kualitas/keamanan pangan.

Pangan strategis merupakan pangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang apabila ketersediaan dan harganya terganggu dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan menimbulkan gejolak di masyarakat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015, jenis pangan strategis ditetapkan berdasarkan alokasi pengeluaran rumah tangga secara nasional untuk pangan tersebut tinggi, memiliki pengaruh tingkat infasi dan memiliki kandungan gizi tinggi untuk kebutuhan manusia. Adapun jenis pangan strategis antara lain : beras, tepung terigu, kacang kedelai, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, cabe, bawang merah, gula dan minyak goreng.

Gambar

Gambar 2.7.Perkembangan Demograf Kota Tasikmalaya 2013 – 2017
Gambar 2.8.Peta Kepadatan Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2016
Gambar 2.8a.Perkembangan IPM Kota Tasikmalaya Tahun 2013-2016
Gambar berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut UU Pangan No 18 Tahun 2012, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan suatu negara hingga perorangan, yang tercermin dari ketersediaan pangan yang

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang. tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

Secara teori ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

• Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai

Adapun pengertian dari ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan individu, yang tercermin dari tersediannya pangan yang cukup, baik jumlah

Dalam PP tersebut definisi Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan