• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO

PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

DianjukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

Oleh,

YANTI MARYANTI 1004067

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO

PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR

Oleh YantiMaryanti

Sebuahskripsi yang diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehGelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© YantiMaryanti

UniversitasPendidikan Indonesia Juni 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

YANTI MARYANTI

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO

PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dindin Abdul MuizLidinillah, S.Si., S.E., M.Pd. NIP. 19790113 200501 1 003

Pembimbing II,

Dra.Hj. Ade Rokhayati, M.Pd. NIP. 19520101 198211 2 001

Diketahuioleh, Ketua Program Studi PGSD

UPI KampusTasikmalaya

(4)

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI SOLO

PADA KONSEP PEMBAGIAN PECAHAN SEKOLAH DASAR

ABSTRAK

Penelitianinidilatarbelakangiolehkurangnyaperhatianparapelakupendidikanterh adap proses evaluasi. Perilaku yang menjamurselamainiadalah guru lebihseringmenilaisiswahanyadarisegikuantitatif.Padahalbelumtentusiswadengann

ilaitinggibisamengalahkansiswa yang

memilikinilairendahsecarakuantitatif.Penelaahanresponsiswaterhadapsoaljarangdil akukandenganalasansudahadakuncijawaban.Sehinggaapa pun bentuktesnya, siswatetapdinilaidaribenardansalah,

tanpamenganalisisbenarsepertiapadansalahsepertiapa.

Inimenyebabkansiswacenderungtetapberadapada level

berfikirnyakarenakurangnyaperhatiandantidakadaupayaperbaikandaripihakmana pun. Berdasarkanlatarbelakangtersebut, penelitimenyusundanmengembangkan

model penilaianberbasistaksonomi SOLO

padakonseppembagianpecahan.Penelitianinidilakukan di SDN Nagarawangi 1 dan 3.Subjekpenelitianadalahsiswakelas V dan guru Matematika di keduaSekolah.Metode yang digunakanadalahdesign research model reeves. Langkah-langkahdalampenelitianiniantara lain identifikasidananalisismasalah,

mengembangkanprototypesolusi, melakukan proses

berulanguntukmengujidanmemperbaikidesainsertarefleksiuntukmenghasilkandesi

gn principle. Desaindiimplementasikan di

salahsatuSekolahdenganbekalprediksirespon yang telahdisusunmelaluiujicoba di SekolahselainSekolahpenelitian..

Implementasipertamamenghasilkanresponberagam, Persentaseterbanyakada di level prastrukturalyaitu 51,43%. 44,28% siswamenjawabdengan level berfikirunistruktural. Pada level unistruktural, siswasudahbisamemahamisatubuah data yang disajikandalamsoal.Artinyahal-hal yang diketahuidalamsoalsudahdapatterbacaolehsiswa.Untuk level multistruktural, hanyaada 4,29% siswa yang sudahbisa. tidakada yang mencapai level extended

abstract. Dengan judgment ahlidesaindirevisidandiimplementasikan di sekolahlainuntukmelihatperbandingantingkatkepraktisandesain.

Responkeduamenunjukkanpersentaseterbanyakadapada level unistrukturalyaitu 45,83%. Disusulsiswadengan level prastrukturalsebanyak 24,17%. Untuk level tertinggi, persentasesiswasebanyak 20.83%. Dan level multistrukturalditempatisiswasebanyak 9,17% siswa.Dengandiketahuinya level

berfikirdarimasing-masingsiswa, guru

bisamemberiperhatianlebihsaatpembelajaran.

(5)

This study emerges as a result of teachers’ weak attention towards student evaluation process. Teachers nowadays tend to assess students quantitatively. However, students with high score cannot be meant to defeat those whose score are lower quantitatively. Study towards student respond on questions is rarely conducted since answers key are available. As a result, no matter how the test is made, students are still assessed based on true or false while neglecting the analysis of basis used to determine this true or false is. As thisweak of attention nor lock of attempts for improvement from related parties, consequently, students tend to stay at the same tier of thinking. Based on that problem background, writer arranges and develops assessment model with SOLO taxonomy base for fraction distribution concept. This study is conducted at elementary school of Nagarawangi 1 and 3. Research subject is students at 5th grade and math teachers in both schools. Method used is design research model reeves. This paper is constructed as follow. First, it identifies and analysis problem background. Second, it develops prototype solution. Third, it in continues the process to test and fix model design and also as reflection for generating design principle. Model design is implemented in one of the school by using responds that have been made through trial and error in the school other than research subject. The first implementation result is a vary responds. The highest percentage portion is 51,43% at level of pre-structural. 44,28% at level of uni-structural and only 4,29% at level of multy-structural. The second implementation result, the highest percentage portion is 45,83% at level of uni-structural. 24,17% at level of pre-structural, 20,83% at level of extended abstract and 9,17% at level of multy-structural.

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iiiABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KajianPustaka ... 6

1. Penilaian Pendidikan ... 6

2. Taksonomi Kognitif ... 13

3. Taksonomi SOLO ... 15

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Digunakan .... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasidan Subjek Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 27

C. Metode Penelitian ... 29

D. Definisi Istilah ... 29

E. InstrumenPenelitian... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Teknik Analisis Data ... 31

(7)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitian ... 34

1. StudiPendahuluan ... 34

2. SiklusPertama ... 49

3. SiklusKedua ... 42

B. Pembahasan ... 71

BAB VSIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. TabelTaksonomi SOLO ... 16

2.2. StandarKompetensidanKompetensiDasar yang Digunakan ... 24

4.1. ResponSiklusPertama ... 73

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. GambarStrukturResponPrastruktural ... 17

2.2. GambarStrukturResponUnistruktural ... 18

2.3. GambarStrukturResponMultistruktural ... 19

2.4. GambarStrukturResponRelasional ... 20

2.5. GambarStrukturResponAbstrakDiperluas... 21

3.1. DiagramDesign Researh Model Reeves ... 27

4.1. KegiatanPembelajaran (Pembukaan) Siklus 1 ... 56

4.2. KegiatanPembelajaran (Inti) Siklus 1 ... 57

4.3. ResponSiswaKegiatan 1 LKS Siklus 1 (tabel) ... 57

4.4. ResponSiswaKegiatan 1 LKS Siklus 1 (kesimpulan) ... 58

4.5. ResponSiswa 1 Kegiatan 2 LKS Siklus 1 ... 58

4.6. ResponSiswa 2 Kegiatan 2 LKS Siklus 1 ... 58

4.7. ResponSiswaKegiatan 3 LKS Siklus 1 ... 59

4.8. ResponSiswa 1 Nomor 1c SoalSiklus 1 (unistruktural) ... 60

4.9. ResponSiswa 2 Nomor 1c SoalSiklus 1 (unistruktural) ... 61

4.10. KegiatanPembelajaran (Pembukaan) Siklus 2 ... 67

4.11. KegiatanPembelajaran (PosisiDudukBerkelompok) Siklus 2 ... 67

4.12. ResponSiswaKegiatan 1 LKS Siklus 2 ... 68

4.13. ResponSiswaKegiatan 2 LKS Siklus 2 ... 68

4.14. KegiatanPembelajaran (Inti) Siklus 2 ... 69

4.15. ResponSiswaKegiatan 3 LKS Siklus 2 ... 69

4.16. ResponSiswa 1 Nomor 4 SoalSiklus 2 (Extended Abstract) ... 70

4.17. ResponSiswa 2 Nomor 4 SoalSiklus 2 (Extended Abstract) ... 70

4.18. DiagrmResponSiswa SD N Nagarawangi 3 ... 73

4.19. DiagrmResponSiswa SD N Nagarawangi 1 ... 74

4.20. ResponSoalNomor 1 (prastruktural) ... 75

4.21. ResponSoalNomor 5 (prastruktural) ... 75

4.22. ResponSoalNomor3 (prastruktural) ... 75

4.23. Respon Level Unistruktural (keliru) ... 76

4.24. Respon Level Unistruktural (tepat) ... 76

4.25. Respon Level Unistruktural (keliru) ... 76

4.26. Respon Level Multistruktural (tepat) ... 77

4.27. Respon Level Multistruktural (tepat) ... 77

4.28. Respon Level Multistruktural (keliru) ... 78

4.29. Respon Level Multistruktural (keliru) ... 78

4.30. Respon Level Extended Abstract (tepat) ... 79

4.31. Respon Level Extended Abstract (keliru) ... 79

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LampiranA ... 85

A.1. Kisi-Kisi InstrumenStudiPendahuluan ... 86

A.2.InstrumenStudiPendahuluan ... 90

A.3. DesainUjicoba ... 93

A.4.SampelResponUjicoba ... 95

Lampiran B ... 101

B.1.RPP 1 ... 102

B.2. LKS1 ... 105

B.3. Desain Awal ... 107

B.4. Sampel Jawaban LKS 1 ... 109

B.5. Sampel Respon Desain Awal ... 115

A.6. Angket Terbuka ... 121

Lampiran C ... 122

C.1.RPP 2 (revisi) ... 123

C.2. LKS2 (revisi) ... 126

C.3. Desain 2 (revisi) ... 128

C.4. Sampel Jawaban LKS 2 ... 130

C.5. Sampel Respon Desain 2 ... 136

C.6. Angket Terbuka ... 142

Lampiran D ... 143

D.1. SK Dosen Pembimbing Skripsi ... 144

D.2. Surat Ijin Penelitian dari Lembaga ... 145

D.3. Surat Ijin penelitian dari KESBANG Kota Tasikmalaya ... 146

D.4.Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya ... 147

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran di sekolah memiliki empat hal yang perlu mendapatperhatian lebih dari para pelaku pendidikan, yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan. Sebagaimana disebutkan dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 3 (2005, hlm. 17)bahwa:

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan prosespembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaianhasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaranuntuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dari keempat aspek di atas, avaluasi dipandang sebagai salah satu aspek yang urgen keterlaksanaannya di Sekolah.Dari evaluasi, guru bisa mengetahui banyak informasi mengenai prestasi siswa. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu sumber bahwa:

Setelah siswa selesai menempuh sejumlah pembelajaran di kelas,guru membutuhkan evaluasi untuk mengetahui berapa banyak yang telah siswa pelajari dan bagaimana proses siswa belajar. Evaluasi mengukur aspekkuantitatif (berapa banyak) dan aspek kualitatif (seberapa bagus)(Marton, dalam Biggs & Collis, 1982, hlm. 3)

Evaluasi kuantitatif dipandang lebih mudah untuk diterapkan. Di sini, guru ingin mengetahui berapa banyak poin yang siswa bisa sebutkan kembali, berapa banyak kata yang bisa siswa eja, berapa banyak masalah yang bisa siswa selesaikan dengan benar, berapa banyak kata yang bisa siswa gunakan dengan benar, berapa banyak aturan tata bahasayang siswa bisa gunakan.

Sekarang ini ada begitu banyak teknologi untuk membantu guru mengevaluasi siswa secara kuantitatif, memang, hampir seluruh domain pengujian pendidikan berkaitan dengan kuantitas dalam pembelajaran.

(12)

2

penilaian kualitatif jauh lebih dibutuhkan guru untuk mengungkap seberapa dalam siswa memahami materi pembelajaran.

Ketepatan hasil belajar siswa dapat tercermin dari respon yang diberikan siswa dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan respon yang diberikan siswa tersebut, dapat pula dilihat jenis kesalahan yang dilakukan. Untuk keperluan tersebut beberapa pakar mengklasifikasikan tujuan-tujuan pembelajaran dalam suatu model yang disebut taksonomi. Menurut Bloom, Taksonomi berguna sebagai alat untuk menjamin ketelitian dalam komunikasi berkenaan dengan pengorganisasian dan interrelasi, dalam hal ini taksonomi tujuan pendidikan. Beberapa model taksonomi tujuan pendidikan diantaranya adalah, Taksonomi Bloom, Taksonomi Bloom Berdimensi Dua (Anderson, et al., 2001), dan Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) (Biggs & Collis, 1982).

Taksonmi Bloom menguraikan enam tingkat respon: pengetahuan (produksi hafalan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Taksonomi ini telah terbukti berguna, namun masih mengandung beberapa kesulitan.Model taksonomi ini dirasa belum optimal memfasilitasi siswa berpikir kreatif saat menghadapi permasalahanpada sebuah soal. Hal ini juga dikemukakan oleh Asikin (dalam Hardiyanto, 2011, hlm. 2) bahwa:

“model taksonomi Bloom belum secara keseluruhan memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah.”

Menurut Bigg dan Collis (dalam Hidayah, 2011, hlm. 28) penerapan Taksonomi SOLO untuk mengetahui kualitas respon siswa dan analisis kesalahan sangatlahtepat, sebab Taksonomi SOLO mepunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

1. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untukmenentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan fisika.

(13)

3

3. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan fisika.

Menurut Hidayah (2011, hlm. 3) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kemampuan respon siswa dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan taksonomi SOLO:

model taksonomi SOLO dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakanselain bersifat hirarkis, taksonomi SOLO juga menuntut kemampuan siswa memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut.

Taksonomi SOLO memberikan peluang pada siswa untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistructural), membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level relational), serta memberikan peluang pada siswa untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Artinya taksonomi ini disamping mangakomodasi tujuan langsung juga mampu mengakomodasi tujuan secara tidak langsung pembelajaran Matematika dan menuntut siswa pada kemampuan kognitif tingkat tinggi.

Di antara sekian banyak materi Matematika Sekolah Dasar, pecahan dipandang sebagai materi paling rumit untuk siswa. Menurut hasil wawancara kepada guru salah satu SD di kota Tasikmalaya, diperoleh informasi bahwa materi pecahan memiliki sub bahasan yang sangat banyak. Dalam penyusunan soal pecahan kebanyakan guru menghadapi kesulitan karena terlalu banyak indikator yang harus dicapai siswa.Fokus perhatian dalam kebanyakan alat tes yang guru gunakan adalah menilai jawaban siswa sudah betul atau masih salah. Sedangkan level berpikir masing-masing siswa tidak diperhatikan.

Tindak lanjut evaluasi yang guru berikan kepada siswa bisa berupa program remedial dan refleksi proses pembelajaran. Ini dilakukan berdasarkan hasil perolehan nilai siswa.Namun beberapa tahun menerapkan remedial, guru tidak melihat peningkatan kemampuan siswa.

(14)

4

yang masih jarang guru perhatikan, bahwa setiap anak berkembang dengan caranya masing-masing.Respon masing-masing siswa akan menunjukkan seberapa dalam mereka memahami materi. Maka dari itu perlu ada proses analisis dalam pemeriksaan respon siswa pada setiap soal.

Penerapan taksonomi SOLO dirasakan manfaatnya oleh beberapa pelaku pendidikan, seperti dijelaskan oleh Kuswana (2012, hlm. 99) bahwa:

Aplikasi taksonomi SOLO yang luas dan efektif oleh peneliti pendidikan, perancang kurikulum, dan guru-guru di semua tingkat pendidikan dan di berbagai mata pelajaran menunjukkan nilai praktis dan kemudahan yang dapat digunakan, terutama dalam konteks penilaian. Dengan relativ sedikit praktek dan umpan balik, sebagian besar guru dapat menggunakan setidaknya tingkat yang lebih rendah dari taksonomi SOLO, untuk mengidentifikasi tujuan kurikulum yang sesuai dan akan membantu siswa pindah ke tahap berikutnya dari pembelajaran mereka.

Berdasarkan paparan di atas, taksonomi SOLO sangat membantu guru dalam proses penilaian. Proses berpikir siswa akan lebih berkembang dan guru bisa memfokuskan perhatian kepada siswa dengan cara berpikir yang masih pada level rendah.

Dengan demikian, perlu adanya suatu model penilian berbasis taksonomi SOLO pada konseppembagian pecahan yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berpikir alternatif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana model evaluasi matematika pada konsep pembagian pecahanmenggunakan taksonomi SOLO?

2. Bagaimana implementasi model penilaian berbasis taksonomi SOLO pada konseppembagian pecahan?

(15)

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai:

1. Model evaluasi matematika pada konsep pembagian pecahanmenggunakan taksonomi SOLO.

2. Implementasi model penilaian berbasis taksonomi SOLO pada konsep pembagian pecahan.

3. Karakteristik respon siswa kelas V Sekolah Dasar dalam menyelesaikan soal berdasarkan taksonomi SOLO.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori penilaian matematika beserta alat ukurnya berdasarkan taksonomi SOLO pada konsep pembagian pecahan.

2. Manfaat praktis

a) Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan memperoleh pengalaman langsung sebagai calon guru dalam menyusun instrumen dan desain didaktis model penilaian berbasis taksonomi SOLO pada konseppembagian pecahan. b) Bagi siswa, melalui desain didaktis yang telah dirancang oleh peneliti

diharapkan dapat meningkaykan kemampuan berpikir.

c) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dalam penyususnan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa pada konseppembagian pecahan.

d) Bagi sekolah, sebagai sumbangan pikiran dalam bentuk tulisan, pedoman penyususnan alat evaluasi dan alat ukur respon siswa berdasarkan taksonomi SOLO pada konseppembagian pecahan.

(16)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Dasar Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap studi pendahuluan yang dilaksanakan di SD Negeri Cieunteung 3 dan tahap implementasi desain didaktis yang dilaksanakan di SD Negeri Nagarawangi 3 dan SD Negeri Nagarawangi 1.

Lokasi penelitian dipilih berdasarkan jarak dan tempat dilaksanakan Program Latihan Profesi UPI Kampus Tasikmalaya tahun 2014. Selain itu, ketiga Sekolah Dasar ini dianggap mempunyai karakteristik yang sama baik dari segi kemampuan siswa, sarana prasarana, dan kompetensi tenaga pendidik.

2. Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 298), dalam penelitian kualitatif tidak ada populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

“Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif” (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 298).

(17)

27

Dalam penelitian kulitatif, peneliti sering menggunakan teknik purposive

sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan

peneliti dalam memilih sumber data adalah sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti praktek latihan profesi sehingga karakter siswa sudah diketahui sejak awal.

b. Memudahkan proses perizinan

c. Lokasi dekat dengan tempat tinggal peneliti

d. Lokasi merupakan komplek SD yang karakteristiknya tidak jauh berbeda

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah proses perancangan desain dan pengembangannya. Oleh karena itu perlu disusun langkah-langkah yang sesuai dengan tujuan agar penelitian lebih terarah.

Menurut Reeves (dalam Plomp dalam Lidinillah, 2012, hlm. 11) langkah-langkah pelaksanaan design research dapat digambarkan melalui diagram di bawah ini:

Gambar 3.1. Diagram Design Research Model Reeves

(18)

28

Selain hal di atas, dalam tahap ini peneliti pun mengumpulkan sumber tertulis yang akan mendukung proses pembuatan desain di tahap berikutnya.

2. Mengembangkan prototype solusi yang didasarkan pada patokan teori, design

principle yang ada dan inovasi teknologi

Setelah terkumpul data hasil studi pendahuluan, peneliti menghubungkan dengan teori-teori yang relevan. Setelah ditemukan keterkaitan antara data lapangan dan teori, disusunlah suatu desain soal dan pemeringkatan respon siswa berbasis taksonomi SOLO.

Untuk menguji tingkat keterbacaan desain, peneliti mengujikan soal kepada beberapa orang siswa. Setelah uji coba dirasa cukup, disusun beberapa kemungkinan respon yang muncul dari setiap soal menurut level berpikir taksonomi SOLO.

3. Melakukan proses berulang untuk menguji dan memperbaiki solusi secara praktis

Setelah prototype disusun, peneliti melakukan validasi dengan berdiskusi bersama dosen pembimbing. Untuk kelengkapan desain, peneliti menyusun bahan ajar untuk pembelajaran pengantar saat desain diujikan di Sekolah Dasar. Bahan ajar tersebut antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang juga melalui proses validasi dosen pembimbing.

Proses validasi telah dilakukan, selanjutnya mengujikan desain lengkap dengan RPP dan LKS oleh peneliti. Setelah pembelajaran, dilakukan wawancara terhadap guru dan siswa terkait soal.

4. Refleksi untuk menghasilkan design principle serta meningkatkan implementasi dari solusi secara praktis

Berdasarkan hasil uji coba pertama, peneliti merevisi produk terutama desain soal. Hasil wawancara dan pertimbangan pembimbing menjadi dasar pengembangan produk agar lebih baik. Setelah revisi selesai, dilaukan uji coba kedua di sekolah yang berbeda. Dengan kata lain proses penelitian kembali ke langkah ketiga yakni uji coba dan wawancara.

(19)

29

menunjukkan hasil yang memuaskan, pengujian desain dihentikan dan didapatlah model soal berbasis taksonomi SOLO pada konsep pembagian pecahan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menyusun serta mengembangkan soal dan pemeringkatan respon siswa berdasarkan taksonomi SOLO pada konsep pembagian pecahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian desain atau design research.

design research adalah suatu kajian sistematis tentang merancang,

mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya. (Plomp, dalam Lidinillah (2012, hlm. 4)

Definisi di atas mengungkapkan bahwa dalam penelitian ini, hal yang paling diperhatikan adalah proses perancangan dan pengembangan desain yang merupakan solusi terhadap permasalahan dalam dunia pendidikan.

Menurut Cobb (dalam Bakker, dalam Lidinillah, 2012, hlm. 2), istilah penelitian design research juga dimasukan ke dalam penelitian pengembangan (developmental research), karena berkaitan dengan pengembangan materi dan bahan pembalajaran.

D. Definisi Istilah

1. Penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah penilaian kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar dalam materi pembagian pecahan melalui tes tertulis berbentuk soal esai

2. Taksonomi SOLO adalah pengelompokkan cara berpikir seseorang berdasarkan respon yang ditunjukkan terhadap suatu masalah (soal)

3. Materi pembagian pecahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembagian bilangan bulat positif dengan pecahan, pembagian pecahan dengan pecahan dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

(20)

30

Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Hal tersebut didasarkan pada tugas peneliti sebagai pelaku segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 306) bahwa “peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan”. 2. Instrumen tambahan

Instrumen tambahan dalam penelitian ini adalah instrumen studi pendahuluan berupa pedoman wawancara dan instrumen saat uji coba desain berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan desain soal berbasis taksonomi SOLO.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan banyak data dari lapangan.Oleh karena itu teknik pengumpulan data harus diperhatikan.Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012, hlm. 309).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melaui beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Uji instrument studi pendahuluan

Uji instrument studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi model penilaian yang biasa dilakukan di sekolah

2. Implementasi desain

Implementasi desain dilaksanakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan respon siswa terhadap desain yang telah disusun.Selain itu dengan implementasi, peneliti bisa menganalisis tingkat keterpakaian desain di lapangan.

3. Observasi

(21)

31

partisipatif (participant observation) yakni terlibat langsung sepenuhnya dengan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sumber data.

4. Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang desain.Bagaimana respon guru dan siswa mengenai desain, hal apa yang masih dirasa kurang dan apa yang harus dipertahankan. Responden yang lebih berpengalaman di lapangan akan membantu proses pengembangan desain.

5. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti autentik dalam penyusunan laporan penelitian dan sebagai pelengkap dari teknik pengumpulan data lainnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Sugiyono (2012, hlm. 336) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Teknik analisis data dalam penelitian ini berdasarkan model Miles and

Huberman. Langkah-langkah analisis data menurut model Miles and Huberman,

yaitu sebagai berikut.

1. Data reduction (reduksi data)

Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi maka data tersebut disusun dalam pola hubungan, sehingga data tersebut mudah untuk dipahami.

3. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi)

(22)

32

H. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 366) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (kredibilitas), transferability (nilai transfer),

dependability (depenabilitas), dan confirmability.Namun pengujian keabsahan

data yang paling utama dalam penelitian kualitatif adalah uji credibility (kredibilitas). Pengujian keabsahan data akan dilakukan dengan uji kredibilitas data yakni dengan melakukan perpanjngan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, member check,dan analisis kasus negative.

Uji credibility merupakan pengujian kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji kredibilitas dilakukan dengan beberapa pilihan cara diantaranya perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan pembimbing atau teman, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan

member check. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kredibilitas dengan

cara sebagai berikut: 1. Peningkatan ketekunan

Peningkatan ketekunan dilakukan agar pengamatan yang dilakukan lebih cermat dan berkesinambungan.Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah dikumpulkan. Selain itu, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diteliti. Peneliti perlu meningkatkan ketekunannya agar wawasan peneliti semakin luas dan tajam sehingga dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran data yang ditemukan.Cara untuk meningkatkan ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi buku, hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

2. Triangulasi

(23)

33

diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan menjadi lebih spesifik. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dimaksudkan untuk menguji kredibilas data dengan cara pengumpulan data dilakukan pada waktu yang berbeda.

3. Diskusi dengan pembimbing atau teman

Diskusi dengan pembimbing atau teman dilakukan agar pada hasil penelitian yang masih sementara, jika ditemukan kekurangan data dapat segera ditambahkan dengan data yang lebih lengkap sehingga hasil penelitian lebih kredibel.

4. Menggunakan bahan referensi

(24)

80 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data danpembahasan,

dapatditarikbeberapakesimpulan.Kesimpulanpenelitianakandisajikanberdasarpada rumusanmasalah yang penelitisusun.

Pertama, kesimpulanmengenai model penilaianberbasistaksonomi SOLO padakonseppembagianpecahan.Model

penilaianinidisusundalambentukesaiberjumlahlimasoal. Proses penyusunannyamengacupadapedomanpembuatansoalberdasarkantaksonomi SOLO danindikator yang harusdicapaisiswadalammateripembagianpecahn. Selainitupembuatansoaljugamemperhatikanstandarpenilaiandari BSNP, arahanbeberapaguru MatematikaSekolahDasardansaran pembimbingskripsi.

Tingkatketerbacaansoaldiujiterlebihdulu di

sekolahselainsekolahtempatpenelitian.Sehinggadalam proses penelitian di duasekolah yang menjaditujuanpeneliti, desaintidakbanyakmengalamiperubahan.

Kedua, mengenaiimplementasidesainsoal di

SekolahDasar.Desainsoaldiimplementasikan di

duaSekolahDasardengankarakteristik yang sama. Hal inibertujuanuntukmengujitingkatketerpakaiandesaindanragamresponsiswadalamm enjawabsoal.

Dalam proses implementasi, penelitimenyusunbahanajar lain yang menunjangkeefektivanpembelajaran di kelas. Bahan ajar yang disusunantaralainRencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) danLembarKerjaSiswa (LKS). Selaindesainsoal, keduabahan ajar ini pun mendapatbeberaparevisidari guru Matematika di sekolah.

RPP disusununtuksatu kali pertemuan,

haliniberdasarkanpertimbanganpenelitidanpembimbingbahwafokuspenelitianadala

hpengembangansoalsehingga proses

(25)

81

alambentukesai, siswamembutuhkanwaktu yang cukup lama untukbisamengerjakansemuasoaltersebut.Denganpertimbanganini, jam pelajarandirancanguntuktiga jam pelajaran.

Dalam proses pembelajaran, siswamengerjakan LKS secaraberkelompok. LKS

memuattigakegiatansederhana yang

membuatsiswamengingatkembalikonseppecahan,

maknaoperasipembagianpecahandanpengerjaansoalcerita yang berkaitandenganpembagianpecahan.

Waktu yang dialokasikanuntuksiswamengerjakansoaladalah 30 menit.Selama

proses evaluasi,

siswabekerjasecaraindividudanpenelitimemantaudengancaraberkeliling di dalamruangan.

Ketiga, berkenaandengankarakteristikresponsiswakelas V SekolahDasardalammenyelesaikansoalberdasarkantaksonomi SOLO.Dalam proses penelaahanresponsiswa, penelitiberpedomanpadaprediksirespon yang dibuatsebelumimplementasi. Prediksidisusunmeurutlima level dalamtaksonomi SOLO. Namundenganpertimbanganpenelitidanpembimbing, prediksirespondisusundalamempat level yaituprastruktural, unistruktural,

multistrukturaldanextended abstract.Hal

inidikarenakansoalceritamengenaipembagianpecahantidakmemungkinkansiswame njawabdalam level relasional.

Respon yang siswaberikantidaksemuaadadalamprediksi.Olehkarenaitu di akhirpenelitian,

prediksirespondaridesainsoalsemakinbertambah.Siswamemberiresponpadasemua level yang diprediksi. Namunpresentasinyatidakmerataantara level terbawahsampaiteratas. Kebanyakansiswaberadapada level unistruktural, sedangkan level extended abstracthanyadicapaiolehbeberapasiswa

yangmemilikilatarbelakangprestasibagusmenurut guru kelas. Berdasarkananalisislebihlanjutmelaluiwawancaradiperoleh

(26)

82

siswamembutuhkanwaktucukup lama untukmencernakalimat demi

kalimatyangadadalamcerita. Level yang

diperolehsiswaadakemungkinanmengalamikenaikanjika guru Matematikaterbiasamemberikansoaldalambentukpemecahanmasalahatau minimal soalcerita.

B. Saran

Berdasarkankesimpulan yang diperoleh, makapenulismenyarankanhal-halsebagaiberikut:

1. Desainpenilaianberbasistaksonomi SOLO inimerupakanalternativsoal yang dapatdigunakanpadapembelajaranMatematikaSekolahDasar.

Namundalamimplementasipadalokasi yang berbedamemungkinkanhasil yang berbeda pula karenabeberapafaktor yang mempengaruhi.

2. Prosedurpelaksanaanpenilaian di

SekolahDasarsebaiknyamemperhatikanpedomandaripemerintah.

3. Guru lebihselektifdalammenggunakanalattesMatematika. Soal-soal yang bervariatifakanmembuatkemampuanberfikirsiswalebihberkembang.Penggunaa nsoalceritaakanmembuatsiswaberfikirbukanhanyadalamkonteksmateritertentut

etapikemampuanmenyimpulkan, membuatpemodelan,

mengabstrakkanoperasidanhal lain yang

(27)

83

DARTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W., Krathwohl, David R., et al. (2001). A Taxonomy for

Learning Teaching, And Assessing. New York : Addison Wesley Logman.

Arifin, Z. (2012).EvaluasPembelajaran. Bandung: remajarosdakarya.

Arikunto, S. (2012).Dasar-DasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara.

BadanStandarNasionalPendidikan (2007).Standar Proses untukSatuanPendidikanDasardanMenengah.Jakarta: Depdiknas.

Bigg, J. B. dan Collis. (1982). Evaluating The Quality of Learning : The Solo

Taxonomy. New York : Akademik Press Inc.

Hardiyantoro, F.E. (2011).Pemanfaatan Model TaksonomiStructure Of The

Observed Learning Outcome (Solo)

DalamPengembanganEvaluasiadaKompetensiMenulisSiswa SMP.(artikel)

FKIP PBSI, UniversitasPekalongan.

Hidayah, F. (2011).Analisis Kemampuan Respon Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi SOLO. (Skripsi) Program S1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UPI Kampus Tasikmalaya.

Kuswana, W.S.(2011a).TaksonomiBerfikir. Bandung: RemajaRosdakarya.

Kuswana, W.S. (2012b).TaksonomiKognitif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Lidinillah, D.A.M. (2012). Design Researh Sebagai Model Penelitian Pendidikan. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Poerwanti, E. (2007).Asesmenpembelajaran di SD.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 20 Tahun 2007tentang Standar

Penilaian Pendidikan.

(28)

84

Sakinatussa’adah, A. (2012) Desain Didaktis Konsep Operasi Pembagian

Bilangan Pecahan pada Pembelajaran Matematika Sekolah

Dasar.(Skripsi) Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UPI Kampus

Tasikmalaya.

Subyantoro (2011) PengembanganPerangkatEvaluasiBerdasarkanTaksonomiThe

Structure Of The Observed Learning Outcome (Solo) Pada Mata PelajaranBahasa Indonesia. (artikel) UniversitasNegeri Semarang.

Sugiyono (2012) MetodePenelitian.Bandung: Alfabeta. Tim KBBI. (___) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Gambar

Gambar 3.1.  Diagram Design Research Model Reeves

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai ketentuan yang berlaku, maka Kelompok Kerja (Pokja) IX (sembilan) KLP Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Tapin akan melakukan kegiatan Pembuktian Kualifikasi

[r]

Lampiran I : Standart Mutu Bahan Baku Produksi Palm Oil Mill (POM) Aek Loba PT.Socfin Indonesia. Uraian

City development can not be separated its from population growth, like Bekasi city with till the end reached about 1.708.337 people. The high population growth caused appear of

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pada tanah yang belum bersertifikat berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri

a. Classifying the errors into morphological error and syntactical error. Giving the correction to each error. Interpreting the meaning of the sentence.. They are classified into:

Saya beluni bisa menolong mereka secara materi, karena jumlah mereka sangat banyak, namun saya berharap bahwa dengan membaca buku ini, ke- hidupan banyak orang akan bisa diubah

Untuk keperluan itu jaringan harus bebas air dahulu (dehidrasi) dan karena parafin tidak dapat bercampur dengan alkohol harus diganti dengan bahan lain yang dapat tercampur