• Tidak ada hasil yang ditemukan

Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(5)

Just duit!

Jonanes Lim, Pn.D, CPC

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2001

(6)

JUST DUIT! oleh

Johanes Lim, Ph.D., CPC

GM: 208 01.325

Disain cover: Pagut Lubis

Copyright © 2001, PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6

Jakarta 10270

Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,

anggota IKAPI, Jakarta 2001

Cetakan Pertama: April 2001

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT SUN, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(7)

Daft

ar

isi

Kata Pengantar vii 1. Uang, Sukses & Anda 1 2. Penyabot Kemakmuran 16 3. Metode untuk Menjadi Kaya 20 4. Anda Adalah Seperti Kepercayaan Anda 28 5. Dampak Kepercayaan 34 6. Mind Reprogramming 46 7. Anda, Sukses & Nasib 53 8. Goal Setting 63 9. Persistensi vs Kegagalan 69 10.21 Faktor Penyebab Kegagalan Hidup 73 11.Dua Cara Membuat Orang Melakukan

Apa Saja yang Anda Inginkan 76 12.Membayar pendemo untuk mencapai Tujuan 82 13.Mencapai Tujuan Gaya Mafia 85 ANEKA TIPS:

#1 Program Akselerasi Pemulihan Bisnis Indonesia 91 #2 Cara Meningkatkan Kesejahteraan &

Produktivitas Buruh 95 #3 Sistem Kompensasi Meritokratis 100 #4 Demokrasi Tanpa Kesadaran Hukum = Anarki 105 #5 Cara Praktis Memberantas KKN 118

(8)

#6 Agama: Berkat atau Laknat? 133 #7 Agama dan Duit 138 #8 Penutup: Kiat Menikmati Hidup dalam Segala Situasi 141 Tentang Penulis 147

(9)

KATA PENGANTAR

M

elalui buku ini saya ingin menularkan hasrat dan kebiasaan untuk menghargai nilai uang serta tekad untuk men-dapatkannya sebanyak mungkin dan secepat mungkin secara etis dan halal.

Saya ingin menyampaikan pesan bahwa uang itu sangat bermanfaat dan layak untuk didapat dan dipergunakan. Uang terkait dengan pe-rasaan berharga, kebebasan dan kemampuan untuk hidup ber-bahagia. Bahkan ada pepatah Cina yang berbunyi, "Yu Chien Se Te Kui Thui Mo" yang artinya "kalau punya uang, setan saja bisa kita perbudak", dan itu adalah kebenaran praktis. Bahkan jika lebih eks-trem bisa saya katakan bahwa secara teologis, Tuhan dikatakan maha kuasa, namun secara praktis uanglah yang 'maha kuasa'!, sebab dengan uang kita tidak perlu bersitegang berdoa, puasa, memohon pertolongan yang tidak kunjung datang, cukup dengan membelanjakan uang un-tuk berobat jika sakit, membayar biaya atas pembelian produk/jasa, kita akan mendapatkan kesehatan dan kesenangan sebagai kom-pensasinya, that's it!

Tentu saja, ini tidak berarti meremehkan kemahakuasaan Tuhan; maka mahakuasanya uang itu harus diberi tanda kutip, sebab uang hanya bisa membiayai obat, dokter dan rumah sakit, dan bukan memberi kesembuhan itu sendiri. Masih ada variabel lain yang mem-pengaruhi kesembuhan itu di luar kemampuan untuk membeli apa pun yang bisa disediakan oleh uang. Pendek kata, ia bisa membiayai sekian banyak hal dan sarana yang kita perlukan, tetapi memiliki

(10)

segala hal yang kita perlukan memang belum tentu membuat ba-hagia. Karena itu ada yang bilang, uang memang bukan kebahagiaan, tetapi dialah tiruannya yang terbaik.

Ketidakpunyaan uang—bisa disebut miskin—adalah suatu keadaan yang mirip seperti kehidupan dalam penjara, yakni hilangnya atau berkurangnya kebebasan untuk melakukan—apalagi mendapatkan —apa yang kita inginkan, serta hilangnya atau rendahnya self respect maupun rasa hormat dari orang lain. Jangankan ingin bersedekah atau menolong orang lain, untuk memberi makan diri sendiri saja susah. Bahkan seringkali orang miskin hanya bisa meratapi nasib me-lihat orang yang dikasihinya mati oleh penyakit umum (yang se-yogianya bisa disembuhkan) karena tidak mampu berobat atau membeli obat; tragis!

Tujuan saya menulis buku ini adalah agar anda dan kita semua menghargai MANFAAT UANG, karena jika anda selidiki dan amati, esensi semua kehidupan modern ini memang .mengacu kepada man-faat uang, sebab tanpa uang anda tidak bisa membeli atau memiliki apa-apa. Bahkan untuk beribadah saja anda membutuhkan uang (membeli kitab suci, mendirikan tempat ibadah, memberi persem-bahan agar rohaniwan bisa hidup dan melayani umat, untuk biaya menyebarkan agama, dan lain sebagainya). Bahkan krisis dan keki-sruhan yang terjadi di negara kita sampai hari ini adalah akibat tidak adanya uang (untuk membayar hutang, untuk membangun lapangan kerja, untuk mendanai kesejahteraan rakyat, dan Iain-lain) sehingga Indonesia menjadi negara miskin yang memerlukan pinjaman dan belas kasihan negara donor lain (yang akhirnya mendikte kita, karena mereka pun mungkin bukan tanpa pamrih menyumbang, melainkan mempunyai kepentingan politis maupun ekonomis yang UUD— ujung-ujungnya duit).

Saya tidak menjanjikan bahwa dengan menerapkan konsep pe-lajaran ini anda pasti memperoleh kekayaan dan kesuksesan yang anda inginkan (karena itu adalah pernyataan takabur), melainkan memperbesar kemungkinan anda untuk memperolehnya, dibanding-kan dengan jika anda tidak menerapdibanding-kan konsep pelajaran ini.

(11)

Perlu saya sampaikan bahwa saya adalah orang yang skeptis dan pragmatis. Saya tidak percaya kepada hal-hal yang berbau takhayul atau dongeng nenek tua. Saya akan mempertanyakan segala sesuatu, baik yang menyangkut diri saya sendiri, orang lain, keadaan makro, bahkan sampai isu keberadaan setan, Tuhan, dan akhirat, sehingga anda bisa merasa tenang bahwa buku ini saya buat bukan berdasarkan dongengan atau hal yang di luar jangkauan anda untuk mencapainya. Selama empat puluh tahun menjadi manusia, saya tidak pernah berhenti untuk bertanya dan belajar, siang dan malam, dari kecil hingga sekarang, sehingga saya bisa menarik kesimpulan bahwa di luar kelahiran dan kematian, hidup itu merupakan pilihan-pilihan. Kita berhak dan berkewajiban untuk menjadi pribadi bermanfaat se-perti yang kita inginkan dan percayai, yang sebaiknya adalah hidup makmur, sejahtera, bahagia dan berguna, baik bagi diri kita sendiri, keluarga, maupun masyarakat luas. Di luar hasrat itu bisa saya ka-takan bahwa itu adalah kehidupan abnormal serta tidak manusiawi. Sekalipun ada banyak hal yang tidak bisa kita ubah dengan kekuatan kita sendiri, tak bisa disangkal bahwa juga sangat banyak hal yang bisa kita ubah dan bisa kita dapatkan dengan kekuatan kepercayaan, determinasi, perjuangan, kegigihan dan keuletan diri kita sendiri.

Sebagai contoh, sekalipun saya tidak bisa memilih mengapa ter-lahir sebagai pria beretnis Tionghoa berwarganegara Indonesia, na-mun jika mau, saya BISA mengubah warna kulit saya dari kuning menjadi coklat dengan menggunakan teknologi sun-bathing treat-ment. Saya bisa mengubah warna rambut saya dari hitam menjadi kuning melalui hair-bleach coloring. Saya juga bisa memperbesar ke-lopak mata saya dari sipit menjadi besar melalui cosmetic-surgery. Saya juga bisa untuk. tidak bermukim di Indonesia—atau tidak menjadi WNI—dengan menjadi imigran di negara lain. Bahkan jika mau, sa-ya pun bisa mengubah kelamin sasa-ya dari pria menjadi wanita, bu-kankah demikian?

Apalagi jika hanya mengubah tabiat atau sifat negatif, dari rendah diri menjadi percaya diri, dari bodoh menjadi pintar, dari berkebiasaan buruk menjadi positif—semua itu adalah hal yang relatif gampang. Semua hal di atas bisa saya lakukan karena hanya menyangkut hal

(12)

internal diri saya sendiri, yang masih dalam otoritas diri saya sendiri untuk mengubahnya atau tidak.

Namun, tentu saja ada beberapa hal yang tidak bisa saya ken-dalikan, yaitu yang berhubungan dengan faktor eksternal, misalnya membuat orang lain mengasihi dan percaya kepada saya, mengubah karakter buruk orang lain, mengeliminir kemiskinan sosial, meng-hilangkan penyakit manusia, mencegah peperangan, mencegah ben-cana alam, membuat tetap awet muda sepanjang masa, atau bahkan hidup abadi (menangkal kematian alami).

Mengetahui batas kemampuan dan mengetahui hal apa yang bisa diubah maupun tidak, bukan hanya memerlukan kebijaksanaan, me-lainkan juga pikiran waras.

Common sense seperti itulah yang akan anda dapatkan melalui pe-lajaran ini. No magic, no divine miracle. Hasil pengamatan, pem-belajaran, riset, wawancara, dan pengalaman hidup selama 40 tahun menjadi manusia yang mencari jawab atas pertanyaan fundamental, "Bagaimana cara mendapat uang lebih banyak dan lebih cepat untuk menjadikan hidup lebih indah, lebih berbahagia, dan lebih berfaedah?" Itulah yang akan saya sampaikan.

Memang anda akan menemukan beberapa pandangan atau filo-sofi yang mengusik kepercayaan atau pola hidup anda, karena anda anggap terlalu keras, revolusioner, mata duitan, atau apa saja, namun saya tidak perduli. Saya bukan hanya yakin, melainkan tahu, bahwa konsep inilah yang nyata efektif untuk mendapatkan hampir apa saja yang kita inginkan, khususnya uang yang lebih banyak dan lebih ce-pat, secara halal. Dan banyak kepercayaan atau kebiasaan hidup orang-orang yang menentang konsep pelajaran saya ini adalah kaum marginal, hipokrit, atau utopis.

Buku ini akan menjawab hampir seniua pertanyaan, keberatan, kritikan, bahkan hujatan siapa pun secara pragmatis-logis. Jika masih kurang, saya mempersilahkan pendebat untuk menghubungi saya via e-mail. Namun jika anda mau berpikiran reseptif terhadap hal baru —sekalipun tidak sepaham dengan latar belakang kepercayaan atau pengalaman anda—maka pelajaran ini akan sangat berguna bagi pe-ningkatan kondisi finansial anda, baik sebagai individu, maupun se-bagai kader masyarakat.

(13)

Anda mempunyai hak untuk menjadi kaya.

Menjadi kaya memungkinkan anda mengekspresikan diri anda lebih lagi secara fisik maupun spiritual. Anda bisa memberi lebih kepada diri anda sendiri, sehingga anda dapat tumbuh lebih baik dan lebih kuat untuk mampu memberi kepada orang lain.

=> Uang tidak bertentangan dengan spiritualitas. Uang adalah sarana yang bisa dipakai untuk menjauhkan diri dari Allah maupun se-baliknya untuk mendekatkan diri dengan Nya. Karena itu, kita bisa memanfaatkan uang kita di jalur yang mendukung religiusitas kita. Kita menjadi semakin berguna bagi sesama kalau kita bisa memanfaatkan uang yang kita miliki untuk itu. Bagaimana kita bisa memanfaatkan uang untuk itu, kalau kita tidak memilikinya? Allah mencintai orang miskin. Benar! Tetapi Tuhan juga mencintai mereka yang memberi makan orang miskin, yakni orang kaya. Semakin kaya anda, maka semakin bisa anda memberi lebih banyak. Anda bisa memberikan harta maupun waktu anda. Orang miskin tidak dapat memberikan harta. Orang miskin tidak bisa memberi makan orang lain maupun memberi tumpangan. Hanya orang kaya yang bisa. Orang kaya bisa memberi kesejahteraan ba-gi keluarga mereka maupun baba-gi masyarakat, bahkan kepada du-nia. Anda berhak menjadi pemberi dan bukan penerima. Anda berhak untuk menjadi kaya.

=> Jika anda kaya, anda mempunyai sumber daya untuk memper-baiki diri. Anda bisa membiayai pendidikan formal, mengikuti kursus atau seminar, membeli buku-buku. Jika anda kaya, anda mempunyai sumber daya untuk menjadi ayah atau teman, atau kekasih atau pemimpin yang lebih baik. Sekalipun membuat ke-salahan, jika anda kaya, anda mempunyai sumber daya untuk be-lajar dari kesalahan dan memperbaikinya dengan sumber daya yang ada. Menjadi kaya memberikan kesempatan dan kebebasan bagi anda untuk menjadi lebih baik dalam hampir segala hal. => Menjadi kaya memungkinkan anda menjadi lebih sehat. Orang

(14)

mereka tidak mempunyai cukup uang dan kebebasan waktu, se-dangkan orang kaya mempunyai pilihan terhadap apa yang mereka ingin dan perlu makan, dengan merekrut juru masak yang pandai, dengan bahan makanan sehat. Orang kaya juga mempunyai waktu dan fasilitas untuk berolahraga dan merekrut personal trainer atau pemijat kesehatan. Menjadi kaya, memungkinkan anda menjalani kehidupan yang lebih sehat dan lebih stress-free.

Menjadi kaya memungkinkan anda menjadi lebih cerdas dan benvawasan luas. Orang kaya menjadi lebih kaya karena mereka terus belajar. Anak-anak mereka mampu menjadi kaya karena mendapat pendidikan yang cukup. Dan pendidikan yang baik memerlukan uang dan waktu. Orang kaya membaca buku, meng-ikuti seminar, melakukan perjalanan dan menemukan hal baru yang menarik. Dan semua aktivitas yang memberi nutrisi kepada intelek dan wawasan itu memerlukan uang dan waktu, yang tidak bisa diperoleh jika anda tidak punya uang. Itulah sebabnya orang miskin akan cenderung tetap miskin, bahkan sampai ke anak cu-cu mereka, sedangkan orang kaya akan bertambah kaya, bahkan bisa sampai ke anak cucu mereka.

Menjadi kaya memungkinkan anda mengembangkan keluarga yang kuat dan harmonis. Orang kaya mempunyai waktu dan sumber daya untuk diberikan kepada keluarganya. Mereka bisa memberikan biaya untuk pendidikan di sekolah yang terbaik. Mereka dapat membayar guru terbaik untuk mengajar seni. reka dapat membelikan produk edukasi berteknologi tinggi. Me-reka dapat mengajar anaknya tentang marine biology sambil be-renang dengan segerombolan ikan lumba-lumba di Sea World. Mereka dapat berlibur ke mana saja bersama keluarga. Dengan uang, mereka dapat memberikan pengalaman yang menarik dan bermanfaat yang akan membentuk pola pikir positif dan masa depan cemerlang anak-anak mereka. Sedangkan, orang miskin ti-dak mempunyai sumber daya dan waktu untuk melakukan semua itu, karena mereka harus bekerja keras membanting tulang hanya untuk sekedar survive, sehingga anak-anak mereka hidup terlantar.

(15)

=} Menjadi kaya memungkinkan anda member! kontribusi dan dampak positif kepada dunia. Anda mengira orang-orang yang berkaul kemiskinan itu miskin beneran secara fisik? Mungkin ada satu-dua, tetapi sejauh ini mayoritasnya tidak. Mother Teresa bu-kanlah orang miskin. Organisasinya mempunyai dua buah pesawat jet pribadi dan memiliki dana lebih dari 500 juta dollar. Dan ia menggunakan kekayaan tersebut untuk menolong banyak orang dan membuat dampak positif kepada dunia. Bill Gates juga telah memberikan dana amal milyaran dollar, dan mendirikan yayasan pendidikan sendiri; ia dermawan, dan ia sangat kaya. Anda pun bisa menjadi kaya. Anda mempunyai tanggung jawab sosial untuk menjadi kaya. Seberapa kayakah anda seharusnya? Sekaya mungkin selama anda bisa. Pohon tidak akan bertanya seberapa tinggi ia akan tumbuh, melainkan ia tumbuh saja setinggi mungkin selama ia bisa.

Be rich so you have no limits. Poverty is like a jail, a bondage for your freedom and happiness!

Pada akhir buku ini, saya memberikan beberapa tips untuk mem-perbaiki keadaan kehidupan masyarakat di negara kita yang tercinta ini, baik untuk keluar dari praktek KKN, maupun strategi untuk pe-merataan kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih cepat.

Akhir kata, buku ini hanya akan tetap menjadi konsep atau ide, jika anda tidak berupaya untuk menerapkannya. Kunci dari setiap perubahan dan perbaikan hidup adalah TINDAKAN dan SEKARANG.

Karena itu Saudaraku, para Pembaca, permintaan saya ialah, jika anda sudah mengerti dan percaya akan penjabaran buku ini, DO IT NOW! Jangan menunggu hingga besok apalagi lusa, karena "Tomor-row is nothing, NOW is everything and our BEING!"

Jika anda mendapat kendala dan atau hendak berkomunikasi dengan saya, anda bisa mengunjungi website saya di: www.omnisuccess.com. atau www.profitbooster-int.com. atau

(16)

www.profitboosterindonesia.com, karena di sana ada e-mail saya. Atau hubungilah penerbit Gramedia Pustaka Utama: www.gramedia.com dengan e-mailnya: nonfiksi@gramedia. com

Terima kasih dan salam sukses!

Jakarta, Maret 2001

(17)

Uang, Sukses & Anda

R

ibuan buku telah ditulis oleh orang-orang yang telah sukses atau oleh penulis yang mempelajari kiat sukses orang-orang hebat tentang bagaimana cara menjadi kaya dan sukses. Setiap ta-hun, jutaan orang telah membeli dan membaca buku-buku sema-cam itu, namun mengapa tidak semua menjadi jutawan yang sukses? Beberapa orang di antara kita menjadi jutawan dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan lainnya tidak. Apakah perbedaan yang membuat seseorang menjadi sukses dan yang lain tidak? Sesungguhnya perbedaan mereka hanya sedikit. Untuk bisa sukses dan kaya lebih cepat, hanya diperlukan perubahan dan perbaikan pada cara berpikir dan berperilaku tentang bagaimana cara anda mendeteksi dan me-ngelola kesempatan dalam program aksi memperoleh uang, dan da-lam cara anda mengelola uang.

Sukses bukanlah pembawaan lahir. Strategi sukses bukanlah kualitas genetika yang dimiliki oleh hanya segelintir orang. Ray Kroc, pendiri McDonald's Corporation tidak dilahirkan dalam keadaan kaya. la memerlukan motivasi, hasrat, disiplin, dedikasi, dan persistensi untuk sukses. Simaklah apa yang ia katakan, "I commit to

being the very best at what I do."

Untuk sukses, kita harus keluar dari comfort zone dan status quo, serta berhenti mencari alasan untuk tidak bertindak, dan menem-patkan diri kita kepada suatu situasi di mana kita tidak ada jalan balik kecuali maju, istilahnya, "Burn the bridge behind you!"

(18)

Jika anda mempertaruhkan hasrat dan impian anda pada risiko dan mempersiapkan diri anda sedemikian rupa untuk bertanding dan berjuang, anda akan siap untuk menangkap setiap peluang yang melintas. Pertaruhkan hidup anda untuk menjadi pemenang. Ingatlah bahwa orang-orang yang berdalih bahwa kondisi ekonomi atau po-litik masih buruk untuk berusaha, atau salesman yang mengeluh bahwa bisnis masih lesu untuk mencapai target, adalah orang-orang marginal. Juga orang yang mengeluh bahwa kesehatannya atau usianya, atau jenis kelaminnya tidak memungkinkan untuk berjuang meraih sukses, adalah juga golongan marginal.

Anda bertanggung jawab atas hidup dan 'nasib' anda sendiri. Adalah pilihan anda untuk memilih bertindak atau berdiam diri. Ambillah tanggung jawab dan risiko untuk sukses. Coba bayangkan, apakah jadinya jika Michael Jordan memilih untuk bersantai minum kopi dan merokok ketika harus berlatih untuk pertandingannya? To-laklah keadaan atau perilaku yang demotivatif. Dalam merealisir tujuan anda, selalulah tanyakan pada diri anda, "Can I?", dan lan-jutkan dengan, "How can I?" Daripada memper tanyakan "Apakah hal itu mungkin bagi saya?", lebih baik mempertanyakan, "Bagaimana cara saya menjadikannya mungkin?!"

Logikanya, apa saja yang bisa anda pikirkan, akan bisa anda capai. Hal itu dimulai dari apa yang anda pikirkan, dan apa yang an-da pilih untuk dilakukan!

Saya menantang anda sekarang untuk memikirkan hal-hal hebat yang sebelumnya tidak berani anda pikirkan. Saya tan tang anda un-tuk melakukan apa yang anda inginkan, sehingga setelah hari ini, jika ada orang yang bertanya, "Apa kabar?", maka anda akan secara mantap menjawab, "Excellent!", atau "Perfect!", atau "Marvellous!", atau "Superb!"

Pernyataan seperti itu akan mempunyai beberapa dampak positif, bahwa pertama-tama hal itu akan mempengaruhi pikiran sadar mau-pun bawah sadar anda yang akan memprogram citra diri bahwa anda adalah orang yang excellent, perfect, marvellous, dan superb. Ke-dua, hal itu akan menunjukkan kepada orang lain, pribadi macam apakah anda itu — bahwa anda adalah orang yang nyaman dan

(19)

bangga terhadap diri anda sendiri, bahwa anda adalah orang yang 'on

the right track', bahwa anda sedang menjalani kehidupan yang

ber-kemenangan. Ketiga, hal itu akan memikat dan menarik rasa hormat dan kagum orang kepada anda. Ketika orang berpikir bahwa anda adalah orang yang percaya diri dan yakin terhadap pencapaian tu-juan hidup anda, serta terkesan mampu menguasai berbagai macam keadaan, orang akan ingin berdekatan dengan pribadi sukses seperti itu.

Komitmen kecil akan membimbing ke arah komitmen yang lebih besar. Jika anda nienghadapi rintangan ketika merealisir tujuan hidup anda, dan ada orang yang bertanya tentang bagaimana ke-adaan anda, jawablah, "Getting better all the time. "

Karena pikiran anda selalu bergerak ke arah ide yang paling do-minan, maka ia akan menemukan cara untuk membuat keadaan anda sungguh menjadi lebih baik setiap waktu.

Tidak perlu tegang atau cemas, hadapilah semua perkara dengan tenang dan senang. Hadapilah semua kesukaran anda sebagai tan-tangan, puzzle yang mempunyai solusi. Programlah pikiran sadar maupun bawah sadar anda dengan prosperity belief, kepercayaan bahwa anda berhak untuk sukses dan makmur, serta anda pasti me-raih kesuksesan dan kemakmuran, sehingga hal itu menjadi

prosper-ity consciousness bagi anda, yang akan menghalau segala macam

ke-takutan akan gagal maupun kekecewaan atau keputusasaan meng-hadapi kegagalan.

Karena anda tidak bisa secara bersamaan memiliki prosperity belief dan scarcity belief 'secara bersamaan, maka anda harus memilih: Anda mau terus percaya akan kesuksesan, terus bergairah memperjuangkan-nya, atau anda mau memelihara kecemasan dan ketakutan akan ke-gagalan dan berhenti berjuang?

Sekalipun secara logis semua orang akan memilih untuk mem-punyai prosperity consciousness, karena lebih menjanjikan kesenangan, namun hal itu bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan harus anda pilih dan tentukan sendiri. Anda harus menciptakan dan mem-program (atau memmem-program ulang) pikiran bawah sadar anda bahwa anda berhak dan berkewajiban untuk menjadi sukses dan makmur;

(20)

sebab jika tidak demikian, scarcity consciousness akan menghambat kemampuan anda untuk sukses, ketakutan dan kecemasan anda akan kegagalan akan menutup mata anda untuk melihat kelimpahan dan peluang yang ada di dunia ini.

Ide bahwa kita mempunyai potensi yang tidak terbatas untuk menjadi apa saja atau mencapai apa saja sebatas yang bisa kita ba-yangkan, merupakan hal yang menggairahkan. Ditambah dengan adanya free-will bagi kita untuk bebas memilih bentuk pikiran, ke-percayaan, dan tindakan kita.

Namun, sayangnya, saya menemukan bahwa banyak orang takut untuk menjadi kaya dan sukses. Sebagian dari dirinya memang ingin kaya, tentunya, namun sebagian lainnya lagi merasa bahwa hal itu adalah salah, atau mereka berpikir bahwa mereka harus membayar terlalu mahal untuk menjadi kaya dan sukses. Beberapa pernyataan yang sering saya dengar adalah:

"Saya akan harus bekerja sangat keras untuk menjadi kaya, dan itu bisa mengorbankan keharmonisan rumah tangga saya." "Saya akan harus menipu dan menghalalkan segala macam cara

untuk kaya dan sukses yang bertentangan dengan nilai kepercayaan saya."

"Uang bukanlah segalanya." "Biar miskin asal bahagia."

"Kalau saya mempunyai uang banyak, akan ada orang lain yang berkekurangan."

Dan pernyataan lain yang sejenis.

Jika anda percaya bahwa menjadi kaya akan menelantarkan ke-luarga, atau menjadi tamak, atau kehilangan kebahagiaan, atau be-kerja terlalu keras, maka bagaimanapun hebatnya anda menginginkan uang, maka akan ada bagian diri anda yang akan menentang dan menggagalkannya. Dengan demikian, anda menjadi musuh bagi diri anda sendiri, yang menyabot peluang untuk menjadi kaya dan suk-ses secara finansial, karena secara filosofis, fondasi hidup anda rapuh. Anda mengidap penyakit dualisme dengan basic belief system yang

(21)

Secara analogis: Jika hendak membangun rumah atau gedung kita memerlukan fondasi yang kokoh, agar bangunan itu laik pakai serta aman terhadap berbagai macam kemungkinan buruk. Demikian juga jika kita hendak membangun suatu lingkungan, apakah area industri ataukah area wisata, diperlukan infrastruktur yang mema-dai seperti tersedianya sumber daya listrik, air, komunikasi, akomodasi, transportasi, bahan baku, tenaga kerja, sampai sarana pendukung lainnya yang relevan. Jika infrastruktur tidak memadai, pengembangan area tersebut akan terkendala dan berkemungkinan besar untuk Demikian juga dengan proses dan pengembangan kelimpahan finansial. Pertama-tama diperlukan fondasi atau infrastruktur yang benar tentang uang, kekayaan, dan segala dampaknya, yang kita namakan Prosperity Consciousness atau kesadaran akan kemakmuran, yang melibatkan Basic Belief System anda. Dan di bawah ini, saya akan mencoba untuk membangun fondasi atau infrastruktur prosper-ity consciousness dalam diri anda.

Pembentukan prosperity consciousness ini penting sekali, karena jika anda percaya bahwa uang itu buruk atau kurang penting, sampai kapan pun anda tidak akan mau berjuang all-out untuk mendapatkannya secara berlimpah. Namun jika anda percaya bahwa uang itu baik berguna dan layak untuk didapat anda akan dengan senang hati untuk berjuang dalam mendapat dan mengakumulasikan-nya.

Di bawah ini saya telah menulis dua paradoks yang ekstrem ten-tang uang. Jika anda percaya bahwa uang dan kekayaan adalah nyaris segala-galanya yang dapat membuat kehidupan lebih ceria berbahagia, dan sebaliknya, bahwa kekurangan uang dan kemiskinan adalah sumber dan penyebab penderitaan niaupun ketidakberdaya-an, maka anda berada pada jalur kelimpahan hidup yang benar. Namun jika tidak, maka ada yang keliru pada sistem kepercaya-an fundamental dkepercaya-an prosperity consciousness kepercaya-anda tentkepercaya-ang ukepercaya-ang dkepercaya-an manfaatnya, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu, untuk laik kaya.

(22)

What Money Can Buy

Money can buy appetite as well as foods Money can buy self-esteem as well as nice clothes

Money can buy jewelry as well as self-dignity Money can buy bed as well as sound sleep Money can buy medicine as well as health Money can buy house as well as home Money can buy education as well as intelligence

Money can buy luxury as well as happiness Money can buy lover as well as love Money can buy friendship as well as enemy Money can buy healthcare as well as lifelong

Money can buy almost everything

What Poverty Can't Buy

Poverty can't buy appetite nor foods Poverty can't buy self-esteem nor proper clothes

Poverty can't buy jewelry nor self-dignity Poverty can't buy bed nor sound sleep

Poverty can't buy house nor home Poverty can't buy education nor intelligent

Poverty can't buy luxury nor happiness Poverty can't buy lover nor love Poverty can't buy friendship nor enemy

Poverty can't buy health nor lifelong Poverty can't buy almost anything

(Johanes Lim)

Saya harap anda sepakat dengan saya bahwa uang adalah positif, baik, manis, indah, dan bermanfaat; sedangkan kemiskinan atau

moneyless adalah negatif, pahit, suram, buruk, dan tidak berguna.

Untuk mempermudah, saya akan memberikan uraian tanya jawab tentang beberapa isu mengenai uang yang seringkali dijadikan alasan untuk mentolerir kemiskinan, dan yang sering diajarkan orang se-cara turun-temurun serta dianggap sebagai kebenaran. Semua ini sa-ya maksudkan agar anda mau dan mampu menata ulang atau

(23)

mem-program ulang kepercayaan dan pikiran bawah sadar anda tentang uang, kekayaan, kesuksesan, dan kebahagiaan:

1. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan.

=> Jawaban: Memang benar! Tetapi, sebaliknya juga benar: ke-miskinan juga tidak bisa membeli kebahagiaan! Sekarang tinggal pilih: kalau uang dan kemiskinan sama-sama tidak bisa me-nyediakan kebahagiaan, terserah anda untuk memilih uang atau kemiskinan.

Jawaban tambahan: Pertimbangkan apa yang sudah dikatakan di atas, yaitu bahwa uang memang bukan kebahagiaan, tetapi meru-pakan tiruannya yang terbaik. Dengan uang kita bisa memiliki peace of mind, rasa tenteram karena terjamin, aman, sejahtera serta senang. Hal itu bisa diberikan oleh produk atau jasa yang bisa dibeli dengan uang. Sekali lagi "bisa", tetapi memang tidak otomatis, karena masih ada beberapa hal lagi yang berperan dalam penciptaan rasa tenteram dan aman itu. Jika kita merasa susah hati, dengan uang kita bisa pergi shopping, atau travelling, atau party, sehingga merasa terhibur dan senang. Jika kita merasa tidak aman, maka dengan uang, kita bisa membeli perangkat security systems dan asuransi untuk melindungi aset kita, atau menyewa bodyguard untuk melindungi keselamatan diri. Sebaliknya, tanpa uang, kita nyaris mustahil untuk bisa berbahagia. Coba bayangkan, bagaimana pikiran bisa tentram dan damai jika kita tidak tahu apakah nanti sore bisa makan atau tidak karena tidak mempunyai uang? Bagaimana kita bisa senang jika besok pagi harus hengkang dari rumah kontrakan—tanpa tahu hendak tinggal di mana— karena sudah menunggak biaya sewa selama berbulan-bulan? Ba-gaimana kita bisa senang menyaksikan anak terbaring sakit tanpa mampu membawanya ke dokter karena tidak punya uang? Ke-simpulan saya: Sekalipun anda tetap bisa berbahagia dengan atau tanpa uang, namun secara logis empiris, kita akan lebih mudah berbahagia jika mempunyai cukup uang dibandingkah dengan jika tidak mempunyai uang. Bukankah demikian?

(24)

2. Orang kaya itu serakah.

=> Jawaban: Sebagian dari orang kaya memang serakah, tapi demikian juga dengan orang yang setengah kaya, atau juga orang miskin. Keserakahan itu bukan disebabkan karena uang, melainkan me-rupakan sifat atau tabiat perseorangan yang bisa dilakukan oleh orang di segala golongan. Pendek kata, keserakahan bukan meru-pakan kualitas yang menempel pada uang itu sendiri, tetapi pada pribadi. Jadi, yang penting di sini adalah kontrol diri, dan bukan penolakan terhadap uang. Bisa saja menjadi kaya raya tanpa jadi serakah; tanpa jadi arogan; tanpa jadi orang yang aji mumpung. Banyak orang kaya yang saya ketahui justru mempunyai perilaku dermawan dan berbelaskasihan terhadap orang lain yang butuhkan pertolongan, mungkin karena orang kaya itu mem-punyai kemampuan dan kesempatan lebih besar untuk berbuat amal dibandingkan dengan orang miskin.

3. Saya akau hams bekerja sangat keras, menelantarkan keluarga, dan membayar harga terlalu mahal untuk menjadi kaya. => Jawaban: Memang ada sebagian orang yang bekerja sangat keras

dalam mengejar kesuksesan sehingga menelantarkan keluarganya, dan itu sangat disayangkan dan tidak perlu terjadi. Hal itu me-nunjukkan bahwa mereka kehilangan keseimbangan dan meng-adopsi kepercayaan yang keliru seperti: "Karena saya harus bekerja lebih keras untuk sukses, maka keluarga harus juga rela untuk terlantar". Sekalipun ada orang kaya yang berkorban seperti itu, tidak berarti bahwa semua orang yang ingin menjadi kaya harus menelantarkan keluarganya. Banyak orang kaya yang justru se-makin mempunyai cukup waktu dan sumber daya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan menikmati kebersamaan. Sebaliknya lebih banyak saya jumpai orang yang menelantarkan keluarganya karena kekurangan uang. Suami dan istri harus bekerja membanting tulang hanya sekadar untuk survive. Anak-anak ter-lantar karena orangtua mereka harus bekerja mencari nafkah. Dan hubungan mesra antara suami istri atau antara orangtua dan anak menjadi terganggu karena setiap hari mereka telah merasa

(25)

kelelahan secara fisik dan mental. Bahkan menurut cerita, lebih banyak perceraian disebabkan oleh kesulitan ekonomi dibanding-kan dengan kemakmuran finansial. Mari kita renungdibanding-kan dengan akal sehat, apakah kekurangan uang ataukah kelebihan uang yang lebih sering menyebabkan rumah tangga berantakan?

4. Uang itu tidak rohani.

=> Jawaban: Ini adalah kutipan yang diambil dari Alkitab, "Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan". Jika mencintai uang le-bih dari segala apa pun juga, memang keliru. Mencintai uang tanpa mengerti bagaimana cara menggunakannya agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain adalah juga keliru. Namun uang adalah bentuk dari energi yang mempunyai potensi luar biasa un-tuk dipakai sebagai alat kebaikan. Tanpa uang, bagaimana kita bisa membeli dan menikmati kebutuhan hidup? Tanpa uang ba-gaimana kita bisa menolong orang yang berkesusahan atau yang lapar? Tanpa uang bagaimana kita membiayai aktivitas agama se-perti membangun tempat ibadah, mencetak kitab suci, menyam-paikan pesan agama, dan sebagainya? Jika uang adalah buruk dan tidak rohani, mengapakah Taurat, Alkitab, dan Al-Qur'an menulis dan memuji tentang raja Salomo (Sulaiman)? Siapakah dia? Orang terkaya pada zamannya! Jadi jelas bahwa uang dan kekayaan bukan merupakan sesuatu yang pada dirinya sendiri buruk, serta tidak ada relevansinya dengan masalah rohani atau tidak.

5. Uang tidak bisa membeli cinta.

=> Jawaban: Memang benar! Tetapi, begitu juga kemiskinan! Ada se-suatu yang lain yang memicu cinta yang lebih dari sekadar kaya atau miskin. Tetapi pertimbangkan kenyatan ini: dengan uang kita bisa menciptakan suasana dan berbagai kesempatan untuk tumbuhnya cinta. Dengan uang, kita bisa mewujudkan perhatian kita secara lebih kasat mata, misalnya dengan memberi hadiah-hadiah, yang akan menciptakan lahan subur demi tumbuhnya cinta. Dengan uang kita bisa menciptakan waktu luang untuk le-bih memperhatikan seseorang, yang ujung-ujungnya menjadi lahan

(26)

subur untuk tumbuhnya cinta. Sebaliknya, kenyataannya justru banyak sekali kasus orang patah hati karena percintaan yang gagal, atau perceraian dalam perkawinan, disebabkan karena kekurangan uang. Ketiadaan uang akan merupakan kendala atau bondage ter-hadap kebebasan dan mewujudkan keinginan hati. Coba anda bandingkan, enak mana: Berpacaran dengan hanya 'makan angin dan dirubungi nyamuk, karena hanya bisa duduk-duduk di taman umum, atau berpacaran sambil mengisi perut di restoran mewah sambil menikmati musik hidup yang dibawakan oleh musisi ke-namaan? Menurut anda, romantis mana: Pacar yang memberikan hadiah ulang tahun sekuntum bunga mawar yang dipetik dari ta-man umum, atau seperangkat perhiasan berlian? Jika anda bisa memilih, manakah yang lebih baik: Menikah ala kadarnya dengan pesta kecil menggelar tenda di depan gang MHT di depan rurnah kontrakan anda, tanpa honeymoon, ataukah resepsi pernikahan megah di hotel mewah dengan ribuan undangan, dan segera setelah itu berangkat honeymoon ke Paris yang adalah "The city of love" dan menonton "Lido Show"? Menurut saya, cinta akan bisa tum-buh lebih subur dalam kemakmuran, dan akan layu dan surut dalam kemiskinan. Meskipun awalnya mungkin cinta monyet akan membutakan mata hati ABG (anak baru gede) sehingga mau mencintai orang yang madesu (masa depan suram), sehingga timbul istilah, "Jika cinta sudah melekat, jigong pun terasa coklat!", namun dengan berjalannya waktu, kemiskinan dan penderitaan hidup akan mengikis cintanya, dan mencelikkan matanya bahwa "Cinta saja tidak akan bisa mengenyangkan perut!" Kisah lainnya, sekalipun seseorang awalnya menikah dengan pasangan yang tidak dicintainya, namun dengan berjalannya waktu, perhatian dan kasih sayang serta limpahan kemewahan dari pasangannya akan me-numbuhkan cintanya.

6. Uang tidak bisa membeli persahabatan.

=> Jawaban: Bisa saja benar, jika anda adalah orang yang filantropis,

yang sekalipun susah tidak mau menyusahkan orang lain, sehingga sahabat anda tidak khawatir untuk berdekatan dengan anda, karena

(27)

tidak akan dirugikan. Namun jika karena kesusahan finansial anda menjadikan sahabat anda sebagai 'tong sampah' tempat anda menumpahkan kekesalan dan kesumpekan hati, maka cepat atau lambat sahabat anda akan enggan berdekatan dengan anda. Me-ngapa? Sebab setiap manusia pasti mempunyai persoalan dan ke-susahan hidup sendiri. Jadi seberapa lama sahabat anda mau ber-tahan menerima beban ekstra kesusahan hati dari anda? Dan ke-hilangan persahabatan akan dipercepat jika anda mulai sering •meminjam uang tanpa bisa membayar kembali. Sebaliknya, jika anda sukses secara finansial, anda akan mempunyai banyak sahabat, minimal mereka tahu bahwa anda tidak akan menyusahkan me-reka, dan kedua, mereka berharap bisa mendapat keuntungan— moril ataupun materiil—dengan menjadi sahabat anda. Dengan kelimpahan finansial, kawan yang telah menjadi lawan pun akan mau berbaikan dengan anda kembali. Istilah "a friend in need is a friend indeed" hanya manis dan benar sebagai pepatah, atau mak-simal hanya berlaku untuk sementara, namun jika anda terus-menerus "in need", maka jangankan sahabat, saudara kandung, atau istri atau suami anda pun berkemungkinan hengkang me-ninggalkan anda! Kalau anda membaca buku saya Manajemen USA (Untung SayaApa), anda akan mengerti bahwa segala macam interrelasi di atas muka bumi ini—baik antar manusia, manusia dengan Tuhan, bahkan antar—makhluk—azasnya adalah manfaat. Jika saling bermanfaat, hubungan itu akan harmonis dan ber-langsung lama. Sebaliknya jika tidak, akan berber-langsung singkat, atau tidak pernah berlangsung.

7. Uang tidak bisa menghindarkan kita dari maut.

=> Jawaban: Memang tidak, apalagi kemiskinan. Masalah mengapa kita lahir dan kapan kita mati, itu memang di luar kekuasaan kita sebagai manusia. Namun secara logis empiris, orang yang banyak uang akan lebih panjang umur dibandingkan dengan orang yang tidak punya uang. Untuk transportasi, orang kaya akan bisa naik mobil yang relatif lebih aman. Sekalipun terjadi tabrakan dengan sesama mobil, relatif akan lebih kecil kemungkinannya untuk

(28)

merenggut nyawa karena menggunakan safety belt dan terlindungi oleh body kendaraan, dibandingkan jika anda naik sepeda dan bertabrakan dengan mobil—hampir bisa dipastikan nyawa anda akan melayang dan berhenti menjadi makhluk hidup. Contoh lain adalah, dengan memiliki cukup uang, anda bisa membeli makanan atau makanan kesehatan (health-food) untuk menjaga diri anda tetap sehat, awet muda, dan panjang uniur. Namun jika tidak punya uang, anda makan hanya sekadarnya untuk kenyang dan agar tetap hidup, dengan menu yang berkemungkinan kurang gizi, sehingga anda rentan terhadap serangan penyakit, dan menjadi nampak lebih tua dari usia biologis anda, dan juga berkemung-kinan untuk lebih cepat mati, jika tidak ditangani dengan benar. Jika punya uang, sekalipun anda jatuh sakit, anda bisa segera per-gi berobat dan mendapat perawatan yang terbaik dengan bantuan peralatan medis yang canggih—baik di dalam maupun di luar negeri—sehingga anda berkemungkinan besar untuk lebih cepat sembuh dan terhindar dari maut. Sebaliknya, jika anda jatuh sa-kit dan tidak punya uang, anda harus tetap mencari nafkah untuk membiayai hidup yang akan memperparah penyakit anda. Karena tidak segera diobati, penyakit yang ringan bisa menjadi berat, menjadi kronis, dan bisa merenggut nyawa.

Uang tidak bisa membeli sorga.

Jawaban: Memang tidak, karena masalah sorga—menurut agama—bukanlah urusan kaya atau miskin, melainkan masalah amal ibadah dan ketakwaan kepada Tuhan. Namun kalau kita hi-tung secara rasional, kekayaan akan lebih memampukan dan mem-berikan peluang jauh lebih besar bagi kita untuk berbuat baik, beramal ibadah, dan melayani pekerjaan Tuhan maupun sesama, dibandingkan jika kita tidak punya uang. Orang yang ber-kekurangan akan merasa rendah diri dan kecut hati untuk me-nasihati dan menolong orang lain yang berkesusahan, karena dua hal: pertama, takut dilecehkan orang dengan ungkapan, "Jika an-da penyembuh, mengapa sakit? Obatilah diri anan-da sendiri!" Yang kedua adalah kegetiran hati, "Problem saya sendiri saja sudah membuat pusing tujuh keliling, mengapa harus mencari beban

(29)

tambahan?" Jadi menurut saya, kita akan lebih bisa berbuat baik dan berguna bagi kehidupan orang banyak, jika kita mempunyai uang, dibandingkan jika kita berkekurangan. Dan jika itu dinilai sebagai amal ibadah yang berguna bagi pahala sorga, maka sekalipun kita tidak boleh mengatakan mampu membeli sorga, namun kita bisa 'berinvestasi' untuk bekal kehidupan akhirat yang lebih baik.

Mohon dimaklumi, dan janganlah salah paham. Saya bukanlah orang congkak yang sok hebat, atau peleceh sesama manusia yang berkekurangan. Justru sebaliknya, saya sangat mengasihi dan berempati terhadap saudara-saudara saya yang kurang berbahagia, yang hidup dalam kekurangan, sehingga saya menulis buku ini. Saya beluni bisa menolong mereka secara materi, karena jumlah mereka sangat banyak, namun saya berharap bahwa dengan membaca buku ini, ke-hidupan banyak orang akan bisa diubah menjadi lebih baik, dan pembaca yang telah mendapat manfaat itu akan juga bisa mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada orang lain lagi, sehingga se-cara tidak langsung, saya bisa menjangkau sebanyak mungkin orang dari keterbatasan saya.

Perlu saya tekankan bahwa yang saya benci dan ingin hajar adalah kemiskinan, dan bukan orang miskin! Saya memang sungguh mem-benci kemiskinan, karena ia membuat hidup menjadi melelahkan, membosankan, dan mengenaskan hati! Kemiskinan adalah bondage seperti penjara, yang membelenggu kebebasan kita untuk berekspresi dan hidup merdeka.

Itulah saudaraku, pesan yang ingin saya sampaikan. Sebab tanpa prosperity consciousness dan kebencian akan kemiskinan, anda akan kurang mau berjuang mati-matian untuk menjadi kaya, karena di-hambat oleh reasoning (pencarian alasan atau berdalih atau meng-kambinghitamkan sesuatu) yang dilakukan oleh pikiran bawah sadar anda, untuk mentolerir status quo, keadaan marginal, dan bahkan ke-miskinan.

Jadi, perlu saya tegaskan sekali lagi bahwa untuk menjadi kaya, pertama-tama adalah bahwa anda harus memiliki prosperity

(30)

conscious-ness, yakni kepercayaan bahwa uang itu baik dan berguna, serta anda berhak dan berkewajiban untuk menjadi kaya, agar anda bisa men-jadi orang yang lebih berguna bagi diri anda sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Sebaliknya, saya perlu menegaskan bahwa tidak ada yang bagus apalagi berguna pada kemiskinan. Bahkan jika boleh, saya ingin menggunakan istilah bahwa "poverty is a sin!"

Sungguh sangat gamblang untuk dipahami bahwa kemiskinan itu nyaris mustahil untuk bisa menjadikan hidup kita bahagia; sebaliknya akan menimbulkan perasaan tertekan, rendah diri, ketidakberdayaan, dan mimpi buruk. Dan dengan semua itu kita tidak bisa atau tidak-tidaknya kurang bisa memancarkan keindahan bagi dunia se-kitar kita. Atau, kalau keberadaan seperti itu ada hikmahnya, hikmah itu adalah "hikmah negatif"—yaitu merupakan contoh yang tidak perlu ditiru atau diikuti.

Kemiskinan mempermudah orang menjadi khilaf dan berbuat kriminal. Kemiskinan juga membuat orang mudah putus asa dan ge-lap pikiran sehingga terlibat penyalahgunaan dan pengedaran narkoba, menjadi pemabuk, prostitusi, bahkan bunuh diri. Tentu saja tidak bisa dibilang bahwa orang miskin otomatis putus asa, gelap pikiran dan kriminal. Ada banyak contoh yang menunjukkan tingginya ku-alitas moral mereka. Tetapi, keluarga yang hidup dalam kemiskinan cenderung kusut, sering bertengkar dan menderita, dengan anak-anak yang kurang gizi, terlantar tidak mampu membiayai sekolah, atau menjadi anak jalanan untuk mencari nafkahnya sendiri. Karena anak-anak adalah tunas bangsa, bagaimanakah wajah negara kita di masa depan jika sejak kecil banyak sekali dari rakyat Indonesia telah kehilangan kesempatan untuk belajar dan menggunakan bakat serta potensi dirinya secara layak?

Mari kita mulai berpikir dan percaya bahwa kemiskinan adalah buruk, jahat dan harus dikikis dan dihapus dari kehidupan pribadi maupun dari kehidupan masyarakat kita (ingat yang dikikis dan dihapus adalah kemiskinan, bukan orang miskin. Kita harus membenci kemiskinan, namun mengasihi orang miskin). Sebaliknya, kemakmuran adalah baik dan berguna, baik bagi diri kita sendiri

(31)

maupun bagi masyarakat. Karenanya, orang yang tidak rindu terha-dap kelimpahan finansial adalah abnormal. Tanpa uang, anda akan hidup abnormal. Anda tidak akan bisa memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual secara patut. Anda tidak bisa membiayai san-dang, pangan, papan diri dan keluarga anda. Anda tidak bisa mem-biayai pendidikan diri dan keluarga anda yang sangat berguna untuk meningkatkan kecerdasan, panjang pikir dan produktivitas. Anda tidak bisa menikmati rekreasi, mendengarkan musik, bertamasya dan relaksasi yang berguna bagi mental refreshing, karena kekurangan uang membuat anda pusing tujuh keliling. Bahkan mungkin saja ke-miskinan membuat anda malas beribadah, karena anda kecewa ter-hadap Tuhan yang tidak menjawab doa dan permohonan yang anda panjatkan agar menolong kebutuhan finansial anda. Padahal jika kita hidup makmur, dengan sangat mudah kita bisa mengucapkan syukur kepada Allah dan memuji kebaikan rahmat—Nya, yang semakin me-numbuhkan iman dan ketakwaan kita kepada—Nya.

Jadi adalah jelas dan tegas seperti siang, bahwa dengan uang kita bisa lebih berbahagia dan lebih berguna. Dengan mempunyai lebih banyak uang, kita akan bisa menolong lebih banyak orang. Jadi, kekayaan dan kemakmuran kita adalah juga agar kita dapat mempermakmur dan menolong lebih banyak orang. Ada jutaan orang yang mati kelaparan. Ada jutaan orang yang hidup tanpa pakaian, tanpa tempat tinggal, dan tanpa pendidikan yang patut.

Tidak perlu harus menjadi rohaniwan atau memeluk agama ter-tentu untuk berbuat baik. Dalam kelompok agama apa pun anda, pergunakan uang anda untuk menolong yang berkesusahan. Ya, uang anda. JUST DUIT! Ya, dengan kelimpahan duit itu anda akan banyak membantu sesama anda. Dan jika anda adalah orang yang saleh, agamis, maka perbuatan baik anda menjadi cerminan dari ka-sih dan pemeliharaan Allah yang tidak kelihatan.

(32)

2

Penyabot Kemakmuran

K

ebanyakan dari kita menyabot kemakmuran kita sendiri. Kita membatasi pertumbuhan finansial kita melalui pola belanja yang keliru yaitu overspend. Kita menggunakan setiap sumber dana untuk mengatrol standar hidup kita, bahkan dengan menggunakan fasilitas kredit untuk keperluan konsumtif. Demi gengsi dan lifestyle agar nampak seolah-olah sebagai orang yang makmur, kita membe-lanjakan uang sebanyak penghasilan, bahkan lebih, melalui hutang.

Jika itu terjadi, anda bisa berharap akan menjadi khawatir dan de-presi. Tidak perduli seberapa besar penghasilan anda, uang itu akan segera habis. Anda tidak akan mempunyai cukup uang, apalagi ta-bungan. Anda akan digeluti rasa khawatir, cemas, takut, dan ke-kurangan. Perasaan dan pengalaman ini akan menciptakan kekurangan baru.

Jika anda secara bijaksana mengelola agar pengeluaran anda mi-nimal 10% lebih kecil dari penghasilan anda, maka anda akan me-miliki kualitas kehidupan yang berbeda. Anda akan segera terbebas dari kesulitan finansial, dan akan merasa lebih makmur secara nyata, karena minimal anda secara rutin mempunyai tabungan sebesar 10% dari penghasilan anda. Coba bayangkan, berapakah kira-kira uang tabungan anda sekarang, jika sejak masa muda anda (ketika anda te-lah mempunyai penghasilan) minimal anda menyisihkan 10% saja sebagai tabungan yang anda investasikan secara bijaksana dan meng-untungkan? Anda bisa menjadi sudah cukup makmur, bukan hanya

(33)

secara finansial, melainkan juga secara mental. Prosperity consciousness anda akan berkembang sangat kuat.

Namun sayang, itu bukanlah cara yang diperbuat orang secara umum. Kebanyakan orang adalah overspending dan bukan investing. Kebanyakan orang tidak bisa mengelola keinginannya dengan bijak-sana, sehingga membelanjakan uangnya secara boros dan ngawur hanya untuk kemegahan semu, hanya agar nampak gagah luarnya, padahal fondasi ekonominya keropos.

Menurut saya, menghamburkan uang demi gengsi-gengsian atau berlagak kaya adalah perbuatan yang sia-sia dan agak bodoh. Ana-loginya, jika anda katak, anda tidak akan bisa menjadi lembu. Untuk menjadi lembu, minimal anda haruslah anak lembu. Maksud saya, anda tidak akan bisa meraih simpati atau kekaguman orang dengan berlagak seolah-olah anda adalah orang kaya, jika anda bukan orang kaya. Bukannya kagum terhadap anda, orang malah akan merasa geli dan mencibir anda. Maaf, dari bau anda saja sudah dapat diketahui apakah anda orang kaya atau bukan.

Misalnya anda adalah karyawan dengan gaji sekitar satu jutaan rupiah per bulan. Namun dalam penampilan, anda ingin nampak se-perti orang makmur, dengan mengenakan jam tangan bermerek ma-hal, pakaian branded, dan makan siang di kafe, padahal setiap hari anda harus turun naik bis kota untuk ke kantor. Seperti apakah kira-kira pandangan teman-teman sekantor anda tentang anda? Apakah mereka akan kagum dan menganggap anda pribadi yang sukses dan makmur? Jawabannya, jelas tidak. Sekalipun anda membeli dan me-ngenakan produk asli, mereka akan menyangka itu adalah produk palsu. Dan yang paling memenuhi benak mereka adalah pertanyaan: Anda mau membohongi siapa? Orang idiot mana yang hendak anda pikat?

Jika pada pertengahan bulan anda harus kas bon kepada per-usahaan, dan/atau anda tidak mampu membayar tagihan biaya listrik atau credit card, maka buyarlah semua kebanggaan semu diri anda — seperti gelembung sabun yang pecah.

Jalan keluar untuk mengatasi kesulitan finansial adalah dengan, pertama, cara menghapus penyabot kemakmuran, yaitu scarcity

(34)

consciousness yang bisa termanifestasi melalui pola hidup boros yang membelanjakan sama atau lebih banyak dari penghasilan. Mulai hari ini, biasakan untuk menyisihkan minimum 10% dari setiap peng-hasilan anda untuk diinvestasikan dalam portofolio yang meng-untungkan, atau minimum ditabung di bank.

Hal kedua adalah berusaha mendapatkan penghasilan ekstra me-lalui side-job dan atau freelance job seperti menjadi agen asuransi, broker properti, broker kendaraan bermotor, atau agen produk multi-level marketing.

Semua aktivitas tersebut bisa anda lakukan bersamaan dengan ak-tivitas utama anda, apakah sebagai pelajar/mahasiswa, karyawan atau pengusaha. Pekerjaan itu cukup terhormat dan bisa cukup banyak menghasilkan uang, plus memperluas networking pergaulan anda yang mungkin saja bisa menjadi kesempatan untuk mendatangkan uang lagi di kemudian hari. Bahkan jika anda memang menerapkan selling skills dengan baik, side-job anda itu bisa saja memberikan penghasilan yang jauh lebih besar daripada penghasilan utama anda! Cobalah hubungi beberapa perusahaan asuransi besar yang mempunyai policy merekrut freelancer. Atau bergabunglah dengan perusahaan broker properti, baik yang non-franchise (tidak menarik fee apa pun untuk menjadi member) atau membeli franchise property broker ter-kemuka.

Saya perlu menyampaikan bahwa kebanyakan orang miskin tidak melakukan hal ini. Mereka memilih untuk santai dan bermalas-ma-lasan daripada mencari extra income. Sedangkan orang yang menjadi kaya adalah yang mau bekerja lebih keras dan lebih banyak, asalkan ia bisa mendapat extra income, bahkan sekalipun harus mengorbankan kesenangannya pribadi untuk sementara waktu.

Hal ketiga adalah menginvestasikan kembali kelebihan penghasilan anda agar menghasilkan bunga ataupun penghasilan ekstra lainnya. Demikianlah seterusnya, uang anda beranak uang, atau uang anda berbuah uang. Pada jumlah dan waktu tertentu, akumulasi uang anda dalam penghasilan bergulir maupun dalam tabungan, akan menjadikan anda kaya! Kaya nyata, dan bukan hanya nampak kaya!

(35)

Keempat, jika mungkin, jadilah wirausahawan. Karyawan bekerja dan mendapatkan gaji (yang sewaktu-waktu, entah karena alasan yang jelas maupun tidak, bisa dipecat oleh atasan atau pemilik per-usahaan, tanpa anda bisa menolak untuk pergi), sedangkan pengusaha bekerja dan mempekerjakan karyawan untuk menghasilkan profit, yang nilainya bisa ratusan, ribuan bahkan jutaan kali lebih besar daripada gaji anda. Jika tidak menduduki posisi puncak di perusahaan besar, menurut saya cara yang paling masuk akal untuk kaya adalah dengan cara menjadi pengusaha. Sudan cukup banyak contoh dan fakta yang saya temukan tentang orang-orang biasa yang menjadi kaya dengan menjadi pengusaha, sekalipun mereka tidak mempunyai pendidikan formal yang tinggi dan atau tidak mempunyai modal be-sar ketika memulai bisnisnya.

(36)

3

Cara Menjadi Kaya

i

S

emua kekayaan bermula dari pikiran, yang menjadi sumber sukses finansial bagi beberapa orang terkaya di dunia seperti Bill Gates, Ross Perot, Sam Walton, atau Steven Jobs. Mereka semua me-nemukan cara untuk mengubah ide, informasi, sistem menjadi manfaat yang bernilai jual tinggi, sehingga mampu membangun ke-rajaan bisnis mereka.

Teorinya, untuk menjadi kaya, anda harus mempunyai kemampuan untuk. memperoleh penghasilan jauh lebih banyak daripada penge-luaran anda.

Saya mempunyai pertanyaan sederhana: Bisakah anda memperoleh penghasilan dua kali lebih banyak daripada penghasilan sekarang de-ngan waktu yang sama? Tiga kali? Sepuluh kali? Apakah mungkin bagi anda untuk mendapatkan penghasilan 1000 kali lebih banyak daripada pendapatan sekarang dengan waktu yang sama? Tentu saja anda bisa, jika anda bisa menemukan cara atau manfaat yang bernilai 1000 kali lebih banyak daripada nilai yang sekarang anda berikah, baik kepada perusahaan anda maupun kepada pelanggan anda.

Kunci kekayaan adalah dengan menjadi dan memberikan nilai dan manfaat yang berharga, kepada orang lain, dan menukarkannya dengan uang sebagai kompensasi. Jika anda mempunyai keterampilan lebih, kecerdasan lebih, mempunyai produk/jasa yang lebih inovatif atau lebih berdaya jual tinggi, maka orang lain atau boss anda, atau pelanggan anda, akan membayar anda lebih banyak, dan anda akan menjadi lebih kaya daripada sebelumnya.

(37)

Sebagai ilustrasi: Mengapakah dokter dibayar lebih mahal daripada penjaga pintu hotel? Jawabannya mudah: Dokter memberi nilai tambah lebih banyak. la telah belajar dan bekerja keras untuk men-jadi dokter, sehingga ia bisa menolong menyembuhkan penyakit dan membukakan pintu kehidupan. Sedangkan untuk membukakan pin-tu hotel, siapa pun bisa melakukannya tanpa perlu belajar.

Mengapakah pengusaha yang sukses juga menjadi kaya secara finansial dan dihormati orang? Karena mereka memberi nilai atau manfaat tambah kepada konsumen dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau pengusaha lainnya.

Ada dua hal pokok yang diciptakan oleh pengusaha sukses, yaitu yang pertama adalah kemampuannya untuk memberi manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup pelanggannya melalui penggunaan produk/jasanya. Hal kedua adalah karena dalam menjalankan usaha-nya, pengusaha menciptakan lapangan kerja. Karena pekerjaan itu banyak karyawan yang bisa menyekolahkan anak-anaknya bahkan menjadi dokter, pengacara, guru atau profesi lainnya yang bisa mem-beri manfaat lagi kepada masyarakat yang lebih luas. Belum lagi jika kita tambahkan bahwa keluarga karyawan yang membelanjakan gaji-nya akan menghidupkan sektor bisnis laingaji-nya yang menciptakan ke-sejahteraan lain.

Ketika Ross Perot ditanya rahasia kesuksesan finansialnya, ia men-jawab, "What I can do for this country is creating jobs. I'm pretty good at that, and Lord knows we need them. "Pelajaran ini sederhana: Semakin banyak anda memberikan manfaat kepada orang lain, semakin besar anda akan dihargai dan dibayar. Dan anda tidak harus menjadi peng-usaha untuk bisa menambah nilai/manfaat. Tapi setiap hari anda ha-rus selalu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemam-puan untuk bisa memberi manfaat lebih. Itulah sebabnya mengapa self-education menjadi penting.

Tanyailah diri anda setiap hari:

4 Bagaimana caranya agar saya bisa menjadi lebih bermanfaat bagi perusahaan saya?

* Bagaimana cara saya mencapai produktivitas lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit?

(38)

4 Adakah cara lain agar saya dapat memangkas biaya dan me-ningkatkan kualitas?

4 Adakah sistem lain atau aplikasi teknologi lain yang me-mungkinkan perusahaan saya lebih maju dan lebih untung? 4 Bagaimanakah cara saya lebih memuaskan pelanggan agar mereka

membeli lebih banyak dan lebih sering? 4 Dan lain sebagainya.

Jika anda bisa memberi lebih banyak manfaat kepada orang lain, anda pun akan menerima jasa dan penghargaan finansial lebih banyak daripada sebelumnya.

Sekalipun konsepnya sederhana, saya menyadari bahwa tidak banyak orang yang melakukannya, sehingga tidak mengherankan jika orang kaya itu tergolong sedikit. Satu dan lain hal adalah keper-cayaan salah yang dimiliki banyak orang, yaitu ingin mendapat "something for nothing", seperti mental kebanyakan karyawan yang menginginkan gaji dan kariernya selalu naik, tanpa niemperdulikan apakah produktivitas dan kontribusi mereka naik atau tidak. Men-jijikkan bukan?

Kenaikan gaji apalagi promosi karier, haruslah sebelumnya dida-hului dengan peningkatan produktivitas dan pemberian manfaat ekstra oleh karyawan, sebab jika tidak demikian, kondisi keuangan perusahaan bisa terganggu, karena melakukan pengeluaran biaya ekstra tanpa disertai dengan peningkatan penghasilan.

Sebaliknya, perusahaan pun harus jeli dalam memperlakukan kar-yawannya, karena mereka adalah aset. Jadi jika ada karyawan yang digaji 50 juta setahun dapat memberikan penghasilan atau manfaat senilai 500 juta, mengapa tidak menghargai karyawan tersebut dengan memberikan bonus dan/atau pendidikan ekstra untuk me-ningkatkan kompetensi dan motivasinya, agar di lain waktu ia bisa memberikan penghasilan atau nilai manfaat satu milyar misalnya. Jika anda tidak memperhatikan dan menghargai prestasi karyawan, mereka akan meninggalkan anda!

Selanjutnya adalah mengakumulasi kekayaan anda. Sebagaimana yang saya tulis di bab "Penyabot Kemakmuran", untuk menjadi kaya

(39)

tidak cukup dengan hanya terus mencari uang lebih banyak, me-lainkan dengan cara spend less than you earn and invest the difference. Contoh-contoh kasus sudah cukup banyak tentang ke-hidupan orang yang berpenghasilan besar-—apakah selebriti, atlet, profesional, ataukah pengusaha—yang segera berakhir melarat, ka-rena gaya hidup foya-foya dengan menghamburkan uang secepat mereka mendapatkannya. Akibatnya, jika penghasilan mereka menu-run dan/atau jika mereka mendapat musibah yang memerlukan bi-aya ekstra, mereka akan jatuh susah, bahkan menyusahkan orang la-in!

Biasakanlah diri anda untuk menanyai diri sebelum berniat mem-belanjakan uang anda:

* Do I really need this? (Apakah aku benar-benar membutuhkannya?) * What's the minimum I can pay to get it? (Adakah cara termurah

untuk mendapatkannya?)

Saya serius dalam menekankan bahwa anda harus mau dan mam-pu menciptakan surplus keuangan dan menginvestasikannya kembali. Sebab jika tidak, sarnpai kapan pun anda tidak akan pernah menjadi kaya. Mungkin anda berpenghasilan besar, bergaya hidup mewah, di-hormati orang, namun anda tidak masuk kategori orang kaya, karena anda tidak mempunyai harta atau tabungan atau aset yang aman dan berjangka panjang.

Perilaku menghabiskan sebanyak penghasilan—apalagi sampai berhutang—adalah perilaku binatang yang tak pernah memikirkan lumbung persediaan.

Langkah selanjutnya adalah memproteksi kekayaan anda. Sangat kasihan melihat orang kaya yang merasa tidak aman dan tidak nyaman memikirkan keselamatan harta mereka, bahkan lebih susah dibandingkan ketika dulu masih miskin. Banyak orang merasa kha-watir bahwa dengan memiliki banyak harta, mereka berpotensi un-tuk kehilangan banyak. Karena itu saran saya ialah: Don't put all your eggs in one basket! Artinya, sebaiknya anda memilah investasi dalam beberapa jenis portofolio, menaruh uang anda di beberapa bank, mengembangkan bisnis anda di beberapa negara, dan me-nyimpan barang berharga anda di safe deposit box bank dan bukan di

(40)

rumah, serta mengasuransikan aset anda yang relevan dan cenderung berisiko. Dengan demikian anda tidak akan bisa seketika jatuh mis-kin atau celaka jika terjadi peristiwa penjarahan dan pengrusakan massal seperti yang terjadi pada tragedi medio Mei 1998 lalu.

Terakhir: Jangan lupa untuk menikmati harta anda. Banyak orang kaya berperilaku bodoh. Mereka telah bersusah payah memberi nilai tambah kepada orang lain sehingga mendapat kompensasi penghasilan lebih banyak. Mereka telah menabung dan meng-investasikan uang mereka, sehingga menjadi lebih banyak dan men-jadi kaya setelah melewati masa sulit yang cukup panjang. Mereka pun telah memelihara dan melindungi harta mereka dengan baik. Namun sayang, mereka lupa menikmatinya. Mereka tetap merasa berkekurangan, merasa khawatir, merasa hidupnya hampa dan tidak berbahagia.

Ada hal vital yang mereka lupakan tentang uang dan manfaatnya. Uang itu bukanlah tujuan, melainkan alat atau media untuk men-capai tujuan. Apa tujuannya? Menjadi lebih berguna bagi diri sen-diri, keluarga, dan orang lain! Uang itu hanya menjadi berguna jika dipergunakan secara patut. Jika hanya disimpan atau dipandangi, uang itu tidak ada bedanya dengan benda mati lain seperti guci, atau lemari, atau bahkan kadal mati. Untuk memberi manfaat, uang itu harus dibelanjakan, ditukar nilainya dengan manfaat lain, apakah untuk membiayai pendidikan, membeli makanan, pergi bertamasya, menyumbang panti asuhan, dan lain sebagainya.

Jika anda melupakan fungsi dan hakikat keberadaan uang, anda adalah orang yang paling malang, bahkan lebih sial daripada orang miskin, karena anda mempunyai banyak uang namun tetap kikir (perlu diingat bahwa kikir dan hemat itu berbeda. Kikir itu tidak mau mengeluarkan uang sekalipun perlu dan mampu, sedangkan he-mat adalah tidak mau mengeluarkan uang jika tidak perlu) dan hi-dup dalam kekurangan. Karena itu perlu saya ingatkan: Jika anda mati, uang anda akan ditinggal untuk dinikmati oleh orang lain yang tidak berjerih payah untuk mendapatkannya. Apakah anda rela?

Saran saya: Nikmatilah nilai tukar dari uang anda setiap waktu se-cara bijaksana, karena itu adalah hak anda. Tidak perlu menunggu

(41)

sampai anda menjadi kaya, dan baru mau menikmati manfaat uang, karena hal itu terkesan bodoh dan mendewakan uang. Ingat kata pe-patah, "Uang itu hamba yang baik, namun tuan yang jahat!" Maka, jadikanlah dia hamba!

Ada empat pertanyaan fundamental yang perlu anda jawab untuk mulai mengakumulasi uang dan menjadi kaya:

1. Bagaimana cara anda menghasilkan uang lebih banyak dari biaya konsumsi? Nilai atau manfaat ekstra apakah yang 'akan anda ta-warkan kepada orang atau pihak lain agar mereka mau mem-berikan uangnya lebih banyak kepada anda sebagai kompensasi atas manfaat yang anda berikan?

2. Apakah yang akan anda lakukan untuk menginvestasikan surplus itu dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan uang anda agar menghasilkan lebih banyak?

3. Apakah yang akan anda lakukan untuk memproteksi uang dan kekayaan anda agar tetap arnan dan tetap bertumbuh kembang lebih banyak lagi?

4. Apakah yang akan anda lakukan senantiasa dengan keberadaan uang anda, baik sekarang ketika anda belum berkelimpahan mau-pun kelak jika uang anda telah berkelimpahan?

Adapun tips jika anda hendak terjun ke dalam dunia bisnis, se-baiknya adalah memasuki bisnis yang secara pribadi anda kompeten untuk mengelolanya, agar anda dapat memulainya tanpa banyak ber-gantung pada orang lain, dan untuk mencegah agar anda tidak di-perdaya oleh karyawan yang menganggap anda bodoh atau tidak me-nguasai persoalan.

Hal kedua yang paling penting untuk kesuksesan bisnis adalah kemampuan bisnis anda untuk memberikan produk/jasa yang di-perlukan oleh konsumen untuk meningkatkan kualitas hidupnya, dan yang manfaatnya lebih besar dari nilai uang pembeli dan dari nilai yang dapat diberikan oleh kompetitor. Frase "diperlukan oleh konsumen" itu penting sekali dan perlu digarisbawahi sebagai pe-nekanan, karena keperluan dan keinginan konsumenlah yang menjadi

(42)

fokus perhatian dan upaya anda untuk memenuhinya, dan bukan keinginan atau selera anda, kecuali anda ingin membeli sendiri pro-duk anda!

Karakteristik lain yang dibutuhkan agar menjadi pengusaha sukses adalah:

=> A sense of thrift, atau semangat hemat. Pengusaha harus disiplin dalam menerapkan prinsip "produce more than you consume" dan "make your money first, then think about spending it" dalam bisnis maupun kehidupan pribadi. Perilaku hemat akan mencegah pem-borosan, sehingga bisnis anda dapat dikelola dengan biaya rendah agar bisa menjadi keunggulan kompetitif bagi pasar anda. Mungkin anda pernah mendengar sindiran yang dilontarkan kepada orang kaya, "Orang kaya itu pelit". Walaupun pernyataan itu tidak 100% benar, namun nyaris benar. Lebih tepatnya adalah: Karena perilaku hemat, orang bisa menabung dan berinvestasi sehingga menjadi kaya. Sedangkan orang yang boros, tidak pernah menyisakan peng-hasilannya, sehingga sampai mati pun tidak akan pernah kaya. => Sebagai pemilik bisnis, anda wajib bekerja dan berpikir lebih

ke-ras dibandingkan dengan karyawan, karena anda tidak bisa meng-harapkan karyawan akan mempunyai sense of belonging dan ka-pasitas seperti anda, sebab jika demikian, mereka tidak akan men-jadi karyawan, melainkan menmen-jadi bos sendiri.

=> Anda bersama-sama dengan seluruh karyawan haruslah senantiasa memikirkan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan manfaat produk anda dengan menerapkan teknologi tepat guna, dan atau melakukan perubahan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional agar bisnis anda senantiasa berbiaya rendah bermanfaat tinggi. Perilaku continuous innovation and improvement ini sangat diperlukan agar perusahaan anda tetap bisa menciptakan dan mem-pertahankan pelanggan yang puas secara berkesinambungan, agar terus mampulaba dan mamputumbuh dalam segala situasi meng-hadapi kompetisi dengan siapa pun dan di mana pun.

=» Sekalipun penjualan dan profit anda telah meningkat drastis, ke-lolalah pertumbuhan dengan hati-hati dan bijaksana. Janganlah

(43)

tergoda oleh gaya hidup arogan yang ingin cepat besar dan nampak hebat dengan overspending dan overexpansion, apalagi membiayai pertumbuhan melalui hutang. Tetaplah berperilaku hemat. Ingat-lah bahwa semangat ituIngat-lah yang menjadikan anda kaya. Kesom-bongan dan foya-foya hanya akan segera menghancurkan anda!

(44)

4

Anaa Aaalan Seperti

Kepercayaan Anaa

B

agaimana cara anda melihat dunia di sekitar anda; apakah bersahabat ataukah kejam? Apakah banyak peluang terbuka ba-gi anda untuk meraih sukses, ataukah penuh dengan kendala dan an-caman? Apakah hidup ini indah, menyenangkan, menggairahkan, suram, menyedihkan, membosankan? Bagaimanakah cara anda me-lihat dan menilai hidup dan dunia ini?

Semua jawaban dan persepsi anda tentang hidup, kehidupan dan dunia ini, sangat tergantung kepada kepercayaan anda.

Kepercayaan adalah hal vital yang sama perlunya seperti hal fisik. Kita tidak dapat hidup tanpa kepercayaan, karena kita memerlukannya sebagai parameter untuk menterjemahkan dan menilai apa yang dang terjadi dalam kehidupan kita. Seseorang tidak akan menjadi se-suatu atau menginginkan untuk menjadi sese-suatu tanpa kepercayaan. Dan apa yang anda inginkan, hal itu dipengaruhi dan dibentuk oleh kepercayaan yang anda miliki.

Sekalipun kepercayaan anda berasal dari lingkungan (orangtua, saudara, teman, guru, masyarakat, lingkungan) dan masa lalu yang mendidik dan/atau anda cermati, itu bukanlah harga mati yang per-manen, melainkan dapat anda ubah.

Anda bukanlah korban takdir atau korban masa lalu, kecuali jika anda percaya demikian. Masa depan anda juga bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh nasib, serta tidak terjadi dengan

(45)

sendirinya. Fakta dan sejarah hidup anda akan menjadi sebagaimana anda mengukir dan menciptakannya—apakah baik dan indah atau-kah buruk dan menyedihkan. Hari ini adalah 'janin' bagi 'bayi' yang akan anda lahirkan di masa depan. Anda memegang dan merancang masa depan dengan tangan anda sendiri—yaitu pikiran dan keper-cayaan anda. Satu hal penting ialah bahwa anda bisa mengubah kepercayaan anda dengan kepercayaan baru, dan dengan mengubah kepercayaan, anda mengubah segalanya.

Lantas, apakah sebenarnya kepercayaan itu?

"Kepercayaan adalah keyakinan atas kebenaran sesuatu, sehingga kita beraksi dan bereaksi sesuai dengan kepercayaan itu, tanpa (perlu) menyadari apakah hal yang kita percayai itu sungguh benar atau tidak."

Seringkali kita membicarakan sesuatu tanpa mempunyai kejelasan tentang apa dan bagaimana sesungguhnya sesuatu itu, dan hanya mengandalkan perasaan atau asumsi kita saja yang kita anggap benar, sekalipun realitas apakah sesuatu itu sungguh benar atau tidak, bu-kanlah persoalan atau di luar jangkauan penyelidikan lebih lanjut. Jadi, jika anda percaya bahwa anda adalah orang cerdas, apa yang se-sungguhnya anda katakan ialah, "Saya merasa yakin bahwa saya alah orang cerdas." Perasaan keyakinan itu akan membuka sumber da-ya da-yang memungkinkan anda melakukan hasil da-yang nampak cerdas. Jadi, sesungguhnya kita semua mempunyai jawaban di dalam diri kita untuk hampir segala hal, atau minimal mempunyai akses untuk mendapat jawaban melalui orang lain atau faktor eksternal. Tapi seringkali kekurangan kepercayaan, kekurangan kepastian, menye-babkan kita tidak bisa menggunakan kapasitas optimal yang berada dalam diri kita.

Apakah anda pernah mendapat pernyataan atau komentar atau referensi orang tentang keadaan anda, misalnya ada beberapa orang yang mengatakan bahwa anda sexy? Kemudian ketika anda bercermin, anda membandingkan diri anda dengan figur orang sexy lainnya dan berkata, "Hey, saya memang nampak seperti mereka!"

(46)

ngelolanya sebagai konsep bahwa anda sexy. Segera setelah anda me-lakukannya, anda merasa pasti tentang ide bahwa anda memang sexy, dan mulai mempercayainya. Selanjutnya anda akan hidup dan ber-perilaku sebagaimana yang anda percayai sebagai orang sexy.

Sekali anda mengerti proses metafora ini, anda bisa melihat ba-gaimana cara kepercayaan terbentuk, yang tentunya dengan demikian dapat anda ubah melalui proses yang sama.

Hal penting yang perlu dicatat ialah bahwa anda bisa mengem-bangkan kepercayaan apa pun, jika mempunyai cukup referensi pe-ngalaman untuk mernbangunnya. Namun sayangnya, banyak keper-cayaan kita yang terbentuk tanpa kita sadari atau tanpa kehendak in-dependen kita sendiri, melainkan melalui referensi pengalaman yang terjadi begitu saja dari lingkungan pergaulan kehidupan kita, se-hingga kita tidak mengetahui cara untuk mengelola dan mem-bentuknya secara ideal.

Kepercayaan pribadi anda berasal dan berkembang dari keluarga dan lingkungan hidup anda. Mereka meletakkan fondasi dengan fi-losofi, kepercayaan, perilaku, dan tindakan mereka. Sebagaimana ja-waban atas pertanyaan anda, "Who am 7?" datang dari anggota ke-luarga yang merefleksikan pikiran mereka tentang siapa anda, maka jawaban atas pertanyaan anda "What can I do? juga berasal dari me-reka, apakah orangtua, saudara maupun kerabat anda yang berpikir tentang kapabilitas anda.

Jika semasa kecil anda sering dimaki oleh keluarga anda atau ling-kungan anda, "Goblok, gitu aja enggak bisa!", maka tidak meng-herankan jika anda merasa rendah diri dan merasa bodoh sekalipun telah berangkat dewasa. Demikian juga jika anda sering dimaki, "Anak setan, selalu saja kamu membuat onar!", maka anda ber-kemungkinan untuk tumbuh menjadi orang yang berkepribadian buruk, seperti kesan yang tertanam dan menjadi kepercayaan anda.

Identitas dan kepercayaan anda selalu berkait, karena anda meng-ekspresikan perasaan dalam diri anda melalui perbuatan, dan aksi itu mengungkapkan tentang siapakah anda menurut pikiran anda. Se-bagaimana keluarga anda bisa mempengaruhi atau bahkan memak-sakan agar anda menjadi seperti yang mereka inginkan, atau

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian yang telah dijabarkan, maka persoalan atau pertanyaan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana profil kemiskinan di Kabupaten Kebumen dan bagaimana

Dari hasil penelitian diketahui pemberian minyak atsiri jahe dosis 1 ppm dan 1,25 ppm (part per million) mampu menghambat respon kontraksi otot polos ileum marmut

Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang

Demi teratasinya masalah dari program – program Puskesmas dengan melihat penyebab yang utama sangat di harapkan adanya kerja sama dan peninjauan kembali dari sektor

Ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut merupakan ketentuan yang ditujukan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia,

Angka R adalah besar hubungan antara variabel deposito mudharabah dengan bagi hasil yang dihitung denga koefisien korelasi adalah 0,841. Hal ini menunjukan hubungan yang

Perlunya dilakukannya suatu kajian menggali dan mengeksplorasi berbagai aspek formal/ karakter formal/ bentuk arsitektural pada bangunan fasilitas pendidikan di kota

Devi, Khairunnisa, dan Budiono (2017), menunjukan bahwa IC berengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, Oleh karena itu terdapat indikasi pengaruh