• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BALITA YANG BERKUNJUNG KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT-TURUT DI WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISTIK BALITA YANG BERKUNJUNG KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT-TURUT DI WILAYAH "

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK BALITA YANG BERKUNJUNG KE POSYANDU 3 BULAN BERTURUT-TURUT DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS ANTARA KOTA MAKASSAR

MUHAMMAD ALI AKSAN K211 10 304

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)
(3)
(4)

iv Muhammad Ali Aksan

“Karakteristik Balita Yang Berkunjung Ke Posyandu 3 Bulan Berturut- Turut Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar”

Tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam konsep Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015–2019 salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa muda. Penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita dan cakupan imunisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar. Jenis penelitian adalah penelitian survei deskriptif. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut dengan jumlah 357 sampel. Data diambil menggunakan data sekunder untuk mengetahui karakteristik balita. Data yang dikumpulkan diolah menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada karakteristik umur yang tertinggi pada kategori umur 24-59 bulan yaitu 194 balita (54,3%), terendah pada kategori umur 0-5 bulan yaitu 13 balita (3,6%). Jenis kelamin sampel yaitu jenis kelamin laki-laki 203 orang (56,9 %) jenis kelamin perempuan 154 orang (43,1 %). Untuk berat badan yang naik dari Bulan Maret ke Bulan April 2017 sebanyak 271 orang atau 75,9%, sedangkan berat badan tidak naik sebanyak 86 orang atau 24,1%.

Untuk berat badan yang naik dari Bulan April ke Bulan Mei 2017 sebanyak 290 orang (81,2%), sedangkan berat badan tidak naik 67 orang (18,8%). Balita dengan status gizi buruk sebanyak 9 balita (2,5%), status gizi kurang 43 orang (12%), dan status gizi lebih sebanyak 2 orang (0,6%). Jumlah balita dengan imunisasi lengkap 40 balita (11,2%) imunisasi tidak lengkap 317 balita (88,8%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar petugas kesehatan berperan aktif dalam menangani beberapa balita yang mengalami status gizi buruk, gizi lebih, dan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

Daftar Pustaka : 39 (1998 – 2015)

Kata Kunci : Karakteristik balita, kunjungan posyandu, status gizi

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „aalamin, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala keridhaan dan izin-Nya kepada penulis, berupa rezeki, kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Balita Yang Berkunjung Ke Posyandu 3 Bulan Berturut-Turut Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar” merupakan salah persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Keberhasilan penulis sampai pada tahap skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan seluruh staf Fakultas kesehatan Masyarakat.

2. Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes., Sp.GK. selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

3. Dr. Nurhaedar Jafar, Apt., M.Kes. selaku pembimbing I dan Dr. Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang selalu sabar dan senantiasa memberikan masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi.

(6)

vi

membangun demi menyempurnakan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan para staf Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Kedua orang tua R. Amar dan Rachmatiah serta kakak Accung, Isma, Accil, Aldy dan adik Rara dan Aco yang senantiasa memberikan nasihat, semangat, dan dukungan demi penyelesaian studi dan skripsi ini.

7. Teman-teman yang telah membantu selama ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan dan do‟anya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, peneliti sangat menghargai bila ada kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

Makassar, Agustus 2017

Muhammad Ali Aksan

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... . v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Umum tentang Posyandu ... 8

B. Tinjauan Umum tentang Balita ... 20

C. Tinjauan Umum tentang Imunisasi ……….. 31

D. Kerangka Teori ... 34

E. Kerangka Konsep ... 35

F. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

(8)

viii

F. Penyajian Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

B. Hasil Penelitian... 46

C. Pembahasan... 57

D. Keterbatasan Penelitian... 65

BAB V PENUTUP... 66

A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Jalur Pertumbuhan Normal Anak Balita .………... 28 2.2 Kerangka Teori ...……….... 34

2.3 Kerangka Konsep ……….. 35

(10)

x

Bulan Berturut-turut (Maret-Mei 2017) di Wilayah

Kerja Puskesmas Antara...………... 45 4.2 Tabel SKDN Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Antara Kota Makassar Tahun 2017... 46 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017…... 47 4.4 Distribusi Karakteristik Umur Balita Per Posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017 ... 49 4.5 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Balita Per

Posyandu di Wilayah KerjaPuskesmas Antara Kota

Makassar Tahun 2017... 50 4.6 Distribusi Karakteristik Berat Badan Balita Per

Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota

Makassar Tahun 2017... 51 4.7 Distribusi Karakteristik Berat Badan Balita Per

Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota

Makassar Tahun 2017... 52

(11)

xi Tabel

4.8

Judul

Distribusi Karakteristik Status Gizi Balita Per Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2017...

Halaman

53 4.9 Distribusi Karakteristik Imunisasi Balita Per Posyandu

di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar

Tahun 2017... 55 4.10 Distribusi Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi

Di Puskesmas Antara Kota Makassar... 57

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam konsep Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015–2019 salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi dapat membentuk SDM yang cerdas, sehat dan produktif. Penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan imunisasi serta prevalensi gizi kurang (1).

Posyandu adalah bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang di kelola oleh kader dengan sasaran seluruh masyarakat. Adapun tujuan diadakan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita (2).

Kunjungan adalah hal atau perubahan berkunjung ke suatu tempat.

Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi,

(13)

2

penyuluhan gizi, dan l ain sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali pertahun. Untuk ini kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun (3).

Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung dari jenis posyandunya (3).

Keaktifan keluarga terutama ibu tentu akan berpengaruh pada keadaan status kesehatan anak balitanya, karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status kesehatan masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Namun kesadaran masyarakat akan pemeliharaan kesehatan terutama balita masih kurang sehingga masih ditemukan balita dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangan (1).

Keaktifan kunjungan ibu membawa balitanya ke posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur ibu, pedidikan, pekerjaan, akses terhadap pelayanan kesehatan, dukungan kader, dukungan tokoh masyarakat, dan status ekonomi (4).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) menunjukkan bahwa Posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%, balita yang ditimbang secara rutin

(14)

(4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut adalah 45,4%, 29,1%, dan 25,5% (5).

Hasil Riskesdas pada tahun 2010 menunjukan bahwa semakin tinggi umur anak, semakin rendah cakupan penimbangan rutin yang dilakukan di posyandu (≥ 4 kali selama enam bulan terakhir). Semakin tinggi umur anak, semakin tinggi juga persentase anak yang tidak pernah ditimbang di posyandu. Balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1- 3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut adalah 49,4%, 26,8%, dan 23,8% (6).

Berdasarkan Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6 – 59 bulan yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih) 44,6%, ditimbang 1-3 kali 21,1%, dan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir 34, 3 % (7).

Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak aktif dalam kegiatan Posyandu antara lain tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapat vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap bulan (5).

Pertumbuhan merupakan komponen penting dalam penilaian status gizi dan dapat digunakan sebagai indicator dari kesehatan/kesejahteraan individu maupun populasinya. Pemantauan pertumbuhan seorang anak dapat

(15)

4

dinilai melalui pertambahan berat badan dan tinggi badan dibandingkan dengan usia anak. Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan kecenderungannya, pada bayi lahir sampai dewasa. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 % (2007) menurun menjadi 17,9 % (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 % (2013). Masalah stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 %. Tidak berubahnya prevalensi status gizi, terlihat dari kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5% (2007) menjadi 34,3 % (2013) (7).

Secara umum prevalensi gizi buruk anak balita di Sulawesi Selatan menurut hasil Riskesdas 2007 adalah 5,1% dan gizi buruk 12,5% dari 23 Kabupaten/Kota terdapat delapan Kabupaten/Kota di atas angka provinsi dan Sulawesi Selatan sudah mencapai target pencapaian program perbaikan gizi pada RPJM 2015 sebesar 20% sedangkan pada tahun 2010 prevalensi balita gizi kurang dan buruk menurut indikator BB/U sebanyak 25,0%, balita pendek dan sangat pendek menurut indikator TB/U sebanyak 39,0% dan prevalensi balita gizi buruk kurus dan sangat kurus menurut indikator BB/TB sebanyak 12,5%. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi gizi buruk kurang pada anak balita sebesar 25,6 persen, yang berarti masalah gizi berat- kurang di Sulawesi Selatan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi tinggi. Adapun prevalensi status gizi di kota makassar mulai dari status gizi buruk + kurang 19,7%, sangat pendek + pendek 36,5%,

(16)

sangat kurus + kurus 17,7%. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa ternyata masalah gizi di Kota Makassar sendiri masih sangat besar (7).

Balita yang memiliki tinggi badan dan berat badan ideal (TB/U normal dan BB/TB normal) jumlahnya 61,1%. Masih ada 38,9% Balita di Indonesia yang masing mengalami masalah gizi, terutama Balita dengan tinggi badan dan berat badan (pendek – normal) sebesar 23,4% yang berpotensi akan mengalami kegemukan. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada Balita, terdapat 3,4% Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi buruk-kurang pada Balita di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori sedang (Indikator WHO diketahui masalah gizi buruk-kurang sebesar 17,8%). Prevalensi Balita pendek cenderung tinggi, dimana terdapat 8,5% Balita sangat pendek dan 19,0%

Balita pendek. Masalah Balita pendek di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat masuk dalam kategori masalah kronis (berdasarkan WHO masalah Balita pendek sebesar 27,5%). Prevalensi Balita kurus cukup tinggi dimana terdapat 3,1% balita yang sangat kurus dan 8,0% Balita yang kurus. Masalah Balita kurus di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori akut (berdasarkan WHO diketahui masalah Balita kurus sebesar 11,1%). (8).

Di Puskesmas Antara sendiri, catatan berat badan lahir yang ada catatan sebanyak 35 balita (87,5%) dan tidak ada catatan sebanyak 5 balita (12,5%).

Berat badan lahir pada umumnya 2500 – 3999 gr sebanyak 34 balita (97,1%).

Balita yang ada catatan panjang badan lahir sebanyak 22 balita (55,0%) dan

(17)

6

tidak ada catatan sebanyak 18 balita (45,0%). Panjang badan lahir 48- 52 cm sebanyak 15 balita (68,2%) dan < 48 cm 7 balita (31,8%). Balita yang mendapat imunisasi lengkap sebanyak 29 balita (72,5%), tidak lengkap sebanyak 7 (17,5%), dan tidak imunisasi sebanyak 4 (10,0%). Balita yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 30 (75,0%) dan tidak ASI Eksklusif 10 (25,0%). Balita yang mendapat jenis MP-ASI local sebanyak 21 balita (52,5%), local+pabrikan sebanyak 18 (45,0%), dan pabrikan sebanyak 1 (2,5%) (9). Dari data di atas, diketahui bahwa ada karakteristik balita yang tidak lengkap/tidak ada catatannya di Puskesmas Antara Kota Makassar (9).

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah ini adalah bagaimana karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar..

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik balita yang berkunjung 3 bulan berturut- turut yaitu karakteristik umur, jenis kelamin, berat badan 3 bulan

(18)

berturut-turut, status gizi berdasarkan BB/U, dan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui jumlah frekuensi per posyandu dari karakteristik balita berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat bagi puskesmas dan orang tua sebagai sumber informasi terkait karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

2. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu yang dapat menjadi suatu proses pendidikan dalam pemanfaatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut.

3. Manfaat bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai karakteristik balita yang berkunjung ke posyandu 3 bulan berturut-turut di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makassar.

(19)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Posyandu 1. Definisi Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (10).

Posyandu terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanannya dilakukan secara koordinatif dan interatif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan pemberdayaan masyarakat (11).

Istilah posyandu yang dikenal sebagai pos pelayanan terpadu adalah suatu tempat yang kegiatannya tidak dilakukan setiap hari melainkan satu bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa pelayanan kesehatan yaitu (11):

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan berat badan balita.

b. Pelayanan Imunisasi.

c. Pelayanan kesehatan Ibu dan anak. Pelayanan ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalinan (nifas)

(20)

sementara pelayanan anak berupa deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera.

d. Pencegahan dan penanggulangan diare dan pelayanan kesehatan lainnya.

2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Adapun tujuan penyelenggaran posyandu adalah (11):

a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality Rate).

c. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat.

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga tercapai peningkatan cakupan pelayanan kesehatan.

f. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.

3. Fungsi Posyandu

Posyandu merupakan media diskusi, media informasi, media edukasi/pendidikan dan media fasilitasi (pembimbingan) bagi masyarakat (11).

(21)

10

4. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu antara lain (11):

a. Bayi Usia < 1 tahun b. Anak Balita 1 – 5 tahun

c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas d. Wanita Usia Subur (WUS)

5. Kegiatan Posyandu

Posyandu melakukan kegiatan antara lain (11):

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1) Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.

(22)

2) Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).

c) Perawatan payudara.

d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

3) Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jenis Pelayanan yang diselenggarakan di posyandu mencakup :

a) Penimbangan berat badan b) Penentuan status pertumbuhan c) Penyuluhan dan konseling

(23)

12

d) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.

Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

b. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.

c. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

d. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.

Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di

(24)

bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

e. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

6. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak Pemberdayaan Keterampilan Keluarga (PKK) desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas. Dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja (11):

a. Meja I : Pendaftaran b. Meja II : Penimbangan

c. Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

d. Meja IV : Komunikasi/penyuluhan perorangan berdasarkan KMS e. Meja V : Tindakan (pelayanan imunisasi, pemberian vitamin A dosis

tinggi berupa obat tetes mulut tiap bulan februari dan agustus, pengobatan ringan, pembagian pil atau kondom, konsultasi KB - Kesehatan).

7. Strata Posyandu

Posyandu dikelompokkan menjadi empat yaitu (11):

(25)

14

a. Posyandu Pratama (warna merah)

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang.Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, di samping karena jumlah kader yangterbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

b. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih.Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posynadu, antara lain :

1) Pelatihan tokoh masyarakat, dengan menggunakan Modul Posyandu dengan metode simulasi.

2) Menetapkan Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di posyandu, dengan tujuan untuk

(26)

merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.

c. Posyandu Purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader 5 atau lebih, cakupan 5 program utamanya lebih dari 50%. Mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas kurang dari 50% Kepala Keluarga (KK) di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dapt dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :

1) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat.

2) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kaut dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat/kelurahan, serta untuk kepentingan posyandu mengikutsertakan pula pengurus posyandu.

d. Posyandu Mandiri (warna biru)

Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan uatamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh

(27)

16

sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing.

8. Kunjungan Posyandu

Kunjungan Posyandu adalah berkunjung balita ke posyandu dalam pemantauan berat badan anak pada umur 0-59 bulan selama enam bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi “tidak pernah berkunjung selama enam bulan terakhir”, 1-3 kali yang berarti “tidak teratur”, dan 4-6 kali yang diartikan sebagai “teratur” (6).

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Ke Posyandu Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kunjungan ibu untuk membawa balitanya ke posyandu yaitu (12):

a. Umur Ibu

Usia dari orang tua terutama ibu yang relatif muda, maka cenderung untuk lebih mendahulukan kepentingan sendiri daripada anak dan keluarganya. Sebagian besar ibu yang masih berusia muda memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang gizi yang akan diberikan pada anaknya dan pengalaman dalam mengasuh anak.

(28)

b. Pendidikan

Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan ini diawali dengan cara pemberian informasi- informasi kesehatan. Pemberian informasi-informasi tentang cara- cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.

c. Pengetahuan

Seseorang yang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), maka ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan yaitu pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Pengetahuan dapat mengubah perilaku ke arah yang diinginkan. Perilaku yang diharapkan dari

(29)

18

pengetahuan ini dalam hubungannya dengan partisipasi ibu dalam berkunjung ke posyandu.

d. Pekerjaan

Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.

Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk.Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan.Semakin kecil pendapatan penduduk, semakin tinggi prosentase anak yang kekurangan gizi dan sebaliknya, semakin tinggi pendapatan, semakin kecil prosentase gizi buruk.

Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.

Faktor ekonomi dapat menjadi salah satu faktor penentu dari status gizi, maka perbaikan taraf ekonomi pada seseorang akan meningkatkan status gizi seseorang tersebut. Masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan dalam penyebab terjadinya masalah gizi tersebut. Perbaikan gizi dapat digunakan sebagai alat atau sasaran dari pembangunan untuk meningkatkan derajat peningkatan status gizi seseorang. Seseorang yang melakukan pekerjaan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk perbaikan gizi keluarganya, akan tetapi penghasilan yang didapatkan masih rendah, maka menyebabkan kemampuan untuk menyediakan

(30)

makanan bagi keluarga dengan kualitas dan kuantitas yang menjadi makanan dengan kandungan gizi yang terbatas.

e. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Terdapat kategori pelayanan kesehatan yaitu kategori yang berorientasi publik (masyarakat) dan kategori yang berorientasi pada perorangan (individu).Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung ke arah publik daripada arah individu-individu yang khusus.Pelayanan kesehatan perorangan akan langsung diarahkan ke individu itu sendiri. Seseorang dalam berpartisipasi harus didukung dalam partisipasinya, seperti adanya sarana transportasi. Kemudahan untuk mengakses lokasi atau tempat kegiatan, dan waktu pelaksanaan kegiatan dapat menjadi faktor pendukung partisipasi yang dilakukan oleh seseorang. Semakin dekat jarak tempuh rumah dengan tempat penyelenggaraan posyandu, maka akan lebih banyak masyarakat memanfaatkan posyandu.

f. Dukungan Keluarga

Kedudukan seorang istri dalam keluarga bergantung pada suami, sedangkan kedudukan seorang anak perempuan bergantung pada ayah. Keikutsertaan perempuan dalam suatu kegiatan biasanya harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari keluarga ataupun suaminya, sehingga keluarga ataupun suami tersebut dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keikutsertaan perempuan dalam suatu program.

(31)

20

g. Dukungan Kader Posyandu

Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memilikiwaktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Kader diharapkan mampu membawa nilai baru yang sesuai dengan nilai yang ada di daerahnya, dengan menggali segi-segi positifnya. Kader yang dipercaya oleh masyarakat, maka dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

h. Dukungan Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah orang-orang terkemuka karena mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu.Kelebihan dalam memberikan bimbingan, maka menjadikan sikap dan perbuatannya diterima dan dipatuhi serta ditakuti.Mereka tempat bertanya dan anggota masyarakat sering meminta pendapat mengenai urusan-urusan tertentu.

Proses partisipasi suatu program di dalam masyarakat dapat dilihat dari struktur masyarakat yang tidak mengucilkan setiap orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan masyarakat yang baik harus mendukung kelemahan yang ada di dalam diri setiap warganya dalam keikutsertaan sebuah program yang dilakukan di masyarakat, seperti ketidakpercayaan diri, lemah dalam berpikir ataupun berkata-kata.

B. Tinjauan Umum Tentang Balita 1. Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.

(32)

Menurut Sutomo. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun) (13).

Balita merupakan individu yang masih sangat rentan terhadap segala penyakit. Pada usia ini makanan yang bernutrisi sangat dibutuhkan tubuh untuk membantu mempertahankan daya tahan tubuh dan untuk pertumbuhan dan perkembangan (13).

Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zatzat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (13).

2. Standar Gizi Untuk Balita

Masa lampau berpengaruh besar terhadap masa yang akan datang.

Apa yang diberikan yang dilakukan kepada balita sangat menentukan terhadap pertumbuhan dan keadaan tubuh, serta beberapa perilaku pada saat remaja dan dewasa kelak. Karena itu, sejak usia balita orang tua harus memerhatikan pemberian gizi yang diperlukan oleh si kecil agar ia tumbuh kembang optimal, sehat, serta cerdas sesuai dengan harapan (14).

Adapun standar kecukupan gizi yang diperlukan untuk balita adalah sebagai berikut (14):

a. Kalori/ Energi

Jumlah energi yang dianjurkan dihitung berdasarkan jumlah konsumsi energi yang dibutuhkan oleh tubuh si kecil agar dapat

(33)

22

tumbuh kembang optimal. Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi selain protein dan lemak. Sumber utama karbohidrat dalam makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang berasal dari hewani.

b. Protein

Protein sebaga zat pembangun sangat diperlukan bayi dan balita untuk pembuatann sel-sel baru dan merupakan unsur pembentuk berbagai struktur organ tubuh seperti tulang, otot, gigi, dan lain-lain.

Selain itu, protein juga berperan dalam proses pembentukan enzim dan hormon yang dapat mengatur proses metabolisme dalam tubuh.

Sebagai antibodi, protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai macam penyakit dan infeksi.

c. Mineral dan Vitamin

Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600 ml susu mengandung kurang lebih 0,7-0,8 gram kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan tulang dan gigi. Menu yang setiap harinya mengandung susu, daging, ayam, ikan, telur, buah dan serealia (nasi, roti, kentang, mie), akan mengandung cukup vitamin dan mineral.

d. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi bagi tubuh. Energi tersebut sangat berguna dalam proses pembentukan kabel-kabel sarat pada otak bayi dan anak untuk proses berfikir, selain

(34)

itu energi juga diperlukan untuk melakukan berbagai proses metabolisme dalam otak.

3.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Status Gizi Balita 1. Sosial Ekonomi

Seseorang dengan kondisi sosial ekonomi yang semakin baik maka akan cenderung membutuhkan kehidupan kesehatan yang lebih tinggi. Dimana wanita dengan sosial ekonomi yang relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan seseorang yang kondisi ekonominya buruk.

Demikian juga dengan, wanita yang mempunyai penghasilan sendiri biasanya mempunyai kedudukan atau posisi yang lebih baik dalam kehidupan keluarga termasuk dalam hal memilih makanan untuk balita (15).

Distribusi pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur kemiskinan relatif. Distribusi pendapatan biasanya diperoleh dengan menggabungkan seluruh individu dengan menggunakan skala pendapatan seseorang kemudian dibagi dengan jumlah penduduk kedalam kelompok berbeda yang berdasarkan pengukuran atau jumlah pendapatan yang mereka terima (15).

Pendapatan adalah perolehan uang yang diterima oleh selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Pengaruh ekonomi terhadap keluarga dalam mengambil keputusan untuk memilih makanan bergizi berbeda pada

(35)

24

masing-masing individu. Pendapatan sangat memberikan pengaruh yang berarti pada masyarakat miskin meskipun yang berasal dari kalangan berada. Namun tidak mempunyai autonomy untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya. Pendapatan keluarga memberikan pengaruh berarti pada masyarakat di Desa atau Perkotaan.

Pengaruh yang diberikan tidak terbatas pada harga dari pelayanan kesehatan itu sendiri, akan tetapi meliputi uang yang harus dikeluarkan ketempat pelayanan kesehatan dalam mendapatkan pelayanannya.

Sedangkan pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder (15).

Apabila seseorang dengan kondisi pendapatan yang semakin baik maka ia akan cenderung membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya buruk.

Demikian juga dengan, wanita yang mempunyai penghasilan sendiri biasanya mempunyai kedudukan atau posisi yang lebih baik dalam kehidupan keluarga yaitu mereka tidak terlalu tergantung pada orang lain dan lebih cenderung cepat mengambil kesimpulan termasuk dalam hal memilih makanan bergizi (16).

(36)

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitiaf merupakan dominan dan alat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (17). Pengetahuan adalah awal proses manusia atau menggunakan daya pikirannya, sehingga ia mampu membedakan mana yang ril dan mana yang ilusi. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan (18).

Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan seorang ibu dalam menyediakan makanan yang bergizi guna mendapat kesehatan yang baik serta mempertahankan kesehatan (19).

(37)

26

3. Sosial Budaya

Budaya berpengaruh terhadap kurang gizi seperti larangan memakan sesuatu tertentu bagi penganut suatu agama dan norma- norma tertentu dianut oleh masyarakat setempat. Pola kebiasaan ini berkenaan dengan suatu masyarakat dan kebiasaan pangan yang diikutinya, berkembang sekitar arti pangan dan penggunaan pangan yang cocok. Pola kebudayaan ini mempengaruhi jenis pangan yang akan diproduksi, diolah, disalurkan, disiapkan, disajikan. Para ahli pertanian perlu mengetahui tentang pentingnya dampak sosial budaya dan pangan (20).

Masyarakat yang sosial budayanya positif, baik atau mendukung, maka kebiasaan dalam pemenuhan dan penyajian makanan juga memenuhi syarat kesehatan. Kebiasaan menyajikan makanan yang bergizi, mengatur jadwal makan yang tepat serta memberikan dorongan atau motivasi kepada balita untuk makan secara teratur adalah kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Jika kebiasaan ini baik, maka kegiatan yang dilaksanakan juga mendukung dengan baik (21).

Kebiasaan memilih bahan makanan yang bergizi bagi seseorang perlu memahami cara mengolah makanan dengan lebih baik, memilih bahan makanan yang mengandung gizi tinggi serta mengerti cara menyajikan dan meningkatkan selera makanan keluarga. Dengan kuantitas makanan yang disediakan dalam jumlah yang cukup dapat

(38)

menambah gizi seseorang sehingga status gizi lebih baik, ini semua didukung oleh perilaku seseorang dalam memenuhi kuantitas makanan yang mencukupi dan sesuai dengan porsi makan seseorang (21).

4.

Indikator Pertumbuhan a. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting yang merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya.

Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak (15).

Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :

1) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang kronis, tumbuh kembang dan kesehatan

2) Memenitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit 3) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan b. Tinggi/Panjang Bandan

Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indicator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan ratif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (22).

Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksial tercapai. Kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi,

(39)

28

dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi pesat kembali, selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun (22).

c. Status Gizi

Status gizi merupakan status kesehatan dari suatu individu yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dapat menjadi preduktor suatu outcome penyakit dan juga dapat menjadi salah satu cara pencegahan dini suatu penyakit. Kelompok usia anak pra sekolah usia 2 tahun hingga dibawah 6 tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi di Indonesia. Oleh karena itu, penentuan status gizi perlu dilakukan dengan melakukan pengukuran antropometri (22).

Gambar 2.1 Jalur Pertumbuhan Normal Anak Balita Indeks yang dipakai yaitu (22):

1) Berat badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, berat badan menurut umur tidak

(40)

sensitive untuk mengetahui apakah sesorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun masa kini.

2) Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.Beaton dan bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan i ndikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

4) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

IMT/U adalah indicator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relative terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama

(41)

30

kehidupan.IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2 – 5 tahun.

Sifat-sifat indikator status gizi (7) :

1) Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah secara umum, masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

2) Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

3) Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya : kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian mkan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

4) Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama.

5) Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko berbagai penyakit de degenerative pada saat dewasa (Teori Barker)

(42)

6) Masalah gizi akut – kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi akut dan kronis. Sebagai contoh anak yang kurus dan pendek.

C. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi

Pengertian imunisasi itu sendiri adalah suatu pemindahan atau transfer secara pasif atau imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (23). Sedangkan menurut Tawi (2008), Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (24).

2. Imunisasi sebagai upaya pencegahan 1. Pencegahan primer

Upaya pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat. Memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yang baik, pengamanan terhadap segala macam

(43)

32

cedara dan keracunan serta vaksinasi atau imunisasi terhadap penyakit (25).

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah deteksi dini, bila diketahui adanya penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak maka intervesi atau pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya. Memberi pengobatan yang sesuai diagnosis yang tepat adalah suatu upaya pencegahan sekunder agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, yaitu meninggal atau meninggalkan gejala sisa, cacat maupun cacat lainnya (25).

3. Pencegahan tersier

Sedangkan pencegahan tersier adalah membetasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan upaya pemulihan seorang anak agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain. Contoh pada terapi rehabilitasi medik pada seorang anak dengan kelumpuhan maupun cacat lainnya (25).

3. Jenis Imunisasi

Ada dua jenis imunisasi, yaitu (26):

a) Imunisasi aktif, tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.

b) Imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikan atau pemberian dari luar tubuh.

(44)

4. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi). Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (23).

5. Manfaat Imunisasi

Adapun manfaat imunisasi sebagai berikut (23):

1. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak - kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan bangsa.

Sedangkan menurut Yusrianto (2010), imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan untuk menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dan mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (27).

(45)

34

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori

Sumber : Marlow, 1988; Kemenkes RI, 2011; Maulana, 2013 modifikasi Faktor-Faktor yang

mempengaruhi kunjungan ibu ke posyandu:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Status

Ekonomi 5. Akses Terhadap

Pelayanan Kesehatan 6. Dukungan

Keluarga, kader dan tokoh masyarakat

Frekuensi Kunjungan

Posyandu Status Gizi

Pertumbuhan Perkembangan Program Gizi

TB,BB Psikomotorik &

kognitif MP ASI

(46)

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen : Variabel Dependen

: Variabel diteliti yang tersedia di puskesmas : Variabel tidak diteliti

Karakteristik orangtua:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan Karakteristik balita:

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Berat badan 3 bulan berturut- turut

4. Imunisasi 5. Panjang/Tinggi

Badan 6. Berat Badan

Lahir 7. Frekuensi

kunjungan

Pertumbuhan Perkembangan Program Gizi TB, BB Psikomotorik & MP-ASI

Kognitif Status Gizi

(BB/U) Frekuensi

kunjungan 3 bulan berturut-

turut ke Posyandu

(47)

36

F. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 1. Karakteristik Balita

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel yang berasal dari data-data yang tersedia di Puskesmas Antara.

a) Umur

Umur balita ketika ke posyandu: 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, atau 24-59 bulan.

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin balita berdasarkan hasil pendataan, laki-laki atau perempuan.

c) Berat badan 3 bulan berturut-turut

Perubahan berat badan balita selama pengukuran dari Bulan Maret ke Bulan April dan dari Bulan April ke Bulan Mei. Berat badannya naik, tidak naik atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) berdasarkan grafik berat badan menurut umur balita.

d) Status gizi

Status gizi balita berdasarkan BB/U pada saat pengukuran: gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, atau gizi buruk.

e) Imunisasi

Balita mendapat imunisasi selama di puskesmas, lengkap atau tidak lengkap.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Arends (dalam Trianto 2007:61) menyatakan bahwa Think Pair- Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

Walau bagaimanapun, peserta kajian ini menyatakan bahawa keterlibatan mereka terhadap MBK secara keseluruhannya adalah bersifat secara tidak langsung, iaitu apabila

a) Nilai t hitung untuk variabel insentif terhadap kinerja karyawan diperoleh 4.597 dengan harga signifikansi 0.000 menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh

Calon-calon mesti mengikuti kursus ijazah Doktor Perubatan tidak melebihi tujuh (7) sesi di mana pengajian Tahun 1 dan 2 ditetapkan tidak melebihi 3 sesi dan Peperiksaan

Proporsi CS dan DS yang tinggi pada kasus dibandingkan pada kontrol menunjukkan bahwa tempat penampungan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk pada kasus lebih

Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor APRI dengan derajat keparahan sirosis hati yang diukur berdasarkan skor Child Turcotte di RSUD

Menurut Hadjar (1996) dalam Hotman (2002:2) penelitian kualitatif bertujuan mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari perspektif

Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai “kumpulan (integrasi) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan dan