• Tidak ada hasil yang ditemukan

l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 48-53)

l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Total Fertility Rate (TFR) Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan dari tahun 2006 – 2009. Pada tahun 2006 TFR sebesar 2,6 meningkat pada tahun 2010 menjadi 2,9. Artinya penduduk Kabupaten Pekalongan rata-rata memiliki anak 2 – 3 orang. TFR tertinggi berada di Kecamatan Paninggaran yaitu sebesar 3,5.

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dari tahun 2006 sampai 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 PUS sebanyak 154.785 Pasangan meningkat menjadi 166.740 pasangan. Peserta KB Aktif juga mengalami peningkatan dari 77,89 % tahun 2006 menjadi 80.98 % pada tahun 2010, meningkat 12 %. Berikut ini perkembangan jumlah peserta KB dari tahun 2006 – 2010 :

Tabel 2. 44

Banyaknya Peserta KB Aktif dan Pasangan Usia Subur (PUS) Tahun 2006 – 2010

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

1. Peserta KB Aktif 120.565 125.279 125.841 129.678 135.028

2. Pasangan Usia

Subur 154.785 158.287 159.783 163.708 166.740

3. Persentase (%) 77,89 79,15 78,76 79,22 80,98

Sumber :

Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Kab. Pekalongan tahun 2010 Kesadaran PUS untuk berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase peserta KB Baru pada tahun 2009 sebesar 84,42 % (17.333 PUS dengan Target Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta Baru sebesar 20.533 PUS) meningkat menjadi 106,42 % pada tahun 2010 (19.555 PUS dengan Target Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta Baru sebesar 18.376).

Sedangkan unmetneed (persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB) Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 – 2010 mengalami penurunan. Pada tahun 2006 sebanyak 11,02% menurun pada tahun 2010 menjadi 8,56%. Walaupun demikian kondisi ini masih dibawah target SPM Keluarga Berencana dan Keluarga sejahtera yang tertuang dalam Peraturan Kepala

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor: 55/HK-010/B5/2010 pada tahun 2014.

Alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh masyarakat Kabupaten Pekalongan adalah kontrasepsi suntik. Pada tahun 2009 tercatat 88.966 orang (68,61 persen) menggunakan alkon suntik. Peserta yang menggunakan alat kontrasepsi Pil sebanyak 22.638 orang (17,46 persen), sedangkan peserta dengan kontrasepsi Implant menempati urutan ketiga sejumlah 10.257 orang ( 7,91 persen). Laki-laki yang menggunakan alat kontrasepsi masih relative sedikit dan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2009 persentase pengguna MOP dan Kondom sebesar 1,93% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 yaitu 2,44%. Cakupan alat dan obat kontrasepsi sesuai dengan permintaan masyarakat pada tahun 2010 mencapai 35,93%. Kondisi ini sudah diatas target SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (sebesar 30% per tahun)

Cakupan PUS yang menjadi anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber KB sampai dengan tahun 2010 sebesar 85,00%. Anggota UPPKS sebanyak 23.675 orang dan yang mengikuti KB sebanyak 20.122 orang. Jumlah penduduk Pra sejahtera dan sejahtera di Kabupaten Pekalongan sebanyak 112.500 orang, dan baru 21,04% yang menjadi anggota UPPKS. Sedangkan jumlah kelompok Bina Keluarga Balita pada tahun 2010 sebanyak 490 kelompok, Bina Keluarga Remaja sebanyak 165 kelompok, Bina Keluarga Lansia sebanyak 203 kelompok dan Pusat Informasi Komunikasi (PIK) Remaja sebanyak 27 kelompok.

Jumlah petugas lapangan keluarga berencana di Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan. Pada tahun 2006 sebanyak 81 orang dan pada tahun 2010 menjadi 67 orang. Berdasarkan perhitungan rasio PLKB dengan jumlah desa/kelurahan, ternyata Kabupaten Pekalongan memiliki rasio 1:4 atau 5. Artinya 1 PLKB dalam menjalankan tugasnya memiliki daerah dampingan sebanyak 4 sampai 5 desa/kelurahan. Kondisi ini yang menyebabkan informasi tidak dengan mudah diterima oleh akseptor KB. Sesuai dengan target SPM, rasio PLKB dengan desa/kelurahan adalah 1:2. Sedangkan PPKBD (Petugas Pembantu Pembina KB Desa) di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2006 sebanyak 283 meningkat pada tahun 2010 menjadi 285. Rasio PPKBD dengan kelurahan/desa adalah 1:1 artinya setiap Desa/Kelurahan harus memiliki 1 PPKBD. Kondisi di kabupaten Pekalongan saat ini sudah sesuai dengan target SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

m. Sosial

Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Pekalongan yang menonjol dan perlu mendapatkan penanganan lebih antara lain yaitu; Keluarga Fakir Miskin yang pada tahun 2010 berjumlah 44.272 KK atau 133.624 jiwa; Keluarga yang Berumah Tidak Layak Huni yang pada tahun 2010 sejumlah 11.908 KK; Anak Terlantar tahun 2010 sebanyak 1.220 anak; Lanjut Usia Terlantar ada 3.720 jiwa; dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi tahun 2010 sebanyak 4.601 jiwa.

Tahun 2006-2010 telah dilakukan kegiatan penanganan dan pelayanan terhadap kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial. Penanganan PMKS KFM total adalah 3010 KK, keluarga yang berumah tidak layak huni sudah 748 KK tertangani, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana terbantu sebanyak 2.125, penyandang cacat sebanyak 438 terlayani, anak terlantar sebanyak 238 tertangani, LUT sebanyak 357 orang tertangani, WRSE yang tertangani baru 96, dan anak nakal yang mendapatkan penanganan berkelanjutan adalah rata-rata 100 orang tiap tahunnya kecuali tahun 2009 hanya 50 saja.

Tabel 2. 45

Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun 2006 – 2010

NO

Jenis PMKS Tahun 2010 Populasi 2006 2007 yang sudah ditangani 2008 2009 2010 PMKS :

1 Keluarga Fakir Miskin

(KFM) 44.272 - 430 1.350 1.230 -

2 Keluarga berumah Tidak

layak huni (RTLH) 11.908 190 - 8 550 -

3 Masyarakat yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana (DRB) 6.695 100 40 300 153 1532 (bantuan ) 4 Penyandang Cacat (PENCA) 6.338 65 - 242 78 53

5 Anak Terlantar (AT) 1.220 25 85 70 39 20

6 Lanjut Usia Terlantar

(LUT) 3.720 50 180 60 62 5

7 Wanita Rawan Sosial

Ekonomi (WRSE) 4.601 - - - 96 - 8 Anak Nakal *) 179 100 100 100 50 100 PSKS : 9 Karang Taruna (KT) (Desa,Kec,Kab) *) 305 284 303 35 15 1 10 Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 1.428 72 108 143 15 2 11 Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS) 169 57 49 31 - - 12 Organisasi Sosial 20 7 5 6 8 - 13 Dunia Usaha 9 - - 1 - -

Ket : *) Penanganan berkelanjutan.

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sampai dengan tahun 2009 jumlah Keluarga Fakir Miskin (KFM) yang telah ditangani baru mencapai 6,79% atau 3.010 KFM dari 44.272 FKM hal ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan.

Selanjutnya jumlah Keluarga Berumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebanyak 11.908 RTLH, dari jumlah tersebut sampai dengan tahun 2009 baru mencapai 6,28% (748 RTLH) yang sudah direalisasikan atau ditangani, hal ini menunjukkan bahwa persoalan penyediaan rumah layak huni masih jauh dari harapan.

Penyandang Masalah Kesejahteraan social (PMKS) terkait dengan penyandang cacat (PENCA) dan anak terlantar merupakan masalah yang masih dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Jumlah Penyandang Cacat yang ditangani sampai dengan tahun 2010 baru mencapai 6,91% sedangkan anak terlantar baru mencapai 19,59%.

Rendahnya kemampuan dan ketrampilan wanita dalam kegiatan ekonomi produktif memberikan kontribusi meningkatnya jumlah Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE), sampai dengan tahun 2010 jumlah WRSE mencapai 4.601 orang dan baru dapat ditangani sebanyak 2,08% atau 96 WRSE, demikian juga dari gambaran kondisi umum tersebut dapat dikemukakan bahwa penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kabupaten Pekalongan belum dapat terwujud secara optimal, hal ini mencerminkan bahwa pelayanan dan fasilitasi terhadap pemecahan masalah sosial belum berjalan secara efektif dan menyeluruh.

Dalam penanganan masalah PMKS khususnya anak cacat, anak terlantar direhabilitasi melalui panti sosial. Jumlah panti sosial sebanyak 11 unit dengan jumlah penyandang PMKS yang terlayani sebanyak 375 orang.

n. Ketenagakerjaan

Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi seluruh rakyat Indonesia serta memberikan peluang usaha bagi masyarakat. Pembangunan dibidang ketenagakerjaan adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Pembangunan Nasional, dimana sasaran utamanya adalah memperluas dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Selanjutnya salah satu aspek penduduk yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia adalah ketenagakerjaan, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Bagi individu-individu, dimensi ekonomi berkaitan dengan pemenuhan hidup sehari-hari, dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan lapangan kesempatan kerja / berusaha sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Kendala yang dihadapi dalam perluasan lapangan kerja saat ini yaitu penyerapan melalui kegiatan proyek pembangunan yang tidak sebanding dengan besarnya angkatan kerja yang ada. Masalah lain adalah jumlah penduduk usia kerja yang sangat besar tetapi dengan basis pendidikan dan ketrampilan rendah.

Masalah pokok ketenagakerjaan adalah adanya kesenjangan antara angkatan kerja (pencari kerja) dengan kesempatan kerja yang tersedia, sehingga menyebabkan pengangguran. Kondisi jumlah pencari kerja di Kabupaten Pekalongan fluktuatif dikarenakan jumlah penduduk usia kerja yang meningkat sehingga mengakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat pula. Hal ini dikarenakan adanya kesadaran masyarakat pencari kerja yang meningkat akan manfaat AK-1 atau Kartu Pencari Kerja yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pekalongan, yang berarti kebutuhan akan AK-1 dari masyarakat juga meningkat. Semakin banyaknya manfaat dari AK-1 juga yang mendorong masyarakat untuk membuatnya. Sebagian besar pencari kerja kualifikasi pendidikannya adalah lulus SLTA sebesar 64,32% atau 18.919 orang dan 19,09% atau 5.616 orang berpendidikan sarjana dan jumlah pencari kerja perempuan relatif sama dengan jumlah penjari kerja laki-laki. Gambaran tentang jumlah pencari kerja selama tahun 2010 berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 46

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Pekalongan Tahun 2010

Pendidikan Laki – Laki Jenis Kelamin Jumlah (orang) Perempuan (orang)

1. Tidak tamat SD 3 0 3 2. S D 76 61 137 3. SLTP 592 532 1.124 4. SLTA 9.570 9.349 18.919 5. D I 101 214 315 6. D II 302 254 556 7. D III 1.176 1.570 2.746 8. SARJANA 2.670 2.945 5.615 Jumlah 14.490 14.925 29.415 Sumber : BPS, Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinsosnakertrans Kabupaten Pekalongan selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 jumlah pencari kerja mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 2010 jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinsosnakertrans sebanyak 29.415 orang atau naik sekitar 11,57% dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini menunjukkan minat dan motivasi masyarakat untuk mencari lapangan pekerjaan sangat besar. Gambaran secara rinci jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinsosnakertrans dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. 47

Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Tahun Jenis Kelamin

Jumlah Kenaikan (%) L P 2006 2007 2008 2009 2010 9.691 10.408 11.508 13.329 14.490 10.269 10.725 11.554 13.034 14.925 19.960 21.133 23.057 26.363 29.415 18,69 5,88 9,10 14,34 11,57 Sumber : Dinas Dinsosnakertrans Tahun 2010.

Selanjutnya apabila dilihat dari penempatan tenaga kerja selama tahun 2006 sampai dengan 2010 baik AKAL, AKAD maupun AKAN tiap tahun secara keseluruhan mengalami peningkatan, pada tahun 2006 jumlah penempatan kerja sebanyak 699 orang yang terdiri jumlah AKAL sebanyak 397 orang, AKAD sebanyak 86 orang dan AKAL sebanyak 216 orang dan pada tahun 2011 jumlah penempatan kerja sebanyak 1.697 orang yang terdiri AKAL sebanyak 508 orang, AKAD sebanyak 1.022 orang dan AKAN sebanyak 467 orang. Selama lima tahun jumlah penempatan kerja mencapai 5.613 orang yang sebagian besar adalah AKAN yaitu mencapai 2.340 orang, AKAL mencapai 2.295 orang dan AKAD mencapai 1.278 orang. Gambaran secara rinci penempatan tenaga kerja selama tahun 2006-2010 berdasarkan AKAL, AKAD dan AKAN dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. 48

Jumlah Penempatan Tenaga Kerja No an Tenaga Penempat Kerja Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 L P L P L P L P L P 1 AKAL 257 140 129 322 155 157 243 384 182 326 2 AKAD 71 15 45 0 0 0 59 66 820 202 3 AKAN 78 138 22 217 45 701 18 654 41 426 Jumlah 406 293 196 539 200 858 320 1104 1043 654

Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Pekalongan Tahun 2010

Permasalahan yang sering muncul dalam bidang ketenagakerjaan yaitu masih tingginya tingkat kecelakaan kerja, hal ini dikarenakan masih rendahnya kemampuan, ketrampilan serta disiplin pekerja dalam menjalankan tugas serta masih rendahnya upaya dari pengguna kerja untuk melakukan perlindungan secara optimal kepada pekerja dari bahaya kecelakaan kerja. Dalam lima tahun terakhir rata-rata kecelakaan kerja mencapai 114 kasus kecelakaan kerja, angka terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 134 kasus kecelakaan kerja, sedangkan korban yang meninggal relatif kecil yaitu sebanyak 2 orang pada tahun 2007 dan pada tahun 2006 dan tahun 2010 masing-masing 1 orang meninggal dunia. Secara rinci kasus kecelakaan kerja dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Jumlah Kecelakaan Kerja yang Dilaporkan Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Tahun 2006 - 2010 NO kecelakaan kerja Jumlah kasus

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Didalam perusahaan 77 76 76 109 86

2 Diluar perusahaan 34 29 31 25 26

JUMLAH 111 105 107 134 112

Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Pekalongan Tahun 2010

Rendahnya ketrampilan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja dilakukan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh UPT Balai Latihan Kerja (BLK) secara kuantitas belum dapat menjangkau kebutuhan pencari kerja. Hal ini dapat dilihat jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari UPT BLK pada tahun 2009 sebanyak 160 orang dan pada tahun 2010 sebanyak 48 orang.

Disamping masalah kecelakaan kerja, masalah perselisihan hubungan industrial masih dijumpai di Kabupaten Pekalongan, rata-rata kasus perselisihan hubungan industrial selama tahun 2006 – 2010 sebanyak 12 kasus diluar kasus perselisihan hubungan industrial yang tidak dilaporkan ke Dinsosnakertrans, Jumlah kasus yang dilaporkan tersebut semuanya (100%) dipecahkan secara prosedural. Kasus perselisihan hubungan industrial yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebanyak 21 kasus dan tahun 2008 sebanyak 20 kasus.

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 48-53)