Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
61
ANALISIS PERSEPSI RASIONALITAS INVESTOR DI PASAR MODAL INDONESIA
ANALYSIS OF PERCEPTION OF INVESTOR RATIONALITY IN INDONESIA CAPITAL MARKET
Astri Wening Perwitasari1), Iwan Hendra Kusuma2), Setiyono3)
1,2,3) Program Magister Manajemen UTY
Jalan Siliwangi, Jl. Ring Road Utara Jl. Jombor Lor, Mlati Krajan, Sendangadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55285
email: [email protected]; [email protected] dan [email protected]
ABSTRAK
Rasionalitas adalah asumsi lama yang dijunjung tinggi oleh teori keuangan tradisional.
Keberadaan rasionalitas pada investor mulai diragukan oleh teori perilaku keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi investor dalam investasi pasar modal. Populasi penelitian adalah investor di pasar modal dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Data primer diperoleh melalui kuesioner dari 54 responden dan akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan metode rata-rata aritmatika. Hasil pengukuran kuesioner pertama kali diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis menunjukkan bahwa persentase persepsi rasionalitas investor tinggi (76,18%). Nilai rata-rata dari setiap indikator juga tinggi, yaitu investor mencari atau memiliki informasi sebanyak mungkin (7.79), investor dapat melakukan analisis investasi dengan informasinya (7.85), investor mendiversifikasi investasi dan membuat portofolio optimal (7.57), investor memantau dan mengawasi investasi (7.43), dan investor cenderung mengalami kesulitan mengubah keputusan investasi yang telah diambil (7.07).
Sedangkan indikator yang menunjukkan investor yang berorientasi untuk investasi jangka panjang memiliki nilai rata-rata yang sangat tinggi (8.18).
Kata kunci: Rasionalitas, Investor, Pasar Modal
ABSTRACT
Rationality is an old assumption upheld by traditional finance theory. The existence of rationality in investors is starting to be doubted by financial behavior theory. This study aims to determine investor perception in capital market investment. The study population is investors in the capital market and sampling was done by simple random sampling method. Primary data were obtained through questionnaires of 54 respondents and will be analyzed using quantitative descriptive analysis with the mean arithmetic methods. The results of the questionnaire measurement were first tested for validity and reliability. The analysis shows that the percentage of investor rationality perception is high (76.18%). The mean value of each indicator is also high, i.e.
investors searching or having as much information as possible (7.79), investors are able to conduct investment analyzes with their information (7.85), investors diversify investment and create optimal portfolios (7.57), investors monitor and supervise investments (7.43), and investors tend to have difficulty changing investment decisions that have been taken (7.07). While indicator that show investor-oriented for long-term investment has a very high mean value (8.18).
Keywords: Rationality, Investors, Capital Market
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
61 PENDAHULUAN
Asumsi rasionalitas investor berawal dari traditional finance theory yang menyatakan bahwa investor pada dasarnya bersifat rasional. Traditional finance theory berasumsi bahwa investor selalu berusaha mendapatkan utility maksimum sehingga para investor akan bersikap rasional dalam melakukan pengambilan keputusan, temasuk keputusan berinvestasi (Subramaniam &
Velnampy, 2017). Pada 1970-1980, kritik terhadap traditional finance mulai berkembang, hal ini dilihat dari banyaknya penelitian tentang behavioral finance bermunculan. Para peneliti behavioral finance beranggapan bahwa investor tidaklah sepenuhnya rasional dikarenakan adanya efek psikologis dan emosional dalam pengambilan keputusan investasi (Subramaniam & Velnampy, 2017).
Perdebatan mengenai rasionalitas ini, masih berkembang seiring dengan banyaknya tulisan yang mendukung rasionalitas dan tulisan lain yang membantah adanya rasionalitas tersebut.
Beberapa hasil penelitian mengenai rasionalitas investor di Indonesia menunjukkan hasil bahwa investor Indonesia adalah investor yang rasional (Arfan Rifqiawan, 2012; Natapura, 2009;
Sartono & Zulaihati, 1998; Winarto, 2009).
Sedangkan hasil lainnya masih menunjukkan bahwa investor di Indonesia tidak rasional dalam mengambil keputusan investasi (Budi, 2002; Komara, 2014;
Setiawan, 2017). Penelitian-penelitian diatas dilakukan dengan menggunakan data sekuder berupa data harga saham dengan metode pembentukan portofolio optimal.
Penelitian oleh Natapura (2009) menguji
rasionalitas investor institusional di Indonesia dengan menggunakan kuesioner memberikan kesimpulan bahwa investor institusional di Indonesia adalah investor yang rasional yang memiliki perilaku berusaha untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin, selalu melakukan analisis sebelum berinvestasi, berinvestasi jangka panjang, cenderung sulit untuk mengubah keputusan yang telah diambil dan meminimalkan risiko yang dihadapi.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan hasil penelitian mengenai rasionalitas investor tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis lebih jauh rasionalitas investor dengan menggunakan metode survei, sehingga penelitian lebih berfokus pada persepsi atau pendapat investor itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi rasionalitas investor di Indoneseia menggunakan metode survei dengan bantuan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
PASAR MODAL
Menurut UU No 8 Tahun 1995 Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Definisi lain menurut Darmadji &
Fakhrudin (2011) “Pasar Modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti uang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian,
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
62 pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.”
Terdapat beberapa jenis pasar modal menurut Hartono (2015),yang pertama adalah pasar primer, yakni surat berharga yang baru atau awal dikeluarkan oleh perusahaan ke publik. Pasar primer juga sering dikenal dengan istilah IPO (Initial Public Offering). Selanjutnya, ketika perusahaan telah menjual saham nya di pasar melalui IPO, saham tersebut akan diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan saham yang sudah beredar. Penawaran saham pasar sekunder dibentuk oleh para pemilik saham perusahaan yang telah diterbitkan saat IPO dan peminat saham tersebut membuat permintaan. Selanjutnya pasar ketiga, yang merupakan pasar perdagangan surat berharga ketika pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalan kan oleh broker yang mempertemukan penjual dan pembeli saat pasar kedua tutup. Sedangkan yang terakhir adalah pasar keempat yang merupakan pasar modal yang dilakukan antar institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
BURSA EFEK INDONESIA
BEI menjalankan fungsi utamanya sebagai fasilitator atau penyelenggara pasar modal dan sekaligus sebagai SRO. BEI bersama dengan KSEI dan KPEI bersama- sama sebagai SRO membuat regulasi- regulasi terkait dengan pelaksanaan perdagangan efek di Indonesia. Sebagai contoh, peraturan-peraturan yang dibuat
oleh bursa efek diantaranya peraturan yang berkaitan dengan pencatatan efek, peraturan keanggotaan bursa, dan peraturan perdagangan efek. Ketiga badan SRO ini dalam menjalankan kegiatannya diawasi langsung oleh OJK. (OJK, 2016)
INVESTASI
Menurut Sharpe dalam (Sudirman, 2015)
”Investment is the sacrifice of certain present value for (possibility uncertain) future value.” Yang berarti bahwa investasi adalah pengorbanan nilai pada saat ini untuk nilai di masa yang akan datang (dalam keadaan yang tidak pasti). Reilly, Frank K &
Brown (2012) menyampaikan bahwa investasi adalah komitmen satu dollar dalam satu periode tertentu, akan mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang dengan: (1) waktu dana tersebut akan digunakan, (2) tingkat inflasi yang terjadi, (3) ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Investasi terdiri dari berbagai macam jenis. Menurut Bodie dalam (Sudirman, 2015) Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pembagian tersebut membagi investasi berdasarkan bentuk investasinya, yakni sebagai berikut : a. Investasi dalam bentuk aset riil (real
assets). Investasi ini merupakan bentuk investasi dalam aktiva berwujud seperti emas, tanah, batu mulia, dan sebagainya.
b. Investasi dalam bentuk surat berharga atau sekuritas (marketable securities financial assets). Invetasi ini merupakan investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga atau perorangan tertentu.
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
63 MANAJEMEN INVESTASI
Manajemen investasi dapat berlaku pada manajemen organisasi maupun manajemen aset individual. Manajemen Investasi menurut Fabozi & Peterson (2009) adalah bidang khusus dalam keuangan yang berhubungan dengan pengelolaan dana individu atau dana institusi. Istilah umum lainnya yang sering digunakan untuk menggambarkan manajemen investasi antara lain manajemen aset, manajemen portofolio, dan manajemen kekayaan. Fabozzi (2008) menjelaskan proses manajemen investasi yang terdiri dari lima tahap: (1) menetapkan tujuan investasi, (2) menetapkan kebijakan investasi, (3) memilih strategi portofolio, (4) memilih aset tertentu, dan (5) mengukur dan mengevaluasi kinerja investasi.
INVESTOR RASIONAL
Investor adalah pemilik dana yang menginvestasikan dananya pada aset tertentu dengan tentunya mengharapkan pengembalian (return) atas pilihan investasinya. (Lubis, Isfenti, Fachrudin, &
Meliza, 2013) dalam bukunya menjelaskan lebih rinci mengenai investor keuangan.
Menurutnya investor keuangan adalah konsumen produk keuangan yang ketika bertindak tentunya dipengaruhi oleh perilaku keuangan. Rasionalitas adalah topik yang menarik di bidang ekonomi dan psikologi.
Traditional Finance Theory mengasumsikan bahwa manusia (investor) pada dasarnya selalu rasional dalam melakukan berbagai pengambilan keputusan. Menurut Singh dalam (Agustin & Marwadi, 2014) sebagian besar teori yang ada di pasar modal adalah didasarkan pada asumsi bahwa investor memperhatikan informasi yang ada di pasar
dan berperilaku rasional. (Etzioni, 1986) mendefinisikan rasionalitas sebagai kemampuan untuk mengumpulkan dan menafsirkan informasi serta menarik informasi yang tepat dari informasi tersebut.
Ia juga menuliskan bahwa manusia adalah
“homo-economicus” atau “rational-man”
yakni bahwa manusia selalu ingin memaksimumkan manfaat (utility). Istilah
“rational-man” ini kemudian menjadi salah satu poin yang ingin diubah oleh (Simon, 1955) untuk membenahi istilah “ratonal- man” tersebut. Menurutnya, perilaku rasional suatu individu sesuai dengan kemampuannya sebagai organisme dalam mengakses informasi dan kemampuan komputasinya dalam mengolah informasi tersebut. Selanjutnya Simon dalam (Subramaniam & Velnampy, 2017) mengemukakan konsep “Bounded Rationality”, yang merupakan keterbatasan individu dalam pembuatan keputusan dikarenakan keterbatasan kemampuan kognitif individu.
Maginn, Tuttle, McLeavey, & Pinto, (2007) dalam bukunya menyebutkan bahwa investor rasional merupakan penganut teori keuangan tradisional (Traditional Finance Theory). Teori ini memiliki filosofi bahwa pelaku pasar keuangan (termasuk investor) adalah bersifat rasional, berbasis informasi dalam mengambil keputusan, dan memiliki tujuan utama untuk memaksimumkan kekayaan (wealth). Investor “tradisional”
dalam mengambil keputusan investasi diasumsikan bahwa mereka: (1) menghindari risiko, (2) berekspektasi rasional, dan (3) melakukan integrasi aset.
Berdasarkan hasil risetnya, Natapura (2009) menyimpulkan bahwa sebagian besar investor institusional termasuk ke dalam tipe
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
64 investor rasional yang memiliki perilaku: (1) berusaha memperoleh informasi sebanyak- banyaknya, (2) selalu menganalisa informasi yang diperoleh sebelum mengambil keputusan investasi, (3) melakukan investasi dalam jangka panjang, (4) cenderung sulit untuk mengubah keputusan yang telah diambil, dan (5) berusaha meminimalkan risiko yang dihadapi. Turpin (2004) mengemukakan bahwa manajer rasional dalam mengambil keputusan akan melakukan hal-hal berikut: (1) memahami semua kemungkinan dari alternate- alternatifnya, (2) memahami konsekuensi dari penerapan suatu alternative, (3) memiliki preferensi yang terorganisasi untuk menghadapi konsekuensi-konsekuensi yang ada, dan (4) memiliki kemampuan kmputasi (perhitungan) untuk membandingkan konsekuensi-konsekuensi yang ada dan menetapkan mana yang akan dipilih.
Subramaniam & Velnampy (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa investor rasional adalah investor yang memilki informasi penuh mengenai berbagai kemungkinan investasi yang tersedia baginya, karakteristik return dan risiko investasinya, serta harus mampu mengevaluasi jalan investasinya dengan berdasarkan pada trade-off risk dan return dalam berbagai model keuangan dan mampu membuat keputusan investasi yang optimal murni berdasarkan tujuan, serta bebas dari bias dan kesalahan.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Studi
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan persepsi rasionalitas investor di Indonesia dalam melakukan investasi di pasar modal.
Menurut Sekaran & Bougie (2009) terdapat beberapa jenis penelitian, anatara lain penelitian eksploratif, deskriptif, pengujian hipotesis, dan case study analysis. Penelitian mengenai persepsi rasionalitas investor ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena bertujuan untuk menjelaskan bagaimana persepsi rasionalitas investor di pasar modal.
Sekaran & Bougie (2009) mendefinisikan Penelitian deskriptif sebagai penelitian yang dilakukan untuk memastikan dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang menarik dalam suatu situasi.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel menurut Radjab & Jam’an, (2017) adalah semua ciri atau faktor yang dapat menunjukkan variasi serta merupakan penghubung antara construct yang abstract dengan fenomena yang nyata. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah rasionalitas investor. Untuk mengukur persepsi rasionalitas investor, penulis menggunakan indikator-indikator seperti pada tabel 1.
Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan merupakan data primer. Menurut Sekaran & Bougie (2009) data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti tentang variabel yang menjadi tujuan spesifik penelitian. Data akan diperoleh melalui kuisioner yang dibuat sesuai dengan indikator pengukuran persepsi rasionalitas investor. Kuesioner akan disebarkan secara online menggunakan fasilitas Google Form yang ditujukan kepada responden.
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
61
Tabel 1 . Indikator Investor Rasional Rasionalitas Investor
No Indikator Investor Rasional Sumber
1, Mencari atau memiliki informasi sebanyak mungkin
Turpin (2004), Magin,et al. (2007), Natapura (2009), Subramaniam (2017)
2. Mampu melakukan analisis investasi dengan informasi yang dimiliki
Joachim dan Rudriger (2001) dalam Natapura (2009), Turpin (2004), Throne dan Allbright (1996) dalam Sartono dan Zulaihati (1998),
Subramaniam (2017), Natapura (2009)
3. Melakukan diversifikasi dan membuat portofolio optimal
Throne dan Allbright (1996) dalam Sartono dan Zulaihati (1998), Mao (1970) dalam Sartono dan Zulaihati (1998), Subramaniam (2017), Magin,et al. (2007)
4. Memonitor dan melakukan supervisi investasi
Throne dan Allbright (1996) dalam Sartono dan Zulaihati (1998), Joachim dan Rudriger (2001) dalam Natapura (2009)
5. Cenderung sulit mengubah keputusan yang
telah diambil Natapura (2009)
6. Merupakan Investor jangka panjang Joachim dan Rudriger (2001) dalam Natapura (2009), Natapura (2009) Sumber: berbagai sumber yang diolah
Setelah data kuesioner terkumpul, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Kuesioner yang dibuat akan mengukur variabel dengan menggunakan skala graphic rating scale. Graphic rating scale adalah bentuk pengukuran yang mendasar dan sederhana (Neuman, 2000).
Dalam pengukuran ini, responden diminta mengindikasikan rating-nya pada suatu indikator berupa garis yang menghubungkan dua titik nilai ekstrim dengan memberi tanda pada garis atau skala tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan skala 1 sampai dengan 10 untuk mengukur masing-
masing indikator rasionalitas. Penggunaan skala 1 hingga 10 ini diharapkan dapat memberikan pilihan yang lebih luas dan menghasilkan data yang lebih akurat bagi peneliti dan lebih sesuai dengan persepsi responden.
a. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2018) valid berarti instrumen mampu megukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dan data yang diperoleh oleh peneliti. Pengujian validitas tiap item pertanyan kuesioner dapat
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
62 dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor yang merupakan jumlah skor tiap butir pertanyaan
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi pengukuran yang meliputi stabilitas (stability), ekivalen (equivalence), dan kosistensi interlnal (internal consistency) (Radjab & Jam’an, 2017). Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Cronbach’s Alpha.
Instrumen dianggap reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dapat dilakukan menggunakan software statistik SPSS.
Responden
Responden penelitian ini merupakan Investor yang menanamkan asetnya pada saham di pasar modal Indonesia.
Teknik Penyampelan
Populasi dalam penelitian ini adalah investor saham di pasar modal, sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. (Sekaran & Bougie, 2009)
Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskipsikan maupun menggambarkan data yang telah dikumpulkan sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2018)
Penulis mengindikasikan bahwa variabel rasionalitas adalah variabel kontinyu yang berarti memiliki tingkatan-tingkatan tertentu. Hal ini didasarkan pada salah satu penelitian yang dilakukan oleh Simon (1955) yang menyatakan bahwa tingat rasionalitas seseorang dapat beroperasi pada berbagai level. Data yang telah diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif penghitungan tendensi sentral mean atau rata-rata. Menurut (Purwanto, 2012) mean adalah nilai yang diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai data dan kemudian membaginya dengan jumlah data.
Dapat dilihat rumus untuk menghitung mean (rata-rata) setiap indikator adalah sebagai berikut:
Mean = ∑ 𝑋𝑖
𝑛 ………….1) Keterangan:
Mean = mean (rata-rata)
Xi = Jumlah nilai X dari i sampai n n = banyaknya data/jumlah sampel
Setelah diperoleh nilai mean dari indikator-indikator tersebut, kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan dengan berdasarkan pada nilai terendah dan nilai tertinggi kuesioner.
Kriteria pembanding hasil kuesioner ini bersumber dari Sugiyono (2018) dengan modifikasi agar sesuai dengan instrumen penelitian yang telah dibuat. Lima kriteria digunakan dalam penelitian ini, yakni mulai dari sangat rendah, rendah, cukup, tinggi,
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
63 hingga sangat tinggi. Sehingga, penentukan interval setiap kategori dihitung sebagai berikut (Ghozali, 2016):
Interval = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎
= 10−1
5 = 1,8
Maka kemudian dapat ditentukan kriteria analisis dan masing-masing nilainya dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Analisis
Kriteria Nilai skor Persentase interval Sangat Tinggi 8,21 - 10 82% - 100%
Tinggi 6,41 – 8,20 64% - 82%
Cukup 4,61 – 6,40 46% - 64%
Rendah 2,81 – 4,60 28% - 46%
Sangat Rendah 1,00 – 2,80 10% - 28%
Selanjutnya, untuk menganalisis variabel rasionalitas secara keseluruhan, dapat dilakukan dengan menghitung persentase nilai total persepsi rasionalitas investor atau indeks persentase rasionalitas dengan rumus (Sugiyono, 2018) :
Persentase rasionalitas responden =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑥 100% .. 2) Persentase rasionalitas responden dapat diinterpretasikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis dengan metode yang sama juga akan digunakan untuk menghitung masing- masing nilai indikator rasionalitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Responden
Responden penelitian ini merupakan investor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sejumlah 54 investor telah bersedia menjadi responden dengan deskripsi responden sebagai berikut:
a. Usia
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, mayoritas responden berusia antara 21-25 tahun dengan jumlah responden pada rentang usia tersebut 31 orang (57%).
Diikuti responden yang berusia antara 26-30 tahun dengan jumlah 18 responden (33%).
Sisanya 3 responden pada rentang usia 31- 35 tahun (6%) serta masing-masing 1 atau (2%) responden pada rentang usia 36-40 tahun dan lebih dari 40 tahun. Investor yang menjadi responden cenderung berusia muda, dikarenakan penyebaran instrumen penelitian menggunakan Google Form yang memudahkan dan dikenal baik oleh rentang usia tersebut, sehingga pengisian kuesioner cenderung terdistribusi pada rentang usia tersebut.
b. Jenis Kelamin
Mayoritas responden penelitian ini berjenis kelamin pria dengan jumlah responden pria sebanyak 31 (57%) dan sisanya 23 (43%) merupakan wanita.
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
61 c. Pekerjaan
Berdasakarkan pengisian kuesioner, sebanyak 25 atau (46%) responden diketahui berprofesi sebagai PNS, 15 atau (28%) responden adalah karyawan swasta, dan sisanya 14 atau (26%) responden
adalah pelajar/mahasiswa. Responden mayoritas berprofesi sebagai PNS dikarenakan penyebaran kuesioner dilakukan melalui grup-grup investor yang ada. Salah satu grup penyebaran responden adalah grup investor PNS, sehingga mayoritas responden yang didapat berprofesi sebagai PNS.
d. Pendidikan Terakhir
Sebanyak 24 atau (44%) responden merupakan lulusan diploma, diikuti 19 atau (35%) responden berpendidikan sarjana. 9 (17%) responden berpendidikan terakhir SMA sederajat, dan 2 (4%) responden berpendidikan terakhir pascasarjana. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah investor yang mengenyam bangku perkuliahan, sehingga dimungkinkan bahwa responden-responden tersebut telah teredukasi dengan baik.
e. Penghasilan per Bulan
Mayoritas investor berpenghasilan antara Rp5.000.000-Rp10.000.000, yakni dengan jumlah 26 atau (48,15%) responden.
Sebanyak masing-masing 10 (18,52%) responden berpenghasilan Rp1.000.000- Rp5.000.000 dan kurang dari Rp1.000.000.
Sisanya sejumlah 8 (14,81%) berpenghasilan lebih dari Rp10.000.000 per bulan. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden berpenghasilan diatas rata-rata pendapatan per kapita Indonesia tahun 2018 yang berkisar pada Rp56.000.000 per tahun (sekitar Rp 4.667.000 per bulan) (BPS, 2019).
f. Lama Menjadi Investor
Sebagian besar responden masih baru menjadi investor dengan masa investasi kurang dari satu tahun, yakni dengan 22 (40,74%), diikuti dengan 16 (29,63%) responden telah berinvestasi selama 1-2 tahun masa investasi. Sebanyak 13 (24,07%) responden telah menjadi investor selama 2-5 tahun, dan 3 atau (5,56%) investor telah lebih dari 5 tahun berinvestasi di pasar modal.
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Instrumen penelitian yang berupa kuesioner memuat enam (6) indikator rasionalitas investor dengan tiga (3) butir pertanyaan pada lima (5) indikator pertama dan dua (2) butir pertanyaan pada indikator terakhir, sehingga total pertanyaan menjadi 17 butir pertanyaan.
Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan dengan skor total pertanyaan atau teknik product moment pearson correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai signifikansi korelasi product moment < 0,05 atau (5%) atau nilai r hitungnya > nilai r tabel. (dalam hal ini nilai r tabel adalah 0,266)
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
62
Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Nomor Butir Pertanyaan Nilai r hitung Signifikansi Validitas
Pertanyaan 1 0,551 0,000 Valid
Pertanyaan2 0,584 0,000 Valid
Pertanyaan3 0,570 0,000 Valid
Pertanyaan4 0,694 0,000 Valid
Pertanyaan5 0,750 0,000 Valid
Pertanyaan6 0,709 0,000 Valid
Pertanyaan7 0,604 0,000 Valid
Pertanyaan8 0,682 0,000 Valid
Pertanyaan9 0,392 0,003 Valid
Pertanyaan10 0,598 0,000 Valid
Pertanyaan11 0,564 0,000 Valid
Pertanyaan12 0,720 0,000 Valid
Pertanyaan13 0,408 0,002 Valid
Pertanyaan14 0,644 0,000 Valid
Pertanyaan15 0,688 0,000 Valid
Pertanyaan16 0,579 0,000 Valid
Pertanyaan17 0,425 0,001 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai Cronbach’s Alpha.
Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai
Cronbach’s Alpha > 0,6. Berikut ini hasil pengujian reliabilitas menggunakan software SPSS:
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: data primer diolah, 2019
Nilai Cronbach’s Alpha 0,882 (lebih dari 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner valid dan reliabel dan data dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
3. Hasil Analisis Variabel Rasionalitas Investor
Data kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya kemudian dihitung nilai
mean-nya dengan bantuan Microsoft Excel dan memberikan hasil seperti pada table 5 berikut:
Setelah mengetahui nilai mean masing- masing indikator rasionalitas investor, selanjutnya dilakukan penghitungan persentase rasionalitas responden:
Persentase rasionalitas responden Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items Reliabilitas
0.882 17 Reliabel
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
62
= 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑥 100%
= 6993
10 𝑥 17 𝑥 54 𝑥 100% = 76,18%
Tabel 5. Hasil Analisis Mean per Indikator
Pertanyaan Total Skor Mean Kriteria Mean
Indikator Indikator
1 450 8.33 Sangat
Tinggi
7.79 Mencari atau memiliki informasi sebanyak mungkin
2 406 7.52 Tinggi
3 406 7.52 Tinggi
4 408 7.56 Tinggi
7.85
Mampu melakukan analisis investasi dengan informasi
yang dimiliki
5 424 7.85 Tinggi
6 439 8.13 Sangat
Tinggi
7 412 7.63 Tinggi
7.57 Melakukan diversifikasi dan membuat portofolio optimal
8 373 6.91 Tinggi
9 442 8.19 Sangat
Tinggi
10 394 7.30 Tinggi
7.43 Memonitor dan melakukan supervisi investasi
11 384 7.11 Tinggi
12 426 7.89 Tinggi
13 378 7.00 Tinggi
7.07
Cenderung sulit mengubah keputusan investasi yang
telah diambil
14 400 7.41 Tinggi
15 368 6.81 Tinggi
16 442 8.19 Sangat
Tinggi
8.18 Merupakan investor jangka panjang
17 441 8.17 Sangat
Tinggi Sumber: Data diolah, 2019
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil analisis dilakukan per indikator rasionalitas investor dan persentase rasionalitas responden sesuai dengan hasil analisis.
a. Mencari atau memiliki informasi sebanyak mungkin
Nilai mean indikator rasionalitas bahwa investor mencari atau memiliki informasi sebanyak mungkin sebesar 7,79 yang berarti bahwa indikator tersebut tinggi. Teknologi
telah berkembang dengan pesat dan memberikan berbagai kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal pencarian informasi. Kemajuan internet pada era ini membuat informasi-informasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi bergerak lebih cepat.
Informasi yang beredar juga beragam dan dapat memberikan dampak yang beragam pula. Dengan adanya kemudahan ini, investor tentunya lebih cepat dan nyaman dalam melakukan pencarian informasi yang
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
62 digunakan untuk menunjang pengambilan keputusannya yang rasional. BEI sendiri sebagai penyelenggara pasar modal menyediakan berbagai informasi dasar yang dapat digunakan sebagai bantuan analisis oleh investor. Informasi mengenai, harga historis saham, laporan tahunan, indeks harga saham, dan berbagai informasi lainnya tersedia di laman resmi BEI tersebut (“PT.
Bursa Efek Indonesia,” 2019)
b. Mampu melakukan analisis dengan informasi yang dimiliki
Indikator ini memiliki nilai mean sebesar 7,85 yang berarti bahwa indikator investor mampu melakukan analisis dengan informasi yang dimiliki tinggi. Hal ini terkait dengan kemampuan kognitif individu masing-masing. Mengutip pernyataan Simon (1955) yang menyatakan bahwa rasionalitas suatu individu beroperasi pada level tertentu yang mana tergantung pula pada level atau taraf kemampuan kognitif sesorang. Dalam penelitian ini mayoritas responden adalah kelompok terdidik yang pernah berkuliah, atau minimal telah lulus SMA sederajat, sehingga pada dasarnya kemampuan kognitif dasar telah dimiliki oleh para responden. Dengan kemampuan dasar dari pendidikannya tersebut, responden paling tidak akan mampu melakukan analisis sederhana untuk mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi di pasar modal.
c. Melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio optimal
Nilai mean indikator ini yakni 7,57 yang berarti bahwa indikator melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio optimal tinggi. Diversifikasi menurut Mao (dalam Sartono & Zulaihati, 1998) pada dasarnya bertujuan untuk meminimalkan
risiko, yakni dengan memilih beberapa jenis saham sebagai alternatif investasi.
Sedangkan untuk memaksimalkan keuntungannya, berbagai macam saham yang dipilih sebagai alternatif investasi tersebut seharusnya memberikan keuntungan yang optimal. Kumpulan saham-saham yang memberikan keuntungan optimal inilah yang disebut dengan portofolio optimal. Indikator yang tinggi menunjukkan bahwa investor menyadari bahwa keputusan untuk menanamkan asetnya pada berbagai macam saham penting bagi keamanan asetnya serta untuk tetap memperoleh keuntungan maksimal.
Oleh karenanya, saham-saham yang mereka pilih haruslah saham yang membentuk portofolio optimal. Pemahaman akan diversifikasi investasi dan pembentukan portofolio optimal dapat terbentuk dari kemampuan kognitif investor serta ketersedian informasi untuk melakukan analisis tersebut. Kemampuan kognitif serta kemauan mencari dan ketersediaan informasi termasuk indikator rasionalitas yang telah dihitung sebelumnya, dan keduanya menghasilkan nilai yang tinggi, sehingga indikator melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio optimal yang terbentuk juga tinggi.
d. Memonitor dan melakukan supervisi investasi
Nilai mean indikator memonitor dan melakukan supervisi investasi sebesar 7,43 yang berarti nilai ini termasuk kategori tinggi. Investor memantau pasar dan kondisi investasi saham yang dimilikinya di pasar.
Proses ini saat ini jauh lebih mudah, mengingat sistem perdagangan saham di bursa saat ini sudah terintegrasi penuh dengan teknologi. Investor umumnya dapat
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
63 melihat kondisi dan situasi pasar melalui online trading system yang disediakan perusahaan sekuritas dimana ia terdaftar.
Online trading system ini biasanya bahkan sudah dapat diakses melalui smartphone dan perangkat elektronik lain sperti laptop, ataupun perangkat seluler lainnya yang saat ini mungkin telah dimiliki oleh sebagian besar masyarakat, apalagi generasi muda.
Tingginya indikator ini hampir sama dengan indikator kemudahan dalam mencari informasi karena pada dasarnya kondisi pasar juga merupakan jenis informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Ketika investor telah memahami kondisi terbaru pasar dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap saham-saham yang dimilikinya, tentu investor akan mengambil tindakan penyesuaian agar terhindar dari kerugian atau mendapat keuntungan yang lebih besar.
e. Cenderung sulit mengubah keputusan yang telah diambil
Indikator ini memiliki nilai mean 7,07 yang berarti bahwa indikator cenderung sulit mengubah keputusan termasuk kategori tinggi. Investor rasional cenderung sulit mengubah keputusan dikarenakan keputusan yang diambilnya telah melalui berbagai macam pertimbangan maupun analisis.
Indikator ini terkait dengan indikator yang telah dibahas sebelumnya, yakni kemampuan investor dalam melakukan analisis investasi dan mengumpulkan investasi. Analisis investasi pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, mulai dari metode yang sederhana hingga metode rumit yang tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Kemampuan analisis inilah yang menjadi dasar pedoman keputusan investasi yang dipilih investor.
Ketika seorang investor telah yakin dengan kemampuan analisisnya, maka tentu ia akan mempercayai hasil analisisnya tersebut ketimbang hasil analisis orang lain ataupun sumber lain. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa indikator kemampuan untuk melakukan analisis investasi tinggi dikarenakan dasar pendidikan yang cukup tinggi, sehingga wajar bila investor mempercayai hasil analisisnya dan cenderung sulit mengubah keputusan investasi yang telah diambil.
f. Merupakan investor jangka panjang Investor rasional cenderung berinvestasi untuk hasil dengan jangka panjang, nilai mean indikator ini 8,18 yang berarti indikator ini sangat tinggi. Investor memahami betul bahwa berinvestasi di pasar modal adalah panjang. Hal ini dikarenakan investasi yang ditanamkan atau disetorkan ke emiten (perusahaan yang go public) yang terdaftar di bursa tidak serta merta akan langsung menghasilkan keuntungan.
Umumnya emiten melepas sahamnya di bursa untuk tambahan modal kelangsungan operasional atau memperluas atau menambah kapasitas operasional mereka, sehingga pada dasarnya keuntungan yang didapat berasal dari operasional perusahaan yang telah diberi tambahan modal oleh investor ini. Proses memperoleh keuntungan dari operasional perusahaan tentu tidaklah singkat, sehingga waktu untuk memperoleh return (pengembalian) investasi juga tidaklah singkat. Pasar modal terkadang mampu memberikan keuntungan secara cepat, yakni melalui keuntungan dari selisih harga perdagangan saham (capital gain).
Investor yang berorientasi pada capital gain cenderung bermain cepat dalam berinvetasi dan bertransaksi di bursa dan tidak
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
64 memikirkan keuntungan jangka panjang.
Orientasi pada keuntungan yang berasal dari capital gain terkadang cenderung kurang rasional, hal ini dikarenakan kecepatan pengambilan keputusan yang harus benar- benar cepat dan akurat, sedangkan kecepatan perolehan informasi tidak sebanding dengan waktu yang dimiliki untuk mengambil keputusan, sehingga informasi yang digunakan insufficient (tidak cukup).
Berbeda halnya jika investor-investor ini memiliki informasi lebih dari perusahaan maupun sumber lain yang memang cepat dan akurat, namun informasi ini tentu mahal dan tidak semua orang mampu mengaksenya.
g. Persentase Rasionalitas Investor
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa persentase rasionalitas investor bernilai 76,18% yang berarti bahwa rasionalitas investor tinggi. Rasionalitas investor yang terbentuk dari indikator-indikator yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa investor berpersepsi mereka telah
berperilaku rasional dalam berinvestasi.
Investor pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, bahkan bisa dikatakan tinggi, karena mayoritas telah berkuliah, sehingga memiliki pengetahuan dasar dalam berinvestasi maupun melakukan analisis investasi, meskipun secara sederhana. Selain kemampuan kognitif investor yang baik, perkembangan teknologi di era ini menunjang kemampuan investor untuk mencari dan memperoleh informasi.
Sistem perdagangan saham yang terintegrasi penuh dengan teknologi juga menjadi faktor kemudahan transaksi dan transparansi informasi mengenai kondisi pasar.
SIMPULAN
Persepsi rasionalitas investor tinggi dengan persentase rasionalitas investor bernilai 76,18%. Tingginya persepsi rasionalitas ini dikarenakan informasi pasar yang dapat diperoleh dengan mudah dan nyaman. Investor berpendidikan cukup tinggi sehingga memiliki kemampuan kognitif dasar untuk melakukan analisis investasi sendiri. Responden juga memahami karakteristik dan tujuan pengembalian (return) dalam berinvestasi di pasar modal adalah untuk jangka panjang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang terfokus pada responden yang diperoleh. Penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat menggunakan metode analisis yang dapat menggeneralisasikan hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, P., & Marwadi, I. (2014). Perilaku Investor Muslim dalam Bertransaksi Saham di Pasar Modal. JESST, 1(12), 874–892.
Arfan Rifqiawan, R. (2012). Analisis Rasionalitas Investor Dalam Pemilihan Dan Penentuan Portofolio Optimal Pada Saham Saham Jakarta Islamic Index. Economica, II(Nopember), 1–14.
BPS. (2019). Ekonomi Indonesia 2018 Tumbuh 5,17 Persen. Retrieved from
bps.go.id website:
bps.go.id/pressrelease/2019/02/06/16 19/ekonomi-indonesia-2018-tumbuh- 5-17-persen.html
Budi, A. S. (2002). Rasionalitas Investor terhadap Pemilihan Saham dan
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
65 Penentuan Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro.
Darmadji, T., & Fakhrudin, H. (2011).
Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab (Edisi Ketiga). Jakarta: Salemba Empat.
Etzioni, A. (1986). Rationality is Anti- Entropic. Journal of Economic Psychology, 7, 17–36.
Fabozi, F. J., & Peterson, P. . (2009).
Finance: Capital Markets, Financial Management, and Investment Management. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Fabozzi, F. J. (2008). Handbook ofFinance : Financial Markets and Instruments (Vol. 1).
Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Akuntansi, Bisnis, dan Ilmu Sosial Lainnya. Semarang: Yoga Pratama (FEB UNDIP Semarang).
Hartono, J. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Kesepuluh).
Yogyakarta: BPFE-
YOGYAKARTA.
Komara, E. F. (2014). Rasionalitas Investor dalam Memilih Saham dan Menentukan Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal pada Saham-saham Kelompok Indeks LQ-45. Portofolio, 11(1), 19–
35.
Lubis, A. N., Isfenti, S., Fachrudin, K. A., &
Meliza, J. (2013). Perilaku Investor Keuangan. Medan: USU Press.
Maginn, J. L., Tuttle, D. L., McLeavey, D.
W., & Pinto, J. E. (2007). Managing Investment Portfolios: A Dynamic Process (CFA Institute Investment Series). Retrieved from https://vinothsv.files.wordpress.com/
2015/07/managing-investment- portfolios.pdf
Natapura, C. (2009). Analisis perilaku Investor Institusional dengan Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi, 16(3), 180–187.
Neuman, W. L. (2000). Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. Boston:
Allyn and Bacon.
OJK. (2016). Pasar Modal Seri Literasi Keuangan Perguruan Tinggi 3.
Retrieved from
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/Front End/CMS/DetailMateri/203
PT. Bursa Efek Indonesia. (2019). Retrieved from idx.co.id
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Radjab, E., & Jam’an, A. (2017).
Metodologi Penelitian Bisnis.
Makasar: Lembaga Perpustakaan dan Penelitian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Reilly, Frank K & Brown, K. C. (2012).
Investment Analysis & Portfolio Management (Tenth Edit). Retrieved from http://www.mim.ac.mw/
Astri Wening Perwitasari, Iwan Hendra Kusuma & Setiyono Analisis Persepsi Rasionalitas Investor Di Pasar Modal Indonesia
66 Sartono, R. A., & Zulaihati, S. (1998).
Rasionalitas Investor terhadap Pemilihan Saham dan Penentuan Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal di BEJ. KELOLA, VII(17), 107–121.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2009). Research Methods for Busines : A Skill Building Approach (Fifth Edit). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Setiawan, S. (2017). Analisis Portofolio Optimal Saham-Saham Lq45 Menggunakan Single Index Model Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016. Journal of Accounting and Business Studies, 1(2), 1–10.
Simon, H. A. (1955). Rational Decision Making in Business Organizations Herbert A . Simon. Quarterly Journal of Economics, 69(1), 99–
118. https://doi.org/10.2307/1884852 Subramaniam, V. A., & Velnampy, T.
(2017). Rationality a central point between traditionl theory and BF- 17P. 5, 389–405. Retrieved from http://granthaalayah.com/Articles/Vo l5Iss6/47_IJRG17_A06_372.pdf Sudirman. (2015). Pasar Modal dan
Manajemen Portofolio (R. Darwis,
Ed.). Retrieved from
https://www.researchgate.net/publica tion/322696132
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfa Beta.
Turpin, S. M. (2004). Decision-making : Theory and practice. ORION, 20(2), 143–160.
Winarto, H. (2009). Penentuan Portofolio
Optimal Dengan Model Indeks Tunggal Dan Rasionalitas Investor Terhadap Pemilihan Saham Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomika Universitas Wijayakusuma Purwokerto, 12(1), 23–40.