• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islam"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Fikih dan

Ibadah dalam Islam Konsep Fikih dan

Ibadah dalam Islam

Di dalam syari’at Islam terdapat tiga bagian yang sangat urgen dan tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain, yaitu:

a. Ilmu Tauhid hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam dan tidak boleh diragukan lagi. Ilmu Tauhid juga dinamakan Ilmu Akidah atau Ilmu Kalam b. Ilmu Akhlak peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa.

c. Ilmu Fikih peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya dan hubungan manusia dengan sesamanya.

Konsep Fikih dalam Islam Konsep Fikih dalam Islam

Kata Fikih adalah bentukan kata Fiqhun yang artinya ٌقْيِمَع ٌمْهَف (pemahaman yang mendalam) yang

menghendaki pengerahan akal. Ilmu Fikih merupakan salah satu bidang keilmuan dalam syariah Islam yang secara khusus membahas tentang persoalan hukum atau aturan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia.

Imam Abu Hanifah mengemukakan bahwa Fikih adalah pengetahuan manusia tentang hak dan kewajibannya.

Dengan demikian, fikih bisa dikatakan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dalam berislam. Selanjutnya Imam Syafi’i mendefinisikan Fikih sebagai Ilmu atau pengetahuan mengenai hukum-hukum syari’ah yang

berlandaskan kepada dalil-dalilnya yang terperinci. Pendefinisian Imam Syafi’i ini merupakan pendefinisian yang paling populer dikalanagan para Fuqoha'. Selain itu juga ada definisi yang dikemukakan oleh al-Amidi yang mengatakan bahwa Fikih sebagai ilmu tentang hukum syara’ yang bersifat praktis dan diperoleh melalui dalil yang terperinci.

Beberapa definisi Fikih yang dikemukakan oleh ulama ushul Fikih:

1. Ilmu yang mempunyai tema pokok dengan kaidah dan prinsip tertentu.

2. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan perbuatan mananusia yang didasarkan pada sumber-sumber syar’iah.

3. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah yang diperoleh dari penyimpulan sumber-sumber syari’ah (Al-Qur’an dan Hadis).

4. Fikih diperoleh melalui dalil yang terperinci (tafṣȋlȋ), yakni Al-Qur’an dan al-Sunnah, Qiyas dan Ijma’ melalui proses Istidlal, istinbȃṭ atau naẓar (analisis).

(2)

Ulama fikih sendiri mendefinisikan fikih sebagai sekumpulan hukum amaliyah yang disyariatkan dalam Islam.

Dalam hal ini kalangan fuqaha membaginya menjadi dua pengertian, yakni: memelihara hukum furu’ secara mutlak atau sebagainya dan materi hukum itu sendiri, baik yang bersifat qaṭ’ȋ maupun ẓannȋ.

Ruang Lingkup Fikih Ruang Lingkup Fikih

Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu Fikih adalah semua huum yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang sudah dibebani atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariah Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam). Hukum yang diatur dalam Fikih itu sendiri dari hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Disamping itu, ada pula dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah, dan sebagainya. Adapun ruang lingkupnya meliputi:

1) Ubudiyah (ibadah) menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan tuhannya. Ex: shalat.

2) Muamalah (transaksi) bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya dalam berbagai transaksi finansial.

3) Munakahah (pernikahan) bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan pernikahan dalam Islam. Hukum ini juga disebut dengan hukum kekeluargaan (Al-Ahwȃl Asy-

Syakhshiyyah).

4) Jinayah (hukum perdata) hukum yang mengikat manusia dengan kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara sesuai dengan ketentuan agama Islam.

Perbedaan Fikih dengan Syariah Perbedaan Fikih dengan Syariah

Secara terminologis, kata syariah berarti sumber air yang digunakan untuk minum. Namun dalam

perkembangannya kata ini lebih sering digunakan untuk jalan yang lurus (ةميقتسملا ةقيرطلا), yakni agama yang benar. Selanjutnya, arti syariah menjadi agama yang lurus yang diturunkan oleh Allah Swt. (satu-satunya Tuhan semesta Alam) untuk umat manusia. Secara umum, keberadaan syariah Islam ialah untuk mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk individual untuk taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Sedangkan secara khusus, tujuan syariah (Maqȃsid Al-Syariah) adalah:

a. Memelihara agama (Ḥifẓ Al-din) menjaga dan memelihara tegaknya agama di muka bumi dengan menjadikannya sebagai pedoman hidup.

b. Memelihara jiwa (Ḥifẓ al-Nafs) kewajiban menjaga dan memelihara jiwa manusia dalam arti luas, untuk memberikan kedamaian dan kenyamanan dalam kehidupan.

c. Memelihara akal (Ḥifẓ Al-Aql) kewajiban menjaga dan memelihara akal sebagai anugerah Allah yang sangat prinsip karena tidak diberikan kepada makhluk selain manusia.

d. Memelihara keturunan (Ḥifẓ Al-Nasl) kewajiban menjaga dan memelihara keturunan yang baik, karena dengan memelihara keturunan, agama akan berfungsi, dunia akan terjaga.

e. Memelihara harta (Ḥifẓ Al-Mȃl) kewajiban menjaga dan memelihara harta benda dalam rangka sebagai sarana untuk beribadah kepadaNya.

Penjelasan syariah secara terminologis oleh pakar Fikih:

1. Asy-Syatibi syariah sama dengan agama.

2. Manna al-Qattan syariah merupakan segala ketentuan Allah Swt. bagi hamba-Nya yang meliputi akidah, ibadah, akhlak, dan tata kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

(3)

3. Fathi ad-Duraini syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., baik yang ada dalam Al-Qur’an maupun al-Sunnah al-Shahihah, dimana keduanya disebut dengan teks- teks suci.

Kesimpulannya, syariah adalah teks-teks suci yang bebas dari kesalahan, baik isi maupun keautentikannya, yang darinya bersumber pemahaman ulama yang mendalam yang menghasilkan kesimpulan hukum-hukum amaliah (fikih). Sedangkan fikih adalah hasil ijtihad (upaya memahami teks-teks suci) para ulama. Mengetahui pijak sebuah fatwa (ittiba’) sangat disarankan dalam Islam, bukan mengikutinya secara membabi buta (taqlid). Maka dari itu, letak perbedaan Syariah dan Fikih adalah:

SYARIAH FIKIH

Bersumber dari Al-Qur’an Hadis serta kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari

keduanya

Bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh, tetapi tetap merujuk pada Al-

Qur’an dan Hadis

Hukumnya bersifat Qat’i (Pasti) Hukumnya bersifat Zanni (dugaan) Hukum Syariahnya hanya satu (Universal) tetapi

harus ditaati oleh semua umat Islam Berbagai ragam cara pelaksanaannya Tidak ada campur tangan manusia (ulama) dalam

menetapkan hukum

Adanya campur tangan (ijtihad) para Ulama dalam penetapan pelaksanaan hukum

Syariah memiliki beberapa prinsip dalam menetapkan hukum, yaitu:

1) . Hal ini berarti bahwa syari’ah Islam tidak membebani manusia dengan kewajiban di luar kemampuannya, sehingga tidak berat untuk dilaksanakan. Ex: keringanan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan.

2) . Hal-hal yang tidak disebutkan dalam syari’at Islam tidak perlu dipertkaikan bagaimana hukumnya, hal itu merupakan rahmat Allah Swt. untuk tidak memperbanyak beban kepada umat manusia. Ex: haji tidak perlu dilakukan setiap tahun.

3) . Agar tidak mengejutkan bangsa yang baru

mengenalknya, sehingga perubahan itu tidak terlalu dirasakan yang akhirnya sampai pada ketentuan hukum syari’ah yang tegas. Ex: Allah berangsur-angsur mengharamkan berbagai hal seperti yang telah di sebutkan di Q.S. Al-Baqarah: (tentang khamar dan judi).

4) . Ex: hukum

ditetapkan menurut kadar kebutuhan masyarakat.

5) . Kedudukan semua orang adalah sama dihadapan Allah, yang membedakan adalah tingkatan taqwa mereka. Ex: orang yang kaya dan yang miskin sama saja pengadilannya.

Ibadah dan Karakteristiknya Ibadah dan Karakteristiknya

Menurut bahasa, ada empat makna dalam pengertian ibadah: (1) ta’at (ةعاطلا ), (2) tunduk (عوضخلا ), (3) hina ( لذلا ) dan (4) pengabdian (كسمتلا ). Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah. Didalam Al Qur`an, kata ibadah berarti: patuh (ةعاطلا ), tunduk (عوضخلا ), mengikut, menurut dan doa.

Sedangkan secara istilah yang luas, ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Adapun menurut ulama Fikih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh ridho Allah dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat.

(4)

ِن ْوُدُبْعَيِل َّلاِا َسْن ِلإا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Ad- Dzariyyat [51]: 56)

َن ْوُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َنْيِذَّلاو ْمُكَقَلَخ ْيِذَّلا ُمُكَّبَر ا ْوُدُبْعا ُساَّنلا اَهُّيَآََي

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 21)

1) Ibadah Mahdah ibadah yang khusus berbentuk praktik atau perbuatan yang menghubungkan antara hamba dan Allah melalui cara yang telah ditentukan dan diatur atau dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Ex: shalat.

2) Ibadah Ghairu Mahdah ibadah umum berbentuk hubungan antara manusia dan manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara detail. Ex: bertetangga.

1) Ibadah Jasmaniah Ruhaniah perpaduan ibadah antara jasmani dan rohani. Ex: shalat dan puasa.

2) Ibadah Ruhaniah dan Maliah perpaduan ibadah rohaniah dan harta. Ex: zakat.

3) Ibadah Jasmani, Ruhaniah, dan Mâliyah ibadah yang menyatukan ketiganya. Ex: ibadah Haji.

1) Kepentingan Fardi (Perorangan) suatu ibadah yang dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan orang lain. Ex: shalat dan puasa.

2) Kepentingan Ijtima`i (Masyarakat) suatu ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan orang lain. Ex: zakat dan haji.

1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan membaca Al-Qur`an.

2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya membantu atau menolong orang lain.

3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan bentuknya zakat.

4) Ibadah yang tata cara pelaksanaannya berbentuk menahan diri i`tikaf.

5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya.

Rukun-rukun ibadah menurut manhaj (jalan) Ahlus Sunnah wal Jama’ah ada tiga, yaitu:

1. Al-Hubb (cinta)

(5)

Ibadah dari asal maknanya bisa berarti menghinakan diri. Dan ia selain mengandung makna

penghinaan diri di hadapan Allah azza wa jalla juga mengandung al-Hubb (cinta) yang tinggi kepada-Nya azza wa jalla. Dengan kecintaan yang tinggi disertai penghinaan yang sempurna kepada Allah Swt., seorang hamba akan sampai pada penghambaan diri kepada-Nya, sebab puncak dari al-Hubb adalah at- Tatayyum (penghambaan). Sehingga tidak akan terbangun penghambaan diri kepada Allah azza wa jalla kecuali dengan terkumpulnya keduanya sekaligus, yaitu cinta dan penghinaan diri.

2. Al-Khouf (takut)

Ia merupakan peribadahan hati dan rukun ibadah yang agung yang mana keikhlasan seseorang dalam beragama bagi Allah Swt., sebagaimana yang Dia azza wa jalla perintahkan kepada hamba-Nya, tidak akan lurus kecuali dengannya. Khouf ialah kegundahan hati akan terjadinya sesuatu yang tidak disuka berupa hukuman dan adzab Allah azza wa jalla yang menimbulkan sikap penghambaan dan ketundukan seorang hamba kepada-Nya.

3. Ar-Roja’ (berharap).

Ia juga termasuk peribadahan hati dan rukun ibadah yang sangat agung. Ialah harapan yang kuat atas rahmat dan balasan berupa pahala dari Allah Swt. yang menyertai ketundukan dan penghinaan diri kepada-Nya.

Maka, ibadah yang telah Allah Swt. fardhukan kepada hamba-Nya harus terdapat tiga rukun tersebut padanya dengan sempurna. Peribadahan kepada Allah azza wa jalla harus disertai ketundukan dan kecintaan yang sempurna serta rasa takut dan harapan yang tinggi. Bila ketiganya terdapat dalam sebuah amalan maka ia benar-benar bermakna ibadah.

Di dalam al-Qur’an Allah azza wa jalla menyebutkan rukun-rukun ibadah itu ketika menyifati peribadahan para anbiya’ (nabi-nabi) AS dengan firman-Nya (yang artinya):

“… Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan- perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap (atas rohmat Allah) dan cemas (akan adzab-Nya). Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (QS. al-Anbiya’ [21]: )

a. Niat beribadah hanya kepada Allah

b. Ibadah yang tulus kepada Allah Swt. semata, tidak boleh bercampur dengan tendensi-tendensi lainnya.

c. Keharusan untuk menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan dan pembimbing dalam ibadah.

d. Ibadah itu memiliki batas dan kadar waktu yang tidak boleh dilampaui.

e. Keharusan menjadikan ibadah dibangun diatas kecintaan, ketundukan, ketakutan, dan pengharapan kepada Allah Swt.

f. Beribadah dalam keseimbangan antara dunia-akhirat.

g. Ibadah tidaklah gugur kewajibannya pada manusia sejak baligh dalam keadaan berakal sampai meninggal dunia.

(6)

Tujuan ibadah adalah untuk membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta mengharapkan ridha dari Allah Swt.. Sehingga ibadah disamping untuk kepentingan yang bersifat ukhrawi, juga untuk kepentingan dan kebaikan diri sendiri, keluarga, serta masyarakat yang bersifat duniawi.

Sumber-Sumber Referensi Sumber-Sumber Referensi

 As’ary, M. . Buku Fikih Siswa X MA. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

 Alfan, Ahmad dkk. Buku Fikih Siswa Kelas X MA. . Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

 https://alghoyami.wordpress.com/2011/04/16/memahami-ibadah-rukun-rukun-dan-syarat- syaratnya/

(7)

Kategori Jenazah

Pemulasaraan Jenazah Pemulasaraan Jenazah

Kategori Jenazah

Makna pemulasaraan diadopsi dari kata pulasara yang merupakan serapan dari bahasa Jawa kuno yang maknanya mengurus atau merawat. Sedangkan istilah jenazah berasal dari bahasa Arab yang berarti mayat dan dapat pula berarti usungan beserta mayatnya. Pemulasaran jenazah artinya merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Seorang muslim yang telah meninggal dunia harus segera diurus, tidak boleh ditunda-tunda kecuali terdapat hal-hal yang memaksa, seperti menunggu visum dokter, menunggu keluarga dekatnya, dan sebagainya.

Mengurus jenazah hukumnya farḍu kifayah. Hal-hal yang harus dilakukan kaum muslimin ketika dihadapkan pada kematian orang lain adalah memandikannya, mengkafani, menshalati, dan memakamkan. Hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan sarana dan prasarana perawatan, diambilkan dari harta tirkah (peninggalan) mayat.

Jenazah Muslim

Kewajiban yang harus dilakukan pada mayat muslim adalah:

a) Memandikan b) Menkafani c) Menshalati d) Memakamkan

Mati Syahid

Menurut pembagian ahli Fikih, syahid itu terbagi atas tiga bagian:

1. Syahid dunia akhirat. Orang yang syahid dunia akhirat ialah orang yang terbunuh saat melawan musuh demi menegakkan kalimat (agama) Allah. Bukan yang memerangi sesama muslim ataupun yang melakukan pengeboman. Untuk jenazah orang yang mati syahid dunia akhirat, hanya perlu menyempurnakan kain kafan ketika pakaian yang dikenakannya kurang, serta memakamkannya.

Mereka haram dimandikan maupun dishalati.

2. Syahid dunia saja, yaitu orang yang mati dalam peperangan dengan kafir, tetapi bukan karena untuk membela agama Allah, namun karena sebab-sebab yang lain.

3. Syahid akhirat saja, yaitu orang yang mati karena penyakit di perutnya (Al-Mabthun), orang yang mati tenggelam (Al-Ghariq), orang yang mati terbakar (Al-Hariq), orang yang sakit dzatul janbi

(semacam penyakit paru-paru), wanita yang meninggal ketika nifas, serta orang yang meninggal jauh di luar daerah tempatnya tinggal sehingga asing disana (Al-Gharib). Mereka jenazahnya tetap

dimandikan, dikafankan, dishalati, dan dimakamkan sebagaimana jenazah kaum Muslim pada umumnya.

(8)

Tata Cara Pemulasaraan Jenazah

Bayi Prematur

Adalah bayi yang berusia belum genap 6 bulan dalam kandungan. Dalam kitab-kitab salaf dikenal ada 3 macam kondisi bayi yang masing-masing memiliki hukum yang berbeda, yaitu:

1. Lahir dalam keadaan hidup. Yang perlu dilakukan adalah sebagaimana kewajiban terhadap mayat muslim dewasa.

2. Lahir dalam bentuk bayi sempurna, namun tidak diketahui tanda-tanda kehidupan. Yang harus dilakukan adalah segala kewajiban terhadap mayat muslim dewasa selain men-shalati karena hukumnya haram.

3. Belum berbentuk manusia. Bayi yang demikian tidak ada kewajiban apapun untuk mengurusnya, namun disunahkan untuk membungkusnya dengan kain dan memakamkannya.

Kafir Dzimmi

Yaitu golongan non-muslim yang hidup damai berdampingan dan bersikap damai dengan kaum muslimin dan bersedia membayar pajak. Kewajiban yang harus dilakukan adalah mengkafani dan memakamkannya.

Tata Cara Pemulasaraan Jenazah

Memandikan Jenazah

Sebelum mayit dibawa ke tempat memandikan, terlebih dahulu disediakan alat mandi yang dibutuhkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memandikan mayit adalah:

a) Orang-orang yang memandikan

 Berjenis kelamin sejenis, kecuali masih ada ikatan mahram, suami-istri, atau jika mayat adalah seorang anak kecil yang belum menimbulkan potensi syahwat.

 Orang yang lebih utama memandikan mayat laki-laki adalah ahli waris ashobab laki-laki (ayah, kakek, anak laki-laki, dsb.) sedangkan jika mayatnya perempuan, maka yang lebih utama adalah perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dan masih ada ikatan mahram.

 Orang yang memandikan dan orang yang membantunya adalah orang yang memiliki sifat amanah.

 Bila seseorang meninggal dimana di tempat itu tidak ada orang yang berjenis kelamin sejenis dengannya maupun mahramnya, maka ia hanya perlu ditayamumkan.

b) Tempat memandikan

 Sepi, tertutup, dan tidak ada orang yang masuk kecuali orang yang bertugas

 Ditaburi wewangian c) Etika memandikan

 Haram melihat aurot mayat kecuali untuk kesempurnaan memandikan.

 Wajib memakai alas tangan ketika menyentuh aurotnya.

 Mayat dibaringkan di tempat yang agak tinggi atau dipangku oleh 3-4 orang.

 Mayat dimandikan dalam keadaan tertutup semua anggota tubuhnya. Jika tidak memungkinkan, maka aurotnya saja yang ditutupi.

 Sunnah menutup wajah mayat dari awal sampai selesai.

 Sunnah memakai air dingin kecuali disaat cuaca dingin.

(9)

d) Cara memandikan

Prinsip dari memandikan mayit sama dengan mandi besar biasa. Yang pertama adalah membersihkan sisa-sisa kotoran yang ada di tubuh mayit, lalu diwudhukan sebagaimana wudhu sebelum shalat. Setelah itu tubuhnya dibasuh dari kepala dan bagian sebelah kanan didahulukan. Disunnahkan untuk menyiram dengan kelipatan ganjil (tiga, lima, tujuh, dst). Pada siraman pertama, air yang digunakan dicampur dengan daun bidara atau sabun. Sedangkan pada siraman terakhir, air yang digunakan dicampur dengan kapur barus.

Mengkafani Jenazah

 Kain yang digunakan untuk mengkafani jenazah ada tiga bagian untuk laki-laki dan lima bagian untuk perempuan. Kain-kain itu sebaiknya diberi harum-haruman seperti kapur barus.

 Saat dikafankan, tangan mayit diposisikan seperti bersedekap dengan tangan kanan di atas.

 Setelah mayat selesai dibungkus, sebaiknya diikat dengan beberapa ikatan agar kain kafan tidak mudah terbuka saat dibawa ke pemakaman.

 Untuk mayat orang yang sedang ber-ihrom, maka tidak boleh diikat bagian kepalanya dan dibiarkan terbuka. Jika jenazahnya perempuan, maka hanya bagian wajahnya saja yang dibiarkan terbuka.

 Kain kafan yang digunakan sebaiknya berwarna putih bersih.

مكِّبايث ِّريخ نِّم اهَّنإف مكاتوم اهيف اونِّ فكو َضايبلا مكِّبايث نِّم اوسَبلا

“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih. Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian.” (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no. 994, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 1236)

 Membaikkan pemakaian kain kafan.

ُهَنَفَك ْنِّ سَحُيْلَف ُهاَخَأ ْمُكُدَحَأ َنَّفَك اَذِّإ

“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya.” (HR. Muslim no. 934)

 Kain kafan yang digunakan tidak boleh yang mahal-mahal.

اًعْي ِّرَس ُبُلْسَي ُهَّنِّإَف ِّنَفَكْلا يِّف ا ْوُلِّساَغُت َلَ

“Jangan kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untuk kafan karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.” (HR. Abu Daud)

Menshalatkan Jenazah

a) Syarat-syarat shalat jenazah

 Jenazah telah selesai dimandikan dan suci dari najis baik tubuh, kafan, ataupun tempatnya.

 Orang yang menshalati telah memenuhi syarat-syarat sah melakukan shalat.

 Posisi imam atau munfarid berada di dekat kepala jika jenazahnya laki-laki dan di dekat berut jika jenazahnya perempuan.

 Jarak antara mayat dan musholli tidak melebihi 300 dziro’ (±144 m), jika shalat dilaksanakan di luar masjid.

 Tidak ada penghalang diantara keduanya.

 Musholli hadir (berada di dekat jenazah), jika yang dishalati tidak ghoib.

b) Cara menshalatkan

 Takbirotul ihrom berserta niat

 Membaca surah al-Fatihah

 Melakukan takbir kedua dan membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw. (minimalnya

َّمُهَّللا

ِّدَّمَحُم ىَلَع ِّ لَص

, atau shalawat saat tahiyat akhir)

(10)

 Melakukan takbir ketiga kemudian membaca do’a

ِّجْلَّثلا َو ِّءا َمْلاِّب ُهْلِّسْغا َو ،ُهَلَخْدَم ْعِّ س َو َو ،ُهَلُزُن ْم ِّرْكَأ َو ،ُهْنَع ُفْعا َو ِّهِّفاَع َو ُهْمَح ْرا َو ُهَل ْرِّفْغا َّمُهَّللَا ،ِّه ِّراَد ْنِّم اًرْيَخ اًراَد ُهْلِّدْبَأ َو ، ِّسَنَّدلا َنِّم ُضَيْبَ ْلْا ُب ْوَّثلا ىَّقَنُي اَمَك اَياَطَخْلاو ِّبوُنُّذلا َنِّم ِّهِّ قَن َو ،ِّد َرَبْلا َو ،ِّه ِّرْبَق يِّف ُهَل ْحَسْفا َو ,راَّنلا ِّباَذَع ْنِّم َو ِّرْبَقْلا ِّباَذَع ْنِّم ُهْذِّعَأ َو ،َةَّنَجْلا ُهْل ِّخْدَأ َو ،ِّه ِّج ْوَز ْنِّم اًرْيَخ اًج ْو َز َو ِّهي ِّف ُهَل ْر ِّوَنو

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun.

Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran.

Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari isterinya.

Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.” (HR. Muslim)

Jika yang dishalatkan itu mayit perempuan, orang yang shalat mengucapkan,

اَهَل ْرِّفْغا َّمُه للا

Yaitu dengan mengubah semua dhamir-nya menjadi dhamir muannats (kata ganti jenis perempuan).

Adapun bila yang dishalatkan itu anak kecil, doa yang dibaca yaitu,

اًباَجُم اًعيِّفَشو اًرْجَأ َو اًط َرَف ِّهْيَدِّلا َوِّل ُهْلَعْجا َّمُه للا

“Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat yang mustajab untuk kedua orang tuanya.” (HR. Al-Bukhari)

،اَمُهَني ِّزا َوَم ِّهِّب ْلِّ قَث َّمُهَّللا ِّةَلاَفَك يِّف ُهْلَع ْجا َو ، َنيِّن ِّمْؤُمْلا ِّفَلَس ِّحِّلاَصِّب ُهْق ِّحْلَأ َو ،اَمُهَروُجُأ ِّهِّب ْمِّظْعَأ َو

ِّمي ِّحَجْلا َباَذَع َكِّتَم ْح َرِّب ِّهِّق َو ،َميِّهاَرْبِّإ

“Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya, perbanyaklah pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama orang-orang shalih terdahulu dari kalangan orang yang beriman, masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan rahmat-Mu, peliharalah dia dari siksa neraka Jahim.”

 Melakukan takbir keempat kemudian disunnahkan membaca do’a

ُهَل َو َانَل ْرِّفْغا َو ُهَدْعَب َّنِّتْفَت َلَ َو ُهَرْجَأ اَنْم ِّرْحَت َلَ َّمُهَّللا “Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”

Jika yang dishalatkan itu mayit perempuan, maka dhamirnya diubah menjadi muannast.

 Salam

Memakamkan Jenazah

 Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar satu dzira’ lebih satu jengkal (±1 m). Sedangkan untuk panjang, menyesuaikan tinggi jenazah dan kira-kira ditambah sekitar 0,5 m.

 Bila tanahnya keras, disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud liang lahat adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah.

Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan batu pipih (papan kayu) agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah.

(11)

Ta’ziah

 Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan di bagian paling bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah dimana di kedua tepinya dibuat struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.

 Bagi orang yang memasukkan jenazah kedalam liang kuburnya disunnahkan membaca do’a:

ه ِّرْبَق ْيِّف ُهَل ْعِّ س َو َو ُهَل ِّزْنَم ْم ِّرْكَأ َو ِّه ِّح ْوُرِّل ِّءاَمَّسلا َبا َوْبَأ ْحَتْفا َّمُهَّللَا

 Saat meletakkan jenazah ke liang kuburnya, hendaknya dilakukan secara perlahan dan berhati- hati dengan mengakhirkan kepala. Serta disunnahkan membaca:

ْمَّلَس َو ِّهْيَلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص ِّ َّاللَّ ِّل ْوُسَر ِّةَّلِّم ىَلَع َو ِّ َّاللَّ ِّمْسِّب

 Jenazah diletakkan di dalam liang kubur dengan menghadap kiblat dan disunnahkan menghadap kanan.

 Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh sebab itu, lepaskan tali pocong, kain kafan dilonggarkan dibagian kepala agar mudah ditarik untuk meletakkan pipi mengenai tanah.

 Disunnahkan untuk memberi/memasang dua nisan.

 Disunnahkan juga untuk menaburkan bunga, memberi minyak wangi, meletakkan kerikil, serta memercikkan air di atas makam.

 Do’akan si mayit dan keluarga yang ditinggalkannya.

Ta’ziah

Secara bahasa takziah berarti menghibur, menyatakan bela sungkawa, menyampaikan duka cita, dan menyabarkan keluarga orang yang meninggal. Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar ab-Nawawiyyah juga mendefinisikan:

،ةبحتسم يهو ،هتبيصم ن وهيو ،هنزح ف فخيو ،تيملا بحاص ي لسي ام ركذو ،ريبصتلا يه ةيزعتلا نأ ملعاو رِّبلا ىلع اوُنواعَت َو( :ىلاعت الله لوق يف ًاضيأ ةلخاد يهو ،ركنملا نع يهنلاو ،فورعملاب رملْا ىلع ةلمتشم اهنإف ةيزعتلا يف هب لدتسُي ام نسحأ اذهو ،)ى َوْقَّتلاو

Artinya: “Ketahuilah, takziah hakikatnya adalah tashabbur (mengajak sabar), menyampaikan hal-hal yang dapat menghibur keluarga orang meninggal, meringankan kesedihannya, dan memudahkan urusan

musibahnya. Hukum takziah sendiri adalah sunnah. Ia mercakup urusan amar makruf dan nahi. Ia juga termasuk ke dalam firman Allah, Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, (QS. Al- Maidah [5]: 2). Ayat ini

merupakan dalil paling kuat dalam urusan takziah”

Dari definisi an-Nawawi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:

 Hukum takziah adalah sunnah. Dasarnya adalah saling tolong menolong antar sesama muslim dalam kebaikan dan ketakwaan.

 Takziah bukan sekedar menengok atau melayat orang yang meninggal, melainkan juga mendorong keluarga yang ditinggalkan untuk bersabar, berteguh hati, dan menerima musibah kematian orang terdekatnya.

 Takziah diharapkan mampu mengurangi kesedihan dan meringankan musibah keluarga yang ditinggalkan.

 Takziah juga mencakup amar makruf dan nahi.

 Takziah juga bertujuan untuk mendo’akan dan memohon ampunan bagi si mayit.

(12)

Sumber-Sumber Referensi Larangan Terhadap Kubur

Ziarah Kubur Ziarah Kubur

Secara bahasa, ziarah artinya berkunjung. Sedangkan secara istilah, ziarah ialah mengunjungi makam orang yang sudah meninggal untuk mendo’akannya, bertabaruk, i’tibar ataupun untuk mengingat hari akhir.

Ziarah kubur disunnahkan bagi laki-laki. Sedangkan untuk perempuan, ziarah kubur hukumnya makruh karena tabiat perempuan yang mudah tersentuh perasaannya, dikhawatirkan mereka akan menangis dan berkeluh-kesah sehingga lupa akan kekuasaan Allah.

Beberapa adab yang perlu diperhatikan saat berziarah:

 Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah.

 Tidak boleh melakukan safar untuk berziarah.

 Mengucapkan salam ketika masuk kompleks perkuburan.

 Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya.

 Mendo’akan mayit jika dia seorang muslim.

 Tidak mengucapkan al hujr (ucapan yang bathil atau tidak sopan).

 Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh meratapi mayit.

 Tidak diperbolehkan mengenakan sandal saat memasuki area kuburan.

Larangan Terhadap Kubur

 Tidak boleh mendirikan masjid di atas kuburan.

 Tidak boleh mengecat dan membangun kuburan (mendirikan kubah, rumah-rumahan, kanan-kiri kuburan ditembok, hiasan-hiasan, atau memberikan penerangan).

 Tidak boleh duduk di atas kuburan, melangkahinya, maupun bersandar kepadanya.

 Tidak boleh shalat di atas atau menghadap kuburan.

Sumber-Sumber Referensi

 As’ary, M. 2019. Buku Fikih Siswa X MA. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

 Alfan, Ahmad dkk. Buku Fikih Siswa Kelas X MA. 2014. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

 Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. 1990. Bandung: CV. SINAR BARU.

 https://muslim.or.id/43876-fikih-pengurusan-jenazah-1-memandikan-dan-mengkafani.html

 https://muslim.or.id/26616-beberapa-jenis-mati-syahid-di-jalan-allah.html

 https://muslimah.or.id/4864-tata-cara-shalat-jenazah-menyalatkan-mayit.html

 https://islam.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-hukum-islam

 https://islam.nu.or.id/post/read/116638/hakikat--tujuan--dan-keutamaan-takziyah

 http://www.almunawwar.or.id/pengertian-hukum-ziarah-kubur-dan-dalilnya/

 https://muslim.or.id/7803-adab-islami-ziarah-kubur.html

 https://alghurobasite.wordpress.com/2017/07/19/larangan-larangan-seputar-kuburan/

(13)

FIKIH BAB 3

ZAKAT

a.Zakat dalam islam

1. Pengertian zakat

-Bahasa: berkembang, berkah, banyaknya kebaikan, menyucikan dan memuji.

-Istilah: sejumlah harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dan wajib diserahkan kepada golongan tertentu (mustahiqqin). Allah berfirman:

-Pertama kali diwajibkan pada Bulan Sya’ban, tahun kedua Hijriyah, -Perintah zakat:

2.Macam-macam zakat a. Zakat Nafs/ Zakat Fitrah

ZAKAT

(14)

- wajib dikeluarkan oleh setiap muslim setahun sekali berupa makanan pokok sesuai kadar yang telah ditentukan oleh syara’ untuk memberi makan kepada orang-orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas selesainya menunaikan kewajiban puasa agar kebutuhan mereka tercukupi pada hari raya.

Adapun syarat-syart wajib zakat fitrah terdiri atas:

a. Islam.

b. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan.

c. Memiliki kelebihan harta dan keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafakahinya.

Hukumnya wajib bagi setiap muslim yang memiliki sisa bahan makanan sebanyak satu sha’ (sekitar 2,75 kg) untuk dirinya dan keluarganya selama sehari semalam ketika hari raya.

b. Zakat Mal

- juga disebut zakat harta, yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertentu untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam jangka waktu tertentu.

-Riwayat dan ayat tentang zakat mal:

(15)

3.Syarat-syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya a. baik dan halal.

b. Harta tsb. Berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan,.

c. Milik sepenuhnya, d. Mencapai nisab.

e. Sudah 1 tahun kepemilikan.

f. Sudah terpenuhi kebutuhan pokok, yang dizakatkan adalah kelebihannya.

4. harta Benda yang wajib dizakati a. Emas dan Perak

No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat

1 Emas 93,6 gram 1 tahun 2,5%

2 Perak 624 gram 1 tahun 2,5%

b. Binatang ternak (zakat An’am) 1) Unta

No. Nishab Waktu Kadar Zakat

1 5 ekor 1 tahun 1 ekor kambing umur 2 tahun atau 1 ekor domba umur 1 tahun 2 10 ekor 1 tahun 2 ekor kambing umur 2 tahun atau 2 ekor domba umur 1 tahun 3 15 ekor 1 tahun 2 ekor kambing umur 2 tahun atau 3 ekor domba umur 1 tahun 4 20 ekor 1 tahun 2 ekor kambing umur 2 tahun atau 4 ekor domba umur 1 tahun 5 25 ekor 1 tahun 1 Ekor unta betina umur 1 tahun

6 36 ekor 1 tahun 1 Ekor unta betina umur 2 tahun 7 46 ekor 1 tahun 1 Ekor unta betina umur 3 tahun

(16)

8 61 ekor 1 tahun 1 Ekor unta betina umur 4 tahun 9 76 ekor 1 tahun 2 Ekor unta betina umur 2 tahun 10 91 ekor 1 tahun 2 Ekor unta betina umur 3 tahun 11 121 ekor 1 tahun 3 Ekor unta betina umur 2 tahun Jika aset unta mencapai 140 ekor, cara menghitungnya:

-Setiap kelipatan 40, zakatnya 1 ekor betina umur 2 tahun.

-Setiap kelipatan 50, zakatnya 1 ekor betina umur 3 tahun.

Contoh:

a) Bila aset 140 ekor, zakatnya 2 ekor betina umur 3 tahun dan 1 ekor betina umur 2 tahun.

[karena 140=(50x2)+(40x1)]

2) Sapi dan Kerbau

No. Nishab Zakat yang wajib dikeluarkan

1 30 ekor 1 ekor sapi umur 1 tahun

2 40 ekor 1 ekor sapi umur 2 tahun

3) Kambing atau Domba

No. Nishab Zakat yang wajib dikeluarkan

1 40 ekor 1 ekor kambing umur 2 tahun atau 1 ekor domba 1 tahun

2 121 ekor 2 ekor kambing umur 2 tahun atau 2 ekor domba 1 tahun 3 201 ekor 3 ekor kambing umur 2 tahun atau 3 ekor domba 1 tahun 4 400 ekor 4 ekor kambing umur 2 tahun atau 4 ekor domba 1 tahun -Setelah aset kambing mencapai 500 ekor, maka perhitungan zakatnya berubah, yaitu setiap kelipatan 100 zakatnya 1 ekor kambing umur 2 tahun atau 1 ekor domba umur 1 tahun. Contoh: a) Aset 500 ekor, zakatnya adalah 5 ekor kambing umur 2 tahun atau 5 ekor domba umur 1 tahun.

-waqs: jumlah binatang yang berada di antara nishab dengan nishab di atasnya, semisal 130 ekor kambing yang berada di antara 121 ekor dengan 201 ekor. Pertambahan waqs ini tidak merubah ukuran zakat yang wajib dibayarkan.

-Pendapat ulama tentang pembayaran zakat binatang ternak dalam bentuk uang:

a)mazhab Syafi’i: tidak boleh

b)mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Hambali: boleh dibayarkan dalam bentuk nominal uang sesuai dengan standar harga ukuran zakatnya.

c. Tumbuh-tumbuhan

Kadar No Jenis

Tanaman

Nishab Haul Dgn hujan Tanpa hujan Gabungan

1 Padi 1350 Kg gabah/750 kg beras

Setiap panen 10% 5% 7,5%

2 Biji-bijian 750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

3 Kacang-

kacangan

750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

4 Umbi-

umbian

750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

5 Buah 750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

6 Sayuran 750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

7 Rumput-

rumputan

750 Kg beras Setiap panen 10% 5% 7,5%

(17)

d. Zakat penghasilan atau profesi(al-mal al-mustafad)

- zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, yang mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas minimum untuk wajib zakat)

-Mayoritas ulama mazhab empat tidak mewajibkan zakat penghasilan pada saat menerima kecuali sudah mencapai nisab dan sudah sampai setahun (haul), namun para ulama mutaakhirin, hasil kajian majma' fiqh dan Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003 menegaskan bahwa zakat penghasilan itu hukumnya wajib. Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT pada QS. At-Taubah [9] :103, dan QS. Al-Baqarah [2]: 267.

-Cara mengeluarkan zakat penghasilan:

1. Pengeluaran bruto, yaitu mengeluarkan zakat penghasilan kotor.

2. Dipotong operasional kerja, yaitu setelah menerima penghasilan gaji atau honor yang mencapai nisab, maka dipotong dahulu dengan biaya operasional kerja.

3. Pengeluaran netto atau zakat bersih, yaitu mengeluarkan zakat dari harta yang masih mencapai nisab setelah dikurangi untuk kebutuhan pokok sehari-hari, baik pangan, papan, hutang dan kebutuhan pokok lainnya untuk keperluan dirinya, keluarga dan yang menjadi tanggungannya.

e. Unggas

-Ketentuan zakat unggas ini disamakan dengan batas nisab emas yaitu 93,6 gram.

-Jika harga emas Rp. 65.000/gram, maka emas 93,6 gr x Rp. 65.000 = Rp. 6.084.000,00. Apabila seseorang memiliki usaha unggas dalam satu tahunnya memiliki keuntungan Rp. 6.084.000,00 maka yang bersangkutan telah wajib membayar zakat 2,5 % dari total keuntungan selama 1 tahun

f. Barang Temuan (Zakat Rikaz)

-Barang-barang berharga yang terpendam peninggalan orang-orang terdahulu. Adapun jumlah nisabnya seharga emas 93,6 gram. Bagi seseorang yang menemukan emas maka minimal nisabnya adalah 93,6gram dan dizakati 20 % dari nilai emas tersebut.

5. golongan penerima zakat

-disebutkan dalam QS. at-Taubah (9): 60.

a. Faqir, orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan.

b. Miskin, orang yang memiliki harta tapi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Amil, orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian zakat.

d. Muallaf, orang yang masih lemah imannya karena baru masuk Islam.

Istilah-istilah:

Nishab: Batas minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Kadar: Prosentase atau besarnya zakat yang harus dikeluarkan.

Haul: Waktu atau masa yang disyaratkan untuk mengeluarkan zakat terhadap harta yang dimiliki.

Muzakki: orang yang wajib membayar zakat.

Mustahik: orang yang berhak menerima zakat.

(18)

e. Budak, budak sahaya yang memiliki kesempatan untuk merdeka tapi tidak memiliki harta benda untuk menebusnya.

f. Garim, orang yang memiliki hutang banyak namun dia tidak bisa melunasinya

g. Fisabilillah, orang-orang yang berjuang di jalan Allah dan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari siapapun.

h. Ibnu Sabil, orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan butuh bantuan.

6. identifikasi undang-undang zakat

-Dalam rangka meningkatkan kualitas umat islam Indonesia, pemerintah telah membuat peraturan perundang- undangan tentang pengelolaan zakat, yaitu undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.

7. contoh pengelolaan zakat

-Berdasarkan undang-undang tersebut, maka zakat harus dikelola oleh negara melalui suatu badan yang diberi nama Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kaum muslimin yang berkewajiban membayar zakat hendaknya dapat menitipkannya melalui badan atau lembaga zakat yang ada di daerahnya masing-masing.

Dengan demikian, dana zakat dapat dikelola dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan fungsi dan tujuan.

8. penerapan ketentuan perundang-undangan tentang zakat

-Ketentuan perundang-undangan tentang zakat hendaknya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik muzakki (pemberi zakat) maupun mustahiq (penerima zakat), semua terikat oleh peraturan perundang-undangan tentang zakat. Jika ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan dalam undang-undang harus dikenai sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang tercantum dalam undang-undang tersebut.

-Dalam hal penerapan perundang-undangan zakat ini, peran amilin atau Badan Amil Zakat lebih dominan dan lebih urgen bagi keberhasilan pelaksanaan undang-undang.

9. Hikmah Disyariatkan Zakat

1. Membersihkan jiwa seorang mukmin.

2. Meringankan beban orang muslim yang memiliki hutang.

3. Menghimpun hati yang tercerai berai di atas keimanan Islam.

4. Membantu orang-orang miskin yang terhimpit hutang.

5. Membersihkan harta dan melindunginya dari berbagai musibah dengan berkah ketaatan kepada Allah Swt.

6. Menegakkan kemaslahatan umum.

(19)

Haji dan Umroh Haji dan Umroh

Haji dan ketentuannya

1.Pengertian haji

-Bahasa: dari kata hajja berziarah ke, bermaksud, menyengaja, menuju ke tempat tertentu yang diagungkan.

-Istilah: menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah Swt. dan mengharap keridlaan-Nya dalam waktu yang telah ditentukan.

2.hukum haji

-wajib ’ain, sekali seumur hidup bagi setiap muslim yang telah mukallaf dan mampu melaksanakannya.

3.syarat wajib haji a. Beragama Islam b. Berakal c. Baligh d. Merdeka

e. Kuasa atau mampu. Baik mampu harta, kesehatan, maupun aman dalam perjalanan.

4.rukun haji

a. Ihram, berniat memulai mengerjakan ibadah haji ataupun umrah.

b. Wuquf di padang Arafah, hadir mulai tergelincir matahari (waktu Dzuhur) tanggal 9 Zulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.

c. Thawaf, mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad, dilakukan pada hari raya nahr sampai berakhir hari tasyriq. Macam-macam thawaf:

1) Thawaf qudum, thawaf yang dilakukan saat sampai di Makkah.

2) Thawaf ifadhah/ thawaf rukun haji.

Fikih bab 4

(20)

3) Thawaf wadaȑ’, thawaf yang dilakukan ketika akan meninggalkan Makkah.

4) Thawaf tahallul, thawaf penghalalan muharramat ihram/ hal-hal yang haram.

5) Thawaf nadar (thawaf yang dinadzarkan).

6) Thawaf sunnah.

d. Sa’i, berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah.

-Syarat sa’i:

1) Dilakukan setelah thawaf ifadhah atau thawaf qudum, 2) Dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwah,

3) Dilakukan tujuh kali perjalanan, dari Shafa ke Marwah dihitung sekali dan dari Marwah ke Shafa dihitung sekali perjalanan pula.

-Sunnah Sa’i:

1) Berjalan biasa di antara Shafa dan Marwah, kecuali ketika melewati dua tiang atau pilar dengan lampu hijau, sunah berlari-lari kecil bagi pria.

2) Memperbanyak bacaan kalimat tauhid, takbir dan doa ketika berada di atas bukit Shafa dan Marwah dengan cara menghadap ke arah ka’bah.

3) Membaca doa di sepanjang perjalanan Shafa - Marwah, ketika sampai di antara pilar hijau membaca doa

e. Tahallul, mencukur rambut, minimal tiga helai.

f. Tertib, 5.wajib haji

-amalan yang jika ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara menggantinya dengan dam (bayar denda).Wajib haji yaitu: a. Berihram sesuai miqatnya, b. Bermalam di Muzdalifah, c. Bermalam (mabit) di Mina, d. Melontar

jumrah Aqabah, e. Melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, f. Menjauhkan diri dari muharramat Ihram, g. Thawaf wada’.

6.miqat haji

-arti: Waktu dan tempat yang ditentukan untuk mengerjakan ibadah haji.

a. Miqat Zamani, waktu sahnya diselenggarakan haji. Bermula dari awal bulan Syawal sampai terbit fajar hari raya haji (tanggal 10 Dzulhijjah) yaitu selama dua bulan sembilan setengah hari.

b. Miqat Makani, tempat memulai ihram bagi jamaah haji dan umrah. Rasulullah telah menetapkan miqat makani sebagai berikut:

1) Rumah masing-masing, bagi penduduk Makkah.

2) Dzul Hulaifah, miqat bagi penduduk Madinah dan negeri-negeri yang sejajar dengannya.

3) Juhfah, miqat penduduk Syiria, setelah tanda-tanda miqat di Juhfah lenyap, maka diganti dengan Rabigh dekat Juhfah. Rabigh juga miqat orang Mesir, Maghribi, dan negeri-negeri sekitarnya.

4) Qarnul Manzil, miqat penduduk Nejd dan negeri sekitarnya.

5) Yalamlam, miqat penduduk Yaman, India, Indonesia, dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut.

6) Dzatu Irqin, miqat penduduk Iraq dan negeri-negeri yang sejajar dengan itu.

7) Negeri masing-masing, miqat penduduk berada di antara kota Makkah dengan miqat-miqat tersebut di atas.

(21)

7.muharramat haji dan dam(denda) a. Muharramat haji

-perbuatan-perbuatan yang dilarang selama mengerjakan haji. Apabila melanggar, wajib membayar dam.

1) Senggama dan pendahuluannya. Disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 197.

2) Memakai pakaian berjahit dan memakai sepatu bagi laki-laki. Disebut dalam HR. Bukhari dan Muslim 3) Mengenakan cadar muka dan sarung tangan bagi wanita. Disebutkan dalam HR. Bukhari dan Muslim.

4) Memakai harum-haruman dan minyak rambut.

5) Menutup kepala bagi laki-laki, kecuali karena hajat. Bila terpaksa menutup kepala maka ia wajib membayar dam.

6) Melangsungkan aqad nikah bagi dirinya atau menikahkan orang lain, sebagai wali atau wakil. Disebutkan dalam HR. Tirmidzi

7) Memotong rambut atau kuku, baik rambut kepala maupun yang lainnya. Disebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 196

8) Sengaja memburu dan membunuh binatang darat atau memakan hasil buruan.

b. Dam (denda) -Arti Bahasa: darah,

-istilah: mengalirkan darah (menyembelih ternak : kambing, unta atau sapi) di tanah haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji.

1) Sebab-sebab dam (denda):

a) Bersenggama dalam keadaan ihram sebelum tahallul pertama, dam-nya berupa kafarah yaitu: Menyembelih seekor unta, jika tidak bisa, menyembelih seekor lembu, jika tidak bisa, menyembelih tujuh ekor kambing, jika tidak bisa sedekah berupa makanan seharga seekor unta pada fakir miskin,setiap satu mud (0,8 kg) sama dengan satu hari puasa.

b) Berburu atau membunuh binatang buruan, dam-nya adalah memilih satu di antara tiga jenis berikut ini:

Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang dibunuh, Bersedekah makanan kepada fakir miskin di tanah Haram senilai binatang tersebut, Berpuasa senilai harga binatang dengan ketentuan setiap satu mud berpuasa satu hari.

Dam ini disebut dam takhyir atau ta’dil. Takhyir: boleh memilih mana yang dikehendaki sesuai dengan kemampuannya, dan ta’dil: harus setimpal dengan perbuatannya.

c) Mengerjakan salah satu dari larangan berikut:

-Mencukur rambut, Memotong kuku, Memakai pakaian berjahit, Memakai minyak rambut , Memakai harum- haruman, Bersenggama atau pendahuluannya setelah tahallul pertama.

-Damnya memilih salah satu di antara tiga hal, yaitu: Menyembelih seekor kambing, Berpuasa tiga hari, Bersedekah sebanyak tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang fakir miskin.

d) Melaksanakan haji dengan cara tamattu’ atau qiran,

-damnya dibayar dengan urutan sebagai berikut: Memotong seekor kambing, bila tidak mampu maka, Wajib berpuasa sepuluh hari, tiga hari dilaksanakan sewaktu ihram sampai idul adha, sedangkan tujuh hari lainnya dilaksanakan setelah kembali ke negerinya.

e) Meninggalkan salah satu wajib haji

-Damnya sama dengan dam karena melaksanakan haji dengan tamattu’ atau qiran.

8. Sunnah Haji

(22)

a. Membaca Talbiyah. Waktu membacanya adalah sejak ihram sampai saat lemparan pertama dalam melempar jumroh Aqobah pada hari Idul Adha.

b.Melaksanakan thawaf qudum/thawaf tahiyyah (penghormatan) c. Membaca shalawat dan doa.

9. Tata Cara Melaksanakan Ibadah Haji

a. Ihram, niat dengan bulat dan ikhlas semata-mata karena Allah:

Sebelumnya disunnahkan untuk memotong rambut supaya lebih rapi, memotong kuku, mandi sunnah ihram, berwudhu, memakai wangi-wangian, menyisir rambut dll.

-Ketentuan ihram:

1) Pria: dua helai kain putih yang tidak berjahit, satu diselendangkan dan satu helai lagi disarungkan

2) Wanita: pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan (tidak boleh memakai cadar penutup muka dan tidak boleh memakai sarung tangan)

Tanggal 8 Dzulhijjah rombongan jama’ah haji menuju Padang Arafah. Sebelum berangkat mereka membaca Talbiyah 3 kali kemudian diteruskan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.

b. Wukuf di Padang Arafah

-menunggu waktu wuquf yaitu tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari (waktu zhuhur) sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah (hari raya Idul Adha). Saat-saat waktu wuquf inilah merupakan inti dan kunci ibadah haji.

c. Mabit di Muzdalifah

-berangkat ke Muzdalifah untuk mabit atau bermalam setelah terbenam matahari (sesudah Maghrib). Waktu mabit antara maghrib sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Jamaah mencari minimal 7 kerikil untuk melempar jumrah aqabah pada hari raya 10 Dzulhijjah. Selanjutnya mereka melempar jumrah pada hari tasyrik yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dan batunya dapat diambil di Mina.

d. Melempar Jumrah

- dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina dan setiap lemparan disertai dengan bacaan:

e. Thawaf Ifadhah

1) Ketentuan Thawaf: Menutup aurat, Suci dari hadas besar dan kecil, Ka’bah berada di sebelah kiri selama thawaf, Mengelilingi ka’bah 7 kali, Thawaf harus dilakukan di Masjidil Haram

2) Cara melaksanakan thawaf :

a) Memulai dari Hajar Aswad disertai dengan niat thawaf ifadhah dengan melafalkan:

b) Mengelilingi Ka’bah berlawanan dengan arah jarum jam, sebanyak tujuh kali putaran.

f. Mengerjakan Sa’i

(23)

- tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwah g. Tahallul

- menggunting rambut minimal tiga helai, di sunnahkan di cukur seluruhnya bagi pria, 10. Macam-macam Manasik Haji

a. Haji Ifrad, mendahulukan haji daripada umrah. keduanya dilaksanakan secara terpisah b. Haji Tamattu’, mendahulukan umrah daripada haji, dan umrah dilakukan pada musim haji.

c. Haji Qiran, mengerjakan haji dan umrah sekaligus. Urutan pelaksanaan qiran pada dasarnya tidak berbeda dengan haji ifrad.

Umrah

1. Pengertian, hukum, dan waktu umrah -arti bahasa: ziarah.

-arti Syar’i: ziarah ke Ka’bah, thawaf, sa’i, dan memotong rambut.

-Hukumnya wajib dilaksanakan satu kali seumur hidup, berdasarkan firman Allah Swt.ْْْْ

-Boleh dikerjakan kapan saja, tetapi yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan.

2. Syarat, rukun, dan wajib umrah

-Syaratnya sama dengan syarat dalam haji. Rukun umrah meliputi:

a. Ihram (niat) b. Thawaf c. Sa’i

d. Mencukur rambut

Wajib umrah hanya dua, yaitu:

a. Berihram dari miqat [Miqat zamani umrah sepanjang tahun/boleh kapan saja. Miqat makaninya sama dengan haji, tetapi khusus bagi orang yang berada di Makkah, miqat mereka adalah daerah di luar Makkah (Tan’im, Ji’ranah dan Hudaibiyah)]

b. Menjauhkan diri dari muharramat.

PROSEDUR PELAKSANAAN HAJI DI INDONESIA

-Lahir Undang-Undang Nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Keputusan Menteri Agama Nomor 224 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama mengatur proses pelaksanaan haji dalam buku ”Pedoman Perjalanan Haji” yang berisi tentang:

1. Persiapan

a. Pendaftaran, ada dua sistem: Sistem tabungan haji, Sistem setoran lunas b. Pengelompokan

1) Setiap 11 orang calon jamaah haji dikelompokkan dalam satu regu 2) Setiap 45 orang dikelompokkan dalam satu rombongan

(24)

3) Jamaah akan diberangkatkan dalam satu kelompok terbang (kloter) dengan kapasitas pesawat antara 325-455 orang

4) Tiap kloter terdapat petugas

a) TPHI : Tim Pemandu Haji Indonesia, sebagai ketua kloter

b) TPIHI : Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia, sebagai pembimbing ibadah.

c) TKHI : Tim Kesehatan Haji Indonesia, sebagai pelayanan kesehatan terdiri dari 1 dokter dan 2 paramedis d) Ketua rombongan (Karo)

e) Ketua regu (Karu) c. Bimbingan

d. Pemeriksaan kesehatan

-Pertama, dilaksanakan di puskesmas. Kedua, di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota 2. Pemberangkatan

a. Persiapan pemberangkatan, b. Pemberangkatan,

c. Di Asrama Haji Embarkasi

1) Saat kedatangan di asrama haji embarkasi 2) Masuk asrama haji

d. Di pesawat

3. Kegiatan di Arab Saudi 4. Pemulangan

Hikmah

1. Bagi orang yang melaksanakan:

a. Mempertebal iman dan takwa kepada Allah Swt.

b. Sarat akan pengalaman ibadah.

c. Menstabilkan fisik dan mental.

d. Menumbuhkan semangat berkorban.

e. Mengenal tempat-tempat yang bersejarah yang ada hubungannya dengan ibadah haji maupun tidak.

2. Bagi umat Islam secara keseluruhan

a. Mempererat persaudaraan/ ukhuwah Islamiyah antara sesama muslim b. Membina persatuan dan kesatuan umat Islam se-dunia.

c. Sarana untuk evaluasi sampai sejauh mana dakwah Islam telah dijalankan oleh umat Islam sedunia.

(25)

Fikih bab 5

Qurban dan Aqiqah

A. Ibadah Qurban 1. Pengertian Qurban

-Bahasa: Dari kata ََب ُرَق berarti “dekat”

-Syariat: hewan yang disembelih dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan syarat- syarat dan waktu tertentu, disebut juga udhiyah.

2. Hukum Qurban

-disyariatkan bagi keluarga muslim yang mampu. Ayat tentang perintah berqurban:

Sebagian ulama berpendapat bahwa berqurban itu hukumnya wajib, sedangkan Jumhur Ulama (mayoritas ulama) berpendapat hukum berqurban adalah sunah muakkad, dengan bertendensi pada sabda Rasulullah saw.:

3. latar belakang ibadah qurban

Di dalam Al-Qur’an telah terdokumentasikan secara nyata ketika Nabi Ibrahim As. bermimpi menyembelih putranya yang bernama Ismail As. sebagai persembahan kepada Allah Swt. Yaitu pada QS. As-Shaffat (37):102 dan ayat 106-108.

4. Waktu dan tempat menyembelih

-Waktu: sejak selesai shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Dhulhijjah (akhir dari hari tasyriq).

-Tempat: sebaiknya dekat dengan tempat pelaksanaan shalat Idul Adha.

5. ketentuan hewan qurban

(26)

-hewan ternak, sebagaimana telah difirmankan Allah Swt. dalam QS. Al-Hajj (22): 34

-contoh hewan: unta, sapi, kerbau dan kambing atau domba. Syarat hewan qurban adalah telah cukup umur dan tidak cacat. Ketentuan cukup umur itu adalah :

a. Domba minimal umur satu tahun atau telah tanggal giginya.

b. Kambing biasa minimal umur satu tahun.

c. Unta sekurang-kurangnya berumur lima tahun.

d. Sapi atau kerbau minimal berumur dua tahun

-Seekor kambing atau domba hanya untuk qurban satu orang, sedangkan seekor unta, sapi atau kerbau masing- masing untuk tujuh orang. Sabda Rasululah saw.:

6. pemanfaatan daging qurban

-dibagikan kepada fakir miskin masih daging mentah, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 2) 1/3 untuk fakir miskin 3) 1/3 untuk hadiah kepada masyarakat sekitar atau disimpan agar sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Bila qurban diniatkan sebagai nadzar, maka orang berqurban tidak boleh mengambil dagingnya. Sabda Rasulullah saw.

7. sunnah-sunnah menyembelih

a. Melaksanakan sunah-sunah yang berlaku pada penyembelihan biasa, seperti: membaca basmallah, membaca shalawat, menghadapkan hewan ke arah qiblat, menggulingkan hewan ke arah rusuk kirinya, memotong pada pangkal leher, serta memotong urat kiri dan kanan leher hewan.

b. Membaca takbir

c. Membaca doa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw.

d. Orang yang berqurban menyembelih sendiri hewan qurbannya. Jika ia mewakilkan kepada orang lain, ia disunatkan hadir ketika penyembelihan berlangsung.

8. hikmah qurban

a. Bagi orang yang berqurban:

1) Menambah kecintaan kepada Allah Swt.

2) Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.

3) Menunjukkan rasa syukur kepada Allah Swt.

4) Mewujudkan tolong menolong, kasih mengasihi dan rasa solidaritas.

b. Bagi penerima daging qurban:

(27)

1) Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.

2) Bertambah semangat dalam hidupnya.

c. Bagi kepentingan umum : 1) Memperkokoh tali persaudaraan.

2) Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran beragama.

b. aqiqah 1. pengertian

-bahasa: rambut yang tumbuh di kepala bayi.

-istilah: binatang yang disembelih pada saat hari ketujuh atau kelipatan tujuh dari kelahiran bayi disertai mencukur rambut dan memberi nama pada anak yang baru dilahirkan.

2. hukum

-Sunnah. Sabda Rasulullah SAW. yang maknanya: “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih baginya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Ahmad dan Imam yang empat)

3. syariat

-Disyariatkan aqiqah lebih merupakan perwujudan dari rasa syukur akan kehadiran seorang anak. Berdasarkan penelusuran, bayi yang pertama di aqiqahi adalah cucu Rasulullah SAW, Hasan dan Husen. Peristiwa ini terekam di hadist yang artinya: “Dari Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Nabi saw. beraqiqah untuk Hasan dan Husein, masing- masing seekor kambing kibas.”(HR. Abu Dawud )

4. jenis dan syarat hewan aqiqah

-Aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor dan untuk anak perempuan seekor. Syaratnya sama dengan syarat binatang qurban.

-Lebih baik dibagikan dalam kondisi sudah dimasak.

-Ada hadits dari Aisyah ra. Yang maknanya: ”Bahwasanya Rasulullah Saw. memerintahkan orang-orang agar menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang umurnya sama, dan untuk anak perempuan seekor kambing.”

5. waktu menyembelih

-hari ketujuh dari kelahiran anak. Jika hari ketujuh lewat, hari keempat belas. Bila lewat juga, maka hari kedua puluh satu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw, yang maknanya: ”Aqiqah disembelih pada hari ketujuh, keempat belas, dan kedua puluh satu.”

6. hikmah aqiqah

a. Merupakan wujud rasa syukur kepada Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan pada dirinya.

b. Menambah rasa cinta anak kepada orang tua, karena anak merasa telah diperhatikan dan disyukuri kehadirannya di dunia ini, dan bagi orang tua merupakan bukti keimanannya kepada Allah Swt.

c. Mewujudkan hubungan yang baik dengan tetangga dan sanak saudara yang ikut merasakan gembira dengan lahirnya seorang anak karena mereka mendapat bagian dari aqiqah tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Historia, Volume 10, Februari 2016 43 SMP Kartini 1 Batam Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan rata-rata nilai (µX 1 ) sebesar 80 lebih baik dibandingkan dengan siswa

Current Ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar

DIPLOMA III SI-S TEKNIK SIPIL KELAS SORE DIPLOMA III EL-P TEKNIK LISTRIK KELAS PAGI DIPLOMA III EL-S TEKNIK LISTRIK KELAS SORE DIPLOMA III EK-P TEKNIK ELEKTRONIKA KELAS PAGI DIPLOMA

52 Data Responden Tentang Informasi Yang di Dapat Dalam Game Basmi Korupsi 108 Gambar 4. 53 Data Responden Pengaruh Game Terhadap Pemahaman Tentang

[r]

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan yang dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial, maka hasil yang diperoleh yaitu analisis deskriptif

Pada penelitian ini akan dirancang suatu implementasi jaringan smarthome berbentuk prototype miniatur rumah modelsmarthome yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan modul

- Dipo Antarnusa, S.F, Apt. BOGOR Boehringer Ingelheim Indonesia, PT HK.07.IF/V/271/11 Sampurna Strategic Square North Tower Level 6 Jl. Jend Sudirman Kav. Lawang Gintung No.